Rencana Bisnis Kelas Perusahaan Kepiting

KATA PENGANTAR

Kepiting “soka” Bakau (Scylla serrata) merupakan komoditas penting di sektor usaha budidaya perikanan dan merupakan salah satu produk yang dikembangkan di KPH-TBS sebagai komoditas khas. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka diperlukan penyususnan bisnis plan yang lengkap. Tujuan penyususnan bisnis plan ini adalah untuk memberikan informasi yang akurat tentang prospek bisnis kepiting soka kepada para pihak, terutama investor.

Tim KPH-TBS mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya bisnis plan buaya ini yaitu:

  1. Rektor Instiper yang telah memberikan fasilitas

  2. Dekan Fakultas Kehutanan Instiper yang telah memberikan fasilitas

  3. Bapak Dr. Ir. Agus Setyarsoyang telah memberikan pengarahan, dorongan, dan bimbingan sehingga bisnis paln ini dapat tersusun.

  4. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan sehingga bisnis plan ini dapat tersusun.

Penulis berharap semoga dokumen bisnis plan ini memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang ingin berinvestasi pada bisnis kepiting soka.

Yogyakarta 19 Desember 2014

Tim KPH

i



DAFTAR ISI

Kata Pengentar i

Daftar Isi ii

Executive Summary iii

I. Sistem Organisasi 1

    1. Pernyataan Misi Bisnis 1

    2. Status Organisasi Sekarang 1

    3. Sejarah Organisasi 1

    4. Tim Manajemen Untuk Kelas Perusahaan 2

II. Rencana Pemasaran 4

2.1 Penentuan Harga 4

2.2 Manajemen Permintaan 5

2.3 DistriBusi Pemasaran 5

2.4 Promosi dan Pengelolaan Branding 6

III. Rencana Operasional 7

3.1 Riset dan Pengembangan 7

3.2 Produksi dan Alokasi 8

3.3 Teknologi Informasi dan Komunikasi 17

3.4 Rencana SDM 18

  1. Rencana Finansial 20

  2. Analisis Resiko 24

  3. Mekanisme Pengmbilan Keputusan 25

6.1 Mekanisme Pengambilan Keputusan 25

6.2 Manajemen Mutu 25

ii



EXECUTIVE SUMMARY

Kepiting memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak dimanfaatkan sebagai makanan restoran baik di dalam maupun di luar negeri. Meskipun kepiting mengandung kolesterol, namun kalau kandungan lemak jenuhnya cukup rendah dan merupakan sumber niacin, folate, proteinvitamin B12, selemium dan potassium. Salah satu jenis kepiting adalah kepiting soka.

Kepiting soka merupakan kepiting cangkang lunak yang berasal dari kepiting bakau dengan metode tertentu yang di panen pada saat pergantian kulit sehingga cangkangnya menjadi lunak dan dapat di konsumsi dengan mudah secara utuh. Habitat kepiting soka meliputi seluruh wilayah hutan bakau dan daerah estuaria. Pengembangan budidaya kepiting soka diharapkan dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat yang pada umumnya bekerja sabagai nelayan dan petani laut.

Kabupaten pelalawan saat ini mempunyai mangrove yang cukup luas sepanjang pantainya. Mangrove berfungsi untuk mencegah abrasi air laut, hutan mangrove juga berpotensi sebagai lahan budidaya kepiting soka.

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa payback period dicapai pada bulan kelima dari pengusahaan. Perhitungan Net Present Value diperoleh nilai sebesar Rp2.148.095.000,-. Ini menunjukkan bahwa investasi kepiting layak untuk diusahakan. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode IRR menghasilkan angka 29,85%, berarti investasi kepiting layak untuk diusahakan. Gross B/C dihitung dengan membandingkan Gross Benefit dengan Gross Cost diperoleh nilai sebesar 1,30. Nilai ini lebih besar dari satu, berarti investasi kepiting layak untuk diusahakan.

iii



BAB I. SISTEM ORGANISASI

1. Pernyataan Misi Bisnis

Misi bisnis budidaya kepiting soka adalah “kepiting soka bersertifikat ekolabel”. Perusahaan harus mempunyai daya saing dengan menghasikan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Perusahaan ini diharapkan juga memberikan manfaat yang signifikan dalam memberikan tambahan pendapatan masyarakat. Misi itu mendorong perusahaan untuk melakukan aktifitas usahanya dengan melibatkan banyak masyarakat.

Berdasarkan pemetaan potensi yang ada, usaha kepiting soka akan dikembangkan di pulau mendolyang dipandang strategis. Keberadaan perusahaan di wilayah tersebut dibangun dengan model kemitraan bersama masyarakat. Pada tahap awal keterlibatan masyarakat berupa pengumpulan kepiting bakau dalam size tertentu(6-8) yang hasil pengumpulannya dibeli oleh perusahaan. Dengan model kemitraan ini diharapkan akan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam hayati asli indonesia, sekaligus dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Dalam perspektif lain, kegiatan ini akan berdampak terhadap pelestarian hutan mangrove sebagai ekosistem kepiting bakau. Kemungkinan masih belum besar, kemudian berjalannya waktu akan ditingkatkan menjadi lebih besar.

2. Status Organisasi Sekarang

Kelas perusahaan kepiting soka merupakan usaha baru yang akan dirintis oleh KPH TBS pekanbaru. Merupakan bisnis yang bersifat modern, dengan produk khas, unik, dengan pasar yang sangat luas baik untuk konsumen lokal maupun ekspor. Melihat pangsa pasar yang masih sangat luas dan kepiting termasuk bahan makanan mewah dengan harga yang cukup mahal, maka keuntungan yang didapat perusahaan juga akan besar.

Untuk menjalankan bisnis kelas perusahaan kepiting soka dilakukan oleh tenaga profesional dengan keahlian dan skill yang khusus. Sampai saat ini belum dapat dipenuhi dari tenaga yang langsung diambil dari KPH. Untuk memenuhi tenaga kerja yang kompeten tersebut harus dilakukan rekruitmen dengan kompetensi yang diperlukan. Untuk tahap awal tenaga yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

  1. Manager kelas perusahaan kepiting soka sebanyak 1 orang

  2. Tenaga pemasaran (untuk tahap awal tenaga pemasaran dirangkap oleh manager)

  3. Tenaga teknik budidaya kepiting soka sebanyak 1 orang. Untuk tenaga ini dapat direkrut tenaga yang profesional.

  4. Tenaga keamana 1 orang. Dapat diambil dari tenaga kerja yang ada di KPH TBS

  5. Tenaga kasar(sesuai dengan kebutuhan) dipenuhi dari tenaga lokal

3. Sejarah Organisasi

KPH Model Tasik Besar Serkap ditetapkan oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 21 September 2010, yang mencakup wilayah semenanjung kampar. Pembentukan KPH TBS merupakan salah satu implementasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan membentuk suatu unit pengelolaan hutan ditingkat tapak. Kebijakan pembentukan KPH ini tertuang dalam Undang-Undang Kehutanan No 41 Tahun 1999 dalam pasal 17 ayat 1 diuraikan bahwa pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan untuk tingakat provinsi, kabupaten/kota dan unit pengelolaan (kesatuan pengelolaan hutan). KPHP Model TBS dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No 509/MENHUT-VII/2010 pada tanggal 21 September 2010.

Sebagi sebuah institusi pengelola tingkat tapak dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan, maka KPHP Model TBS harus mempunyai rencana pengelolaan yang merupakan roh penggerak seluruh kegiatan untuk mengarahkan pada pencapaian tujuan dari pengelolaan hutan yang telah ditetapkan. Rencana pengelolaan hutan (RPH) tersebut dapat berupa rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan hutan jangka pendek yang merupakan sebuah dokumen rencana pengelolaan hutan dan dibuat berdasarkan hasil kegiatan tata hutan.

O

1

rganisasi bisnis plan akan diisi oleh tenaga yang selama ini sudah bekerja di dinas kehutanan, yang notabene kesehariannya bekerja pada bidang pelayanan kepada masyarakat. Bidang pelayanan tidak dituntut untuk bisnis dan menghasilkan keuntungan. Sementara bekerja di KPH yang dituntut untuk bisa mandiri dalam bidang finansial keuangan, tentu harus dituntut perilaku bisnis. Memang tidak mudah bagi seseorang untuk dengan cepat dapat merubah pola pikir dan perilaku yang selama ini sudah terbentuk. Berkaitan dengan itu, diperlukan berbagai upaya bagi KPH untuk melakukan program khusus untuk staff yang berasal dari dinas kehutanan. Program yang harus dilakukan adalah memberikan pengertian dan pemahaman terhadap staff baru yang berasal dari dinas tersebut untuk segera dapat beradaptasi dengan lingkungan baru yang sama sekali berbeda. Untuk mempercepat adaptasi, dapat dilakukan program pelatihan baik mengenai kewirausahaan, bisnis dan motivasi untuk perubahan. Motivasi pentingnya perubahan, dan bagaimana cara melakukan perubahan. Oleh karenanya KPH harus mempunyai semacam lembaga “learning development” yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran kualitas SDM di KPH.

4. Tim Manajemen untuk Kelas Perusahaan

Keorganisasian kelas perusahaan budidaya kepiting soka dibentuk dengan ramping dan efisien, sesuai dengan kebutuhan. Organisasi ini akan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan perusahaan. Berikut ini disampaikan bagan organisasi perusahaan budidaya kepiting soka KPH TBS.

Organisasi perusahaan kepiting soka sebagai berikut.

KKPH



Sub Bagian Tata Usaha



Kepala Seksi Rehabilitasi dan Perlindungan Hutan

Seksi Perencanaan Pemanfaatan Dan Penggunaan Kawasan



Manager Bisnis Kelas Perusahaan Buaya



Produksi

Pemasaran

Pemberdayaan Masyarakat



Gambar 1. Struktur organisasi kelas perusahaan kepiting soka KPH-TBS

Unit bisnis kepiting soka dipimpin oleh seorang manager yang langsung dibawah KKPH. Manager kepiting soka dibantu oleh 3 asisten yaitu asisten produksi, asisten pemasaran dan asisten pemberdayaan pada masyarakat. Asisten pemberdayaan masyarakat akan membawahi plasma kepiting soka. Dalam melakukan kegiatan operasionalisasi perusahaan manager KP kepiting soka merangkap sebagai asisten pemasaran. Kebijakan perusahaan harus selalu dikoordinasikan dengan kepala KPH dan seksi produksi dan jasa KPH. Bagian keamanan akan ditangani langsung oleh kepala resort KPH (Resort KPH Pelalawan).




Tanggung jawab



Peran

Mitra usaha

KPH

Lembaga keuangan/ investor

Mitra kelompok masyarakat

lainnya

Additional KPH Funding





Legalitas Bisnis




Penyiapan infrastuktur





Pajak dan pungutan





Pengelolaan hubungan kemitraan





Operasi sistem produksi





Sertifikasi produk





Pengamanan areal





Manajemen produksi





Pemasaran dan promosi





Goverment relations




U

3

nit bisnis kepiting soka dipimpin oleh seorang manager yang membawahi 3 kepala bagian (pemasaran, produksi, dan pemberdayaan masyarakat). Tupoksi masing-masing akan disampaikan kemudian. Untuk tahap awal keorganisasian dibuat seramping mungkin, agar lebih efisien, fleksibel, dan dinamis. Bahkan manager masih merangkap sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Demikian juga tenaga keamanan tidak hanya mengurusi keamanan saja, namun juga dilibatkan untuk membantu operasianal produksi.

BAB II. RENCANA PEMASARAN

Kepiting merupakan salah satu komoditas ekspor yang prospektif dan semakin diminati oleh pasar dunia. Data kementrian kelautan dan perikanan mencatat setiap tahunnya nilai ekspor kepiting mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 menempati urutan ketiga setelah udang dan tuna yaitu sejumlah 21.510 ton dengan nilai 170 juta dolar AS. Sedangkan untuk tahun 2011 nilai ekspor kepiting dan rajungan mencapai 250 juta dolar AS atau mengalami kenaikan 10-20 persen.

Sampai dengan saat ini indonesia merupakan negara pengekspor kepiting terbesar di dunia. Kebutuhan kepiting internasional seperti amerika dan china didatangkan dari indonesia. Pada semester satu tahun 2013 , ekspor kepiting dan produk olahannya mencapai 19.786 ton. Volume ekspor ini meningkat 25,76% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 15,733 ton. Adapun nilai ekspor kepiting tercatat pada tahun 2012 US$ 183,7 juta pada semster satu atau setara Rp 2,09 triliun, menjadi US$ 198,0 juta (Rp 2,25 triliun) naik 7,82% pada semester 1 tahun 2013. Amerika serikat menjadi pasar ekspor kepiting terbesar dengan volume ekspor 5.711 ton senilai US$ 104,7 juta atau 1,193 triliun.

Tujuan ekspor kepiting bukan hanya Amerika tetapi juga China, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan sejumlah negara di kawasan Eropa. Jumlah permintaan tersebut belum dapat terpenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan minimnya produksi dari hasil budidaya.

Habitat kepiting soka meliputi seluruh wilayah hutan bakau dan daerah Estuaria. Pengembangan budidaya kepiting soka diharapkan dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat yang pada umumnya bekerja sebagai nelayan dan petani laut. Kabupaten pelalawan saat ini mempunyai mangrove yang cukup luas di sepanjang pantainya. Mangrove berfungsi untuk mencegah abrasi air laut, hutan mangrove juga berpotensi sebagai lahan budidaya kepiting soka.

Dalam budidaya kepitig soka perlu dilakukan sistem khusus. Sebelumnya perlu dilakukan penyuluhan tentang teknik budidaya kepiting soka kepada warga masyarakat sasaran agar mendapatkan hasil yang maksimal. Masyarakat sebagai central dalam pengembangan budidaya kepiting soka ini, pada awalnya diarahkan tentang cara pelestarian mangrove di kawasan pantai. Sementara itu di kawasan yang telah tertanami mangrove tepatnya di wilayah yang berdekatan dengan pantai dapat langsung dilakukan budidaya kepiting soka oleh warga sekitar.

Produksi kepiting bakau bila dikelola dengan baik akan memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat sekitar secara berkelanjutan. Peningkatan produksi harus diimbangi dengan kegiatan konservasi sehingga tidak merusak lingkungan dan pemanfaatannya dapat berlangsung secara berkelanjutan. Pemasaran kepiting soka dapat dilakukan pada pasar local di wilayah Pekanbaru dan Batam yang mempunyai banyak hotel dan restorant. Dalam pengembangannya dapat dilakukan ekspor sampai Singapura dan Malaysia.

2.1.Penentuan Harga

Harga merupakan nominal angka dalam mata uang tertentu. Harga merupakan sesuatu yang harus dibayarkan oleh konsumen atas suatu produk tertentu dengan nilai (value) tertentu dalam rangka pemenuhan kebutuhan (needs) atau keinginan (wants) untuk mencapai kepuasan (satisfy). Harga ini ada sebagai pengganti biaya tetap dan variabel pada biaya produksi.

Strategi penentuan harga bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, merebut pangsa pasar, menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta Return Of Investment (ROL). Penentuan harga ini sangat penting karena dapat mempengaruhi laba rugi perusahaan dan mempengaruhi pencitraan dari produk yang dijual tersebut.

Penetapan harga jual dari hasil produksi pada dasarnya dihitung dengan cara menjumlahkan biaya produksi atau harga pokok pembelian barang per unit serta beban biaya tetap per unit dan menentukan besarnya jumlah keuntungan yang diinginkan (Ibrahim 2003). Rumus penetapan harga adalah sebagai berikut

(sumber : ibrahim 2003)

harga kepiting soka di pasaran lokal sekitar Rp 100.000,- hingga Rp 150.000,- perkilogram, untuk luar daerah mencapai Rp 150.000,- sampai Rp 175.000,- perkilogram. Permintaan kepiting sangat besar di pasar internasional dan pasokannya terbatas maka harga jualnya tinggi.

2.2.Manajemen Permintaan

Potensi kepiting di provinsi Riau khususnya kabupaten pelalawan cukup besar. Walaupun belum ada data atau informasi tentang potensi umum dari hasil pengamatan lapangan dan wawancara dengan masyarakat sudah menunjukkan bahwa ketersediaan kepiting bakau sebagai salah satu potensi perikanan pesisir cukup bisa diandalkan. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan hidup (habitat) yang berupa hutan mangrove yang cukup luas.

Kepiting bakau atau yang dikenal dengan nama Scylla serrata merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang memiliki nilai ekonomis dan mengandung gizi yang tinggi bagi kesehatan pertumbuhan. Hal ini menyebabkan permintaan pasar terhadap kepiting bakau di pasaran terus meningkat dari waktu ke waktu.

Kepiting bakau banyak diminati oleh masyarakat lokal maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Kepiting bakau merupakan satu diantara komoditas laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasaran dunia. Komoditas kepiting bakau sangat digemari konsumen luar negeri dan menjadi salah satu makanan bergengsi.

Kepiting soka mempunyai peluang bisnis yang menjanjikan, karena di pasaran harga kepiting soka mencapai 3-4 kali lipat dibandingkan harga kepiting biasa. Kepiting menjadi masakan yang banyak diminati oleh konsumen terutama yang ada di kota besar seperti Jakarta. Setiap restoran menetapkan harga yang berbeda-beda. Di sebuah restoran di Jakarta, kepiting soka seharga Rp 45.000 per porsi sementara kepiting biasa seharga Rp 17.000 per porsi. Beberapa restoran yang menyediakan masakan kepiting diantaranya adalah Courtuard, Thai Express, Dapur Babah Elite, Sarang Kepiting, Hasil Laut, Santai 1001, Dan Rasane.

Harga jual kepiting soka ini cukup mahal dan akan terus meningkat disebabkan oleh cangkang kepiting yang lunak akan memudahkan penggemar menyantapnya. Sementara kepiting soka dalam menyantapnya tidak perlu sulit-sulit, langsung bisa disantap karena sangat lembut. Permintaan kepiting soka ini tidak hanya pada pasaran domestik namun juga dibutuhkan di pasar internasional. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor adalah USA, Jepang, dan Eropa. Dari tahun ke tahun, nilai ekspor kepiting cenderung mengalami kenaikan. Nilai ekspor kepiting disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1. Nilai ekspor kepiting indonesia periode tahun 2004-2008

no

Tahun

Nilai ekspor (000 US$)

1

2004

134.355

2

2005

130.905

3

2006

134.825

4

2007

179.189

5

2008

215.000*

*angka prediksi

Sumber: Nurdin dan Armando (2010)

2.3.Distribusi Pemasaran

Pemasaran (penjualan) kepiting bakau dapat diartikan sebagai kegiatan manusia untuk mengalihkan kepiting bakau kepada pihak pembeli atau konsumen. Untuk proses penjualan kepiting bakau dari produsen (nelayan dan petani tambak) ke konsumen biasanya melibatkan lembaga-lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga atau badan-badan yang menyelenggarakan fungsi kegiatan atau fungsi tata niaga yang mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai ke pihak konsumen. Menurut Swastha (1993), saluran distribusi atau saluran pemasaran untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen (penjual atau lembaga pemasaran) sampai ke konsumen. Penjualan kepiting bakau melibatkan fungsi-fungsi pemasaran antara lain : (1) fungsi pertukaran kepiting baik pembelian maupun penjualan kembali, (2) fungsi penyediaan fisik seperti pengangkutan dan penyimpanan kepiting bakau, dan (3) fungsi penunjang yang meliputi keperluan pembelanjaan dan stok kepiting bakau produsen untuk penjualan, penanggungan resiko terhadap kerusakan kepiting selama distribusi dan penyimpanan, standar kualitas mutu dan ukuran kepiting, serta informasi kebutuhan pasar maupun konsumen terhadap kepiting.

L

5

embaga-lembaga atau individu pemasaran dalam saluran pemasaran kepiting bakau bertugas untuk melaksanakan aktifitas pemindahan sehingga dapat meningkatkan kegunaan. Peningkatan kegunaan ini yang memungkinkan penjualan menjadi produktif. Untuk penyaluran kepiting bakau, lembaga-lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran adalah produsen, pedagang perantara dan konsumen akhir. Saluran pemasaran dapat berbentuk rantai pendek dan berbentuk rantai panjang.

Saluran pemasaran dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasi-hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan yang dibayarkan konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan pemasaran.

Saluran pemasaran kepiting bakau dapat berupa hubungan langsung antara produsen dan konsumen, dapat pula melalui beberapa saluran. Menurut swastha (1993), ada 5 alternatif saluran pemasaran yang dapat dipilih, yaitu :

  1. Produsen <> konsumen

  2. Produsen <> pengecer <> konsumen

  3. Produsen <> pedagang <> pengecer <> konsumen

  4. Produsen <> agen <> pengecer <> konsumen

  5. Produsen <> agen <> pedagang besar <> pengecer <> konsumen

Pendek atau panjangnya saluran pemasaran akan menyebabkan perbedaan dalam harga jual. Pada saluran yang lebih panjang, harga jual akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga jual komoditi yang sama pada saluran pemasaran yang lebih pendek. Kondisi inilah yang menyebabkan masih rendahnya efisiensi pemasaran kepiting bakau. Menurut Mubyarto (1995), suatu sistem pemasaran dianggap efisien bila mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam semua kegiatan produksi dan pemasaran tersebut.

Produk kepiting yang dihasilkan dapat di pasarkan ke kota-kota besar seperti Pekanbaru, Batam, Jakarta, Medan, bahkan bisa didistribusikan sampai ke luar negeri dengan ekspor.

2.4.Promosi dan Pengelolaan Branding

Strategi dalam meningkatkan penjualan merupakan salah satu upaya di dalam mencari terobosan dan solusi untuk keberlanjutan usaha yang dilakukan oleh para pemasar yang menjual produknya. Strategi pemasaran dan promosi adalah kegiatan yang dapat saling menunjang untuk keberhasilan pemasaran. Tujuan dilaksanakan promosi adalah : (a) unuk memperkenalkan produk kepada konsumen, (b) memberikan daya tarik kepada konsumen untuk membeli produk yang di pasarkan. Promosi dapat dilakukan secara langsung seperti, pameran, tatap muka, maupun secara tidak langsung melalui media masa seperti : koran, majalah, TV, radio, brosur, dan internet dengan pembuatan web site yang menyajikan katalog dan keunggulan/kekhasan produk.

Salah satu strategi pemasaran yang sangat prestisius dan sangat efektif adalah dengan menciptakan brand. Keuntungan melakukan branding produk selain sebagai pengenalan identitas produk, brand juga akan menumbuhkan loyalitas konsumen. Biasanya bila seseorang sudah cocok dan akrab dengan satu brand , dia tidak mudah berpaling pada produk lain. Selain itu brand juga sering dianggap sebagai identitas dirinya. Namun, kecocokan tak hanya dari nama, tetapi juga kualitas produk, pelayanan yang memuaskan, dan harga yang reasonable. Semakin banyak konsumen yang merasa puas denga kualitas produk, maka semakin tinggi nilai jual suatu brand.

Branding yang dibangun dalam bisnis ini adalah kepiting ekolabeling, yang dikelola dengan melibatkan masyarakat lokal, dilakukan untuk mendukung kelestarian ekosistem mangrove. Produk kepiting yang dikembangkan dari hutan mangrove ini diharapkan akan mempunyai “ value proposition” tinggi di konsumen, karena dapat mengurangi tekanan terhadap kerusakan hutan mangrove. Sedangkan brand yang di bangun adalah “ mendol soft crab”.

BAB III. RENCANA OPERASIONAL

3.1.Riset dan Pengembangan

Kepiting soka adalah nama lain dari kepiting cangkang lunak. Lunaknya cangkang yang dimiliki kepiting ini bukan karena jenis kepitingnya, namun lunaknya cangkang kepiting disebabkan kepiting baru melewati tahap ganti kulit (molting). Jadi cangkang kepiting yang keras ditanggalkan dan muncul cangkang baru yang masih lunak. Cangkang baru yang lunak ini juga akan mengeras beberapa saat setelah terjadi molting.

Terdapat beberapa species kepiting yang ada di dunia ini. Ada yang berdiam dilingkungan air tawar, bakau, dan laut. Adapun jenis yang berpotensi besar untuk dibudidayakan adalah kepiting bakau dan rajungan. Terdapat empat jenis kepiting bakau yang ditemui di indonesia yaitu Kepiting Bakau Merah (Scylla alivacea) atau Red/Orange/Mud Crab, Kepiting Bakau Hijau (S.serrata) atau Giant Mud Crab karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg/ekor, Kepiting Bakau Ungu (S. tranquebarica) juga dapat mencapai ukuran besar, dan Kepiting Bakau Putih (S. paramamosain). Semua jenis kepiting bakau tersebut berpotensi untuk dijadikan produk kepiting soka. Kepiting bakau ungu, kepiting bakau hijau, dan kepiting bakau putih sangat baik dijadikan sebagai produk kepiting soka.

Hingga saat ini, belum banyak pembudidaya yang serius menangani budidaya kepiting. Budidaya lebih banyak dilakukan masyarakat untuk menggemukkan kepiting tangkapan yang masih kecil atau kurus. Pembudidaya yang serius untuk memenuhi kebutuhan pasar belum banyak bermunculan. Oleh karena itu budidaya kepiting cangkang lunak menjadi alternatif bisnis dibidang perikanan yang sangat menjanjikan. Adapun kepiting soka sudah menjadi salah satu produk budidaya kepiting di luar negeri. Oleh karenanya sebagai negeri yang banyak memiliki daerah pantai, indonesia berpeluang besar untuk memasok kebutuhan masyarakat dunia terhadap produk budidaya kepiting soka tersebut.

Jenis kepiting yang ditemukan di indonesia adalah :

  1. Kepiting Rawa (kepiting lawo),kepiting ini mempunyai bentuk badan agak besar, bundar dan tebal. Tubuhnya mempunyai perisai tebal dan berwarna kecoklat-coklatan. Kepiting rawa banyak dijumpai hidup di tepi pantai yang tanahnya agak berlumpur. Tempat yang paling disukainya adalah tepi pantai yang memiliki tumbuh-tumbuhan rawa seperti hutan bakau. Kepiting ini banyak dijumpai di daerah sawah pasang surut atau di sawah-sawah yang berdekatan dengan hutan bakau. Kepiting rawa agak sulit untuk ditangkap sebab sering bersembunyi di dalam tanah atau disela-sela tumbuhan bakau. Salah satu contoh dari kepiting rawa yang paling terkenal adalah scyla serrata yang biasa dijumpai di lingkungan hutan mangrove (bakau), tambak air payau atau muara sungai. Dari semua jenis kepiting yang ada, Scylla serrata merupakan jenis yang paling terkenal dan banyak diperdagangkan.

  2. Kepiting Suji (kepiting laut), bentuk morfologi kepiting ini adalah relatif tipis dibandingkan dengan kepiting rawa. Badannya berbentuk agak lonjong dan berbintik-bintik. Pertumbuhan badan lambat dan pada umumnya mempunyai bentuk tubuh kecil dan pipih. Kepiting laut mempunyai warna tubuh hijau kemerah-merahan. Bobot tubuh kepiting jantannya dapat mencapai 500 gram sedangkan betina lebih kecil yaitu hanya mencapai 350 gram setiap ekornya. Jenis kepiting ini hidup di lautan lepas atau di pinggir laut yang landai berbeda dengan kepiting rawa, kepiting ini lebih menyukai areal yang tidak ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan.

  3. Kepiting Batu, kepiting batu memiliki perisai tubuh yang relatif tebal. Kepiting ini memiliki warna tubuh kehijau-hijauan yang sangat menarik dan sebagian dadanya berwarna putih. Gerakan kepiting batu sangat lincah kerena dilengkapi dengan kaki yang panjang. Kepiting ini cukup gesit bergerak diantara batu-batuan meskipun terkena hempasan ombak. Capit kepiting batu ini relatif kecil bila dibandingkan dengan ukuran badannya, akan tetapi dilengkapi dengan gerigi yang sangat tajam sehingga cukup efektif untuk menangkap mangsa atau menghadapi musuhnya.

  4. Kepiting Geruntu, mempunyai ciri morfologi yaitu badan berbentuk bulat kecil yang berwarna kekuning-kuningan dan dilengkapi dengan perisai yang tebal. Capit dan jari-jarinya relatif pendek dan sangat malas untuk bergerak, sehingga sangat mudah untuk ditangkap bila ditemukan. Kepiting ini kurang disukai oleh masyarakat sehingga tidak diperdagangkan. Kepiting geruntu umumnya dijumpai hidup di dasatr laut terutama di daerah yang banyak ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan.

  5. K

    7

    epiting Kaefa, jenis ini mempunyai ukuran relatif kecil dibandingkan dengan jenis kepiting lainnya. Kepiting kaefa menyukai hidup di lautan maupun di muara sungai. Karena badannya kecil dan juga memiliki badan yang berwarna biru kehitam-hitaman, kepiting ini sulit untuk dilihat dan ditangkap. Kegemarannya yang menonjol adalah hidup berpegangan pada kayu-kayu lapuk yang hanyut di laut maupun di muara sungai. Selain itu kepiting ini juga sering terlihat membuat lobang persembunyiannya di tebing-tebing sungai untuk tempat tinggalnya.

  6. Kepiting Lambogo, jenis ini sering disebut juga dengan kepiting bengkalang, mampu hidup di dua alam. Ukuran kepiting ini relatif kecil, sehingga sangat sulit untuk ditangkap. Kepiting ini juga merupakan jenis beracun dan tidak dianjurkan untuk dimakan. Jenis kepiting ini memiliki kemampuan untuk mengubah warna tubuhnya (mikikri) sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Bila ia membuat lobang di pasir dan tinggal di dalamnya, maka warna tubuhnya akan sesuai dengan warna pasir.

  7. Kepiting Belengkakem, kepiting ini mempunyai ukuran yang relatif kecil dibandingkan dengan kepiting rawa atau kepiting laut. Memiliki warna tubuh mendekati coklat tua dan matanya berwarna merah. Ciri khas kepiting ini adalah mempunyai sejumlah bulu yang mirip lumut pada jari dan dadanya. Bila kulitnya terluka maka luka tersebut akan keluar cairan berwarna merah seperti darah. Diduga kepiting ini beracun, sehingga dianjurkan untuk tidak dimakan.

  8. Kepiting Binatu, kepiting ini mempunyai ukuran relatif kecil dan dikenal sebagai kepiting yang telah lebih baik beradaptasi dengan lingkungan darat yang lebih kering. Meskipun sudah beradaptasi dengan lingkungan darat, kepiting ini belum meninggalkan sepenuhnya kehidupan air, terbukti masih dapat dijumpai di lumpur-lumpur. Ciri khas kepiting binatu yang sangat menonjol adalah capit pada jantannya berukuran sangat besar dan tidak seimbang dengan capit yang satunya lagi yang sangat kecil, capit besar yang berwarna cerah ini sering digoyang-goyangkan untuk memikat betina pasangannya atau menakut-nakuti pejantan lain yang ingin mendekati lubangnya atau hewan lain yang hemdak memaksanya.

  9. Kepeting Gelenteng, bentuk morfologi kepiting ini adalah mempunyai kantong insang yang berisi air. Jika kantong insang ini telah jenuh, maka air yang di dalamnya harus diganti dengan air baru yang lebih segar. Jenis ini mempunyai kegiatan membuat lubang persembunyian di pasir, yaitu disekitar batas atas garis pasang. Lubang persembunyian cukup dalam, yaitu sekitar 100 cm.

  10. Kepiting Tentara, jenis ini sering dijuluki tentara jepang. Banyak dijumpai di pantai yang mempunyai hamparan pasir cukup luas. Jika air laut surut, maka akan terlihat gerombolan kepiting ini bergerak kesana kemari dengan jumlah ratusan hingga ribuan ekor. Kepiting ini sangat waspada, sedikit saja ada gerakan yang mengganggu maka secara serentak mereka akan menghilang kedalam lubang dan akan keluar kembali setelah suasananya aman.

3.2.Produksi dan Alokasi

3.2.1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan mencakup legalitas, kelembagaan, riset (penelitian), sumberdaya manusia, dan teknis kemitraan.

Legalitas

Budidaya kepiting soka membutuhkan legalitas sebai berikut:

  • Pembentukan badan hukum usaha dalam bentuk PT, yang dicatatkan di kementrian kehakiman.

  • Pengurusan izin usaha (HO, SIUP, TDP, TDI, TDIP)

  • Didaftarkan di kantor pajak untuk mendapatkan surat NPWP. (untuk produksi dan pemasaran).

Kelembagaan

Salah satu aspek penting yang harus dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah mempersiapkan kelembagaan. Kelembagaan ditingkat tapak harus disiapkan dengan baik, efisien dan ramping. Kelembagaan ini akan berkembang sesuai dengan perkembangan perusahaan.



KPH


Kepala seksi perencanaan, pengembangan dan penggunaan kawasan hutan



Manager Bisnis


Produksi

Pemasaran

Pemberdayaan masyarakat


Gambar 2. Kelembagaan budidaya kepiting soka

Manager mempunyai tugas untuk :

  • Bertanggungjawab terhadap seluruh aktifitas dalam perusahaan

  • Melakukan monitoring dan evaluasi seluruh perusahaan mencakup produksi, keamanan, dan pemasaran

  • Melakukan negosiasi dengan pihak lain untuk mendapatkan permodalan

  • Melakukan koordinasi dengan seluruh komponen dalam perusahaan

  • Melakukan terobosan untuk pemasaran dan usaha untuk memajukan perusahaan

Kepala bagian produksi mempunyai tugas untuk :

  • Menyusun perencanaan produksi dan infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang produksi

  • Melakukan perencanaan pembuatan tambak dan budidaya kepiting soka

  • Mencari sumber bibit yang akan dibudidayakan untuk produk kepiting soka

  • Melakukan sortasi bibit yang dibeli baik dari perusahaan maupun dari petani sekitar

  • Melakukan pemeliharaan kepiting soka

  • Memberikan laporan seluruh aktifitasnya kepada manager perusahaan

  • Melakukan koordinasi dengan bagian lain, terutama bagian pemasaran

  • Bertanggungjawab terhadap keberhasilan produksi kepiting soka

Bagian pemasaran yang dirangkap langsung oleh manager bertugas untuk :

  • Memasarkan produk kepiting soka baik di pasar domestik maupun pasaran manca negara

  • Mencari peluang pasar baru baik ditingkat domestik maupun mancanegara

  • Menyiapkan dokumen ekspor apabila produk kepiting akan diekspor keluar negeri

  • Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk pengiriman produk

  • Melayani pembeli ditingkat tapak

  • Melaporkan hasil pekerjaannya kepada manager

Bagian pemberdayaan masyarakat bertugas untuk :

  • M

    9

    elakukan pembinaan kepada masyarakat dalam penyediaan pakan kepiting yang dapat disediakan oleh masyarakat

  • Melakukan pelatihan kepada masyarakat tempatan yang akan dijadikan tenaga kerja kelas perusahaan kepiting khususnya dalam proses produksi

  • Menyediakan tenaga kerja masyarakat tempatan dalam proses produksi

  • Melakukan koordinasi dengan aparat wilayah setempat dan tokoh masyarakat untuk bekerjasama dalam menyediakan tenaga kerja dan pengamanan lokasi penangkaran

  • Mencatat semua tamu yang datang ke perusahaan

  • Melaporkan pelaksanaan tugas kepada manager selama periode tertentu

  • Membantu tugas-tugas lainnya apabila diminta

Sumberdaya Manusia

Kualifikasi SDM yang dibutuhkan untuk perusahaan budidaya kepiting soka adalah sebagai berikut :

Manager, persyaratan yang dibutuhkan adalah :

  • Minimal S-1 dibidang perikanan

  • Sudah mempunyai pengalaman kerja (budidaya kepiting) minimal 3 tahun

  • Bisa berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan

  • Dapat menggunakan multimedia terutama internet

  • Jujur, profesional

  • Sehat jasmani dan rohani

  • Bersedi ditempatkan di lapangan

Kepala bagian produksi, persyaratan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

  • Minimal lulusan SMA, diutamakan lulusan SMK budidaya perikanan

  • Sudah mempunyai pengalaman kerja dibidang perikanan minimal 2 tahun

  • Jujur dan mau bekerja keras

  • Sehat jasmani dan rohani

  • Mau ditempatkan di lapangan

Kepala bagian pemasaran, persyaratan SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

  • Minimal lulusan SMA jurusan Ekonomi atau SMK jurusan Ekonomi

  • Bisa berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan

  • Dapat menggunakan multimedia terutama internet

  • Jujur dan mau bekerja keras

  • Sehat jasmani dan rohani

  • Mau di tempatkan di lapangan

  • Diutamakan yang dapat mengendarai mobil dan atau motor, serta minimal mempunyai Sim C

  • Dapat bekerjasama dengan kolega

Kepala bagian pemberdayaan masyarakat, SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

  • Minimal lulusan SMA atau SMK

  • Bisa berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan

  • Dapat menggunakan multimedia terutama internet

  • Sehat jasmani dan rohani

  • Jujur, profesional dan mau bekerja keras

  • Mau ditempatkan di lapangan

  • Diutamakan yang dapat mngendarai mobil dan atau motor, serta minimal mempunyai Sim C

  • Dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan masyarakat setempat

Teknik Kemitraan

Usaha budidaya kepiting soka dilakukan dengan menggunakan pola kemitraan dengan masyarakat sekitar. Model kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat lokal dinamis. Untuk tahap awal dimana perusahaan masih awal dan masih belum stabil maka desain kemitraan yang ditawarkan kepada masyarakat lokal masih terbatas pada beberapa aspek saja, diantaranya adalah :

  1. Penyediaan pakan untuk kepiting soka, baik penyediaan ikan runcah, keong mas, dan bekicot. Harga pakan sesuai dengan harga pasaran

  2. Jasa keamanan, masyarakat diberikan peluang sebagai tenaga keamanan

  3. Penyediaan bibit kepiting, dapat dipenuhi dari alam

2. Infrastruktur Produksi

Infrastruktur yang dibutuhkan dalam budidaya kepiting soka adalah

  • pembuatan tambak ukuran fleksibel atau kurang lebih 20x10 m2 sebanyak 5 buah

  • pembuatan kolam pembesaran ukuran 20x10 m2 sebanyak 2 buah

  • laboratorium mini (hama dan penyakit) untuk budidaya kepiting

  • pembuatan rakit pemasangan keranjang kepiting

sedangkan peralatan yang dugunakan adalah :

  • crab box sebanyak 1000 buah (soliter maupun kolumnar)

  • bambu

  • pralon

  • tali plastik

  • drum plastik (untuk floating)

  • ember

  • selang air

  • pompa air listrik

  • freezer

  • gunting

  • timbangan

bahan yang digunakan dalam budidaya kepiting disediakan oleh masyarakat sekitar berupa :

  • kepiting bakau

  • ikan runcah, keong mas atau bekicot

3.2.3 Lay Out dan Simpul-Simpul Penting

Parkir


Kantor

gudang

Tambak

Tambak

Tambak

Tambak


2. Proses Detail dalam Simpul

Budidaya kepiting soka dilakukan sebagai berikut :

Persiapan budidaya kepiting soka

Persiapan tambak dan jembatan kontrol

Pengisian dan pengelolaan kualitas air

Pembuatan rakit dan pemasangan keranjang kepiting (crab box) kedalam rakit


Penempatan bibit ke dalam crab box

Pemotongan capit (kaki kepiting)

Aklimatisasi (adaptasi)

Pemilihan bibit


Proses budidaya kepiting soka


Pemberian pakan

Pengontrolan (rutin selama periode produksi + 15 hari)

Pemanenan secara berkala


Proses penanganan kepiting soka




Perendaman dalam air tawar (5 menit)

Pengepakan dan pembekuan


No

Kegiatan/tahap/komponen

Kompetensi yang diperlukan

Ketersediaan

Interface

1

Pembelian kepiting

Jual-beli kepiting

Harus direkrut

Manager KP kepiting

2

Budidaya kepiting

Tenaga teknis

Harus direkrut

Produksi

3

Pemotongan capit kepiting

Tenaga teknis

Harus direkrut

Produksi

4

Pemanenan

Tenaga teknis

Harus direkrut

Produksi

5

Packaging/angkut

Tenaga teknis

Harus direkrut

produksi

6

Distribusi/transaksi

Pemasaran

Harus direkrut

Manager KP kepiting

7

Tenaga harian lepas

Tenaga umum

Harus direkrut

Pemberdayaan masyarakat

a. Pemilihan Lokasi

Lokasi budidaya kepiting soka dapat dilakukan di perairan alami maupun di tambak. Fleksibilitas pemilihan lokasi inilah yang menjadi salah satu rekomendasi bagi para petambak untk melakukan budidaya ini. Meskipun fleksibel, pengetahuan terhadap lokasi budidaya perlu diperhatikan oleh para pebisnis sebagai bahan pertimbangan untuk menetukan lokasi. Lokasi perairan alami yang ideal adalah perairan bakau yang menjadi habitat alami kepiting bakau. Cara mudah untuk menetunkan lokasi tersebut bisa dilihat dari keberadaan kepiting bakau di perairan tersebut. Semakin banyak kepiting bakau ditemukan, maka lokasi tersebut sangat baik dijadikan sebagai tempat budidayanya.

Pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu megamati kondisi fisik perairan dan frekuensi kepiting tertangkap di habitatnya, keberadaan kepiting bakau dapat diketahui dari sarang kepiting berupa lobang disekitar pohon bakau. Untuk menguji keberadaan kepiting di dalamnya, kita bisa memancingnya keluar dengan menggunakan pancing. Jika banyak ditemukan sarangnya, lingkungan perairan di lokasi tersebut ideal bagi budidaya kepiting. Selain di lokasi bersarangnya kepiting, perairan di sepanjang pantai yang dekat dengan hutan bakau juga berpotensi untuk digunakan. Hal ini disebabkan kepiting juga melakukan perpindahan, baik untuk mencari sarang baru maupun mencari makan. Untuk menentukan lokasi sebagai tempat budidaya, untuk mengetahui seberapa banyak kepiting yang menggunakan lokasi tersebut sebagai tempat berkumpulnya, kita bisa mengetahui dengan melakukan penangkapan dengan menggunakan perangkap. Perangkap yang digunakan bisa berupa jaring (gillnet) atau bubu. Semakin banyak kepiting tertangkap, semakin berpotensial pula lokasi tersebut digunakan untuk budidaya.

Kualitas perairan yang disukai kepiting adalah pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Parameter kualitas air untuk budidaya kepiting

Parameter

Besaran

Jenis tanah

Liat berpasir

Keasaman (pH) tanah

4-5

Suhu air

28-32 oC

Salinitas

24-30 ppt

Sumber: Nurdin dan Armando (2010)

b. Pembuatan Tambak

Desain tambak yang digunakan untuk budidaya kepiting soka tidak memiliki desain yang khusus, relatif sama dengan tambak udang. Apapun skala tambak berapa saja bisa dimanfaatkan, baik tambak tradisional, semi intensif maupun intensif. Secara fisik lokasi tambak terlindung dari gempuran gelombang dan arus laut. Hal tersebut disebabkan tambak umumnya dibangun di lokasi yang bersentuhan langsung dengan laut. Pasokan air laut bisa dilakukan lewat saluran inlet-outlet. Sementara pada tambak intensif, pasokan air bisa menggunakan pompa. Tambak yang digunakan bisa tambak yang masih digunakan untuk budidaya jenis produk lainnya (polikultur) ataupun tambak yang sementara waktu tidak digunakan oleh pemiliknya. Tentu saja parameter kualitas air tambak hendaknya memenuhi parameter kualitas air untuk budidaya kepiting seperti disebutkan terdahulu.

c. Persiapan keranjang dan keramba pemeliharaan

Umumnya, keranjang yang digunakan berbentuk persegi empat. Bahan yang digunakan bisa dari plastik atau bambu. Keranjang plastik bisa diperoleh dengan cara membelinya di pasar atau toko pertanian. Pada prinsipnya wadah plastik apapun bisa digunakan, asalkan tahan lama serta bentuk dan ukurannya memungkinkan untuk dibuat basket (keranjang). Untuk keranjang bambu dibuat dalam bentuk kotak bersekat dengan ukuran 90 cm x 45 cm x 15 cm yang disekat menjadi 18 bagian. Namun demikian, dalam luasan sekat tersebut kepiting masih bisa bergerak dan beraktifitas dengan leluasa. Sekat juga bisa dibuat dari bambu papan kayu atau jaring bermata kecil.

U

13

ntuk mencegah kepiting kabur dari kota pemeliharaan bilah bambu disusun berdiri (bertingkat) dengan ketinggian yang tidak bisa dijangkau oleh kaki kepiting, misalnya 10-15 cm (tergantung ukuran) bilah bambu juga disusun melintang (horizontal) tetapi perlu disiapkan penutup bagian atas agar kepiting tidak bisa meloloskan diri, salah satunya dengan menggunakan jaring. Dalam budidaya kepiting soka kaki kepiting telah dilepas sehingga kemungkinan kepiting untuk lolos kecil. Bibit kepiting yang kurus, harus dilakukan penggemukan terlebih dahulu.

Wadah pembesaran yang digunakan bisa berupa keramba apung. Keramba ini dibuat berbentuk kotak persegi dari bahan plastik atau rangkaian bilah bambu. Adapun ukuran keramba bisa disesuaikan dengan luasan lahan tambak, asalkan padat tebar bibit kepiting menyesuikan yaitu berkisar 20 ekor per m2. Bahan lain untuk keramba juga bisa menggunakan jaring berbahan polietilen, jaring dipasang pada kerangka keramba yang terbuat dari kayu atau bambu. Agar memudahkan penanganan dan penataan keramba menjadi rapi, petambak perlu mengikat keramba dengan tali tambang, tali tambang bisa diikatkan pada bilah bambu atau pipa pralon yang digunakan sebagai pelampung keramba. Pelampung ini diikat pada badan keramba dan perlu disesuaikan letaknya agar bagian keramba yang tenggelam 10 cm, sedangkan bagian yang muncul setinggi 5 cm. Hal ini bertujuan agar kepiting tidak dapat meloloskan diri.

d. Pengadaan kepiting

Kepiting yang digunakan sebagai bibit dalam budidaya kepiting soka sebaiknya telah berukuran konsumsi, yaitu antara 150-200 gram per ekor. Dengan demikian masa pemeliharaan akan lebih singkat dan dapat menekan biaya produksi seperti diketahui masa pemeliharaan kepiting soka sekitar 15-25 hari, tergantung dari kondisi awal bibit yang diperoleh. Sumber bibit kepiting diperoleh dari perairan alami.

e. seleksi bibit

Bibit yang akan dibudidayakan sebagai kepiting soka hendaknya harus memenuhi syarat layak konsumsi sehat dan gemuk. Sering kali hasil tangkapan nelayan hanya dilihat sekilas dari penampakan ukuran tubuh kepiting. Akibatnya, kurus atau tidaknya kepiting tidak lagi menjadi pertimbangan penting. Oleh sebab itu terdapat beberapa parameter yang bisa digunakan untuk menseleksi bibit yaitu jenis kelamin, tingkat kesehatan, dan keseragaman, serta tingkat kegemukan.

Dalam budidaya kepiting soka jenis kelamin tidak dipermasalahkan, hal ini disebabkan penggemar kepiting memilihnya dengan alasan cangkang yang lunak. Sementara pada kepiting telur, bibit yang dibutuhkan adalah kepiting bakau betina. Untuk membedakan jenis kelamin bibit, bisa dengan melihat bagian perutnya. Perut bibit jantan ditutup dengan bentuk segitiga yang lancip dan relatif kecil, sementara perut bibit betina ditutup dengan bentuk segitiga yang relatif cembung dan besar. Jenis kelamin kepiting tidak dipermasalahkan dalam budidaya kepiting soka.

Tingkat kesehatan dan kesegaran kepiting menetukan keberhasilan dalam budidaya kepiting. Beberapa indikator yang biasa digunakan dalam menentukan tingkat kesegaran kepiting adalah sebagai berikut :

  • cangkang kepiting yang sehat bebas dari kerak berwarna hitam. Warna cangkang juga normal tidak terlihat memucat atau menghitam

  • anggota tubuh harus lengkap, biasanya anggota tubuh yang tidak lengkap adalah capit. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan saat penangkapan atau kurang nutrisi

  • kepiting yang sehat dan segar sesekali mengangkat tangkai matanya. Jika disentuh atau melihat benda yang mendekat ke arahnya tangkai mata akan segera ditarik ke dalam

  • kepiting yang sehat akan segera menarik dan menekuk kaki renangnya jika diluruskan

tingkat kegemukan kepiting juga berpengaruh dalam menentukan produksi budidaya kepiting. Untuk mengetahui tingkat kegemukan kepiting dapat dilakukan sebagai berikut :

  • kondisi fisik terlihat jelas pada capit kepiting. Kepiting kurus ditandai dengan cangkang yang terlihat bersih dan mengkilap. Sementara kepiting gemuk ditunjukkan dengan warna capit yang kusam dan diselimuti alga. Disamping itu tonjolan gigi pada capitnya juga tangpak lebih tumpul.

  • Pada bagian ventral (perut), kepiting yang gemuk biasanya berwarna kemerahan

  • Pijat bagian cangkang. Untuk kepiting betina pijat bagian samping cangkang punggung. Sementara pada kepiting jantan, pijat bagian samping perut bagian kaki jalan ke-2 jika cangkang menekuk melesak, artinya kepiting tidak padat berisi atau kurus

Bibit kepiting yang baik untuk budidaya kepiting soka berkisar antara 60-150 g/ekor. Adapun lebar kerapas berkisar 5 cm. Pada ukuran tersebut molting pada kepiting bisa dilakukan dengan lebih cepat. Untuk mempermudah dalam memastikan ukuran kerapas kita dapat menggunakan jangka yang sudah diukur dengan penggaris sebelum pengukur, selanjutnya jangka ditempelkan pada kedua tepi karapas. Dengan begitu lebar kerapas kepiting dapat diketahui.

P

14

engangkut bibit kepiting dapat dilakukan dengan car sistem kering. Caranya kepiting dimasukkan dalam keranjang yang terbuat dari bambu. Namun, sebelumnya kepiting perlu diikat capitnya agar tidak saling menyerang selama di perjalanan. Adapun teknis pengikatannya dilakukan sebagai berikut :

  • Siapka pengikat diantara dua capit dan ventral (perut)

  • Lipat lengan capit ke depan, lalu lingkarkan tali pengikat pada lengan capit

  • Ikat kedua ujung tali dibagian belakang kerapas

  • Setelah diikat, kepiting tidak bisa bebas bergerak sehingga tidak berbahaya ketika dipegang

Bibit yang sudah diikat kemudian disusun dalam keranjang atau wadah pegangkutan. Sebaiknya kepiting diletakkan dalam posisi hidup, yaitu bagian dorsal berada di atas. Jika diletakkan secara terlentang kepiting akan berusaha untuk membalikkan tubuhnya. Hal ini tentu akan membuat kepiting banyak kehilangan energi untuk bergerak. Dalam keranjang pengangkutan, kepiting bisa diletakkan selapi demi selapis, setiap satu lapisan dengan lapisan kepiting lainnya bisa diisikan dengan kain basah atau daun yang bisa menjaga kelembaban. Jika pengangkutan menggunakan mobil bak terbuka, sebaiknya bagian atas mobil ditutupi dengan terpal untuk menjaga agar kepiting tidak terpapar langsung oleh sinar matahari. Paparan sinar matahari bisa menyebabkan kekeringan dan memacu dehidrasi, yaitu keluarnya air dari tubuh kepiting yang bisa mengakibatkan kematian.

Selama pengangkutan kepiting disiram air agar mampu bertahan lama. Frekuensi penyiraman dapat disesuaikan dengan kondisi, misalnya 2-3 kali tergantung jarak pengangkutan. Penyiraman bisa dilakukan dengan cara menepikan mobil ke pinggir jalan dan memercikkan air ke dalam keranjang. Air yang digunakan untuk menjaga kelembaban tersebut hendaknya memiliki kadar garam antara 10-25 ppt.

f. Penebaran kepiting

Penebaran bibit dilakukan pada pagi atau sore hari agar bibit tidak stres, karena suhu udara dan suhu air relatif rendah. Wadah yang digunakan untuk penggemukan bibit berupa keramba dengan ukuran 1,5-2 m x 1m x 1 m. Dalam wadah ini padat tebar bibit sekitar 15-25 kg atau sebanyak 60-79 ekor. Penempatan keramba sebaiknya memperhatika jarak ketinggian dasar keramba dengan dasar tambak, yaitu sekitar 15 cm. Hal ini dimaksudkan agar akumulasi penumpukan kotoran dan sisa pakan tidak terjebak dalam keramba dan mudah terbawa air.

g. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan, kepiting diberi pakan sebanyak 5-10 % dari berat tubuhnya. Pakan yang diberikan sebaiknya berupa daging segar, seperti ikan rucah, keong mas, ataupun bekicot. Pemberian pakan tersebut bisa dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada pagi hari dan sore atau malam hari. Ikan rucah yang sudah dipotong-potong ditebar ke dalam keramba. Perkembangan laju kenaikan bobot kepiting sangat bervariasi tergantung dari kondisi individual kepiting. Oleh karena itu petambak perlu melakukan sampling setiap 5 hari sekali. Selain untuk mengetahui pertambahan bobot kepiting, sampling juga dimanfaatkan untuk mengontrol kesehatan kepiting. Sampling dilakukan secara acak di tempat yang mewakili. Untuk satu tambak, dibutuhkan sampling minimal 30 ekor.

Molting merupakan peristiwa alami yang biasa terjadi pada kepiting dan hewan krustasea lainnya. Peristiwa molting ditandai dengan terlepasnya cangkang lama dan terbentuknya cangkang baru. Setelah molting, tubuh kepitingpun membesar. Proses molting melalui beberapa tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Tahap 1, kepiting memobilisasi dan menyerap cadangan material metabolis, seperti kalsium (Ca), posfor (P), dan bahan organik ke dalam hepatopankreas selama akhir periode antarganti kulit (intermolt akhir)

  • Tahap 2, pembentukan cangkang baru dimulai, diiringi resorbsi atau penyerapan kembali material organik dan anorganik dari cangkang lama selama periode persiapan (awal) ganti kulit (premolting)

  • Tahap 3, kepiting melepaskan cangkang lama dan mengabsorbsi air dari media eksternal dalam jumlah besar. Pada tahap ini ukuran badan kepiting bertambah.

  • Tahap 4, pembentukan dan pengerasan kulit baru dari cadangan material organik dan anorganik yang berasal dari hemolimfa (darah) dan hepotopankreas (sebagian kecil berasal dari media eksternal) yang terjadi pada periode setelah ganti kulit (postmolt).

Frekuensi molting dipengaruhi pertambahan umur. Adapun siklus hidup kepiting melalui tahapan dari telur menetas menjadi zoea (larva), megalopa, kepiting muda, dan pada akhirnya menjadi kepiting dewasa. Pada fase zoea, kepiting akan lebih sering melakukan molting dibandingkan dengan kepiting dewasa. Sementara kepiting dewasa yang telah menjadi indukan atau pernah memijah akan lebih jarang mengalami molting.

A

15

da dua faktor yang mempengaruhi terjadinya molting pada krustasea yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya stressor, nutrisi, periode pencahayaan dan suhu. Sementara faktor internal terkait dengan produksi hormon ekdisteroid dan molting inhibiting hormon (MIH), jika ekdisteroid merangsang terjadinya molting. MIH justru menghambat terjadinya molting.

Bebrapa perlakuan dapat mempercepat proses molting diantaranya adalah :

  • Pematahan capit dan kaki jalan. Pemotongan kaki jalan dan capit kepiting memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mencegah kepiting keluar dari keranjang, saling memangsa dan merangsang pertumbuhan organ yang baru. Terkait dengan peristiwa molting, pematahan kaki jalan dan capit kepiting menjadi stres. Oleh karena itu kepiting terangsang untuk melakukan molting. Pematahan capit membutuhkan teknik tersendiri, setidaknya terdapat dua metode pemotongan/pematahan capit kepiting yaitu metode biasa dan metode pompey.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Pengaruh Modal Kerja Dan Leverage Keuangan Tehadap Profitabilitas (Penelitian Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di BEI)

10 68 1

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1

Antiremed Kelas 12 Matematika (4)

4 115 8

Mari Belajar Seni Rupa Kelas 7 Tri Edy Margono dan Abdul Aziz 2010

17 329 204

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54