Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan yang telah di lakukan pada ruas jalan Lolo – Muara Biu, ternyata tebal perkerasan memiliki perbedaan, tetapi hal tersebut belum tentu dapat diberlakukan pada semua kasus, tergantung pada nilai besaran – besaran yang terjadi serta karakteristik jalan tersebut, diantaranya lalu lintas harian rata-rata, kondisi cuaca / kondisi alam, jenis perkerasan yang di pakai dll.

2. Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapat tebal lapis perkerasan lentur dengan metode Bina Marga yaitu : Lapisan permukaan 5 cm, lapis pondasi atas 20 cm dan lapis pondasi bawah 10 cm.

3. Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapat tebal lapis perkerasan lentur dengan metode AASHTO yaitu : Lapisan permukaan 5 cm, lapis pondasi atas

15 cm dan lapis pondasi bawah 15 cm.

4. Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapat tebal lapis perkerasan lentur dengan metode Road Note 31 yaitu : Lapisan permukaan 5 cm, lapis pondasi atas 15 cm dan lapis pondasi bawah 28 cm.

5. Metode yang paling cocok untuk dipakai pada ruas jalan Lolo-Muara Biu adalah dengan menggunakan metode Bina Marga, karena sesuai dengan kondisi alam di tempat itu sendiri.

6. Dari segi biaya untuk lapis perkerasan Per KM metode Bina Marga Rp. 2.130.000.000,00, untuk metode AASHTO Rp. 3.730.000.000,00 dan Road Note 31 Rp. 4.300.000.000,00

7. Dari segi biaya untuk lapis perkerasan sepanjang 3,8 KM metode Bina Marga Rp. 8,091,308,000.00, untuk metode AASHTO Rp. 6,785,237,000.00 dan Road Note 31 Rp. 8,942,877,000.00

5.2 Saran-saran

a. Perencanaan tebal perkerasan dengan menggunakan metode Bina Marga lebih baik dan sesuai dengan kondisi alam di Indonesia artinya sesuai dengan daerah Tropis, sedangkan pada perhitungan tebal perkerasan dengan metode AASHTO lebih cocok digunakan pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi.

b. Untuk metode Road Note 31 tidak cocok di Indonesia karena di Indonesia kendaraan ringan sangat berpengaruh pada keadaan fisik jalan, sedangkan di metode ini kendaraan ringan tidak di perhitungkan karena di anggap tidak merusak jalan.

c. Dalam merencanakan tebal perkerasan sebaiknya menggunakan lebih dari satu metode agar dapat membandingkan hasil perhitungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum RI, 1987, Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen, SKBI.23.26.1987, UDC : 625.73 (02), Penerbit PU, Jakarta

Departemen Pekerjaan Umum RI, 2005, Perancancangan Teknik Jalan, Penerbit PU, Jakarta

Sukirman Silvia, 1995, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung

Suprapto Tm, 2004, Bahan dan Struktur Jalan Raya, Biro Penerbit KMTS FT UGM, Yogyakarta

22

LAMPIRAN

ii