IDENTIFIKASI TABLET CTM DAN ALKOHOL

IDENTIFIKASI TABLET CTM DAN ALKOHOL

I. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk mengidentifikasi tablet CTM dan alkohol

II. METODE PRAKTIKUM Analisa kualitatif dan organoleptis

III. PRINSIP

1. Identifikasi tablet CTM

 Organoleptis  Larutan sampel + Cuprifil  Biru, hijau

2. Identifikasi Alkohol

 Organoleptis  Sampel + asam asetat + H 2 SO 4 pekat bau harum etil asetat  Sampel + larutan iodium  endapan kuning

IV. DASAR TEORI

1. Identifikasi tablet CTM

CTM mengandung chlorpheniramine maleate. Chlorpheniramine maleate termasuk dalam kategori agen antialergi, yaitu histamin (H1-receptor antagonist). Chlorpheniramine maleate memiliki nama kimia 2- Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl)-N,N-dimethyl. Obat ini biasa digunakan untuk meredakan bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau alergi pernapasan lainnya.

Penelitian pada hewan pada obat ini tidak menunjukkan risiko pada janin tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil. Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita dalam 1 trimester, serta tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya. Obat golongan ini memiliki efek penenang yang relatif lemah dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama. Chlorphenamine sering dikombinasikan dengan fenilpropanolamin untuk membentuk

antihistamin dan antihistamin dan

CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh manusia. Menurut Dinamika Obat (ITB,1991), CTM merupakan salah satu antihistaminika H1 (AH1) yang mampu mengusir histamin secara kompetitif dari reseptornya (reseptor H1) dan dengan demikian mampu meniadakan kerja histamin.

Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1 dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot (bronkus, usus, uterus), kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin mencapai kulit misal pada gigitan serangga, maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat pelebaran kapiler atau terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan pada kapiler. Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem imun.

CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK- UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.

Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan.

Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping dari obat tersebut. CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.

Indikasi

 Kondisi alergi Bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau alergi pernapasan

lainnya.

 Syok anafilaktik

Kontraindikasi :

 Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap obat antihistamin

2. Identifikasi alkohol

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon.

Alcohol adalah senyawa organic dengan gugus OH yang terikat pada atom C pada rantai alifatis atau siklik. Alcohol juga dianggap sebagai derivate hidrokarbon, dimana satu atom hydrogen (H) atau lebih diganti dengan gugus hidroksi (OH). Alcohol memiliki rumus umum R – OH dan strukturnya mirip dengan air tetapi dengan air tetapi dengan satu atom hydrogen digantikan oleh gugus alkali.

Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung ikatan O-H.

Salah satu senyawa alkohol, etanol (etil alkohol, atau alkohol sehari- hari), adalah salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman

beralkohol. Rumus kimianya CH 3 CH 2 OH.

Alkohol banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya etanol digunakan sebagai pelarut sterilisasi alat kedokteran, campuran minyak harum dan lainnya.

Alkohol adalah asam lemah, karena perbedaan keelektronegatifan antara Oksigen dan Hidrogen pada gugus hidroksil, yang memampukan Hidrogen lepas dengan mudah. Bila di dekat Karbon Hidroksi terdapat gugus penarik elektron seperti fenil atau halogen, maka keasaman meningkat. Sebaliknya, semakin banyak gugus pendorong elektron seperti rantai alkana, keasaman menurun.

V. ALAT DAN BAHAN

Alat :

Bahan :

1. Tabung reaksi + rak

1. Serbuk CTM

2. Pipet tetes

2. Alkohol

3. Objeck glass

3. Larutan asam asetat

4. Deck glass

4. H 2 SO 4 pekat

5. Mikroskop

5. Larutan iodium

6. Mortar

6. Larutan NaOH 0,1 N

7. Larutan HCl 0,1 N

8. Larutan CuSO 4

9. Aquades

VI. CARA KERJA

1. Identifikasi tablet CTM  Melarutkan serbuk CTM dengan 5 tetes aquades  Menambahkan larutan cuprifil (2 tetes HCl 0,1 N + 2 tetes NaOH 0,1 N +

1 tetes CuSO 4 0,05 N)

2. Identifikasi alcohol  Mencampurkan etanol + larutan asam asetat + asam sulfat pekat  Mencampurkan etanol + larutan iodium

VII. DATA HASIL PRAKTIKUM

1. Identifikasi tablet CTM

 Organoleptis : warna kuning, rasa pahit, berbau khas obat  Larutan CTM + Cuprifil  hijau (warna jus alpukat)

2. Identifikasi alcohol

 Organoleptis : tidak berwarna (bening), bau harum, mudah menguap

dan terbakar

 Sampel (etanol) + asam asetat + H 2 SO 4  timbul bau harum seperti

balon  Sampel (etanol) + larutan iodium  terjadi perubahan warna kuning

kecoklatan

VIII. PEMBAHASAN

a. Identifikas CTM

1. Organoleptis merupakan cara penguji menggunakan alat indera manusia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, organoleptis CTM adalah warna kuning, rasa pahit, berbau khas (khas obat).

2. Dengan menambahkan cuprifil (HCl + NaOH + CuSO4) ke dalam 2. Dengan menambahkan cuprifil (HCl + NaOH + CuSO4) ke dalam

1. Organoleptis merupakan cara penguji menggunakan alat indera manusia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, organoleptis alhohol adalah cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan terbakar, bau harum.

2. Dengan menambahkan asam asetat dan asam sulfat ke dalam alkohol menghasilkan bau harum etil asetat (seperti balon)

3. Alkohol yang ditambahkan dengan larutan I 2 akan menghasilkan endapan kuning kecoklatan dengan kadar I 2 yang digunakan minimal 2N / 2M.

IX. KESIMPULAN

a. Identifikasi tablet CTM

Dari praktikum yang dilakukan, tablet CTM dapat diidentifikasi dengan memperhatikan ciri-ciri khas yang terbetuk akibat penambahan zat-zat tertentu.

b. Identifikasi Alkohol

Dari praktikum yang dilakukan, alcohol dapat diidentifikasi dengan memperhatikan ciri-ciri khas yang terbentuk akibat penambahan zat-zat tertentu.

IDENTIFIKASI TABLET ASAM MEFENAMAT DAN PARASETAMOL

I. TUJUAN

1. Untuk mengidentifikasi tablet Asam Mefenamat

2. Untuk mengidentifikasi tablet Parasetamol

II. METODE Organoleptis dan Analisis Kimia Kualitatif

III. PRINSIP

1. - Sampel + Na 2 CO 3 → gas CO 2 + Ca(OH) 2 → ↓ putih - Sampel + asam asetat anhidrid + H 2 SO 4 → biru

- Sampel + H 2 SO 4 pekat + asam kromat → biru → hijau kecoklatan

2. - Sampel + FeCl 3 → hijau kotor, lama-lama coklat - Sampel + HNO 3 pekat → jingga

- Reaksi Kristal : sampel + aseton + air

IV. ALAT DAN BAHAN :

BAHAN Pipet tetes

ALAT

Tablet Asam Mefenamat Spatula

Kalium kromat + HCl pekat Mortar + penumbuk

Aquades

Tabung reaksi

Na 2 CO 3

Deck glass Asam asetat anhidrid Asam sulfat pekat Tablet Paracetamol

FeCl 3

HNO 3 pekat

Aseton Aquades

V. CARA KERJA

1. Identifikasi tablet asam mefenamat :

a. Organoleptis : pengamatan menggunakan panca indera.

b. Analisa kimia kualitatif - Larutan asam mefenamat + Na 2 CO 3 keluar gas CO 2 , ditangkap

dengan Ca(OH) 2 timbul endapan putih

- Larutan asam mefenamat + liberman reagen (asam asetat unhidrit + H 2 SO 4 pekat lewat dinding tabung) menghasilkan warna biru - Larutan asam mefenamat ditambah H 2 SO 4 pekat ditambah asam kromat menghasilkan warna biru hijau kecoklatan

2. Identifikasi tablet parasetamol

a. Organoleptis : pengamatan menggunakan panca indera.

b. Analisa kimia kualitatif : - Larutan sampel + FeCl 3  hijau biru, hijau kotor lama-lama coklat.

- Larutan sampel + HNO 3 pekat  jingga

Reaksi Kristal : sampel + aseton + air  diamati menggunakan mikroskop

VI. HASIL

1. a) Sampel + Na 2 CO 3 → timbul gas

b) Sampel + Reagen Liberman → biru

c) Sampel + H 2 SO 4 pekat + asam kromat → hijau tosca / kebiruan

2. a) Sampel + FeCl 3 → hijau kotor seperti alpukat busuk

b) Sampel + HNO 3 pekat → jingga tua

c) Reaksi Kristal : sampel + aseton + air → tampak seperti kristal pecahan kaca

VII. PEMBAHASAN

1. Dalam praktikum kali ini, sampel yang diidentifikasi adalah tablet asam mefenamat. Sampel tersebut diidentifikasi dengan NaCO 3 timbul gas, dengan reagen Liberman menghasilkan warna biru, dengan H 2 SO 4 dan asam kromat menghasilkan warna hijau tosca / kebiruan.

2. Dalam praktikum kali ini, sampel yang diidentifikasi adalah tablet paracetamol. Sampel tersebut diidentifikasi dengan FeCl 3 menghasilkan warna hijau kotor seperti alpukat busuk, dengan HNO 3 pekat menghasilkan warna jingga tua. Diidentifikasi juga dengan reaksi kristal yaitu sampel + aseton + air akan tampak seperti kristal pecahan kaca dibawah mikroskop.

VIII. KESIMPULAN

1. Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa asam mefenamat dapat teridentifikasi dan muncul ciri khasnya.

2. Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa parasetamol berhasil diidentifikasi.

IDENTIFIKASI KAPSUL KLORAMFENIKOL DAN TETRASIKLIN HCL

I. TUJUAN

1. Mengidentifikasi kapsul Kloramfenikol

2. Mengidentifikasi kapsul Tetrasiklin HCL

II. METODE Analisa Kualitatif

III. PRINSIP  Kloramfenikol + NaOH  orange merah  Kloramfenikol + cuprifil (NaOH + HCl + CuSO 4 )  biru tua + dipanaskan  endapan merah bata

 Tetrasiklin HCl + H 2 SO 4 pekat  merah ungu + air  kuning tua  Tetrasiklin HCl + HNO 3 pekat dipanaskan + NaOH dalam alkohol  kuning  Tetrasiklin HCl + NaOH  coklat hitam

IV. DASAR TEORI Kloramfenikol (INN) adalah obat yang bersifat bakteriostatik antimikroba. Hal ini dianggap sebagai prototipikal antibiotik spektrum luas, di samping tetrasiklin. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae diisolasi oleh David Gottlieb, dan diperkenalkan ke dalam praktik klinis pada tahun 1949, di bawah nama dagang Chloromycetin. Ini adalah antibiotik pertama yang diproduksi secara sintetis dalam skala besar. Karena ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena fungsi dalam menghambat sintesis protein bakteri, kloramfenikol memiliki spektrum yang sangat luas yang aktif terhadap bakteri gram positif (termasuk strain sebagian besar MRSA), gram negatif dan bakteri anaerob. Hal ini tidak aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, Klamidia, atau Enterobacter. Ini memiliki beberapa aktivitas terhadap Pseudomonas burkholderia, namun tidak lagi secara rutin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme ini (obat ini telah digantikan IV. DASAR TEORI Kloramfenikol (INN) adalah obat yang bersifat bakteriostatik antimikroba. Hal ini dianggap sebagai prototipikal antibiotik spektrum luas, di samping tetrasiklin. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae diisolasi oleh David Gottlieb, dan diperkenalkan ke dalam praktik klinis pada tahun 1949, di bawah nama dagang Chloromycetin. Ini adalah antibiotik pertama yang diproduksi secara sintetis dalam skala besar. Karena ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena fungsi dalam menghambat sintesis protein bakteri, kloramfenikol memiliki spektrum yang sangat luas yang aktif terhadap bakteri gram positif (termasuk strain sebagian besar MRSA), gram negatif dan bakteri anaerob. Hal ini tidak aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, Klamidia, atau Enterobacter. Ini memiliki beberapa aktivitas terhadap Pseudomonas burkholderia, namun tidak lagi secara rutin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme ini (obat ini telah digantikan

Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik spektrum luas pertama yang dikembangkan dan pernah menjadi antibiotik pilihan untuk berbagai infeksi bakteri. Selain itu, tetrasiklin topikal merupakan salah satu obat pertama yang secara khusus disetujui untuk pengobatan acne vulgaris. Tetracycline adalah antibiotik poliketida, yang merupakan keluarga obat (tetrasiklin keluarga) yang juga mencakup anti-jerawat yang populer antibiotik doksisiklin dan minosiklin. Antibiotik poliketida bekerja dengan mencegah bakteri yang rentan dari sintesis protein baru (yang mencegah mereka dari tumbuh). Mereka melakukan ini dengan mengikat unit sub-30S ribosom dan kemampuan menghambat untuk menerjemahkan RNA menjadi protein. Interaksi Obat:

 Tetrasiklin membentuk kompleks khelat dengan ion-ion kalsium, magnesium, besi dan aluminium. Maka sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan tonikum-tonikum yang mengandung besi atau dengan antasida berupa senyawa aluminium, amgnesium. Susu mengandung banyak kalsium, sehingga sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan susu.

 Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan penisilin atau sefalosporin.  Karbamazepin dan fenitoin: menurunkan efektifitas tetrasiklin secara oral.  Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin, sehingga proses

pembekuan akan tertunda.

V. ALAT DAN BAHAN No Alat

Bahan

1 Tabung Reaksi

Kapsul tetrasiklin HCl

2 Pipet Tetes

H 2 SO 4 pekat

3 Bunsen

HNO 3 pekat

4 Rak Tabung Reaksi NaOH

5 Kapsul kloramfenikol

6 Cuprifil

VI. CARA KERJA

Kloramfenikol

1. Menambahkan kloramfenikol dengan NaOH menjadi warna orange merah

2. Menambahkan kloramfenikol dengan cuprifil menjadi warna biru tua, kemudian dipanaskan menjadi endapan merah bata

Tetrasiklin HCl

1. Menambahkan tetrasiklin HCL dengan H 2 SO 4 pekat menjadi merah ungu kemudian ditambahkan aquades menjadi kuning tua

2. Menambahkan tetrasiklin HCL dengan HNO 3 pekat dipansakan kemudian ditambahkan NaOH dalam alkohol menjadi larutan warna kuning

3. Menambahkan tetrasiklin HCl dengan NaOH akan menjadi larutan warna coklat hitam

VII. DATA HASIL PRAKTEK  Kloramfenikol + NaOH  orange merah  Kloramfenikol + cuprifil (NaOH + HCl + CuSO 4 )  biru tua + dipanaskan  endapan merah bata

 Tetrasiklin HCl + H 2 SO 4 pekat  merah ungu + air  kuning tua  Tetrasiklin HCl + HNO 3 pekat dipanaskan + NaOH dalam alkohol  kuning  Tetrasiklin HCl + NaOH  coklat hitam

VIII. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi kapsul kloramfenikol. Secara organoleptis kloramfenikol berupa serbuk hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, berwarna putih sampai kelabu, berasa pahit, dan memiliki bau yang khas. Dalam mengidentifikasi kloramfenikol digunakan metode organoleptis yang akan menunjukkan ciri khas dari kloramfenikol berdasarkan perubahan warna, dan timbul endapan. Perubahan warna terjadi apabila kloramfenikol ditambahkan NaOH yang berlebih maka larutan akan berubah warna menjadi orange merah. Apabila NaOH yang digunakan tidak berlebih maka agar dapat berubah warna dapat dilakukan dengan cara memanaskannya diatas bunsen. Endapan merah akan timbul apabila kloramfenikol ditambah cuprifil dan dipanaskan. Apabila tidak dipanaskan maka hanya akan berubah warna menjadi biru tua.

IX. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel teridentifikasi sebagai kloramfenikol.