Tahap Pelaksanaan Hajatan
2. Tahap Pelaksanaan Hajatan
Tahap pelaksaan hajatan ini merupakan tahap hajatan berlangsung, pada saat hajatan ini berlangsung diharapkan orang-orang yang sudah diminta bantuannya untuk berpartisipasi bisa berada pada tanggung jawab dan wewenang masing-masing. Misalnya, para panitia penerima tamu, penerima tamu ini ditempatkan di area pintu masuk lokasi hajatan. Dalam pelaksaan hajatan etnis Madura yang sudah diminta dan diundang akan mengahdiri hajatan. Dalam pelaksaan hajatan etnis Madura berpartisipasi dengan menyumbang dengan uang dan menyumbang dengan barang. Menyumbang dengan uang dimaksudkan sebagai upaya etnis Madura menabung, karena pada dasarnya mereka kurang percaya dengan Bank, bagi mereka menabung di Bank itu rugi, karena tidak mendapat bunga dan menabung di Bank bisa diambil kapanpun mereka mau. Selain menyumbang dengan uang, etnis Madura juga menyumbang dengan barang, menyumbang dengan barang dimaksudkan bahwa etnis Madura mengantisipasi gejolak ekonomi. Karena pada kenyataannya sumbangan yang pernah disumbangkan harus dikembalikan dengan jumlah dan bobot yang sama. Mereka yang sudah menyumbang tidak mau tahu bahwa pada saat ini harga dipasaran melambung tinggi, yang paling penting adalah barang yang sudah disumbangkan dikembalikan dengan bobot yg sama.
b. Persepsi Masyarakat Tentang Hajatan
Memperbincangkan persepsi dalam topik ini, peneliti akan melihat persepsi budaya dari masyarakat etnis Madura terkait dengan kegiatan hajatan yang dilakukan oleh mereka. Menurut Larry Samovar dan Ricard E. Porter (Mulyana,2008:214) ada enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi kita berkomunikasi dengan orang dari budaya lain. Dari enam pengaruh persepsi yang dikemukakan oleh Samovar dan Porter, peneliti akan melihat dari dua unsur yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan hajatan yang dilakukan oleh etnis Madura, diantaranya adalah (1) kepercayaan, nilai, dan sikap; (2) orientasi kegiatan. Dalam konsep kepercayaan nilai dan sikap, masyarakat menganggap bahwa hajatan merupakan wadah tali silaturahmi antar warga masyarakat baik yang etnis Madura maupun yang non Madura. Selain wadah silaturahmi dan kerukunan, nyatanya bahwa etnis Madura memegang nilai bhala (teman) dan moso (musuh).
Ketika seseorang terus melakukan tanggung jawabnya dalam hajatan maka dirnya dianggap sebagai bhala, namun ketika seseorang tidak mematuhi tanggung jawabnya maka akan dianggap moso. Misalnya seseorang yang bergabung dalam kelompok terop dan terus menjalin interaksi diantara kelompok terop dan selalu menyumbang, maka seseorang akan dikategorikan sebagai bhala. Namun ketika seseorang tidak mengembalikan sumbangan dan sudah ditagih tapi tidak mengembalikan maka akan dianggap sebagai moso pada kelompok terop satu dan kelompok terop yang lain, bahkan juga bisa jadi dianggap moso ditengah masyarakat. Dalam orientasi kegiatan hajatan, masing- masing individu yang tergabung dalam kelompok terop atau yang tidak bergabung
Adi Inggit Handoko. Peran Komunikator dalam ...
memiliki tujuan masing-masing yang biasanya tokoh terop ini mengupayakan ingin dicapai. Orientasi kegiatan hajatan
anggotanya yang mengalami kesulitan yakni: menabung uang yang dimiliki,
dibantu untuk keluar dari kesulitan mengenalkan diri kepada masyarakat dan
pekerjaan.
menjaring massa. Menjaring massa ini Kedua, minat interaksi merupakan terkait dengan komunikasi politik.
aplikasi dari bahasa dan sistem simbol dalam komunikasi. Interaksi sosial
c. Bentuk Kesenjangan Dalam Hajatan
ini merupakan cara yang dibangun Bentuk kesenjangan yang terjadi
untuk kerjasama sosial, karena adanya dalam pelaksaan hajatan ini terkait sekali
kerjasama sosial inilah manusia mampu dengan stratifi kasi sosial seseorang yang
bertahan hidup, sifat minat interaksi datang dalam hajatan. ketika seseorang
ini adalah praktis. Kondisi interaksi ini memiliki tingkat stratifi kasi sosial yang
pula yang kemudian diterapkan oleh tinggi ditengah masyarakat etnis Madura
etnis Madura dalam kegiatan hajatan, di wilayah ini maka akan mendapatkan
keinginan individu yang terlibat di dalam perlakuan istimewa. Perlakuan istimewa
hajatan serta merta menjadikan seseorang ini biasanya dalam bentuk sajian makanan,
memperluas jaringan interaksi diantara pembedaan tempat duduk dan biasanya
mereka. Perluasan jaringan komunikasi perlakuan pemilik hajatan terhadap tamu
diantara para pelaku hajatan merupakan sengan stratifi kasi sosial tinggi akan lebih
tujuan yang ingin dicapai oleh individu menghormati.
yang terlibat di dalam hajatan. interaksi yang dibangun antara anggota tokoh terop
d. Hajatan dan Teori Tindakan Komuni-
dan individu yang hendak bergabung
katif
pada kelompok terop diharapkan mampu Menurut Habermas (Littlejohn dan
membawa keuntungan bagi dirinya. Foss, 2008:472), ia mengajarkan bahwa
Minat ketiga adalah kekuasaan, ketika masyarakat bertindak itu memiliki kekuasaan ini diwujudkan oleh pelaku tiga minat utama, yaitu: minat pekerjaan, hajatan dengan membentuk kelompok- minat interaksi dan minat kekuasaan. kelompok terop, disadari atau tidak Dari ketiga minat ini, etnis Madura bahwa kelompok ini mendominasi mewujudkan dalam bentuk kegiatan kekuasaan diwilayah ini. Secara struktural hajatan yang mereka lakukan. pemerintah kelompok terop tidak memiliki
Pertama, minat pekerjaan terjawab posisi jabatan apapun, namun secara dari temuan peneliti bahwa hajatan
struktural masyarakat kelompok terop merupakan wadah pengenalan memiliki struktur sosial yang tinggi.
diri seseorang, ketika seseorang ini Keikutsertaan kelompok terop dalam memutuskan untuk bergabung dalam
hajatan nyatanya dimanfaatkan oleh teropan maka secara otomatis bahwa apa
orang-orang yang memiliki background yang dilakukan olehnya merupakan jalan
politis, sehingga kondisi demikian sangat pembuka usaha yang sedang dijalankan
menguntungkan bagi mereka. Dominasi menjadi banyak pelanggan. Selain itu pula
kekuasaan selain terlihat dalam ranah keputusan seseorang bergabung dalam
politis, dominasi ini juga terlihat pada teropan diharapkan ketika seseorang ranah individu (ranah privat), ini tercermin
tidak memiliki pekerjaan maka akan dari adanya ketidakmampuan masyarakat mendapatkan pekerjaan dari relasi yang
etnis Madura dalam menentukan dibagun dengan tokoh terop. Karena
Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 2, Juli 2014 187
Adi Inggit Handoko. Peran Komunikator dalam ...
188 Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 2, Juli 2014
kemauan individu untuk datang dalam hajatan. Prilaku mendatangi hajatan hanya dimaksudkan karena tekanan dari siapa pelandang dan siapa tokoh terop dibelakangnya yang mendukung hajatan tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil analisis sesuai dari rumusan masalah dalam tesis dengan judul: Peran Komunikator Dalam Ritual Hajatan (Studi Kasus Peran Tokoh Terop Dalam Hajatan Etnis Madura di Desa Karanglo Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dibentuknya grup-grup kelompok terop merupakan usaha yang dilakukan etnis Madura untuk mempererat golongan. Hajatan teropan merupakan “wadah” para tokoh terop ini bertemu dan berkumpul, dalam hajatan teropan ini terjadi kontak silaturahmi. Dibentuknya hajatan dengan konsep teropan ini dimaksudkan pula sebagai upaya untuk meredam konfl ik antar masyarakat atau para kelompok terop , meskipun bahwa tidak menutup kemungkinan hajatan teropan ini juga mampu memicu konfl ik. Selain sebagai tempat silaturahmi antar kelompok terop, hajatan teropan ini sarat dengan alasan motif-motif ekonomi. Pemilik hajatan mampu mengumpulkan uang dengan total nominal dari puluhan juta bahkan hingga ratusan juta rupiah dalam waktu satu malam, besar kecilnya buwuhan yang diperoleh pemilik hajatan tergantung dari siapa pemilik hajatan, dan seberapa sering pemilik hajatan melakukan buwuh terhadap orang lain. kegiatan hajatan yang dilaksanakan oleh etnis Madura diwilayah ini menunjukkan bahwa adanya pengawasan dari kelompok dominan, kelompok dominan dalam hal ini adalah para komunikator yang terlibat
dalam aktivitas hajatan. selain mendapat pengawasan dari kelompok dominan, uang menjadi alat kontrol sosial dan pengendali sosial masyarakat etnis Madura.
Peran komunikator yaitu pemilik hajatan, penanggung jawab, pengurus, pendamping, pengundang, pelandang tidak lebih hanya digunakan sebagai penarik massa untuk menyumbang. Dalam perannya, tanggung jawab yang dilakukan oleh komunikator terjadi secara tumpang tindih. Meskipun pemilik hajatan sudah menetapkan bahwa individu A sebagai pendamping, individu B sebagai pengurus dan sebagainya, namun dalam melaksanakan perannya komunikator yang ditunjuk sebagai pengurus, pendamping, pengundang justru bisa juga bertindak sebagai pelandang. Dalam peran komunikator, tanggung jawab yang lebih jelas adalah peran penanggung jawab hajatan dan peran pelandang.
Dalam menyiapkan dan merancang pesan terkait pesan hajatan, komunikator menyiapkan pesan dengan logika pesan yang digagas oleh Barbara O’Kefee. Logika pesan yang dipakai adalah rhetorical desain logic . Untuk menempatkan konteks komunikasi sebagai bentuk negosiasi. Pemilik hajatan menempatkan komunikator dalam hal ini adalah tokoh terop. Tokoh terop yang dipilih adalah orang yang memiliki kekuatan yang mampu menarik massa untuk datang berpartisipasi menyumbang. Ketika pemilik hajatan tidak punya kemampuan untuk menarik massa, maka pemilik hajat menempatkan tokoh terop yang mampu menarik massa. Sebagai konteks komunikasi, di dalam hajatan ini mereka menjalin sebuah interaksi, pada temuan penelitian ini interaksi antar orang-orang yang hadir dalam teropan bertujuan sebagai personal selling dan group selling. Sebagai medium penyampai pesan, undangan juga dimaksudkan
Adi Inggit Handoko. Peran Komunikator dalam ...
sebagai context redefi nition: (1) undangan
Persada: Jakarta.
itu sifatnya urgensi, (2) undangan sebagai Fiske, John. 2012. Introduction To bentuk pemaksaan pemilik hajatan
Communication Studies (Diterjemahkan terhadap calon penyumbang, (3) undangan
ke Dalam Bahasa Indonesia dengan Judul sebagai bentuk ketidakmampuan pemilik
“Pengantar Ilmu Komunikasi eds.3” oleh hajatan dalam menjangkau satu persatu
Hapsari Dwiningtyas). Rajagrafi ndo calon penyumbang, (4) Ketidakmampuan
Persada: Jakarta.
pemilik hajatan dalam menarik massa, Hardiman, F. Budi. 2009. Menuju Masyarakat (5) hegemoni pemilik hajatan terhadap
Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik masyarakat calon penyumbang, dan (6)
dan Posmodernisme Mennurut Jurgen undangan meredifi nisi profesi pemilik
Habermas. Kanisius: Yogyakarta. hajatan, undangan sebagai media promosi
Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. individu pemilik hajatan.
2008. Theorties of Human Comunication Dalam menyampaikan pesan, pemilik
9 th edition. Singapore: Thomson hajatan menggunakan dua media pe-
Wadsworth.
nyampai pesan. (1) melalui undangan teks McCarthy, Thomas. 2006. Theorie dan (2) melalui tatap muka secara langsung
des Kommunikativen Handelns, (face to face). Media undangan teks diberikan
Band 1: Handlungsrationalitat und kepada calon penyumbang yang tempatnya
Gesellschaftliche Rationalisierung berjauhan dengan lokasi pemilik hajatan
( diterj: Nurhadi dengan judul: dan media tatap muka adalah undangan
Teori Tindakan Komunikatif: Rasio dari pemilik hajatan dengan berbicara
dan Rasionalisasi Masyarakat ) Kreasi langsung kepada orang-orang yang berada
Wacana: Yogyakarta.
dalam lingkungan rumah pemilik hajatan. Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Undangan ini sangat diperlukan di wilayah
Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya: ini, tanpa undangan mereka tidak akan
Bandung.
berpartisipasi. Salim, Agus. 2006. Stratifi kasi Etnik kajian mikro sosiologi interaksi etnis Jawa dan
Daftar Pustaka
Cina. Tiara Wacana: Yogyakarta. Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S.
Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, 2009. Handbook Of Qualitative Research
Komunikasi, Persuasi dan Disiplin edisi satu (Handbook Of Qualitative
Dalam Pembangunan. Penerbit Alumni: Research (1997) diterjemahkan dalam
Bandung.
bahasa Indonesia oleh Dariyanto, Badrus Samsul Fata, Abi, Jhon Yin, Robert K. 2013. Case Study Research: Rinaldi). Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Design and Methods cet. 12. Diterj: M.Djauzi Mudzakir. RajaGrafi ndo
Geertz, Clifford. 2013. The Religion Of
Persada: Depok.
Java (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa ” oleh Aswab Mahasin dan Bur Rasuanto, cet. Pertama oleh komunitas Bambu). Komunitas Bambu: Depok.
Faisal, Sanapiah. 2003. Format-Format Penelitian Sosial cet.6. RajaGrafi ndo
Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 2, Juli 2014 189
Adi Inggit Handoko. Peran Komunikator dalam ...
190 Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 2, Juli 2014
Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 2, Juli 2014: 191-202
Pemikiran Harold Innis terhadap Pengembangan Ilmu