Pendirian Bank sebagai Lembaga Keuangan

13 BAB II PENGELOLAAN BANK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

A. Pendirian Bank sebagai Lembaga Keuangan

Pendirian suatu bank, harus diketahui terlebih dahulu jenis bank apa yang akan didirikan. Mengenai jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan Pasal 5 ayat 1 UU Perbankan yang membagi bank dalam dua jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. 11 Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adapun yang dimaksud dengan BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 12 Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan “mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu” adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, kegiatan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha ekonomi lemahpengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas, dan pengembangan pembangunan perumahan. 13 11 Hermansyah, Op. Cit., hlm. 20. 12 Ibid. 13 Ibid., hlm. 21. 14 Pendirian bank sebagai suatu lembaga keuangan, terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan untuk menciptakan suatu bank yang baik. Hal-hal penting terkait pendirian bank sebagai lembaga keuangan antara lain perizinan pendirian bank, bentuk hukum bank, kepemilikan bank, dan jenis-jenis kantor bank. 1. Perizinan pendirian bank Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 16 UU Perbankan dinyatakan bahwa pada prinsipnya setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau BPR dari pimpinan BI, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri. 14 Kewajiban untuk memperoleh izin usaha sebagai bank umum dan BPR adalah karena kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, oleh siapa pun, pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi karena kegiatan ini terkait dengan kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya pada pihak bank. Namun, di masyarakat terdapat pula jenis lembaga lainnya yang juga melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau semacam simpanan, misalnya yang dilakukan oleh kantor pos, oleh dana pensiun, atau oleh perusahaan asuransi. Kegiatan-kegiatan lembaga tersebut tidak dicakup sebagai kegiatan usaha perbankan. Kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri. 15 14 Pasal 16 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 15 Rachmadi Usman, Op cit., hlm. 69. 15 Izin pendirian bank umum dan BPR biasanya diberikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Untuk memperoleh izin usaha bank, persyaratan yang wajib menurut UU Perbankan adalah: 16 1. Susunan organisasi dan kepengurusan. 2. Permodalan. 3. Kepemilikan. 4. Keahlian di bidang perbankan. 5. Kelayakan rencana kerja. Khusus bagi BPR, untuk mendapatkan izin usaha, di samping syarat-syarat sebagaimana dimaksud di atas, wajib pula memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan, yakni kecamatan di luar ibu kota kabupatenkotamadya, ibu kota provinsi, atau ibu kota negara. Persyaratan ini dimaksud agar BPR tetap dapat berfungsi sebagai penunjang pembangunan dan modernisasi didaerah pedesaan. Walaupun demikian, untuk menunjang peningkatan pembangunan yang lebih merata, khusus di ibu kota kabupatenkotamadya, pemerintah daerah setempat dapat mendirikan BPR, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan koperasi, bank milik negara danatau bank milik pemerintah daerah, asalkan di ibu kota kabupatenkotamadya belum terdapat BPR. 17 2. Bentuk hukum bank Pemohon yang telah mengajukan izin pendirian bank, maka dapat memilih bentuk badan hukum yang diinginkan dan yang telah ditentukan. Pemilihan 16 Ibid. 17 Ibid., hlm. 70. 16 bentuk badan badan hukum ini tergantung dari jenis bank yang dipilihnya. Masing-masing bentuk badan hukum mempunyai kelebihan dan kekurangannya. 18 Bentuk badan hukum usaha bank harus jelas, sehingga diperoleh ketegasan tentang kekayaan yang terpisah, pengesahan pendiriannya, dan pengurus yang berwenang mewakili bank. Bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa: 19 a. perseroan terbatas; b. koperasi; atau c. perusahaan daerah. Sedangkan suatu BPR, bentuk hukumnya dapat berupa salah satu dari: a. perusahaan daerah; b. koperasi; c. perseroan terbatas; d. bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Bentuk badan usaha selain yang disebutkan di atas, tidak dimungkinkan menjalankan usaha sebagai bank. Bentuk badan usaha lain yang dimaksud seperti bentuk usaha perseorangan, firma atau perusahaan komanditer. 20 3. Kepemilikan bank Kepemilikan bank diatur dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 28 UU Perbankan. Pada prinsipnya pendiri bank umum dan BPR bisa warga negara atau badan hukum Indonesia dan khusus BPR dapat dimiliki bersama oleh pendirinya. Di Indonesia, bank tidak dapat didirikan oleh warga negara asing sendiri, kecuali 18 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi 2014 Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014, hlm. 42. 19 Pasal 21 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 20 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 75. 17 didirikan secara kemitraan antara warga negara asing danatau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing danatau badan hukum asing. 21 Bank umum hanya dapat didirikan oleh: 22 1. warga negara Indonesia danatau bdan hukum Indonesia. Badan hukum Indonesia tersebut antara lain badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, dan badan usaha milik swasta; atau 2. warga negara Indonesia danatau badan hukum Indonesia dengan waraga negara danatau badan hukum asing secara kemitraan. Jika salah satu pihak yang mendirikan Bank Umum tersebut adalah badan hukum asing, maka yang bersangkutan terlebih dahulu harus memperoleh rekomendasi dari otoritas moneter negara asal. Rekomendasi dimaksud sekurang-kurangnya memuat keterangan bahwa badan hukum asing yang bersangkutan mempunyai reputasi baik dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang perbankan. Surat Keputusan Direksi BI Nomor 3233KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi BI Nomor 3234KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah telah diatur lebih lanjut. Di sana disebutkan bahwa kepemilikan Bank umum oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya adalah sebesar modal bersih sendiri badan hukum yang bersangkutan, yang merupakan penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba, dikurangi penyertaan kerugian, bagi badan hukum perseroan terbatasperusahaan daerah; atau penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan 21 Ibid. 22 Ibid, hlm. 77. 18 wajib, hibah, modal penyertaan, dana cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum koperasi. 23 Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank umum tidak boleh berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari Bank umum danatau pihak lain di Indonesia dan berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang money laundering, atau berasal dari sumber yang di haramkan menurut prinsip syariah. Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik bank umum adalah sebagai berikut: 24 1. tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan yang diterapkan oleh BI; 2. menurut penilaian BI, yang bersangkutan memiliki integritas yang baik, yakni: memiliki akhlak dan moral yang baik; mematuhi peraturan perundang- undangan yang berlaku; memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan operasional bank yang sehat; dan dinilai layak dan wajar untuk menjadi pemegang saham bank. Bank Perkreditan Rakyat menurut Pasal 23 UU Perbankan, hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh: 1. warga negara Indonesia; 2. badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia; 3. pemerintah daerah atau dapat 4. dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia danatau pemerintah daerah. Persyaratan kepemilikan BPR dan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prisip Syariah selanjutnya disebut sebagai BPRS lebih lanjut diatur dalam Surat 23 Ibid. 24 Ibid. 19 Keputusan Direksi BI Nomor 3235KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat dan Surat Keputusan Direksi BI Nomor 3236KEP?DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah. Ditegaskan bahwa kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat dan BPRS oleh badan hukum setinggi-tingginya sebesar modal bersih sendiri dari badan hukum yang bersangkutan, yang merupakan penjumlahan dari modal yang disetor, cadangan, dan laba, dikurangi penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum koperasi. Sumber dana yang digunakan untuk kepemilikan BPR dan BPRS tidak boleh berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari bank danatau pihak lain di Indonesia dan berasal dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah. Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik BPR dan BPRS adalah mereka yang: 25 1. tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan yang ditetapkan oleh BI; 2. menurut penilaian BI yang bersangkutan memiliki integritas, antara lain: a. memiliki akhlak dan moral yang baik; b. mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. bersedia mengembangkan BPR atau BPRS yang sehat. 4.Jenis-jenis Kantor Bank 25 Ibid., hlm. 78. 20 Jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank. Luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu, besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung pula dari wilayah operasinya. Jenis-jenis kantor bank yang dimaksud adalah sebagai berikut: 26 a. Kantor Pusat Merupakan kantor di mana semua kegiatan perencanaan sampai kepada pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya. b. Kantor Cabang Penuh Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa paling lengkap. Dengan kata lain, semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu. c. Kantor Cabang Pembantu Merupakan kantor cabang yang berada di bawah kantor cabang penuh dimana kegiatan jasa bank yang dilayaninya hanya sebagian saja. Perubahan status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat. d. Kantor Kas 26 Kasmir, Op. cit., hlm. 43. 21 Merupakan kantor bank yang paling kecil di mana kegiatannya hanya meliputi tellerkasir saja. Dengan kata lain, kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada di bawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini banyak kantor kas yang dilayani dengan mobil dan sering disebut kas keliling.

B. Pengelolaan Bank