Produksi dan Alokasi
h. Panen dan pascapanen
Setelah masa pemeliharaan mencapai 15-20 hari, kepiting biasanya sudah melakukan molting meskipun tidak serempak. Oleh karena itu diperlukan aktifitas pengontrolan ke dalam setiap sekat untuk menghindari terlewatnya kepiting molting. Cangkang kepiting yang terlambat diangkat setelah moltingan mengeras sekali.
Pengontrolan sebaiknya dilakukan pada saat pergantian waktu malam dan siang hari. Hal ini disebabkan salah satu faktor pemacu molting adalah perubahan suhu dari dingin ke panas atau sebaliknya. Waktu pengontrolan bisa dilakukan setiap pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan 22.00.
Panen merupakan proses selektif yang dilakukan dengan memperhatikan secara cermat kondisi kepiting. Pada saat proses molting berjalan, kepiting tidak boleh dipegang atau diangkat dulu. Hal ini disebabkan kepiting membutuhkan tenaga dan gerakan yang cukup kuat melepaskan cangkang lamanya sehingga kondisi masih dalam keadaan lemah. Kepiting yang telah melepaskan cangkangnya harus segera diangkat. Keterlambatan mengangkat dalam waktu lebih dari 4-6 jam setelah molting bisa mengakibatkan kulit kepitung mengeras kembali. Mengerasnya cangkang kepiting tak lepas dari proses penyerapan ion kalium dan kalsium dalam air laut. Mengingat ruang gerak kepiting yang terbatas dan cangkang yang lunak, proses pengambilan kepiting tidak memerlukan alat khusus. Pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan. Sambil mengecek kotak lain, dilakukan pemanenan pengambilan kepiting soka satu per satu.
Seperti diketahui, air kaya ion dan mineral, oleh karena itu kepitting cangkang lunak yang telh dipanen harus segera di masukkan ke dalam air tawar untuk memperlambat proses pengerasan cangkang. Perendaman dalam air tawar ini dilakukan selama 25 menit. Perendaman juga berfugsi untuk memberika kesempatan kepiting mengebsorbsi air ke dalam tubuhnya. Ukuran tubuh kepiting setelah molting bertambah sebanyak 20-25 % dari ukuran semula.
Setelah dimasukkan ke dalam air tawar selama 20-30 menit, kepiting dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat dari bahan kayu atau styrofoam. Agar tidak mudah kering dan mengeras lapisan bawah dan atas wadah, mengangkutnya sebaiknya diberi kain basah. Selain bisa menjaga kelembapan ruangan, kain basah ini juga berfungsi agar kepiting yang lunak tidak tidak rusak akibat bersinggungan denga wadah kayu. Pengemasan seperti ini biasa dilakukan untuk pengiriman jarak dekat. Sementara untuk pengiriman ekspor, kepiting dibekukan selama 1-2 hari. Selanjutnya kepiting disusun dalam kotak styrofoam untuk dikirim. Pembekuan dilakukan di dalam freezer sehingga kepiting soka bisa tahan hingga satu tahun.
Selain dalam bentuk kepiting cangkang lunak, budidaya kepiting soka juga bisa mengharapkan pemasukan dari penjualan capit dan kaki jalan kepiting. Penjualan capit bisa dilakukan setelah mengambil isinya terlebih dahulu atau menjualnya besrta isinya. Harga jual untuk capit yang sudah diambil isinya berkisar Rp 40.000-45.000/kg. Capit yang belum dikeluarkan isinya Rp 13.000/kg, kaki jalan yang sudah diambil isinya Rp 20.000-Rp 25.000/kg, dan kaki jalan yang masih utuh dijual Rp 1.500/kg. Agar mudah mengeluarkan isinya, capit dan kaki jalan direbus terlebih dahulu hingga berwarna merah.
Pengendalian hama dan penyakit, beberapa hama dan penyakit yang biasa menyerang budidaya kepiting adalah sebagai berikut :
-
White spot syndrome virus (WSSV)
-
Bacterial shell disease (BSD)
-
Shell discoloration (SD)
-
Shell fouling (SF)
-
Gill fouling with debris (GFD)
-
Algal encrustation (AE)
-
Gill commensals and parasites (GCP)
-
Gill discoloration (GD)
-
Incomplete molting (IM)
Proses molting tidak sempurna. Penyakit ini disebabkan oleh faktor suhu rendah dan kurangnya gizi. Dalam satu eksperimen terlihat bahwa 37 % kepiting remaja yang dibesarkan pada suhu ambien (27-30 oC) berhasil molting dalam periode waktu 30 hari.