Jenis Permukaan Sumber data : Ngawi dalam angka 2009

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi 17 39 Pelang lor 83 Bangunrejo 40 Jatigembol 84 Sekarjati 41 Kasreman Gunungsari 85 Mengger 42 Kasreman 86 Gembol 43 Legokulon 87 Ngawi Kerek 44 Kiyonten 88 Banyuurip Total Desa Hutan = 88 Desa hutan Sumber data : Data PHBM th. 2009, Dinas KehutananPerkebunan Kab. Ngawi setelah diolah Dari 217 DesaKelurahan di Kabupaten Ngawi yang termasuk Desa Hutan ada 95 desa Ngawi dalam Angka Th 2009 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Ngawi Th 2009, data Desa PHBM , tetapi berdasarkan kajian tim penyusun SPKD yang mendasar pada akses masyarakat Mata Pencahariannya, maka dari 95 Desa Hutan PHBM, setelah dikaji menurut Proses Asessment SPKD maka ditentukan Desa Hutan sebanyak 88 Desa Hutan seperti tersebut pada tabel 3.1.2 diatas. Dari beberapa dokumen yang ada tentang kluster Hutan, diantaranya dokumen Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 2009, dokumen Ngawi dalam Angka 2009, Dokumen Dinas Kehutanan 2009, dan tiga landasan dasar Penelitian ini, tentang penentuan Kluster Wilayah di Kabupaten Ngawi, yaitu berdasar Mata Pencaharian, Topografi dan Sosial Budaya Masyarakat. Maka dapat dirumuskan bahwa DesaKelurahan yang masuk dalam Kluster Hutan terdapat 88 DesaKelurahan Hutan. Tabel 3.1.3 Panjang Jalan Menurut Keadaan Dan Status Jalan KmTahun 2008 Uraian Jalan Jalan Jalan Negara Proponsi Kabupaten Jumlah

I. Jenis Permukaan

a. Di aspal 79.56 493.56 573.12 b. Kerikil - - 97.92 97.92 c. Tanah - - 6.48 6.48 d. Tidak dirinci - - - - Jumlah 79.56 - 597.96 677.52 II. Kondisi Jalan a. Baik 64.06 401.82 465.88 b. Sedang 15.5 - 91.74 107.24 c. Rusak - - 78.64 78.64 d. Rusak Berat - - 25.76 25.76 Jumlah 79.56 - 597.96 677.52 III. Kelas Jalan a. Kelas I - - - b. Kelas II 79.56 - - 79.56 c. Kelas III - - - - d. Kelas IIIA - - - - e. Kelas III B - - - - f. Kelas III C - - 597.96 597.96 g. Tidak dirinci - - - - Jumlah 79.56 - 597.96 677.52 Sumber data : DPU Binamarga, Cipta Karya dan Kebersihan Kab. Ngawi STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi 18 Desa Hutan tersebut menyebar di semua kecamatan di Kabupaten Ngawi. Selengkapnya lihat tabel 3.1.2 diatas. Masyarakat mengakses sumber daya hutan dalam bentuk pemanfaatan hasil produksi hutan dan pemanfaatan lahan hutan, di mana rata-rata KK yang mengakses lahan hutan memperoleh lahan berkisar antara 0,24 Ha sampai dengan 1,76 Ha, tergantung kemampuan masyarakat untuk mengolah lahan. Lahan hutan yang tidak produktif seluas 30.842,8 Ha, sebagai akibat adanya penjarahan hutan. Penjarahan hutan yang terjadi karena kurang tegasnya penegakan hukum tersebut, berakibat hilangnya mata pencaharian masyarakat yang menggantungkan hidup dari sumber daya hutan . Penggarapan lahan hutan ini biasanya dilakukan dengan sistim arisan tenaga kerja diantara petani penggarap, cara ini cukup menguntungkan bagi petani yang mampu dan membuka lahan dalam area yang luas. Karena biaya tenaga kerja relative murah, namun bagi petani penggarap yang tidak mampu, waktunya habis untuk mengerjakan lahan petani lain. Lahan hutan yang diakses oleh masyarakat tersebut, tidak seluruhnya merupakan lahan subur bahkan sebagian merupakan tanah kapur yang tidak dapat menyimpan air. Namun masyarakat tetap mengakses sumber daya hutan tersebut, karena disamping memperoleh lahan garap, masyarakat juga masih memperoleh hasil lain yang berupa rencek sebagai limbah dari penjarangan hutan yang terprogram secara periodik. Kondisi lahan hutan yang kurang produktiv tersebut, berdampak pada kemungkinan gagal panen cukup tinggi, karena petani hanya menggantungkan air pertanian dari hujan yang turun. Sementara disisi lain biaya produksi pertanian di kawasan hutan, yang berkait dengan pupuk dan obat-obatan tanaman harganya lebih mahal, karena sarana transportasi yang relative sulit. Sarana transportasi yang sulit ini, juga berdampak pada pendidikan dan kesehatan para petani penggarap lahan di kawasan hutan, karena untuk mencapai sarana pendidikan dan kesehatan masyarakat harus membayar biaya transportasi yang cukup mahal. Biaya transpotasi yang mahal tersebut dapat dipahami, karena terbatasnya prasarana dan sarana transportasi di daerah STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Ngawi 19 kawasan hutan. Terbatasnya sarana transportasi ini, juga disebabkan oleh kondisi prasarana transportasi yaitu jalan, yang pada umumnya merupakan jalan kabupaten yang kondisinya kurang terawat, secara rinci dapat dilihat dalam tabel 3.1.3 diatas. Gambaran latar belakang kondisi masyarakat di kawasan hutan di Kabupaten Ngawi tersebut, senada dengan berbagai permasalahan yang di rasakan oleh masyarakat di klusterDesa hutan sebagai faktor penyebab kemiskinan .

2. Isu Kluster a. Pendidikan:

1 Jarak sekolah diatas Sekolah Dasar Sekolah Menengah jauh dari pemukiman penduduk mengakibatkan biaya pendidikan menjadi mahal 2 Pendapatan rendah menyebabkan masyarakat miskin tidak mempunyai biaya untuk pendidikan 3 Sebagain masyarakat berpendapat bahwa sekolah tidak bisa menjamin seseorang untuk bisa bekerja

b. PertanianMata Pencaharian: