KAJIAN PERTANAHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENATAAN RUANG
A. PENATAGUNAAN TANAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
Penatagunaan tanah ini merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota yang telah ditetapkan seperti tercantum pada pasal 3 PP 16 2004 mengenai tujuan dari
penatagunaan tanah. Permasalahan Penyusunan RTRW belum mempertimbangkan data pada Neraca Penatagunaan Tanah, sehingga dimungkinkan adanya pola ruang yang kurang tepat.
Penyusunan RTRW yang belum mempertimbangkan faktor penguasaan tanah, sehingga pendaftaran tanah pertama kali maupun pada saat pemeliharaan data pendaftaran tanah
terkendala oleh perubahan pola ruang yang tertuang pada RTRW pemanfaatan menjadi tidak sesuai peruntukan. Laju alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman,
perdagangan atau perindustrian yang semakin pesat khususnya di kawasan yang sedang berkembang.
Kegiatan penyusunan neraca penatagunaan tanah ini sangat bermanfaat bagi penyediaan informasi ketersediaan tanah untuk mengevaluasi RTRW guna penyusunan ulang
nantinya. Perubahan penggunaan tanah dalam periode tertentu dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perubahan penggunaan tanah. Selanjutnya, data perubahan ini
dioverlay dengan RTRW sehingga diperoleh gambaran perubahan penggunaan tanah dalam fungsi kawasan . Peta Neraca Penatagunaan Tanah ini bisa menjadi acuan untuk revisi RTRW
sekali dalam lima tahun B.
PEMILIKAN DAN PENGUASAAN TANAH
Pemilikan dan penguasaan tanah dapat diartikan sebagai suatu hak yang diberikan bagi pemilik tanah untuk menggunakan dan memanfaatkan tanah sesuai dengan
peruntukannya Pembatasan pemilikan dan penguasaan tanah yang diatur dalam UUPA diantaranya tanah absente dan kelebihan tanah maksimum. Hal tersebut diberlakukan dengan
harapan tidak terjadinya ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah. Peran Kementerian ATRBPN terkait penguasaan tanah yaitu terkait dengan informasi
apakah pemilik tanah menguasai tanah tersebut atau di kuasai oleh pihak lain. Pemohon yang bukan pemilik tanah apabila berkeinginan untuk menguasai tanahnya, wajib untuk
mendapatkan izin dari pemilik tanah tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya Perusahaan yang ingin menguasai tanah dengan sistem perjanjian menggunakan
tanah pada pemegang HPL yaitu PT KAI ,harus mendapat izin dari pemilik tanah yaitu pemegang HPL tersebut dengan membuat perjanjian penggunaan tanah.Hal ini sangatlah
perlu dilakukan agar mencegah permasalahan pertanahan yang dapat timbul dikemudian hari dan membantu dalam pengendalian terhadap penguasaan dan pemilikan tanah yang tidak
sesuai dengan tata ruang ataupun pemilikpenguasa tanah memberikan informasi yang salahpalsu maka izin ataupun pemberian hak dapat dirubahdicabut.
Kementerian ATRBPN melaksanakan pengendalian terhadap penguasaan dan pemilikan tanah yang tidak sesuai dengan tata ruang dan apabila terjadi kekeliruan dalam
penyusunan tata ruang tersebut jika dihadapkan dengan kondisi di lapangan dan berdasarkan pada kajian pertanahan yang telah dikeluarkan maka dapat digunakan sebagai bahan revisi.
C. NILAI TANAH