Persilangan antarras Ulat Sutera (Boinbyx ntori L.)

Reza Fakhlevi. D01497013. 2001. Persilangan antarras Ulat Sutera (Boinbyx ntori L.).
Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama

: Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc.

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Hj. Mien Kaomini, M.Sc.
Penelitian ini dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam - Disiplin
Persuteraan Alam, Bogor, mulai bulan Maret sampai dengan April 2001. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menduga hasil persilangan antarras ulat sutera (Bombyx mori L.) dengan
menggunakan program simulasi komputer.
Penelitian iN menggunakan data sekunder tetua dan hasil persilangan antarras ulat
sutera serta resiprokalnya. Data sekunder tersebut berasal dari: (1) Dr. Ir Lalu Muhammad
Kasip, MS. (Fakultas Peternakan Universitas Mataram, NTB) berupa data rataan bobot
kokon, bobot kulit kokon dan rasio kulit kokon (pupa jantan dan betina) serta data rataan
panjang, berat, tebal dan kemuluran serat sutera pada generasi tetua (galur murni ras Jepang
dan Tropik) dan generasi persilangan, dan (2) Dr Ir. Hj. Mien Kaomini, M.Sc. (Puslitbang
Hutan dan Konservasi Alam - Disiplin Persuteraan Alam, Bogor) berupa data rataan bobot
kokon, bobot kulit kokon dan rasio kulit kokon (pupa jantan dan betina) pada generasi tetua
(galur murni ras Jepang dan Cina) dan generasi persilangan. Data persilangan iN dianalisis
dengan program simulasi komputer GENUP dan M~crosoftquickBASIC Version 4 5

Hasil penelitian menunjukkan keunggulan rataan performa ulat sutera hasil persilangan
dibandingkan dengan rataan performa tetuanya Pada simulasi data I, persilangan yang
melibatkan ulat sutera jenis bivoltin dan polivoltin secara backcross yaitu antara ulat sutera
ras Jepang jantan (galur Bo108) dengan betina yang heterosigot (galur Poly x Bo108)
menunjukkan rataan bobot kokon, bobot kulit kokon, rasio kulit kokon (pupa jantan dan
betina), berat dan tebal serat hibrid F1 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetua (galur
Poly dan Bo108) dan persilangan lainnya. Sedangkan pada persilangan tunggal (single
cross) Bolo8 x Poly menunjukkan nilai panjang dan kemuluran serat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tetua (galur Poly dan Bo108) dan persilangan lainnya. Pada simulasi
data 11, persilangan tunggal (single cross) antara ulat sutera ras Cina jantan dengan ras
Jepang betina (804 x 803 dan 808 x 807) menunjukkan nilai rataan bobot kokon hibrid F1
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetua (803 dan 804; 807 dan 808) dan persilangan
yang lain. Sedangkan rataan rasio kulit kokon hibrid F1 pada semua jenis persilangan lebih
rendah dibandingkan dengan tetuanya
Ulat sutera ras Jepang dalam mewariskan sifat-sifat kokon dan serat berkontribusi
secara maternal (maternal inheritance), sehingga lebih cocok dijaaikan sebagai betina
daripada sebagai jantan pada persilangan yang sesungyhnya (persilangan tunggal atau
silang balik) untuk mendapatkan hibrid F1 yang unggul.