Tren Belanja Barang Bulanan TA 2009

Grafik 18: Tren Belanja Barang Bulanan TA 2009

Jika realisasi belanja pegawai terfluktuasi sepanjang tahun, demikian juga realisasi belanja barang. Namun demikian, tren pencairan belanja barang sedikit berbeda dimana mengalami kecenderungan naik dengan realisasi terendah di bulan Januari sebesar Rp0,75 triliun dan mencapai puncaknya pada akhir tahun senilai Rp21,37 triliun.

Grafik 19: Tren Belanja Modal Bulanan TA 2009

Belanja modal yang berkontribusi sekitar 11,67 persen dari total belanja pemerintah pusat memiliki tren yang tidak jauh berbeda dengan tren realisasi belanja barang. Pada akhir tahun realisasi pencairan belanja modal melonjak tajam dibandingkan

bulan-bulan sebelumnya. Realisasi belanja modal bulan Desember 2009 mencapai Rp25,73 triliun yakni 33,06 persen dari total pagu senilai Rp73,38 triliun atau 33,91 persen dari total realisasi senilai Rp75,87 triliun.

Grafik 20: Tren Belanja Subsidi Bulanan TA 2009

Tren belanja subsidi banyak dipengaruhi kebijakan pemerintah. Di awal tahun sejalan dengan menurunnya subsidi BBM. Belanja subsidi sepanjang tahun 2009 berfluktuasi, penyerapan baru terjadi pada bulan Februari sebesar Rp4,41 triliun atau sekitar 2,79 persen dari total pagu sebesar Rp158,12 triliun dan kemudian turun sampai bulan April serta meningkat secara tajam pada bulan Mei sebesar Rp14,23 triliun atau sekitar 9 persen. Pada bulan Desember realisasi belanja subsidi berada di angka Rp50,39 triliun atau sekitar 31,87 persen dari total pagu atau 36,49 persen dari total realisasi sebesar Rp138,08 triliun.

Grafik 21: Tren Belanja Bantuan Sosial Bulanan TA 2009

Tren belanja bansos juga meningkat semakin tinggi pada akhir tahun terealisasi Rp16,18 triliun dibanding bulan November sebesar Rp10,42 triliun.

dan akuntabilitas

Grafik 22: Tren Belanja Bunga Utang Bulanan TA 2009

Tren realisasi belanja bunga utang banyak dipengaruhi oleh profil utang Pemerintah. Di awal tahun realisasi belanja bunga utang sebesar Rp9,87 triliun berfluktuasi dan pada akhir tahun terealisasi sebesar Rp10,36 triliun.

Grafik 23: Tren Belanja Lain-lain Bulanan TA 2009

Realisasi belanja lain-lain cukup rendah di awal tahun dan melonjak tajam di bulan Maret sebesar Rp6,19 triliun. Realisasi sepanjang tahun berfluktuasi dan mengalami realisasi terbesar pada bulan Desember 2009 senilai Rp12,67 triliun.

Grafik 24: Tren Transfer ke Daerah Bulanan TA 2009 Grafik 24: Tren Transfer ke Daerah Bulanan TA 2009

fluktuasi di sepanjang tahun 2009. Transfer ke daerah terdiri dari dana perimbangan dan dana otonomi khusus dan penyesuaian. Tren serapan dana perimbangan transfer ke daerah berfluktuasi dari bulan ke bulan. Pada awal tahun, serapan berada

di angka Rp31,25 triliun untuk selanjutnya berfluktuasi sampai dengan bulan November di angka Rp22,18 triliun dan kembali naik di akhir tahun dengan nilai serapan Rp43,00 triliun. Total dana APBN yang terserap untuk dana perimbangan sepanjang tahun senilai Rp287,25 triliun dengan nilai rata-rata serapan per bulan di

atas Rp23,93 triliun. Serapan dana otonomi khusus dan penyesuaian diawali pada bulan April senilai Rp3,00 triliun untuk selanjutnya turun secara tajam sampai bulan Juli di angka Rp0,28 triliun dan kemudian naik kembali sampai bulan Nopember di

angka Rp2,33 triliun. Di akhir tahun serapan mencapai puncaknya dengan nilai Rp7,53 triliun. Total dana APBN yang terserap untuk dana otonomi khusus dan

penyesuaian senilai Rp21,33 triliun dengan nilai rata-rata serapan per bulan di atas Rp1,78 triliun.

Penyerapan anggaran belanja selain dapat dikaji melalui tren serapan per bulan (lihat boks 2) juga dapat dikaji terhadap pagu yang dialokasikan. Kajian serapan terhadap pagu juga dapat dikaitkan dengan akuntabilitas keuangan negara. Realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi dialokasikan melalui belanja yang dikelola oleh Kementerian Teknis dan belanja yang dikelola oleh Bendahara Umum Negara (BUN). Adapun rasio penyerapan anggaran khusus yang dikelola oleh K/L terlihat pada Grafik 25.

Selama tahun 2009, secara kumulatif lebih dari 50 persen total K/L mampu mengabsorbsi anggarannya di atas 60 persen dari pagu. Terdapat juga beberapa K/L yang memiliki daya serap rendah khususnya K/L yang memiliki alokasi pagu yang relatif rendah. Pada grafik juga terlihat bahwa tiga K/L yang memiliki pagu terbesar memiliki

tingkat serapan yang cukup tinggi berada di atas 90 persen.

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran-Kementerian Keuangan