Dasar Hukum Asuransi Konvensional

Siap pun tidak akan bisa mengatasipasi ataupun menduga terjadinya suatu bencana dalam keluarga. Dengan asuransi, perlindungan bisa didapat sehingga akan teras meringankan. b. Keluarga kita akan lebih terjamin. Kalau sewaktu-waktu terjadi sesuatu pada keluarga kita, karena ada “dana cadangan” yaitu klaim asuransi yang akan dipakai untuk membantu keluarga kita. c. Banyak hal-hal yang dapat disiapkan. Seperti pendidikan anak, dana pensiun dan hingga sampai kematian. d. Menentramkan pikiran akan masa depan. Khususya bagi yang menjadi kepala keluarga, adanya asuransi jiwa dapat membuat pikiran lebih tentram sebab akan ada dana cadangan jika terjadi suatu. 14

C. Dasar Hukum Asuransi Konvensional

1. Pengaturan Dalam KUH Dagang Dalam KUH Dagang ada 2 cara pengaturan Asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I bab 9 pasal 246-286 KUD Dagang yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur didalam KUHD maupun diluar KUHD. Kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 pasal 287-308 KUHD dan Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592 -695 KUHD dengan rincian sebagai berikut: a. Asuransi Kebakaran pasal 287-298 KUHD. b. Asuransi Hasil Pertanian pasal 299-301 KUHD. c. Asuransi Jiwa pasal 308 KUHD. d. Asuransi Pengangkutan Laut dan Perbudakan pasal 592-685 KUHD e. Asuransi Pengangkutan Darat, Sungai dan Perairan Pedalaman pasal 686- 695 KUHD. 15 14 Ibid, Hal.41. 15 Muhammad Abdulkhadir, Op.cit, Hal.18. Pengaturan Asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, Asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut Polis Asuransi. Pengaturan asuransi dalam KUHD meliputi substansi sebagai berikut: a. Asas-asas asuransi. b. Perjanjian asuransi. c. Unsur-unsur asuransi. d. Syarat-syarat klausula asuransi. e. Jenis-jenis asuransi. 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Jika KUHD mengutamakan pengaturan Asuransi dari segi keperdataan. Maka Undang-Undang No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Peransuransian Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 1992 tanggal 11 Februari 1992 mengutamakan pengaturan Asuransi dari segi bisnis dan publik administratif, yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi pidana dan administratif. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dilihat segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugika. Jika hari ini dilanggar, maka pelangaran tersebut akan diancam dengan sanksi pidana dan administratif menurut Undang-Undang Perasuransian. Pelaksanaan Undang- Undang No 40 Tahun 2014 jo Undang-Undang No 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelengaraan Usaha Perasuransian, Lembaran Negara No 120 Tahun 1992. Disahkan Undang-Undang No 40 Tahun 2014 tentang perasuransian mengantikan Undang-Undang No 2 Tahun 1992 tentang Peransuransian. Secara umum, tardapat banyak perbedaan antara Undang-Undang No 40 Tahun 2014 dengan Undang-Undang No 2 Tahun 1992. Banyak ketentuan yang belum diatur didalam Undang-Undang Perasuransian yang lama. Undang-Undang No 40 Tahun 2014 memiliki 92 pasal yang terbagi didalam 18 bab. Dari segi subtansi Undang- Undang No 40 Tahun 2014 mengatur lebih lengkap dari undang undang yang lama. Namun perbedaan yang paling signifikan yaitu terlihat dari segi pengawasan yang berpindah ahli dari menteri keuangan ke Otoritas Jasa Keuangan OJK. 16 16 Zulkarnain Sitompul, Konsepsi dan Transformasi Otaritas Jasa Keuangan, Jakarta: 2014, Hal.345. Sebelum lahirnya Undang-Undang No 40 Tahun 2014, pembinaan dan pengawasan usaha Perasuransian dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia. Tugas pembinaan dan pengawasan tersebut diemban oleh masyarakat yang berada dibawah kementerian keuangan, yaitu badan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan Bapepam-LK. Usaha perasuransian termaksud dalam sektor jasa keuangan yang diatur dan diawasi oleh Bapepam-LK semenjak Undang-Undang No.2 Tahun 1992 berlaku dan melalui peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1992 tentang penyelengaraan usaha perasuransian. Setelah lahirnya Undang-Undang No 40 Tahun 2014, pengaturan dan pengawasan perasuransian diemban oleh Otoritas Jasa Keuangan. Fungsi pengaturan dan pengawasan Otaritas Jasa Keuangan dalam hal Perasuransian meliputi perizinan usaha, tata kelola penyelenggaraan, pengantian pemilikan, penggabungan, dan peleburan, serta sampai pada pembubaran, likuidasi dan kepailitan. Undang-Undang No 40 Tahun 2014 mengatur lebih lengkap ruang lingkup kewenangan fungsi pengaturan dan pengawasan yang dilakukan oleh OJK dibanding dengan Undang-Undang No.2 Tahun 1992. Dalam Undang-Undang yang lama, fungsi pembinaan dan pengawasan hanya meliputi kesehatan keuangan bagi perusahaan Asuransi Kerugian, perusahaan Asuransi Jiwa, perusahaan reasuransi dan meliputi penyelengaaan usaha. Berkaitan dengan fungsi pengaturan dan pengawasan yang dilakukan oleh OJK yang diatur pada pasal 60 Undang-Undang No 40 Tahun 2014, diantaranya adalah: 1. menetapkan peraturan perundang-undangan dibidang perasuransian. 2. memberikan dan mencabut izin usaha perasuransian. 3. menyetujui atau menolak memberikan pernyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria, akunta publik, penilaian, sampai mewajibkan perusahaan perasuransian menyampaikan pelaporan secara berkala. 17

D. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian Asuransi Konvensional