B. Independensi Otoritas Jasa Keuangan OJK
Independensi merupakan salah satu isu penting dalam OJK. Untuk memahami independensi OJK dapat dikaitkan dengan independen Bank Sentral. Alan. S Blinder
menyatakan bawa indepensi Bank Sentral dapat berarti dua hal. Pertama, Bank Sentral memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana untuk mencapai tujuannya.
Kedua, keputusan-keputusan yang diambil oleh sulitnya untuk dibatalkan oleh cabang-cabang atau lembaga pemerintahannya.
87
Kebebasan dalam mentukan bagaimana untuk mencapai tujuannya bukan berarti bahwa Bank Sentral dapat menentukan sendiri tujuannya, karena tujuan Bank
Sentral secara umum tentu saja ditetapkan melalui legislasi yang disepakati bersama melalui suatu sistem demokrasi. Tapi yang di maksud adalah bahwa Bank Sentral
memiliki diskresi yang luas mengenai bagaimana menggunakan instrumen- instrumennya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui undang. Lebih
jauh lagi Blinder mengatakan mengapa independensi Bank Sentral menjadi begitu penting. Kebijakan moneter menurut Blinder memerlukan yang ia sebut sebagai long
time horizon, atau pandangan jauh kedepan.
88
87
Alan S Blinder, Central Banking in Theory and Practice, Cambrige: The MT Press, 1998, hlm. 54 dalam Bismar Nasutiona c, Disampaikan pada sosialisasi Undang-undang Nomor 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuangan yang Terintegrasi, dilaksanakan Badan Pengawas pasar Modal dan Lembaga Keuangan Medan, tanggal 8
Juni 2012
Hal ini karena, efek-efek yang dihasilkan dari suatu kebijakan moneter, seperti yang terkait dengan inflasi baru dapat
di lihat setelah sekian waktu lamanya, sehingga para dicision makers tidak bisa
88
Ibid
Universitas Sumatera Utara
langsung melihat hasil kerja mereka, kemudian kebijakan-kebijakan moneter memiliki karakteristik yang sama seperti halnya aktivitas investasi, yaitu memerlukan
sesuatu di bayar di muka, dan akan mendapatkan hasil secara berkala setelah sekian waktu.
89
Pendapat independensi Bank Sentral di muka dapat di buat sebagai pedoman untuk mengimplementasikan independensi OJK sebagaiman di atur oleh UU OJK.
Independensi, yakni independensi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Independensi hanyalah merupakan alat untuk pencapaian tujuan bukan merupakan tujuan. Menurut kamus independensi diartikan: Pembebasan dari
pengaruh, arahan dan kendali dari satu pihak ke pihak lain. OJK terbebas dari pengaruh, arahan dan kendali organ lain baik secara eksekutif, legislatif maupun
yudikatif dalam membuat pengaturan dan kebijakan.
90
Untuk mengukur independen suatu lembaga menurut hukum dapat diukur dalam 4 empat aspek yaitu
institusional, fungsional, organisasional, dan finansial.
91
1. Independensi secara institusional di sebut juga political atau goal
independence, karena dalam hal ini berarti status OJK secara mendasar terpisah dari eksekutif atau pemerintah, bebas dari pengaruh legislatif atau
89
Ibid
90
Paripuna P. Suganda, Op. Cit, hlm. 277
91
M.Dawan Rahardo,et. al, 2001, Independensi Bank Indonesia dalam kemelut politik, cedesindo, Jakarta, hlm. 68 dalam
Sulistyandari ,“ Lembaga dan Fungsi pengawasan perbankan Di Indonesia oleh
, www.mimbar.hukum.ugm.ac.id
, diakses tanggal 4 Desember 2012
Universitas Sumatera Utara
parlemen, bebas untuk merumuskan tujuan sasaran akhir dari kebijakan tanpa pengaruh dari lembaga politik dan atau pemerintah.
Pasal 4 UU OJK: OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan: a.
terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; b.
mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
c. mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
OJK adalah lembaga pemerintah sub-ordinasi eksekutif sehingga tidak mempunyai independensi dalam klasifikasi kelembagaan atau institusi.
92
Tersurat dalam UU OJK “bahwa OJK merupakan lembaga pemerintah yang independen”. Independensi OJK sebenarnya lebih diarahkan pada kebebasan
OJK melakukan kegiatan operasional, sedangkan independensi kelembagaan bukan syarat mutlak adanya independensi dalam kegiatan operasional suatu
lembaga.
93
2. Independensi Fungsional disebut juga sebagai instrument independence,
karena dalam independensi ini OJK bebas menentukan cara dan pelaksanaan dari instrument kebijakan yang ditetapkan yang dianggap penting untuk
mencapai tujuan.
94
92
Paripurna P. Sugarda, Op.cit, hlm. 277
Pasal 8 dan Pasal 9 UU OJK menunjukkan bahwa OJK bebas menentukan cara dan pelaksanaan dari instrument kebijakan yang
ditetapkan yang di anggap penting untuk mencapai tujuan. Di bidang
93
Ibid
94
M.Dawan Rahardo,et. al, 2000,Op. cit.
Universitas Sumatera Utara
perbankan OJK berkoordinasi dengan BI dan lembaga penjamin simpanan. Di bidang perbankan berkoordinasi dengan BI dan LPS sehingga antara ketiga
lembaga tersebut harus ada sinkronisasi UU OJK, UU BI dan UU LPS khususnya yang berkaitan dengan tugas dan pengawasan perbankan
khususnya yang berkaitan dengan bank gagal. Dan Pemerintah melalui Menteri Keuangan dalam komite koordinasi menurut UU OJK istilahnya
menjadi forum koordinasi stabilitas sistem keuangan oleh UU LPS di beri kewenangan untuk ikut campur tangan dalam fungsi pengawasan perbankan
yang menurut UU BI dan UU perbankan menjadi otoritas BI kemudian dilakukan oleh OJK, maka ketika terjadi bank gagal penyelesaiannya jangan
sampai ada campur tangan pemerintah, karena hal ini akan menjadikan OJK tidak independen secara institusional dalam tugas pengawasan perbankan.
95
Independen tidak berarti OJK dapat menggunakan instrumen yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh sistem politik tanpa adanya
campur tangan dari pihak diluar, yang di sebut juga “instrument indepence” bukan goal independence.
96
3. Independensi Organisasional; merupakan hal penting untuk mencegah adanya
intervensi politik serta menjaga integritas para pengelola OJK yaitu berhubungan dengan personalia,
97
95
Sulistyandri, Op.cit, hlm. 233
Seperti latar belakang pengangkatan dan
96
Bismar Nasution a, Op. cit, hlm. 3
97
Amriel Arief Pimpinan Bank Indonesia Yogayakarta, Otoritas Jasa Keuangan OJK: Apa dan Bagaimana?,
www.fh.unpad.ac.id , hlm. 256, diakses tanggal 6 Desember 2012
Universitas Sumatera Utara
pemberhentian pimpinan sehingga eksekutif pun tidak boleh mempengaruhinya. Masalah struktur organisasi Dewan Komisioner DK
OJK merupakan salah satu permasalahan yang membuat pembahasan UU OJK mengalami deadlock, karena menurut DPR struktur organisasi DK pada
UU OJK yang diusulkan oleh pemerintah tidak independen, sementara pemerintah tetap menginginkan bahwa ada wakil dari pemerintah yang
mempunyai hal itu yang ditetapkan dalam Pasal 10 UU OJK, 1.
OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner 2.
Dewan Komisioner sebagaimana di maksud pada ayat 1 bersifat kolektif dan kolegial
3. Dewan Komisioner beranggotakan 9 Sembilan orang anggota yang
ditetapkan dengan keputusan presiden 4.
Susunan Dewan Komisioner sebagaimana di maksud pada ayat 3 terdiri atas
a. Seorang ketua merangkap anggota;
b. Seorang wakil ketua sebagai ketua komite etik merangkap anggota
c. Seorang kepala eksekutif pengawasan Perbankan merangkap anggota
d. Seorang kepala eksekutif pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
e. Seorang kepala eksekutif pengawas Perasuransian, Dana pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
f. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota
g. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan
konsumen h.
Seorang anggota ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
i. Seorang anggota ex-officio dari Kementerian Keuangan yang
merupakan pejabatan setingkat eselon I Kementerian Keuangan 5.
Anggota Dewan Komisioner sebagaimana di maksud pada ayat 4 memiliki hak suara yang sama
sedangkan mengenai pengangkatan dalam Pasal 11 UU OJK, menyatakan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
Anggota Dewan Komisioner sebagaimana di maksud dalam Pasal 10 ayat 4 huruf a sampai dengan huruf g dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
berdasarkan calon anggota yang diusulkan Presiden. Dari bunyi Pasal 11 ayat 1 UU OJK jelas bahwa OJK tidak
independen secara fungsional yaitu dalam menentukan rekrutmen pimpinan. Filosofis independensi berkenaan dengan pembatasan kekuasaan eksekutif,
agar organ-organ negara yang sebelumnya di anggap sepenuhnya berada dalam kekuasaan eksekutif dapat menjamin bahwa fungsinya tidak
disalahgunakan oleh eksekutif. 4.
Independensi finansial, berhubungan dengan penetapan anggaran. Dalam hal ini OJK harus memiliki anggaran sendiri yang tidak tunduk kepada
persetujuan pemerintah dan memiliki kebebasan dalam pengelolaan dan penggunaan keuntungan yang diperoleh anggaran merupakan persyaratan
yang perlu dimiliki oleh OJK sehingga dalam menentukan rencana kerja dapat dilakukan secara efektif dan efesien dengan mengacu pada pendanaan yang
ada.
98
Pasal 34 UU OJK menyatakan: 1
Dewan Komisioner menyusun dan menetapkan rencana kerja dan anggaran OJK
2 anggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan sektor jasa keuangan
98
Ibid. hlm. 254
Universitas Sumatera Utara
3 ketentuan lebih lanjut mengenai rencana kerja dan anggaran OJK
sebagimana di maksud pada ayat 1 di atur dengan peraturan dewan komsioner.
Kemudian Pasal 36 UU OJK menyatakan: Untuk menetapkan anggaran sebagaimana di maksud dalam Pasal 34 ayat 1
dan ayat 2, OJK terlebih dahulu meminta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Jadi kalau mau independensi harus punya kemampuan untuk menentukan program sendiri sehingga lembaga yang anggarannya ditentukan
lembaga lain tidak dapat dikatakan independensi.
99
Ayat 3: Pembiayaan yang terkait dengan pelaksaan fungsi, tugas, wewenang sebagaimana di maksud pada ayat 1, bersumber dari:
Karena masalah pembiayaan dalam pembentukan OJK dalam kemudian dalam Pasal 66 ayat
3 dan ayat 4 menyatakan bahwa:
a. Bank Indonesia untuk pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan b.
Anggaran pendapatan dan Belanja Negara untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor pasar modal,
perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainya
Ayat 4 : Pembiayaan rencana kerja dan anggaran OJK sejak Undang-undang ini diundangkan sampai beralihnya fungsi, tugas dan wewenang pengaturan
dan pengawasan sektor jasa keuangan ke OJK sebagaimana di maksud dalam
99
Arsip Dokumen DPR RI, Risalah Rapat Panja RUU Otoritas Jasa Keuangan OJK, AEI Asosiasi Efek Indonesia, Jakarta, Tanggal 01 Sepetember 2010
Universitas Sumatera Utara
Pasal 55. bersumber dari anggaran Badan Pengawas pasar Modal dan lembaga Keuangan Kementerian Keuangan dan atau Bank Indonesia.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua Himbara Himpunan Bank Negara mengenai independensi, Walaupun bersifat independensi, karena memiliki
kewenangan penuh dalam pengawasan industri keuangan, diharapakan tetap pro pasar baik dari pengaturan maupuan pengawasan sehingga tetap pro pasar baik dari
pengaturan maupun pengawasan sehingga tetap mampu mendukung perkembangan industri keuangan dengan optimal. Fee yang terkait dalam Pasal 37 UU OJK yaitu
OJK mengenakan pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan yang dibebankan kepada bank, pasar modal dan lembaga keuangan lainnya
sehingga obyek pengawasan dapat mengurangi independensi.
100
Dalam teori positivisme hukum adalah semua aturan tertulis yang memaknai hukum sebagai norma-norma positif dalam sistem perundang-
undangan. Independen OJK
tidak berarti OJK bebas menjalankan pengaturan dan pengawasan yang mereka inginkan.
101
100
Arsip Dokumen DPR RI, Risalah Rapar Panja RUU Otoritas Jasa Keuangan, Himbara Himpunan Bank Negara, tanggal 25 Agustus 2010
Ketegasan positivisme hukum untuk menghilangkan persyaratan koneksitas antara hukum dengan moral membuat ranah aksionologis teori ini hanya
terbatas pada pencapaian kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Dalam
negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan
101
Darmodoharjo Darji dan Shidarta, Op.cit, hlm. 68
Universitas Sumatera Utara
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan otoritas jasa keuangan. Kepastian hukum menjadi dasar dalam pembuatan kebijakan publik yang di buat dan
dilaksanakan. Karenanya, setiap kebijakan publik dan peraturan perundang-undangan harus selalu dirumuskan, ditetapkan dan dilaksanakan berdasarkan prosedur baku
yang telah melembaga dan diketahui oleh masyarakat umum serta terdapat ruang untuk mengevakuasi.
102
UU OJK berlaku akan memuat kepastian hukum mengenai kewenangan setiap instansi yang akan digabung menjadi satu atap dalam OJK, sehingga sistem terpadu
ini dapat meminimalisasi kemungkinan berbenturan koordinasi antara lembaga sehingga dalam menentukan kebijakan atau menentukan siapa yang bertanggung
jawab atas suatu kebijakan. Dalam rangka kepentingan memberikan jaminan kepastian hukum, postivisme hukum mengistirahatkan filsafat dari kerja
spekulasinya. Dan mengindentifikasi hukum dengan peraturan perundang-undangan, kepastian hukum akan diperoleh karena orang tahu dan pasti apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukannya. Sebagai contoh kasus bailout Bank Century yang telah terjadi yang hingga
saat ini belum terselesaikan. Dalam kasus tersebut Bank Indonesia sebagai pengawas bank menganggap PT. Antaboga sudah diawasi Bapepam-LK karena merupakan
produk reksadana, tetapi Bapepam juga tidak mengetahui keberadaan PT. Antaboga karena produk ini dijual juga dilingkungan Bank. Sehingga ada saling tolak menolak
102
Yuliandri, Op.cit. hlm. 72
Universitas Sumatera Utara
siapa sebenarnya yang bertanggungjawab dalam kasus tersebut.
103
Dengan permsalahan semakin komplek penerapan prinsip-prinsip Good Coorporate Governance GCG di pasar modal adalah sangat krusial. Untuk
melindungi kepentingan pemegang saham publik, regulator di pasar modal mengakomodasi Prinsip GCG yaitu independensi, transaparansi, tanggungjawab,
akuntabilitas dan kewajaran. Sehingga dengan
hadirnya OJK mengakhiri ketidakpastian selama lebih dari satu dekade terhadap pembentukan OJK.
104
Selanjutnya, dalam penjelasan Umum UU OJK, konsekuensi Independensi bagi OJK adalah harus lebih akuntabel untuk tindakan dalam pengaturan dan
pengawasan secara transparan. Transparansi atau keterbukaan, yakni yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara termasuk
rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan-undangan. Dalam Pasar modal transparansi merupakan terminologi yang sangat penting
dan prinsip fundamental dalam pasar modal. Keterbukaan dalam pasar modal berarti keharusan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk kepada UUPM
untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh
103
Harry Koot, Op. cit. hlm.6
104
Universitas Sumatera Utara
informasi meteril mengenai usaha atau efeknya.
105
Keterbukaan atau transparansi ini merupakan suatu bentuk perlindungan kepada masyarakat investor. Dari segi
substansial, transparansi memampukan publik untuk mendapatkan akses informasi penting yang berkaitan dengan perusahaan. Suatu pasar modal dikatakan fair dan
efesien apabila semua pemodal memperoleh informasi dalam waktu yang bersamaan disertai kualitas informasi yang sama. Dari sisi yuridis, transparansi merupakan
jaminan bagi hak publik untuk terus mendapatkan akses penting dengan sanksi untuk hambatan atau kelalaian yang dilakukan perusahaan.
106
105
M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.cit. hlm. 225
Tujuan dari prinsip keterbukaan untuk melindungi investor hanya dapat diharapkan terpenuhi sepanjang
yang disampaikan kepada investor mengandung kelengkapan data keuangan emiten dan informasi lainnya yang mengandung fakta materil. Sebab prinsip keterbukaan
mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi Karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian
judgment terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka
keinginan investor untuk melakukan investasi semakin tinggi. Sebaliknya ketiadaan atau kekurangan serta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi
investor, dan konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi
untuk menciptakan pasar yang efesien. Filosofis ini didasarkan pada konstruksi
106
Ibid. hlm. 227
Universitas Sumatera Utara
pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efesien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang
tersedia. Dengan demikian prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini
menjadi penting berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat
mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan.
107
Meningkatkan transparansi dan menjamin perlindungan terhadap masyarakat pemodal yaitu perlindungan hukum memiliki dua bentuk.
Bentuk pertama adalah dengan memberikan kepastian hukum melalui peraturan perundang-undangan dan penegakannya.
108
Prinsip keterbukaan telah menjadi fokus sentral dari pasar modal, dan Undang-undang pasar modal Indonesia juga mengatur prinsip keterbukaan sehingga
investor dan pelaku-pelaku bursa lainnya mempunyai informasi yang cukup dan akurat untuk mengambil keputusan. Namun disadari UUPM dan berbagai pengaturan
pelaksanannya belum memuat secara cukup ketentuan-ketentuan prinsip keterbukaan.
109
107
Ibid. 227
Lembaga kinerja dalam mendorong transparansi, membuattransparan pasar modal di Indonesia dirasakan masih kurang. Kurangnya dalam keterbukaan di
tuding sebagai turut menjadi penyebab pasar modal Indonesia tidak bisa bersaing
108
M. Irsan NAsaruddin, dkk, Op. cit, hlm. 227
109
Bismar Nasution d, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pasca Sarjana, 2001, hlm. 10
Universitas Sumatera Utara
didunia.
110
Sementara itu, Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan OJK, mengatakan akan meninjau ulang ketentuan mengenai
keterbukaan informasi tersebut untuk merangsang perusahaan nasional lebih banyak mencatatkan saham di BEI. Komisaris Eksekutif Pengawas Pasar Modal DK OJK ini
mengatakan ketentuan disclosure itu berat. Kita akan melihat yang mana dianggap berat. Kalau tidak mengganggu good corporate governance bisa kita revisi. Sampai
saat ini belum ada perubahan mengenai ketentuan keterbukaan informasi termasuk syarat-syarat bagi perusahaan yang ingin mencatatkan saham di BEI.
111
Prinsip transparansi erat kaitannya dengan prinsip akuntabilitas, karena keterbukaan adalah
syarat untuk sempurnanya pertanggung jawaban sehingga ada hubungan yang sinkuen antara keterbukaan dan pertanggungjawaban. Lebih dulu dituntut adanya
sikap keterbukaan supaya pertanggungjawaban kerja lebih terjamin validitas dan akurasi pembuktiannya.
112
110
OJK: Pasar Modal RI perlu ada perbaikan,
Dengan prinsip akuntabilitas, segala informasi material yang telah diberikan dapat diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan bahan yang
komprehensif dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja suatu perusahaan. Akuntabilitas menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan
penyelenggaraan OJK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Pasal 38 UU OJK OJK bertanggung jawab kepada publik dan bentuk pertanggungjawaban
tersebut diberikan OJK kepada DPR. OJK hanya menyampaikan laporan kepada
www.okezone.co.id , diakses tanggal 6
November 2012
111
http:financeroll.co.idnews55858gairahkan-pasar-modal-domestik-otoritas-jasa- keuangan-akan-tinjau-ketentuan-disclosure
, diakses tanggal 20 November 2012
112
M. Solly Lubis, Kebijakan Publik, Bandung: Mandar Maju, 2007, hlm. 72
Universitas Sumatera Utara
DPR, jadi bukan bertanggung jawab kepada DPR, karena tugas DPR-RI mengawasi, bukan mempengaruhi dalam memberikan keputusan. Sehingga OJK menjaga
keterbukaan pasar modal secara penuh kepada masyarakat investor dan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat investor dari malpraktik dan kecurangan-
kecurangan di pasar modal.
113
Terkait dengan independensi lembaga pengawas pasar modal ini, salah satu rekomendasi yang terpenting yang dikeluarkan oleh
International Organisation of Securities Commission IOSCO di bulan September tahun 1998, yakni IOSCO Objectivies and Principles of Securities Regulation IOSCO
OPSR yang telah diakui sebagai standar internasional. IOSCO OPSR menitikberatkan independensi bukan pada sisi di bawah siapa atau kepada siapa
lembaga pengawas pasar modal tersebut bertanggung jawab, tetapi lebih kepada aspek operational dan keuangan dari lembaga tersebut.
114
C. Konsep Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan OJK dalam Pasar Modal