Pembentukan Galur Baru Ulat Sutera (Bombyx mori L.) melalui Persilangan Ulat Sutera Bivoltin dan Polivoltin

PEMBENTUKAN GALUR BARU ULAT SUTERA
(Bombyx mori L.) MELALUI PERSILANGAN
ULAT SUTERA BlVOLTlN DAN POLlVOLTlN

LALU MUHAMMAD KASlP

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ABSTRACT

THE FORMATION OF NEW SILKWORM (Bombyx mori L.)
LINES USING BlVOLTlNE AND POLWOLTINE RACES
Lalu Muhammad Kasip
Superviced by Harimurti Martojo as Chairman of Committee,
Adi Sudono. D.T.H. Sihombing, Ronny Rachrnan Noor,
and Mien Kaomini as Member of Committee
Silkworm (Bombyx mori L.) is a high quality silk producing insect,
and is promoted as a queen of the fibers. The quality of silk depends on
the genetic make up of the silkworm and the environment where they are
maintained. The new high quality genetic lines can be produced through

crossbreeding. This experiment was designed to develop silkworm lines by
utilizing the Tropic (T), Japan (J), and Chinese (C) races in a reciprocal
scheme resulting a composition of 25 %T; 25 %J; 50 %C. Mass selection
was conducted based on cocoon shell weight in each generation.
Analyses of variance with orthogonal contrast comparison were
conducted. This experiment succeeded in forming a new s i l b r m
foundation line. This foundation line will be further selected to stabilise its
economic characters, named KI 21 from the C x (T x J) mating. The new
line's characteristics were finer fiber, higher growing rate, higher cocoon
and cowon shell weight, and longer filament cocoon when compared to
the pure lines and other crossbred lines. The Chinese silkworm race
contribute better traits through maternal inheritance. This race is more
appropriate to be used as the female line in silkworm breeding.
Keywords: New Lines Silkworm, Bivoltine, Polyvoltine

Laiu Muh. Kasip. Pembentukan Galur Baru Ulat Sutera (Bornbyx mori L.)
Melalui Persilangan Ulat Sutera Bivoltin dan Polivoltin. Dibimbing oleh
Harimutii Martojo sebagai ketua; Adi Sudono; D.T.H. Sihombing; Ronny
Rachman Noor dan Mien Kaomini masing-masing sebagai anggota.
Ulat sutera (Bombyx mori 1.)merupakan penghasil serat berkualitas tinggi yang belum dapat tertandingi oleh serat sintetis maupun serat

alam lainnya, sehingga dinobatkan menjadi ratu segala serat. Serat
tersebut digunakan antara lain sebagai bahan baku tekstil, benang
operasi, parasut, dan kulit buatan. Keberhasilan budidaya ulat sutera
sangat tergantung pada mutu genetik bibit dan lingkungan. Oleh karena
itu dianjurkan untuk membentuk bibit yang sesuai dengan kondisi
lingkungan pemeliharaan dan memiliki sifat-sifat yang diinginkan sebagai
target. Penelitian dirancang untuk menghasilkan galur baru melalui
persilangan antarras ulat sutera Bivoltin dan Polivoltin, serta mengkajipola
pewarisan sifat yang diturunkan pada zuriat hasil silangannya.
Digunakan tiga ras ulat sutera, yakni ulat sutera ras Cina (C),
Jepang (J), dan Tropik (T) sebagai populasi dasar (foundation stock).
Masing-masing ras diwakili oleh galur mumi I30207 dan 60108 dengan
tipe Bivoltin, dan Poly dengan tipe Polivoltin. Penelitian dilakukan selama
22 bulan mulai bulan Juli 1998 sampai dengan Mei 2000, di UPT MlPA
Universitas Mataram, Lombok. Pada generasi awal disilangkan antara
Poly x Bo108 dan resiprokalnya, sehingga menghasilkan generasi
pertama dengan komposisi gen 50% T; 50% J. Generasi pertarna
disilangkan lagi dengan 60207 secara resiprokal, sehingga menghasilkan
generasi kedua dengan komposisi gen 50% C; 25% J; 25% T. Generasi
kedua sampai keenam dikawinkan dengan sesamanya (interse mafing)

untuk membentuk ulat sutera inbred, guna rnemisahkan gen-gen yang
efeknya menguntungkan dan merugikan pada persilangan berikutnya.
Pada setiap generasi d~lakukanseleksi guna memilih tetua, mengguna-

kan seleksi massa atas dasar kriteria seleksi bobot kulit kokon.
Keunggulan galur baru yang terbentuk dievaluasi berdasarkan karakter
kualitatif dan kuantitatif. Karakter kualitatif mengkaji fenomena pewarisan
karakter voltinisme dan struktur serat sutera. Karakter kuantitatif, meliputi:
pertumbuh-an larva, bobot kokon, bobot kulit kokon, rasio kulit kokon,
panjang serat, bobot serat, tebat serat, kemuluran serat dan heterosis dari
masing-masing karakter kuantitatif. Pengujian statistik dari data kuantitatif
memakai analisis sidik ragam dan uji pembanding kontras ortogonal.
Penelitian ini berhasil membentuk galur baru ulat sutera yang diberi
nama KI 21 yang dapat dimantapkan sarnpai merniliki karakter stabil.
Berasal dari persilangan ulat sutera ras Cina (C) sebagai induk dengan
pejantan hibrida hasil persilangan ras Tropik (T) dengan ras Jepang (J)
atau 80207 x (Poly x 60108). Keunggulannya adalah memiliki pertumbuhan sangat nyata (P