NILAI TANAH POLITIK PERTANAHAN

perlu dilakukan agar mencegah permasalahan pertanahan yang dapat timbul dikemudian hari dan membantu dalam pengendalian terhadap penguasaan dan pemilikan tanah yang tidak sesuai dengan tata ruang ataupun pemilikpenguasa tanah memberikan informasi yang salahpalsu maka izin ataupun pemberian hak dapat dirubahdicabut. Kementerian ATRBPN melaksanakan pengendalian terhadap penguasaan dan pemilikan tanah yang tidak sesuai dengan tata ruang dan apabila terjadi kekeliruan dalam penyusunan tata ruang tersebut jika dihadapkan dengan kondisi di lapangan dan berdasarkan pada kajian pertanahan yang telah dikeluarkan maka dapat digunakan sebagai bahan revisi.

C. NILAI TANAH

Nilai tanah adalah suatu pengukuran atau penilaian tanah yang didasarkan kepada kemampuan tanah secara ekonomis yang terkait dengan produktifitas dan strategi ekonomisnya. Nilai tanah sangat diperlukan dalam berbagai pengambilan keputusan bagi masyarakat, swasta dan pemerintah. Agar tidak terjadi masalah di kemudian hari investor membutuhkan informasi yang lengkap tentang kepastian nilai tanah dan tingkat pertumbuhannya, konsep tata ruang wilayah, status kepemilikan hak, dan regulasi yang berlaku. Dalam hal ini Kementerian Agraria dan Tata RuangBPN berperan dalam pembuatan Peta Zona Nilai Tanah. Peta ZNT akan diperbaharui setiap tahun berdasarkan keputusan pemerintah dengan pertimbangan aksesibilitas seperti ketersediaan air, akses jalan, dan sebagainya. Nanti akan ada sekitar tujuh tingkatan sesuai klasifikasi seperti kawasan dan aksesibilitas yang menentukan harga pasaran tanah di wilayah tertentu. Peta ZNT ditarget bisa menjadi acuan yang nantinya digunakan untuk kegiatan jual beli tanah. Peta ZNT akan jauh lebih mendekati harga kepantasan tanah hal ini dilakukan agar dapat menghadirkan kepastian nilai jual tanah, ZNT bukanlah harga yang sesuai dengan mekanisme pasar melainkan hasil analisis pemerintah terhadap sejumlah variabel, di antaranya tata ruang.

D. POLITIK PERTANAHAN

UUPA merupakan hukum agraria yang bersifat nasional. Dalam keperluan perencanaan wilayah, UUPA dapat dijadikan sebagai salah satu landasan hukum dalam perumusan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang sekarang telah diganti menjadi Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Kementrian ATRBPN paling tidak memuat tiga agenda yang bertautan sangat kuat dengan persoalan agraria, tata ruang dan pertanahan, yakni: 1 memberikan jaminan kepastian hukum hak kepemilikan atas tanah, penyelesaian sengketa tanah dan menentang kriminalisasi penuntutan kembali hak tanah masyarakat; 2 peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar; serta 3 mewujudkan kedaulatan pangan melalui perbaikan jaringan irigasi dan pembukaan 1 juta hektar sawah baru.Meskipun belum operasional karena adanya restrukturisasi kelembagaan, tetapi program ini dengan menguatnya rezim pengendalian pemanfaatan ruang sekaligus dengan terbentuknya Ditjend Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah.

E. LAND POLICY KEBIJAKAN PERTANAHAN