SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

BAB III SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1 PEKERJAAN STRUKTUR BETON

1.1. PERSYARATAN MUTU.

1.1.1. Mutu Beton. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus

mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut :

a. Pondasi Pelat Beton setempat

: K-225

b. Sloof Beton

: K-225

c. Kolom dan Balok Baja WF

: K-225

d. Pelat Lantai &Atap Dak

: K-225

e. Sloof ,Kolom & Ring Balok Praktis : K-175

f. Adukan Beton. Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini

harus Beton Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas.

g. Lantai Kerja Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran

1pc : 3ps : 5kr.

1.1.2. Mutu Baja Tulangan. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini

adalah sebagai berikut :

a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan tarik 2080 Kg/Cm 2 .

b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U-

32 / besi ulir ) dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm 2 .

c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan wiremesh U-50, dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar Kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN BETON.

1.2.1. Semen.

a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type

1 atau standar Inggris BS 12.

b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA RODA dan HOLCIM serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.

c. Pemeriksaan Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.

d. Tempat Penyimpanan • Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap

kelembaban udara. Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu pengambilan.

• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat

semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truk semen secara terpisah- pisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya. Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.

• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan, Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut

urutan kronologis yang diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

• Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang semen didalam gudang dan di lokasi

serta harus dilengkapi segala timbangan untuk untuk keperluan penyelidikan.

• Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok

dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.

• Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas bila dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan

selama hari itu ditiap bagian pekerjaan.

1.2.2. Pasir dan kerikil

a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air rembesan.

Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman berikutnya.

c. Pasir • Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir

alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil

dari sumber tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya

14 hari sebelum diperlukan.

• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam

tanah pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan.

• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi

yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan

standar Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan

Persentase satuan timbangan

No.

tertinggal di saringan

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20%.

d. Agregat Kasar ( Kerikil ) • Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat

berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

• Kebersihan dan mutu Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus,

mudah pecah, tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

• Gradasi Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara

5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat. - Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.

- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971.

Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

1.2.3. A i r Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi

harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

1.2.4. Baja Tulangan

a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang

disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana.

b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton.

c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh, maka wiremesh yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau BRC LYSAGHT.

1.2.5. Cetakan ( bekisting )

a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal minimum 12 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu Borneo Super ukuran 5/7, 6/10, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik (schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

1.2.6. Water stop Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagian-

bagian yang harus kedap air, yaitu antara lain pelat atap, lantai toilet dan tempat-tempat basah lainnya sesuai dengan Gambar Kerja.

Water stop yang digunakan adalah SUPERCAST SW 10 merk FOSROC, tipe disesuaikan dengan posisi joint dengan minimum lebar 20 cm.

1.2.7. Bonding Agent Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor

secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan design dan perhitungannya.

Bonding agent yang dipergunakan adalah NITOBOND PVA merk FOSROC berupa material liquid berwarna putih terbuat dari bahan polymer acrylic Bonding agent yang dipergunakan adalah NITOBOND PVA merk FOSROC berupa material liquid berwarna putih terbuat dari bahan polymer acrylic

1.2.8. Admixture

a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan Admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk SIKA dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Perencana.

b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana bila waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan waktu penuangan beton memerlukan waktu lebih dari

1 (satu) jam. Bahan retarder yang dipergunakan adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 – 0,60 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di Batching Plant.

c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan mencapai kekuatan awal yang lebih tinggi (high early strength). Bahan plasticizer adalah CONPLAST SP 430D dengan takaran 0,60 – 2,00 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di dalam mixer sebelum beton dituang ke dalam cetakan.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

1.3.1. Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton

a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm.

(0,003375 m 3 ) diuji pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.

b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil σ’ bk ( kekuatan tekan beton karakteristik ) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel

4.2.1. PBI-1971.

c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28 hari sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam risalah rapat.

1.3.2. Komposisi campuran Beton

a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang tertentu / serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik / tepat.

b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“.

Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah terbukti akreditasinya.

c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.

d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.

e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.

f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen.

g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut : • Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.

• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank / parapet, maksimum 0,60. • Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya, maksimum 0,55.

h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.

1.3.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.

Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari

8 cm. dan tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.

b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai dengan NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

1.3.4. Pekerjaan Baja Tulangan

a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukan dalam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaannya disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Perencana.

b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai bantalan blok-blok beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.

c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.

d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan. Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.

1.3.5. Pekerjaan Selimut Beton Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding

atau dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut : atau dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :

b. Balok sloof

= 4,0 cm.

c. Kolom

= 4,0 cm.

d. Balok

= 3,0 cm.

e. Pelat beton

= 2,0 cm.

1.3.6. Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari

yang ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

1.3.7. Pekerjaan Mengaduk

a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton ( “batch mixer/beton mollen“ ). Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan

konsistensi beton yang dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki dan atau diganti. Mesin pengaduk yang disentralisir ( batching mixing plant ) harus diatur sedemikian rupa, sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Setiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan.

1.3.9. S u h u Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32 o

C dan tidak kurang dari 4,5 o

C. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27 o

C - 32 o

C, beton

harus diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton melebihi 32 o

C sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat, mencampur dengan es dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton waktu dicor pada

suhu dibawah 32 o C.

1.3.10. Pekerjaan Rencana Cetakan Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan

dalam gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian.

Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera menanggulangi bentuk yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya sendiri.

1.3.11. Pekerjaan Konstruksi Cetakan

a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton.

b. Semua cetakan beton harus kokoh. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan (bekisting) harus

dilaburi / diminyaki dengan minyak bekisting yang biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang dapat mencegah secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan akan memudahkan melepas bekisting / cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat dipakai hanya setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Penggunaan minyak bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.

c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia.

d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

1.3.12. Pekerjaan Pengangkutan Beton Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus

sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

1.3.13. Pekerjaan Pengecoran

a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain- lainnya telah selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton ( cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru dicor - tidak akan diserap.

c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan beton baru. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

d. Perlu diperhatikan letak / jarak / sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang masih akan berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang ada.

e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta Staf Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi pekerjaan, dan persiapannya betul-betul telah memadai.

f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.

g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.

h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun hujan yang lama, sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint, dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.

i. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat- syarat campuran. Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter. Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang sulit / terbatas.

j. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakan.

Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.

Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type IMMERSON, beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan ke dalam beton.

1.3.14. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan

a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan

hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda / lunak tidak diijinkan untuk dibebani.

Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas

b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh dibuka, yaitu minimum

3 hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof.

7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom.

21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan tangga.

1.3.15. Perawatan ( Curing )

a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau disemprot dengan Curing Agent CONCURE P yang berupa bahan cair / liquid material dimana setelah mengering berbentuk membrane clear dan berfungsi sebagai pelindung (curing compound) untuk menahan / mencegah penguapan air dari dalam beton, dengan

takaran pemakaian untuk 1 liter adalah 5 – 6 m 2 . Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana

yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.

b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.

c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan ( curing ) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

1.3.16. Pekerjaan Perlindungan (Protection). Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan

sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

1.3.17. Pekerjaan Perbaikan Permukaan Beton

a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat yang rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.

b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan, lubang-lubang karena keropos, ketidak-rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.

c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi plesteran 1pc : 3ps ) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm, demikian juga pada dinding yang berbatasan (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.

Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas toleransi kelurusan ( pencekungan atau Pencembungan ) bidang tidak boleh melebihi dari L / 1000 untuk semua komponen.

Pasal 2 PENYEKAT-PENYEKAT AIR

2.1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada sambungan- sambungan bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Kontraktor harus menyiapkan semua penyekat-penyekat air termasuk lem PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung lainnya.

2.2. Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices), penyatuan dan lengkungan-lengkungan (joints and bends), pasak-pasak untuk penyekat air, pertemuan perpotongan-perpotongan yang dibuat secara khusus sesuai dengan gambar-gambar atau seperti ditunjukkan oleh Konsultan Perencana.

2.3. Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk-petunjuk pabrik pembuat dan penggunaan material yang disyahkan oleh pabrik dan harus dibentuk sedemikian rupa agar menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air.

Bahan waterstop yang dipakai adalah SUPERCAST SW 20, tipe disesuaikan dengan posisi joint dengan lebar minimum 20 cm.

Pasal 3 PEKERJAAN SPARING

3.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.

3.2. Tempat-tempat dimana sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3.3. Bilamana sparing-sparing (pipa dan lain-lain) berpotongan dengan baja tulangan, maka baja tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3.4. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

3.5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.

Pasal 4 PEKERJAAN WATERPROOFING

4.1. LINGKUP PEKERJAAN. Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan

peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan.

Bagian-bagian yang harus di-waterproofing ini mencakup seluruh bagian plat atap dan daerah-daerah basah lainnya, kecuali daerah basah pada plat lantai.

4.2. PERSYARATAN BAHAN.

4.2.1. Persyaratan Standar Mutu Bahan. Standar dari bahan dan prosedur yang ditentukan oleh pabrik dan standar-

standar lainnya seperti : NI-3, ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 dan 407. Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan cara apapun tanpa ijin dari Konsultan Pengawas.

4.2.2. Bahan.

a. Untuk Kamar Mandi / WC Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis

kedap air pada beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah

2 kg/cm 2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

b. Untuk waterproofing atap Dak. Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis kedap air pada beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah

2 kg/cm 2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

4.3. PENGUJIAN.

4.3.1. Bila diperlukan, wajib mengadakan tes bahan tersebut pada laboratorium yang independen, baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang ditimbulkannya. Untuk ini Kontraktor / Supplier harus menunjuk syarat rekomendasi dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum memulai pekerjaan.

4.3.2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama minimal 10 (sepuluh) tahun termasuk kesanggupan mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk kualitas material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk kualitas pemasangan.

4.3.3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara memberi air di atas permukaan yang diberi lapisan kedap air, pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4.4. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN.

4.4.1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel pabriknya.

4.4.2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

4.4.3. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.

4.4.4. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan, baik sebelum atau selama pelaksanaan, kalau terdapat kerusakan yang bukan karena tindakan Pemilik.

4.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.

4.5.1. Persyaratan umum.

a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahan- bahan pengganti harus yang disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan oleh Kontraktor.

c. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi lapisan ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan cara-cara yang telah disetujui Konsultan Pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.

d. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

e. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam hal ada kelainan / perbedaan di tempat itu, sebelum perbedaan tersebut diselesaikan.

4.5.2. Cara pelaksanaan.

a. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari pihak pemberi jaminan pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan metode pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang pada tempat-tempat yang terkena langsung oleh sinar matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet atau apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau spesifikasi Arsitektur, maka di bagian atas dari lembaran waterproofing ini harus diberi lapisan pelindung sesuai dengan gambar pelaksanaan, dimana lapisan ini dapat berupa screed ataupun material finishing.

c. Waterproofing untuk atap, tebal 3 mm. lengkap dengan primer, screed lapisan pertama dan screed lapisan kedua, kawat ayam dan pengaturan kemiringan harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

4.5.3. Gambar detail pelaksanaan.

a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan pada gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.

c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar kerja / dokumen kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik.

Shop drawing harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, sebelum mulai dilaksanakan.

4.4. TANGGUNG JAWAB

4.4.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai dengan saat-saat berakhirnya masa garansi.

4.4.2. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambar- gambar atau peraturan-peraturan yang berlaku.

4.4.3. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat diperlukan bisa berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan di lapangan, baik teknis mapun administratif.

4.7. CONTOH.

4.7.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik, kecuali bahan yan disediakan oleh proyek.

4.7.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas minimal sebanyak 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuatan, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

4.7.3. Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan merk yang memenuhi spesifikasi akan diambil oleh Konsultan Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut.

4.8 PENGUJIAN MUTU.

4.8.1. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan / pengetesan terhadap hasil pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi siraman di atas permukaan yang telah diberi lapisan kedap air.

4.8.2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4.8.3. Pada waktu penyerahan maka Kontraktor harus memberikan jaminan atas semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan.

Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.

4.9. PENGAMANAN PEKERJAAN.

4.9.1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan lainnya.

4.9.2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan, maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 5 PEKERJAAN STRUKTUR BAJA

5.1. LINGKUP PEKERJAAN. Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan atap baja sesuai

dengan gambar-gambar pelaksanaan, termasuk didalamnya tapi tidak terbatas pada :

5.1.1. Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan- bahan seperti pelat, profil, baut, angker dan lain-lain menurut kebutuhan sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan-persyaratan teknis pelaksanaan.

5.1.2. Pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi kolom, ring balok ,atap baja, dan gording, sambungan-sambungan, pengelasan baik las sudut maupun las penuh, sambungan dengan baut dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.

5.1.3. Pekerjaan pemasangan dan penyelesaian konstruksi baja seperti pemasangan rangka atap (kuda-kuda), rangka ikatan angin, ikatan pengaku, gording, trekstang, penutup atap baja finish galvalume / warna tebal 0,50 mm. pengecatan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.

5.2. PERSYARATAN UMUM. Semua pelaksanaan pekerjaan baja ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan

normalisasi yang berlaku di Indonesia, seperti :

5.2.1. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-3 PBUBB (1970) dan lain-lain kecuali ada hal-hal yang khusus.

5.2.2. AISC “Specification for Fabrication and erection” 12 Pebruari 1981.

5.2.3. Semua pekerjaan baut pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari AISC “Specification for Structural Joints Bolts”.

5.2.4. Semua pekerjaan las harus mengikuti “American Welding Society for Arc Welding in Builiding Construction Section”.

5.3. PERSYARATAN BAHAN.

5.3.1. Mutu baja yang digunakan untuk seluruh konstruksi baja adalah baja BJ-37 dengan tegangan dasar 1600 Kg/Cm 2 .

Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana serta dilampiri sertifikat dari pabrik pembuat profil baja tersebut.

5.3.2. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas / Perencana, harus disimpan pada tempat terlindung yang menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dari bahan elektroda tersebut tidak berubah.

Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan baik dan kering.

5.3.3. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standar ASTM A-36.

5.3.4. Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier / Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas.

5.3.5. Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya. Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan.

5.4. PERSYARATAN TEKNIS.

5.4.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar kerja.

5.4.2. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail / sambungan dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak / belum tercantum dalam gambar kerja, untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan tersebut.

5.4.3. Perubahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan diusulkan pada Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.

5.4.4. Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak.

5.4.5. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing, fabrikasi dan ketepatan penyetelan / pemasangan semua bagian- bagian dari konstruksi baja.

5.4.6. Seluruh pekerjaan struktur baja harus di-fabrikasi di workshop, kecuali untuk bagian-bagian pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan di workshop sehingga harus dikerjakan di lapangan.

5.4.7. Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan harus selalu memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang rivet atau baut tersebut.

5.4.8. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang diakibatkan oleh kekurang-telitian atau kelalaian Kontraktor, harus diganti dan dilaksanakan atas biaya Kontraktor.

5.4.9. Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki atau diganti dengan yang baru dan semua biaya untuk ini harus ditanggung oleh Kontraktor.

5.4.10. Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik (laboratorium) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.

5.4.11. Setelah pengujian bahan dilakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan tersebut.

5.4.12. Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang tertera dalam gambar, lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang dan menyambungnya, pelat-pelat siku peralatan penunjang untuk presisi dari komponen maupun pekerjaannya sendiri.

5.4.13. Pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari puntiran, tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan tampak yang rapi sekali.

5.4.14. Semua perlengkapan atau barang-barang / pekerjaan lain yang diperlukan demi kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau dipersyaratkan disini, harus diadakan / disediakan, kecuali jika dipersyaratkan lain.

5.4.15. Konstruksi baja yang telah dikerjakan tetapi belum dilakukan pengecatan, harus segera dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan dan lain- lain dengan cara yang memenuhi syarat.

5.4.16. Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu sudah diberi lubang dan sudah dibersihkan dari karat, maka bagian-bagian itu harus diperiksa dalam keadaan tidak cacat.

5.5. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

5.5.1. Pengelasan.

a. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat keakhlian dari masing-masing tukang lasnya. Sertifikat kelas A untuk tenaga ahli yang mengerjakan bagian-bagian sekunder konstruksi.

b. Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja yang dipakai. Bahan las yang dipergunakan dari tipe E 6010 untuk posisi pengelasan

plat horizontal dan overhead, serta tipe E 6012 dan E 6013 untuk posisi pengelasan plat, dan harus dijaga agar supaya selalu dalam keadaan baik dan kering.

Ukuran las harus sesuai dengan gambar kerja dan atau : • Tebal las minimum

: 3,5 mm.

• Panjang las minimum : 13 x tebal las. • Panjang las maksimum : 43 x tebal las.

c. Pekerjaan las harus dilakukan di bengkel (pabrik) atau bebas angin dan dalam keadaan kering. Baja yang sedang dikerjakan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan teliti.

d. Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan berputar atau membengkok.

e. Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan dibersihkan dengan baik.

f. Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi dan tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.

g. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda tersebut.

h. Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas dari las yang dikerjakan.

i. Permukaan dari bagian yang akan di-las harus bebas dari kotoran, cat, minyak, karat dan kotoran dalam ukuran kecilpun harus dibersihkan, bahan yang akan di-las juga harus bersih dari aspal.

j. Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai tipe yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan. Mesin las tersebut harus mencapai kapasitas 24 – 40 Volt dan 200 – 400 Ampere.

k. Perbaikan las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan sebagaiamana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya perbaikan las ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

5.5.2. Sambungan dengan baud.

a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.

b. Lubang baud harus lebih besar 0,5 mm daripada diameter luar baud. Jika baud dikerjakan di workshop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat pengerat. Semua pelubangan / pengeboran untuk baud harus dapat dikerjakan sesudah bagian-bagian / profil-profil yang akan berhubungan tersebut dikerjakan.

c. Daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang baud dan baud itu sendiri harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut.

d. Pengujian pekerjaan sambungan baud dan las. Untuk sambungan baud dan las dilakukan pemeriksaan visual kecuali pengelasan dengan Full Penetration harus dilakukan dengan X-ray test, sebanyak 2 (dua) titik pengetesan. Pemeriksaan dilakukan dengan random testing. Untuk pekerjaan las dan pengujian yang tidak memenuhi syarat harus diulangi kembali hingga memenuhi persyaratan. Biaya X-ray test ditanggung oleh Kontraktor.

5.5.3. Meluruskan, Mendatarkan dan Melengkungkan.

a. Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non struktural. Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung. Melengkungkan plat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak

boleh lebih kecil dari 3 (tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang plat badannya.

b. Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua. Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil

bilamana bahan tersebut tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi.

5.6. PEMASANGAN.

5.6.1. Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari Asnya. Kemudian juga elemen-elemen vertikal harus tegak lurus dengan bidang permukaan lantai.

5.6.2. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang tertumpuk di lapangan tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan pembuatan konstruksi tersebut.

5.6.3. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang tertumpuk di lapangan, agar jangan rusak karena perubahan cuaca.

5.6.4. Memotong dan menyelesaikan pinggiran-pinggiran bekas irisan dan lain-lain.

a. Pemotongan-pemotongan baja untuk bahan konstruksi, harus dengan mechanical cutting kecuali ditunjukkan lain dalam gambar rencana.

b. Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih, sekali-kali tidak diperbolehkan ada bekas jalur dan lain-lain.

c. Bila bekas pemotongan dengan mesin diperoleh pinggiran-pinggiran bekas irisan, maka bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya setebal 2,5 mm, kecuali kalau keadaannya sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur.

d. Bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi juga perlu dibuang bekas-bekas potongan atau kotoran-kotoran lainnya.

5.6.5. Menembus, mengebor dan melebarkan lubang.

a. Semua lubang-lubang pada bahan baja harus dibor.

b. Pada keadaan akhir diameter lubang untuk baud yang dibubut dengan tepat dan sebuah baud hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm daripada diameter batang baud-baud.

c. Semua lubang-lubang dalam bagian konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan satu dengan alat penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya. Apabila ternyata tidak sesuai, maka perubahan - perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan penyimpangannya tidak boleh melebihi 0,5 mm.

d. Semua lubang-lubang harus benar-benar bulat atau sesuai dengan permintaan gambar rencana terdiri dari siku-siku pada bidang-bidang dan bagian-bagian konstruksi yang akan disambung.

e. Semua lubang-lubang sebelum pemasangan harus dibersihkan dulu. Mempersiapkan lubang tidak boleh dilakukan dengan menggunakan besi / sikat kawat atau besi-besi penggaruk.

5.7. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN.

5.7.1. Seluruh profil baja harus dibersihkan dari permukaan korosi (karat) dan kotoran-kotoran ataupun minyak-minyak, dengan menggunakan sikat baja atau sandblasting, sampai permukaannya memperoleh warna metalic yang merata.

5.7.2. Segera setelah dibersihkan, sebelum profil-profil baja dipasang di workshop, seluruh permukaannya harus cepat-cepat di cat dengan meni (red oxide) yang tebalnya 30 – 35 micron. Cat dasar ini harus betul-betul merata untuk seluruh permukaan profil.

5.7.3. Cat dasar yang tidak baik harus dibuang / dibersihkan sama sekali, disikat kawat, digosok, dan setelah bersih segera dicat dasar lagi seperti yang telah diuraikan. Cat dasar dilaksanakan 2 (dua) kali pengecatan dan dipakai produksi DANAPAINT.

5.7.4. Cat finish dilaksanakan 2 (dua) kali, produk DANAPAINT.

5.7.5. Pengecatan harus dilakukan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh pabrik dan mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.

BAB IV

SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1 PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

a. Pekerjaan adukan pasangan batu kali

b. Pekerjaan adukan pasangan batu bata dan batako press

c. Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN.

1.2.1. Semen. Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis Struktur.

1.2.2. Pasir. Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.

1.2.3. Air. Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit.

1.3.2. Jenis adukan.

a. Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps. Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

b. Adukan kedap air adalah campuran 1pc : 3ps. Aduk plesteran ini untuk :

• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan. • Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja

hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.

• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam

Gambar Kerja.

1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

1.3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.

Pasal 2 PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

2.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

a. Pekerjaan pondasi pasangan batu kali.

b. Pekerjaan pasangan batu kali lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2.2. PERSYARATAN BAHAN.

2.2.1. Batu kali. Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing dan tidak porous.

2.2.2. Semen. Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1.

2.2.3. Pasir. Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2.

2.2.4. Air. Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3.

2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

2.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil / bentuk pondasi dari bambuatau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan Gambar Kerja dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2.3.2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas, kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat. Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang sesuai dengan Gambar Kerja.

2.3.3. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran 1pc : 4ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air 1pc : 3ps.

2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dari pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian tengah.

2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek ∅ 10 mm. untuk sloof dan dinding pasangan yang tercantum dalam Gambar Kerja. Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stek- stek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut. Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d atau sesuai dengan ukuran dalam Gambar Kerja. Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm. dan atau seperti yang tercantum dalam Gambar Kerja.

Pasal 3 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA DAN BATAKO PRESS

3.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

a. Pembuatan dinding batako press.

b. Pekerjaan pasangan batu bata lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

3.2. PERSYARATAN BAHAN.

3.2.1. Batako press. Batako press yang dipakai adalah dari mutu yang terbaik, setaraf bata F, ukuran 8 x 20 x 30 cm. dengan pengepresan sempurna dan merata. Batako press yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau penjual. Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

3.2.2. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

3.2.3. Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

3.2.4. Air. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

3.3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

3.3.2. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata tersebut.

3.3.3. Aduk perekat / spesi.

a. Aduk perekat / spesi untuk pasangan batako press kedap air adalah campuran 1pc : 3ps untuk :

• Dinding pasangan batako daerah basah. • Dinding pasangan batako yang langsung berhubungan dengan luar. • Saluran.

b. Untuk semua pasangan batako press terhitung dari P +0,20 ke atas, dipakai aduk perekat / spesi campuran 1pc : 5ps terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

c. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 1 dalam Bab ini.

3.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.

3.3.5. Pemasangan dinding pasangan batako dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 5 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis. Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton di Bab lain dalam buku ini.

3.3.6. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapi dan siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

3.3.7. Pekerjaan pemasangan batako press harus benar-benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm. vertikal dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan biaya untuk perkaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

3.3.8. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai setinggi permukaan tanah.

3.3.9. Setelah batako terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan kedalaman 1 cm. dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air dan siap menerima plesteran.

3.3.10. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.

3.3.11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak diperkenankan.

3.3.12. Tidak diperkenankan memasang batako merah yang patah dua melebihi dari 5%. Batu bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.

3.3.13. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci) harus : • Dinding bata ½ batu, harus setebal 15 cm.

• Dinding bata 1 batu, harus setebal 25 cm.

3.3.14. Pemeliharaan : Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 4 PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL

4.1. LINGKUP PEKERJAAN.

4.1.1. Pekerjaan Beton Bertulang. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

• Pembuatan kolom praktis 13 x 13 cm. • Pembuatan balok praktis / balok lintel, ring balok ukuran 13 x 13 cm.dan

13 x 20 cm. • Pekerjaan kolom praktis, balok praktis / lintel dan ring balok lainnya

seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

4.1.2. Pekerjaan Beton Tumbuk. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada lantai dasar sesuai Gambar Kerja.

4.2. PERSYARATAN BAHAN.

4.2.1. Besi Beton.

a. Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter lebih kecil dari ∅ 16 mm.

b. Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih.

c. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2.

d. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja.

e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas.

f. Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh / dilapis seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971)

4.2.2. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

4.2.3. Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Pasir yang dipakai harus Pasir Beton.

4.2.4. Koral beton / Spleet.

a. Koral beton / spleet harus bersih, bersudut tajam, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.

b. Penyimpanan / penimbunan koral beton dengan pasir harus dipisahkan satu sama lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang disyaratkan.

4.2.5. A i r. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

4.2.6. Acuan / bekisting dan perancah.

a. Papan acuan / bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm.

b. Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7.

c. Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan mempergunakan balok kaso 5/7 atau bambu.

4.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

4.3.1. Beton Bertulang.

a. Campuran dan mutu beton • Campuran adalah 1pc : 2ps : 3Kr.

• Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan beton bertulang non struktural ini adalah K-175.

b. Pembesian.

• Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan sengkang (ring)

persyaratannya harus sesuai NI-2 (PBI-1971). • Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan Gambar Kerja. • Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi

tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan acuan / bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan beton (beton decking) sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).

c. Acuan / bekisting. • Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam Gambar Kerja.

• Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan

kedudukannya selama pengecoran berlangsung. • Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari

kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya.

d. Cara pengadukan.

• Cara pengadukan harus menggunakan beton molen. • Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih

dahulu oleh Konsultan Pengawas. • Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak

terjadi penguapan terlalu cepat. • Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus

diperhatikan.

e. Pengecoran Beton. • Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan me- laksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram

cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.

• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan Pengawas.

• Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat penggetar beton untuk menjamin beton cukup padat, dan harus dihindarkan

terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral / spleet yang dapat memperlemah konstruksi.

• Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan

Pengawas.

• Penyambungan beton lama dengan beton baru harus memakai Bonding Agent NITOBOND PVA merk FOSROC.

• Permukaan beton lama yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan Bonding Agent NITOBOND PVA yang pelaksanaannya sesuai persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran beton baru.

f. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting hanya boleh dilakukan dengan

ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun

pada permukaan beton tanpa persetujuan Konsultan Pengawas.

g. Pekerjaan pembuatan kolom praktis. Pemasangan kolom praktis untuk :

• Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata. • Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian dalam bangunan 2

setiap seluas 9 m . • Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian luar / tepi luar

bangunan setiap seluas 9 m 2 .

• Ukuran kolom praktis adalah 13 x 13 cm. • Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

h. Pekerjaan pembuatan balok praktis / lintel dan ring balok. Pemasangan balok praktis / lintel dan ring balok :

• Di tepi atas / akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai 2 ring balok setiap luas 9 m pasangan dinding bata yang tinggi.

• Ukuran balok pratis adalah 13 x 13 cm, 13 x 20 cm, atau sesuai Gambar Kerja.

• Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

i. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai Gambar Kerja dan atau seperti terurai dalam pekerjaan beton di Bab lain dalam Buku ini.

j. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis / lintel seperti tercantum dalam Butir 5.3.1.g. dan 5.3.1.h. di atas, terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam Gambar Kerja.

k. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus diperkuat angker ∅ 8 mm. setiap jarak 50 cm. yang terlebih k. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus diperkuat angker ∅ 8 mm. setiap jarak 50 cm. yang terlebih

4.3.2. Pekerjaan Beton Tumbuk. Campuran beton tumbuk adalah 1pc : 3ps : 5kr dengan tulangan praktis 1

lapis – 2 arah diameter 6 mm.- 15 cm. atau wiremesh BRC M-6, terkecuali pada daerah basah (KM / WC dan Pantry) tidak dipasang tulangan.

Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan rata permukaan / waterpass dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6 cm, dan atau sesuai Gambar Kerja.

Pasal 5 PEKERJAAN PLESTERAN

5.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

• Plesteran aci halus untuk dinding pasangan batako press dan permukaan beton. • Plesteran kedap air. • Plesteran biasa. • Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

5.2. PERSYARATAN BAHAN.

5.2.1. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

5.2.2. Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

5.2.3. A i r. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

5.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

5.3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan

bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

5.3.2. Jenis plesteran.

a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan. Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,yaitu 1pc : 3ps. Dipakai untuk :

• Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.

• Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga.

b. Plesteran biasa adalah campuran 1pc : 5ps. Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk

menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

c. Plesteran kedap air adalah campuran 1pc : 3ps. Aduk plesteran ini untuk :

• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan.

• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja

hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai. • Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian

sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

d. Plesteran halus / aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen. Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atau sudah kering benar.

5.3.3. Pelaksanaan.

a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi

30 menit, terutama untuk plesteran kedap air.

c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.

d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.

e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.

Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua lubang - lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plesteran.

d. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain, permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.

e. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm.

f. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.

g. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm. dan maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.

h. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan.

5.3.4. Pemeliharaan.

a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.

b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir, Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan- kerusakan dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut di atas.

d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 6 PEKERJAAN KAYU

6.1. LINGKUP PEKERJAAN.

6.1.1. Pekerjaan kayu kasar. Pekerjaan kayu kasar lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

6.1.2. Pekerjaan kayu halus. • Rangka Multi 9 mm lapis plat untuk penutup atas GRC ditunjukkan pada Gambar Kerja.

6.2. PERSYARATAN BAHAN.

6.2.1. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan seperti diuraikan pada butir berikut ini. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus. Tanpa cacat mata kayu, putih kayu dan retak Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

6.2.2. Pekerjaan kayu kasar. Kayu Borneo Super atau sekualitas.

Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II.

6.2.3. Pekerjaan kayu halus.

a. Balok untuk kusen, kayu Kamper Samarinda. Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II.

b. Papan untuk plint kayu Kamper Banjar. Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II.

c. Multiplex: Panel : Plywood, Megateak. Tebal

: (sesuai yang ditunjukkan pada Gambar Kerja). Produk : Ex lokal mutu terbaik.

6.2.4. kelembaban. • Untuk ketebalan kayu lebih dari 3 cm. disyaratkan kelembaban kayu tidak

lebih dari 14 % terpasang. • Untuk ketebalan kayu lebih dari 7 cm. diijinkan kelembaban kayu 25 %

maksimum.

• Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 - 3 cm. diijinkan kelembaban kayu 18% maksimum.

Kelembaban kayu atau kadar air kayu (moisture content) tersebut di atas diperiksa dengan alat pemeriksa kelembaban kayu.

6.2.5. Pengawetan kayu. Semua kayu (terkecuali kayu lembaran) yang dipergunakan harus sudah

melalui proses pengeringan (dry kiln) dan harus sudah diberi bahan anti rayap sebelum pelaksanaan finishing. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan anti rayap sesuai dengan yang tercantum pada pekerjaan perlindungan. Penimbunan kayu di tempat pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ini harus diletakkan di satu tempat, di dalam ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi dari kerusakan. Timbunan kayu tersebut harus diberi alas sehingga tidak langsung terhampar di lantai.

6.2.6. Bahan dan alat bantu. • Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80. • Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau yang setaraf. • Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain harus digalvanisasi.

6.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor diwajibkan untuk : • Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai

Gambar Kerja. • Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan ketepatan pemasangan di lapangan. • Khususnya untuk pekerjaan kayu halus, Kontraktor harus membuat shop drawing untuk detail pemasangan dan sistim perkuatan.

Agar diusahakan pelaksanaan pemasangan instalasi sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu sehingga tidak terjadi pembongkaran.

Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung, angker, dynabolt, sekrup, paku dan lem perekat harus rapi sempurna serta tidak diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak.

Khusus untuk bahan sambungan / pengikat dari baja seperti angker, sengkang, plat dan sebagainya sebelum terpasang harus sudah diberi lapisan anti karat yang memenuhi persyaratan dalam Pasal Pengecatan di Buku ini.

Khusus pada permukaan bidang tampak / exposed, tidak diperkenankan pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

Bilamana pada sistim perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat meng-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus. Setelah dempul kering kemudian digosok dengan ampelas halus.

Sebelum pemasangan untuk semua logam yang melekat pada kayu, semua logam tersebut harus sudah diberi lapisan perlindungan atau lapisan cat seperti yang disyaratkan.

6.3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Kasar. Semua konstruksi yang tidak ditampakkan (“unexposed”) harus dilapis

dengan menie kayu. Pekerjaan ini dilaksanakan setelah penyerutan dan sebelum dipasang.

6.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Halus. Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan

diperlihatkan (exposed) dan permukaan kayu yang akan dilapis / ditempel dengan bahan / material finishing harus diserut halus dan rata.

Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus menggunakan mesin tanpa kecuali dan tidak diperkenankan mengerjakan di tempat pemasangan, persyaratan ini mencakup pula untuk penyerutan.

Setelah penyerutan mesin, baru kemudian diperkenankan dengan penyerutan tangan.

Sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan ketelitian yang tepat dan rapi terutama untuk bagian yang diperlihatkan (exposed). Sambungan Plint kayu pada sudut harus berupa sambungan adu manis dan siku. Sambungan antara papan ke arah memanjang harus berupa sambungan ekor burung.

6.3.4. Perlindungan terhadap pekerjaan kayu yang telah selesai. Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan baik

berupa benturan, pecah, retak, noda dan cacat-cacat lain. Apabila hal tersebut di atas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar dan mengganti tanpa

mengurangi mutu. Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

6.3.5. Pekerjaan penyelesaian (“finishing”) kayu. Pekerjaan “finishing” kayu lihat Pasal Pekerjaan Pengecatan dalam Buku ini.

Pasal 7 PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU BESI

9.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pintu besi dan Rolling Door pada

Gerbang seperti tercantum pada Gambar Kerja.

9.2. PERSYARATAN BAHAN. ƒ Pintu Besi Bahan

: Daun pintu memakai Hollow square tube.

Rangka daun pintu memakai hollow scuare tube. Kusen memakai besi kanal.

Ukuran : Sesuai Gambar Kerja. ƒ Engsel : Sistim kupu-kupu dengan batang poros engsel dapat dikunci.

ƒ Kunci : Sistem selot dengan gembok.

9.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. Pembuatan pintu besi harus mengikuti Bab Pekerjaan Logam Arsitektur. Pembuatan kusen dan daun pintu besi lengkap harus dilaksanakan di workshop, tiba

di lapangan siap untuk pemasangan / penyetelan. Kusen pintu besi harus sudah terpasang pada dinding lubang pintu saat pelaksanaan

pekerjaan dinding termaksud. Jumlah engsel adalah 3 (tiga) buah tiap daun pintu.

Pasal 8 PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA ( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI )

10.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan ini meliputi :

• Pekerjaan perlengkapan pintu Besi dan Rolling Door seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

10.2. PERSYARATAN BAHAN. Semua alat penggantung dan pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam Buku Spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih

dahulu secara tertulis dari Pemberi Tugas. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari

Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas. Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap.

Pemilihan “hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.

10.2.1. Perlengkapan Pintu Ayun.

a. Engsel.

1. Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”). Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon, memenuhi

standar SII-0407-80

Pemakaian : Pintu tunggal dan pintu ganda, rangka aluminium. Ukuran

: 4 x 3 inchi, tebal 3,2 mm. (standar produk). Jumlah

: 3 (tiga) set per daun pintu.

Produk

: SES, CISA atau setara

Warna : Silver.

2. Mekanisme : Ayun dua arah (“double swing”). Spesifikasi

: Khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (“frameless”) dipasang pada sisi bawah / tertanam di lantai dan sisi atas daun pintu, sekaligus berfungsi sebagai door closer dengan pengaturan kecepatan menutup dari 115 o ke 12 o dan 12 o ke 0 o . Dilengkapi engsel penjepit bagian bawah (bottom pivot patch) dan atas (top pivot patch).

Pemakaian

: Pintu masuk utama lantai dasar.

Jumlah : 2 (dua) set lengkap per daun pintu. Produk

: SES, CISA atau setara.

Warna : Ditentukan kemudian.

b. Kotak Kunci (“Lockcase”).

1. Mekanisme : 2 kali kunci (“double lock”).

Pemakaian : Semua pintu tunggal dan pintu ganda dengan rangka

aluminium.

Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah silang (latch bolt) dan lidah malam (rolling dead bolt).

Produk

: SES, CISA atau setara

Warna : Silver.

2. Mekanisme : 1 kali kunci (“single lock”) Pemakaian

: Pintu kaca ganda tanpa rangka (frameless door glass) Spesifikasi : Lockcase pada bagian bawah dan atas pintu

frameless.

Produk : KEND. Warna : Silver.

c. Kunci (“Cylinder”).

1. Pemakaian

: Semua pintu Rolling Door

Spesifikasi : Mempunyai lubang kunci di kedua ujungnya

(Double Cylinder).

Produk

: SES, CISA atau setara

Warna : Ditentukan kemudian.

2. Pemakaian : Pintu tunggal khusus ruang panel dan utilitas. Spesifikasi : Pada sisi luar mempunyai lubang kunci dan tombol

pada sisi dalam (Knob Cylinder). Produk

: SES, CISA atau setara.

Warna : Ditentukan kemudian.

3. Pemakaian

: Khusus Kios

Spesifikasi : Pada sisi luar dapat dibuka dengan menggunakan koin dan tombol pada sisi dalam Produk :

SES, CISA atau setara.

Warna : Ditentukan kemudian.

d. Pegangan (“Handle”).

1. Pemakaian : Untuk semua pintu kecuali pintu frameless. Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (Latch Bolt)

secara mekanis. Pemasangan menyatu dengan silinder kunci. Dilengkapi dengan penutup lubang kunci.

Produk

: SES, CISA atau setara.

Warna : Silver.

2. Pemakaian : Pintu kaca ganda tanpa kaca (frameless) pada pintu

masuk utama lantai dasar.

Spesifikasi : Pegangan (Handle) khusus untuk pintu kaca tanpa

rangka (frameless).

Produk

: SES, CISA atau setara.

Warna : Ditentukan kemudian.

e. Penahan Pintu (“Door Stopper”). Pemakaian : Seluruh pintu. Spesifikasi : Bahan karet. Produk : KEND.

10.2.2. Perlengkapan Pintu Besi. Engsel dan kunci dipasang dan dibuat sekaligus dengan kusen dan daun

pintu di Bangunan Kios.

a. Engsel. Mekanisme

: Ayun satu arah (“single swing”). Spesifikasi

: Tipe ball bearing dengan batang poros dapat dikunci, dengan kemampuan dapat menahan beban daun pintu termaksud ( @ 200 kg ).

Pemakaian : Bangunan Kios. Jumlah

: 3 (tiga) set per daun pintu.

Warna : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.

b. Kunci. Mekanisme : Sistim selot. Spesifikasi

: Batang selot pada daun pintu dilengkapi pegangan yang dapat dipasang kunci gembok. Pada kusen dipasang ring untuk tempat mengunci pegangan batang selot dan kunci gembok.

Pemakaian : Bangunan Kios. Jumlah

: 1 (satu) set per daun pintu.

Warna : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.

10.2.3. Kehandalan kerja. Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan

baik sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.

10.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

10.3.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Didalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi fabrikasi, dan pemasangannya untuk setiap tipe pintu dan jendela.

Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.

10.3.2. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht khususnya lockcase, handle dan backplate harus rapi dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam Gambar Kerja dan atau petunjuk Konsultan Pengawas.

Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.

10.3.3. Engsel, dipasang + 28 cm. (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada pintu-pintu umum biasa.

Engsel pintu toilet / peturasan dan janitor adalah + 32 cm.(as) dari permukaan bawah pintu.

Khusus pintu frameless mengikuti persyaratan pabrik.

10.3.4. Door stopper untuk pintu toilet / peturasan, dipasang pada dinding dengan minimum ketinggian 155 cm.dan 6 cm. dari tepi daun pintu. Untuk pintu lain, dipasang pada lantai.

Letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding pada saat pintu terbuka.

Pemasangan door pull 100 cm. (as) dari permukaan lantai. Pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik pembuat.

Pasal 9 PEKERJAAN LOGAM ARSITEKTUR

13.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : • Pekerjaan dinding partisi GRC 6 mm.

• Pekerjaan penggantung rangka langit-langit angkur, klem dan semua bentuk pengikat / pengaku hubungan konstruksi yang terbuat dari logam.

• Pekerjaan logam lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

13.2. PERSYARATAN BAHAN.

13.2.1. Semua bahan / material logam yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik, lurus, rata permukaan, bebas karat, bebas cacat akibat benturan ataupun cacat dari pabrik dan bebas dari noda-noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan / appearance, serta keluaran dari pabrik yang disetujui Konsultan Pengawas. Mutu dan kualitas sesuai dengan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang berlaku.

13.2.2. Baja profil, jenis, ukuran, warna, sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

Sengkang pengikat talang vertikal, dipakai baja galvannized strip 2x30 mm. Plat stainless steel, bentuk dan ukuran sesuai dgn Gambar Kerja, tebal 3 mm. Plat baja polos, bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja, tebal 2 mm.

13.2.3. Kontraktor harus sudah siap dengan semua pengikat / penyambung / pengaku seperti angker, klem, baut, ramset, dynabolt, baja strip dan sebagainya. Semua bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

Bahan produk jadi seperti baut, ramset, dynabolt adalah produk HILTI. Bahan-bahan pelengkap seperti baut, sekrup, dynabolt, ramset, pengait dan

logam fitting lainnya yang berhubungan dengan udara luar harus dibuat dari besi yang digalvanisasi.

Khusus untuk bahan / material stainless steel, semua baut atau sekrup yang dipakai dan kepalanya keluar dari permukaan bahan / material tersebut harus ditutup dengan penutup yang di-verchroom.

13.2.4. Elektroda las yang digunakan harus memenuhi persyaratan Normalisasi Indonesia, dan sebelum digunakan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

Bahan disimpan di tempat terlindung yang menjamin komposisi dan sifat karakteristik lainnya dari elektroda las tersebut tidak berubah.

Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan baik dan kering.

13.3. PERSYARATAN TEKNIS.

13.3.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab atas semua ukuran yang tercantum dalam Gambar Kerja. Pada prinsipnya, ukuran pada Gambar Kerja adalah ukuran jadi / finish. Harus diperhatikan pula sambungan / hubungan dengan material lain harus sesuai dengan Gambar Kerja.

13.3.2. Sebelum pelaksanaan dan pemasangan, Kontraktor harus melakukan pengukuran yang cermat di tempat kerja guna mendapatkan ukuran yang tepat.

13.3.3. Bahan / material berbentuk unit yang akan dipasang harus diberi tanda agar tidak terjadi kesalahan pemasangan.

13.3.4. Pekerjaan harus bertaraf kelas satu, terutama untukpermukaan logam yang diperlihatkan (exposed) harus benar-benar rapi dan halus.

13.3.5. Pemotongan logam harus dengan mesin pemotong mekanik (Mechanical Cutting Machine) kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja. Pemotongan dengan pembakaran memakai mesin pembakar standar.

13.3.6. Semua bagian yang dilubangi sesuai dengan Gambar Kerja dan sudah dibersihkan dari karat, harus diperiksa dan berada dalam keadaan tidak cacat sebelum pemasangan.

13.3.7. Semua pengelasan menerus dengan las busur listrik.

13.3.8. Tambatan, angker, stek, dynabolt dan ramset untuk beton dan pasangan batu bata dimana diperlukan harus digunakan walaupun tidak ditunjukkan dalam gambar, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

13.4. PERSYARATAN PELAKSANAAN. Semua pekerjaan baut / bolt harus memenuhi syarat AISC Specification for

Structural Joint Bolt. Semua pekerjaan las harus mengikuti American Welding Society for Arc Welding in

Building Construction Section.

Kontraktor bertanggung jawab terhadap keamanan, kerusakan barang sampai ke tempat tujuan. Segala kerusakan dan atau kehilangan adalah tanggung jawab Kontraktor.

13.4.1. Plat Baja dan Stainless Steel. Penempatan plat harus rapi dan semua lubang baut harus terletak tepat pada

jarak masing-masing baut. Pemasangan plat baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari asnya. Angker, stek ataupun elemen vertikal lainnya harus tegak lurus terhadap permukaan bidang tempatnya tertanam.

Semua bagian pekerjaan yang berbentuk unit harus dirakit (assembling) sebelum pemasangan.

Kontraktor harus mengajukan contoh model (mock-up) yang akan dipasang kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Sebaiknya semua pekerjaan ini difabrikasi di workshop.

Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi maupun ketidak-tepatan penyetelan / pemasangan. Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki dan atau diganti dengan yang baru, dan semua ini atas biaya Kontraktor serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Semua permukaan logam, terutama yang melekat dengan bahan / material lain sebelum pemasangan harus sudah diberi lapisan pelindung atau cat dasar.

Pekerjaan ini tidak berlaku untuk baja stainless steel dan atau seperti ditunjukkan Konsultan Pengawas.

13.4.2. Pengelasan. Pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati atau cermat.

Logam yang akan dilas harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat mengurangi kekuatan sambungan, dan permukaannya harus halus. Juga permukaan yang dilas harus sama, rata dan kelihatan teratur.

Pekerjaan las sedapat mungkin dilakukan di workshop dan atau dalam ruangan yang beratap, bebas dari angin dan dalam keadaan kering. Benda pekerjaan ditempatkan sedemikian rupa sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan teliti.

13.4.3. Las Perapat / Pengendap. Dalam setiap posisi dimana dua bagian (dari satu benda) saling berdekatan,

harus dilaksanakan las perapat / pengendap guna mencegah masuknya lengas. Terlepas apakah detailnya diberikan atau tidak dalam Gambar Kerja, apakah benda / bahan tersebut terkena cuaca luar atau tidak, dan Kontraktor tidak dapat meng-klaim pekerjaan ini sebagai pekerjaan tambah.

13.4.4. Macam dan Ukuran Las. Macam las yan dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik).

Ukuran las harus sesuai dengan Gambar Kerja dan atau tebal las untuk

konstruksi minimum ½ V t

2, dimana t adalah tebal bahan terkecil. Panjang las minimum : 8 kali tebal bahan atau 40 mm.

Panjang las maksimum : 40 kali tebal bahan. Kekuatan dari bahan las yang dipakai minimum sama dengan kekuatan baja

yang dipakai.

13.4.5. Pengelasan permukaan yang ditampakan (exposed). Sebelum pengelasan, permukaan dari daerah yang akan dilas harus bersih

dan bebas dari kotoran, noda, cat, minyak dan karat. Pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan dan cacat pada bahan

yang dilas. Pengakhiran dari cairan elektroda harus rata. Setelah pengelasan, sisa-sisa / kerak las harus dibersihkan dengan baik.

Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dalam Gambar Kerja dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas dan harus dijamin tidak akan berputar atau membengkok.

13.4.6. Perbaikan Las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus

dilakukan Kontraktor sebagaimana diperintahkan Konsultan Pengawas. Las yang cacat harus dipotong dan dilas kembali. Biaya pekerjaan ini

ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Pekerjaan las harus dilakukan oleh orang yang ahli (mempunyai sertifikat) dan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam spesifikasi dan Gambar Kerja.

13.4.7. Mur dan Baut. Baut yang dipergunakan harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan yang

tercantum dalam Gambar Kerja. Pemasangan mur dan baut harus benar-benar kokoh serta mempunyai

kekokohan yang merata antara satu dengan lainnya.

13.4.8. Memotong dan menyelesaikan pinggiran bekas irisan. Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih. Sama sekali

tidak diperkenankan ada bekas jalur dan lain sebagainya. Bila bekas pemotongan / pembakaran dengan mesin menghasilkan pinggiran

bekas irisan, maka bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya selebar 2,5 mm. Kecuali kalau keadaannya sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur tersebut di atas.

13.4.9. Meluruskan, mendatarkan dan melengkungkan. Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian

non struktural. Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung.

Melengkungkan plat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari 3 (tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang plat badannya.

Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua.

Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi.

13.4.10. Menembus, mengebor dan meluaskan lubang. Semua lubang harus dibor.

Pada keadaan akhir, diameter lubang untuk baut dan sebuah baut yang tepat boleh berbeda masing-masing 1 mm. dari diameter batang baut tersebut. Untuk lubang pada bagian konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan satu dengan alat / komponen penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya. Apabila ternyata tidak sesuai, maka lubang tersebut harus diubah dengan dibor atau diluaskan, dan penyimpangannya tidak melebihi 0,5 mm.

Semua lubang harus bulat sempurna, berdiri siku pada bidang dan bagian konstruksi yang akan disambung.

Semua lubang harus dibersihkan sebelum pemasangan. Pembersihan tersebut tidak diperkenankan memakai besi penggaruk.

Pada beton bertulang, beton tumbuk dan adukan pasangan bata, semua celah yang terjadi antara lubang dan bagian logam yang tertanam di dalamnya harus diisi dengan adukan isi kering (grouting) hingga padat tanpa ada rongga dan rata permukaan.

Setiap bagian dari pekerjaan ini yang buruk, tidak memenuhi persyaratan seperti yang tertulis dalam Buku ini maupun tidak sesuai dengan Gambar Kerja, Ketidak-cocokan, kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor lalai, tidak teliti dalam Gambar Pelengkap dan atau perbaikan finish yang tidak memuaskan akan ditolak dan harus diganti hingga disetujui Konsultan Pengawas. Perbaikan, perubahan dan penggantian harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Perubahan bahan / detail karena alasan tertentu harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis. Semua pekerjaan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang mempengaurhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.

Semua pekerjaan yang telah dikerjakan atau telah terpasang harus segera dilindungi terhadap pengaruh cuaca dengan cara yang memenuhi syarat.

Pasal 10 PEKERJAAN PERLINDUNGAN

15.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : • Pekerjaan sealant.

• Pekerjaan grouting. • Pekerjaan floor hardener. • Pekerjaan waterproofing.

15.1.1. Pekerjaan Sealant. Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accessories”nya terhadap

dinding, lantai maupun antara pipa. Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding. Semua celah pada kusen aluminium.

15.1.2. Pekerjaan grouting. Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan / material metal

yang tertanam dalam beton maupun pasangan bata.

15.1.3. Pekerjaan Floor Hardener. Pelapisan dengan bahan / material floor hardener untuk permukaan lantai

beton pada : R. Pompa, R. Gardu, R. ME, dan atau sesuai Gambar Kerja.

15.1.4. Pekerjaan Waterproofing. Pelapisan dengan bahan / material waterproofing untuk :

• Bahan / material waterproofing lembaran untuk permukaan atas pelat atap beton.

15.2. PERSYARATAN BAHAN.

15.2.1. Pekerjaan Sealant. Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan / material,

tahan cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis tahan cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis

Produk : FOSROC Nama bahan

: NITOSEAL 118

15.2.2. Pekerjaan grouting. Bahan grouting dari jenis non-shrink dan non-metallic dengan pemakaian

dicampur semen. Produk : FOSROC

Nama bahan

: CONBEXTRA GP

Bahan grouting untuk penutup / pengisi keretakan beton dari jenis epoxy dengan pemakaian diinjeksikan kedalam retakan. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplicator dengan garansi.

Produk : FOSROC Nama bahan

: CONBEXTRA EP

15.2.3. Pekerjaan Floor Hardener. Bahan floor hardener dari jenis non-metallic siap pakai, tahan gesek, tahan

aus, tahan benturan, tahan minyak dan oli, anti slip dan memiliki ketahanan terhadap beban 5 – 10 kg/m 2 .

Produk : FOSROC Nama bahan

: NITOFLOOR HARDTOP

Dosis : 2 5 kg/m

Warna : Ditentukan kemudian.

15.2.4. Pekerjaan Waterproofing. Untuk Waterproofing Atap.

Menggunakan PROOFEX TORHCHEAL 3P merk FOSROC, merupakan waterproofing berbentuk lembaran (membran) dengan bahan dasar bitumen dan polyester.

Pemasangan dengan teknik pemanasan (torching) dan ketebalan 3 mm.

15.2.5. Penyerahan bahan / material di tempat pekerjaan harus dalam keadaan masih utuh, tertutup baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti waktu diterima dari Distributor / Pabrik. Jika dalam keadaan cacat atau rusak, maka bahan / material tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.

15.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

15.3.1. Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan 15.3.1. Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan

Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli / Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.

15.3.2. Pekerjaan Sealant. Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus benar-benar kering,

bersih dan bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan / material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Permukaan material harus sudah di-finish.

Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup karena sealant memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis material yaitu :

• Material keramik / kaca. • Material metal. • Material kayu. • Material beton. • Permukaan aduk plesteran dan lain-lain.

Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan / spesifikasi pabrik.

15.3.3. Pekerjaan Grouting.

a. Persiapan Permukaan. Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat. Terkecuali untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku. Permukaan lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel bahan / material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahkan terlebih dahulu tetapi tidak diperkenankan ada butiran air di atas permukaan tersebut pada waktu pelaksanaan grouting.

b. Pelaksanaan. Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah / lubang tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak terbentuk rongga udara.

Apabila celah / lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting dapat mempergunakan corong atau alat lain.

c. Perawatan (curing) dan perbaikan. Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan yang terlalu cepat yaitu dengan ditutup oleh kain basah.

15.3.4. Pekerjaan Floor Hardener.

a. Persiapan Permukaan. Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada lubang dan celah-celah. Jika ada retak, lubang atau celah, harus ditutup dengan adukan kedap air (trasraam) sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya.

b. Pelaksanaan. Pekerjaan lapisan floor hardener dilaksanakan setelah ada persetujuan

tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan lapisan floor hardener dengan mengikuti persyaratan dari pabrik pembuat.

c. Pemeliharaan. Lapisan floor hardener yang telah selesai terpasang harus dihhindarkan

dari terjadinya kerusakan dan cacat akibat adanya pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan lain. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan lapisan floor hardener harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga mencapai mutu pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini tanpa adanya biaya tambahan.

15.3.5. Pekerjaan Waterproofing.

a. Persiapan Permukaan. Bekisting pada bagian / sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus

sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang dipersyaratkan Pekerjaan beton struktural. Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan waterproofing. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau lubang, serbuk aduk beton, debu gumpalan aduk beton, bagian-bagian yang menonjol tajam, permukaan halus dan rata. Retak, lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup dengan aduk kedap air 1 Pc : 3 Ps hingga padat dan diratakan permukaannya.

b. Pekerjaan Waterproofing cair. Perbandingan campuran powder dan cairan disesuaikan dengan dosis

yang ditentukan oleh pabrik.

Pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan kuas, disemprot atau trowel.

c. Aplikasi / Pemasangan pada Pelat Beton. Plat atap beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai bahan

pemadat (densifier) plat beton telah benar-benar mengeras, sesuai dengan hasil tes laboratorium. Kemiringan ideal menuju arah roof drain (sesuai yang dicantumkan dalam Gambar Kerja). Semua dudukan instalasi / pipa dan lain-lain harus sudah terpasang. Ujung pemberhentian sepanjang bidang tegak / parapet / dinding dibuat groove + 2 cm. Pada bidang pertemuan antara plat lantai dan dinding atau parapet serta semua dudukan beton atau instalasi akan diisi adukan 5 x 5 cm.

d. Lapisan Pelindung. Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (“screed”)

kedap air 1 pc : 3 ps dengan tulangan kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal 3 cm. dan maksimal 8 cm.

e. Pengujian. Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai

pekerjaan lapisan waterproofing. Cara pengujian dengan menuangkan air ke permukaan yang telah tertutup lapisan waterproofing hingga ketinggian +

50 mm. dan dibiarkan selama 3 x 24 jam.

f. Perbaikan Lapisan Waterproofing. Apabila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pelaksanaannya (terjadi

kebocoran), maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali pekerjaan tersebut hingga sempurna dan disetujui Konsultan Pengawas dan biaya perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Metoda pelaksanaan perbaikan waterproofing harus mengikuti petunjuk / saran dari pakarnya dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

g. Jaminan / Garansi Kontraktor wajib menyerahkan jaminan / garansi tertulis bahwa

pekerjaan, perbaikan dan perawatan dari bagian-bagian pekerjaan perlindungan ini telah dilaksanakan dengan standar sesuai spesifikasi teknis dari pabrik pembuat.

Jaminan / garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak kurang dari 5 tahun setelah masa pemeliharaan.

Pasal 11 PEKERJAAN PENGECATAN

16.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;

• Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata dan beton , • Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam Gambar Kerja. • Termasuk pengecatan dasar (plamuur, menie dan lain-lain).

16.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata dan Beton Semua permukaan dinding pasangan batu bata dan permukaan beton yang

tampak (exposed) seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

16.1.2. Pekerjaan Pengecatan Logam Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti tercantum dalam Gambar

Kerja dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Semua bagian / permukaan yang tampak (exposed) dicat sampai dengan cat finish.

b. Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan (un-exposed) dicat hanya sampai dengan cat dasar.

16.2. PERSYARATAN BAHAN.

16.2.1. Cat Tembok Exterior. Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara dan

garam. Tipe exterior matt emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau setara.

16.2.2. Cat Tembok Interior. Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tipe interior matt emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau setara.

16.2.3. Cat Logam & Kayu. Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior

& exterior gloss paint. Produk , SEIV atau setara.

16.2.4. Lapisan Primer.

Bahan dari kualitas utama, produk SUNLEX, ICI Atau setara.

16.2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan.

Pembuktian berupa : • Segel kaleng • Test BD • Test laboratorium

• Hasil akhir pengecatan Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor.

Hasil tes kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.

16.2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm.

Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir).

16.2.7. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Konsultan Pengawas, barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan “mock-up”.

16.2.8. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk kemudian akan diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai.

Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada di dalamnya.

Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.

16.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

16.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik.

Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

16.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

16.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar.

Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai kipas angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.

16.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan (vacuum cleaner), semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.

16.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.

Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.

16.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.

16.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan / material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.

16.3.8. Standar Pengerjaan (“Mock-Up”). Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara pengerjaan.

Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana, maka bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

16.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

16.3.10. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang direkomendasikan oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan pekerjaan dari pabrik.

16.3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton

a. Sebelum Pelaksanaan. Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.

b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller.

c. Permukaan Interior.

f Lapisan Pertama :

• Cat dasar jenis Alkali Penetrating Primer (EASYPRIME). • Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. • 2 Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m . • Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan

berikutnya. • Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga :

• Cat jenis Interior Matt Emulsion Paint (EASYCOAT). • Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. • 2 Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m

per lapis. • Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.

• Warna ditentukan kemudian.

d. Permukaan Exterior.

f Lapisan Pertama :

• Cat dasar jenis Alkali Penetrating Primer (EASYPRIME). • Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. • 2 Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m . • Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan

berikutnya. • Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga :

• Cat jenis Exterior Matt Emulsion Paint (EASYSHIELD). • Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. • 2 Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m

per lapis. • Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. • Warna ditentukan kemudian.

16.3.12. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Ditampakkan.

a. Persiapan Sebelum Pengecatan. Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak / millscale), karat, minyak,

lemak dan kotoran lain secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga permukaan yang dimaksud menampilkan tampak logam yang halus dan mengkilap.

Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical Wire Brush). Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.

Sebelum dilakukan pengecatan, semua permukaan logam harus mendapat “solvent treatment” untuk menghilangkan lemak dan kotoran.

b. Pelaksanaan pengecatan.

f Lapisan Pertama : Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan / material logam terpasang. Cat primer SEIV. Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Kedua : Cat dasar jenis Undercoat. Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Ketiga dan Keempat : Cat akhir (“finish”) , SEIV. Pelaksanaan dengan kuas Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam. Warna ditentukan kemudian.

16.3.13. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak Ditampakkan. Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat

dasar SEIV 1 (satu) lapis. Pelaksanaan dengan kuas.

Pasal 12 PEKERJAAN DINDING PARTISI

17.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;

Pekerjaan pembuatan dan pemasangan dinding partisi lengkap seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

17.2. PERSYARATAN BAHAN.

17.2.1. Rangka Partisi. Besi hollow lengkap wall track, stud. Bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.

17.2.2. Dinding Panel Partisi GRC.

a. Partisi dalam : GRC, 2 (dua) sisi, tebal masing-masing 6 mm, produk

ex lokal mutu terbaik.

Pemakaian : Untuk dinding bagian dalam (penyekat ruangan kios).

b. Partisi luar : GRC, 2 (dua) sisi, tebal masing-masing 6 mm, produk ex lokal mutu terbaik, ditengahnya dilapisi lembaran aluminium.

Pemakaian

: Untuk dinding bagian luar.

Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan-ketentuan spesifikasi pabrik.

17.2.3. Asesori. Angker, sekrup, pelat, baut harus galvanis.

Angker rangka induk / pokok partisi adalah galvanis steel plate, tebal 2 mm.

17.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

17.3.1. Pada dasarnya, pelaksanaan harus memenuhi persyaratan pelaksanaan dalam Pasal Pekerjaan Pintu dan Jendela dan spesifikasi pabrik.

17.3.2. Standar Pekerjaan. Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus membuat contoh jadi (“mock-up”)

1 (satu) unit dinding partisi lengkap dengan pintu, dan terpasang di tempatnya. Jika contoh jadi ini disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana, maka contoh jadi ini menjadi acuan standar pelaksanaan pekerjaan dinding partisi keseluruhan.

17.3.3. Semua rangka dinding partisi harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam Gambar Kerja dan lurus (tidak melampaui batas toleransi kemiringan yang diijinkan dari masing-masing bahan yang digunakan).

17.3.4. Semua ukuran modul yang dianut berkaitan dengan modul lantai dan langit- langit.

17.3.5. Semua partisi yang terpasang harus sesuai dengan Gambar Kerja, dalam hal tipe dan “lay-out”.

17.3.6. Setelah pemasangan, Kontraktor memberikan perlindungan terhadap benturan-benturan dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan.

Semua cacat, kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan selesai, dan harus diperbaiki hingga memenuhi standar yang ditentukan tanpa biaya tambah.

Pasal 13 PEKERJAAN ATAP METAL

18.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi ; Pekerjaan pemasangan atap metal zincalume / aluzinc, lengkap dengan asesori

penutup bubungan, akhiran bubungan, penutup jurai dan ampig dan atau sesuai Gambar Kerja.

18.2. PERSYARATAN BAHAN.

18.2.1. Bahan utama

: Zincalume / aluzinc.

Ketebalan : 0,45 mm. untuk atap ( 4,58 kg/m 2 ) dan 0,55 mm. untuk flashing / capping ( 2,53 kg/m 2 ). Ukuran

: Lebar efektif 1020 mm. dan atau sesuai Gambar Kerja. Produk

: UNION DECK / LION DECK.

Warna : Ditentukan kemudian.

18.2.2. Asesori (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet kedap air), lembar pelindung (flashing), lembar penutup bubungan (capping), sealant dan lain-lain harus dari bahan dan tipe yang sama dengan penutup atap dan atau mengikuti spesifikasi yang ditentukan pabrik.

18.2.3. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara pemasangan.

18.2.4. Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Pemberi Tugas berhak meminta Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi oleh tenaga ahli / supervisi khusus dari pabrik pembuat dengan dan atas biaya tanggungan Kontraktor.

18.2.5. Lembaran penutup atap diangkut ke atas rangka atap hanya apabila akan dipasang, rusuk atas lembaran penutup atap harus menghadap sisi dimana pemasangan dimulai.

18.2.6. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti serta seksama dan memastikan bahwa permukaan atas semua gording atau atap sudah satu bidang. Jika belum satu bidang, dapat menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka penumbu / gording.

Dalam keadaan apapun juga untuk mengatur kemiringan atap, ganjal tidak diperkenankan dipasang langsung di bawah plat kait.

Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak penyangga kecil.

18.2.7. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait. Jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran harus memenuhi persyaratan pabrik.

18.2.8. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat disetel 2 mm. dengan menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat mengikatkan plat kait tersebut.

Untuk mencegah plat kait bergeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.

18.2.9. Pada lembaran akhir di bagian atas, sisi tepi atas lembaran tersebut harus ditekuk ke bawah. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut. Penekukan ini untuk mencegah masuknya air kedalam bangunan.

Penekukan dapat dilaksanakan sebelum ataupun sesudah lembaran dipasang.

18.2.10. Pada lembaran akhis di bagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk ke bawah untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam bangunan.

Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut.

18.2.11. Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.

Pada tumpangan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan ukuran yang lebih pendek. Tumpangan / overlap akhir harus memenuhi persyaratan pabrik.

18.2.12. Khusus untuk penutup bubungan (capping), Kontraktor harus sudah menyediakan lubang pada ujung atas penutup bubungan (capping) untuk tiang penangkal petir, lengkap dengan karet.

Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang penangkal petir.

18.2.13. Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan (capping) harus ditakik sesuai dengan bentuk dan jarak rusuk lembaran setelah penutup bubungan terpasang. Penakikan dilakukan dengan alat yang disediakan oleh pabrik khusus untuk pekerjaan tersebut. Setelah ditakik, barulah kedua sisi tepi penutup bubungan (capping) ditekuk ke bawah dengan alat penekuk yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut hingga menutup sampai lembah antara 2 (dua) rusuk lembaran.

Penutup bubungan (capping) disekrupkan pada setiap rusuk lembaran.

18.2.14. Pemasangan flashing, capping, fixing strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh Kontraktor sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik pembuat walaupun belum ataupun tidak tercantum dalam Gambar Kerja maupun Gambar Pelengkap sehingga didapat hasil yang baik, terhindar dari kemungkinan kebocoran.

Dalam kasus ini, Kontraktor tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.

18.2.15. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus, garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik.

18.2.16. Bagian lembaran setelah terpasang, yang boleh diinjak hanyalah pada rusuk tepat di atas gording.

Pasal 14 PEKERJAAN TALANG VERTIKAL

19.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;

Pekerjaan talang vertikal pada keseluruhan bangunan dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

19.2. PERSYARATAN BAHAN.

19.2.1. Talang Vertikal. Semua pipa dan pipa penyambung/joint/fitting, adalah pipa PVC tipe AW untuk bagian yang ditampakkan dan bagian yang ditanamkan ke kolom. Pipa PVC dan fitting harus berasal dari pabrik yang sama kelas Heavy Duty (AW-1), produk RUCIKA. Bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.

19.2. 2. Pipa “Sparing”. Pipa sparing dibuat dari pipa GIP. Ukuran dan diameter sesuai dengan Gambar Kerja.

19.2. 3. Saringan Talang. Saringan talang dibuat dari stainless steel, produk lokal dengan mutu terbaik.

19.2. 4. Lem PVC. Lem PVC harus sesuai dengan lem PVC yang dispesifikasikan pabrik pembuat pipa PVC yang dipakai.

19.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

19.3.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus meneliti dan

mempelajari dengan seksama Gambar Kerja khususnya sanitasi.

19.3.2. Semua pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi bahan yang disyaratkan pabrik khususnya pada sambungan.

19.3.3. Khusus untuk sambungan antara pipa sparing dengan pipa talang memakai sistim ulir yaitu pipa talang di-ulir pada bagian / sisi dalam sesuai dengan ulir pada bagian / sisi luar pipa sparing seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Seluruh pipa sparing untuk talang vertikal harus dilengkapi dengan waterstop, dibuat dari plat besi yang dilas ke pipa sparing sehingga berbentuk piringan dengan titik pusat sama dengan titik pusat pipa sparing, radius piringan waterstop adalah 3 kali radius pipa sparing.

19.3.4. Pemasangan dan penyetelan talang harus tegak lurus terhadap permukaan plat beton. Bagian talang yang miring dengan sudut tertentu harus sesuai dengan Gambar Kerja.

19.3.5. Semua talang pada saat terpasang harus rapi, tidak boleh ada retak, pecah, goresan, cacat lain, kotor maupun noda. Apabila terlihat adanya cacat tersebut di atas, maka talang tersebut harus dibongkar dan diperbaiki / diganti hingga disetujui Konsultan Pengawas.

Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat di- klaim sebagai pekerjaan tambah.

19.3.6. Saringan talang harus tepat masuk pada lubang sparing sehingga tidak ada celah. Sebelum pembuatan saringan talang, Kontraktor harus meneliti dan dianjurkan mengukur diameter pipa sparing yang terpasang.

Pasal 15 PEKERJAAN DINDING GRC

20.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pemasangan dinding bagian luar

sesuai dengan Gambar Kerja.

20.2. PERSYARATAN BAHAN.

20.2.1. Bahan Utama : GRC.

Ketebalan : 6 mm.

Ukuran

: Sesuai Gambar Kerja.

Warna : Ditentukan kemudian.

20.2.2. Accessories (baut pengikat, plat kait, lengkap dengan ring karet), sealant dan lain-lain harus mengikuti spesifikasi yang ditentukan pabrik.

20.2.3. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara pemasangan.

20.2.4. Bila Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Pemberi Tugas berhak meminta kepada Kontraktor agar dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi oleh tenaga ahli / supervisi khusus dari pabrik pembuat dengan dan atas biaya tanggungan Kontraktor.

20.2.5. Lembaran aluminium diangkut ke atas rangka baja menara hanya apabila akan dipasang.

20.2.6. Kontraktor harus memeriksa dengan teliti dan seksama serta memastikan bahwa permukaan atas semua bagian sudah satu bidang. Hal ini harus diperhatikan sungguh-sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan pengganjalan tidak tepat akan mengakibatkan gangguan pengikatan, terutama jika jarak penyangga kecil.

20.2.7. Untuk mendapatkan kekuatan pengikatan maksimal apabila dipergunakan plat kait, jarak perletakan pertama maupun terakhir dari plat kait terhadap ujung / tepi lembaran harus memenuhi persyaratan pabrik.

20.2.8. Lakukan pemeriksaan setempat terhadap penyetelan plat kait untuk mencegah pergeseran. Untuk memperbaiki kelurusan, lembaran dapat distel

2 mm. dengan menarik plat kait menjauhi atau menekan ke arah lembaran pada saat mengikatkan plat kait tersebut. Untuk mencegah plat kait menggeser ke bawah, harus dipergunakan pengikat positif yaitu sekrup atau baut pada plat kait tersebut.

20.2.9. Arah pemasangan lembaran dari bawah ke atas kemudian dilanjutkan pemasangan ke samping dengan arah tetap dari bawah ke atas dan seterusnya.

20.2.10. Kontraktor harus teliti dan rapi sehingga lembaran setelah terpasang rapi dan lurus, garis-garis rusuk lembaran sejajar, lurus, tidak bergelombang ke arah horizontal maupun vertikal, menghasilkan penampilan yang baik.

Pasal 16 PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN

Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam lingkup pekerjaan seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku ini dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai.

Semua bekas bongkaran bangunan existing dan sebagainya harus dikeluarkan dari tapak konstruksi.

Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan / material, barang maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap Serah Terima Kedua.

BAB V

SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN TAPAK DAN SARANA LUAR

Pasal 1 PEKERJAAN PERKERASAN JALAN DAN PARKIR

1.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

1.1.1. Pengupasan pelapisan perkerasan permukaan tapak. Pengupasan pelapisan perkerasan “existing” dan atau sesuai dengan rencana

dalam gambar kerja. Pekerjaan pengupasan pelapisan perkerasan harus sampai permukaan sub base-nya terlihat. Apabila pada daerah “existing” maka pengupasan harus dilakukan sampai permukaan sub grade.

1.2. PERSYARATAN BAHAN.

1.2.1. Sub-base. Sistem sub base dibuat menggunakan sistim Telford, yaitu terdiri dari batu

belah yang disusun secara kuat / stabil. Batu belah dari jenis batu kali atau batu gunung yang mempunyai kekerasan cukup kuat dan bukan dari jenis batu muda atau cadas. Batu harus berbentuk runcing / kasar yang terbentuk karena batu dibelah. Batu bulat yang mempunyai permukaan halus (sejenis batu kali / boulder) tidak boleh dipakai. Ukuran batu diameter 15 cm. Dibawah batu belah harus diberi alas pasir urug dengan ketebalan seperti tercantum dalam gambar kerja dan dipadatkan. Ketebalan batu belah seperti yang tercantum dalam gambar kerja. Bahan yang dipakai harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1.3.1. Sub-grade. Yang dimaksud dengan Sub-Grade adalah permukaan tanah asli dimana

perkerasan jalan dibuat. Sub-grade harus dipadatkan sampai 90% dari maksimum kepadatan (kering) yang didapat dari percobaan AASTHO T99 sampai kedalaman 30 cm. di bawah permukaan tanah asli

Harus digunakan alat pemadat yang sesuai dengan jenis tanah dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas, kemudian permukaan Sub-Grade diratakan dengan Tandem Roller. Setelah permukaan Sub-Grade diratakan dan Harus digunakan alat pemadat yang sesuai dengan jenis tanah dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas, kemudian permukaan Sub-Grade diratakan dengan Tandem Roller. Setelah permukaan Sub-Grade diratakan dan

1.3.2. Sub-Base dan Base. Batu belah harus disusun sedemikian rupa hingga satu sama lain saling

mengikat / mengunci hingga dicapai kestabilan yang cukup kuat. Rongga- rongga bagian bawah batu belah harus terisi oleh pasir urug di bawahnya.

Permukaan batu belah harus terlihat rata kemudian dipadatkan dengan Tandem Roller minimum 8 ton. Jumlah lewatan gilasan ditentukan hingga batu belah tidak bergoyang lagi pada saat digilas.

Rongga bagian atas harus diisi dengan batu belah ukuran 2 atau 3 cm. sampai

5 atau 7 cm. sebagai bahan pengunci dan dipadatkan hinggga stabil dan permukaan rata. Setelah tahapan ini disetujui Konsultan Pengawas, tahapan konstruksi di atas baru boleh dilaksanakan.

Pasal 2 PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR DAN PERTAMANAN

2.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : ƒ Pembuatan Pasangan Batu Kali / Batu Belah di atas hamparan pasir dan pasangan batu kosong.

ƒ Dan pekerjaan lain seperti yang tercantum dalam gambar kerja.

2.2. PERSYARATAN BAHAN.

2.2.1. Semen Portland. Semen untuk pekerjaan ini sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan Struktur Beton pada Bab III didalam Buku ini.

2.2.2. Pasir. Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis. Kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar dari 5%. Pasir harus memenuhi persyaratan PUBBI-1970 atau NI-3.

2.2.3. A i r. Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,

garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

2.2.4. Batu Gunung / Batu Kali.

Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing dan tidak porous, harus bersih dari kotoran, keras dan memenuhi persyaratan yang ada di PUBBI-1970 atau NI-3.

2.2.5. Batu bata. Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu terbaik, setaraf bata

F, ukuran 5,5 x 11 x 23 cm, dengan pembakaran sempurna dan merata.

2.2.6 Keramik Tile. Jenis : Sintetis Corak / tekstur : Serat Kadar warna

: Muda

Warna : Ditentukan kemudian, atau sesuai dengan gambar kerja. Produk

: Roman, Asia Tile atau yang setaraf.

Pasal 3 PEKERJAAN SALURAN DRAINASE

Syarat-syarat teknis pekerjaan saluran drainase yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan maupun pengadaan material dan peralatan. Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Struktur dan Arsitektur adalah bagian dari Syarat-syarat Teknis ini.

3.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

Adalah pengertian bekerjanya sistim saluran drainase (pembuangan air) di Gedung Pasar Citeureup Cimahi secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang / material, penyediaan tenaga kerja, pembuatan saluran drainase dan pengujiannya. Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan dari pekerjaan saluran drainase secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.

Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi :

f Pembuatan saluran gorong-gorong, saluran terbuka dan saluran tertutup grill baja sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi teknis.

f Pembuatan konstruksi pelengkap lainnya, antara lain grill baja penutup saluran, plat beton penutup gorong-gorong, bak kontrol atau konstruksi lainnya sesuai

dengan gambar rencana. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor

dapat menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan Pengawas, Perencana atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini.

Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.

3.2. PERSYARATAN BAHAN. Semua ketentuan material yang harus disediakan oleh Kontraktor didasarkan atas

Standar Normalisasi Indonesia (SNI) dan Pemeliharaan Umum Bahan-Bahan (PUBB). Kontraktor atas biaya sendiri wajib mengirimkan contoh-contoh material yang akan

digunakan untuk pembuatan saluran drainase kepada Konsultan Pengawas. Untuk pekerjaan pemipaan dan peralatan lain yang termasuk didalam lingkup

pekerjaan ini, Kontraktor wajib menyerahkan brosur pipa / peralatan lain yang akan digunakan.

Apabila ternyata terdapat material yang dinyatakan tidak bisa diterima / digunakan, maka Kontraktor wajib untuk mengeluarkannya dari Proyek dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) hari.

3.2.1. Peraturan-Peraturan / Persyaratan. Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lainnya yang berhubungan dengan

peraturan-peraturan pembangunan yang sah berlaku di Indonesia selama pelaksanaan pekerjaan ini harus betul-betul ditaati, kecuali bila dibatalkan oleh uraian dan syarat-syarat ini.

Peraturan-peraturan yang termaksud antara lain : ƒ Pemeriksaan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-Bahan Bangunan (PUBBI) tahun 1982. ƒ Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI2 / 1971 ). ƒ Peraturan Perburuhan Indonesia.

3.2.2. Semen Portland. Sesuai dengan Bab III.

3.2.3. Pasir / Agregat. Sesuai dengan Bab III.

3.2.4. A i r. Sesuai dengan Bab III.

3.2.5. Baja Tulangan. Sesuai dengan Bab III.

3.2.6. Batu Bata. Sesuai dengan Bab III.

3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. Profil saluran terbuka dan saluran tertutup yang akan dibuat harus benar-benar sesuai

dengan yang tercantum dalam gambar kerja, baik ukuran maupun konstruksinya. Selama tidak ditentukan lain, persyaratan-persyaratan yang menyangkut kelancaran

mengalirnya buangan air hujan harus benar-benar diperhatikan, baik menyangkut pengaturan elevasi dasar saluran, kedalaman saluran, kemiringan-kemiringan, maupun menyangkut pembelokan saluran dan penempatan bak kontrol, harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam gambar kerja. Persyaratan kemiringan untuk saluran drainase minimum 0,5%.

3.3.1. Ukuran. Semua ukuran yang tertunjuk pada gambar saluran drainase merupakan

ukuran jadi / penyelesaian / finishing, kecuali jika terdapat ketentuan- ketentuan lain, maka ukuran pada gambar tersebut harus ditambah 1 cm.

3.3.2. Ukuran-Ukuran Pokok. Ukuran-ukuran pokok dan pembagian-pembagiannya seluruhnya telah

ditunjukkan didalam gambar perencanaan. Tinggi peil pada setiap unit pekerjaan yang memerlukan bouwplank ditentukan terhadap tinggi peil setempat atas persetujuan Konsultan Pengawas.

3.3.3. Pembersihan Tempat Pekerjaan. Sebelum memulai setiap pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan tempat

pekerjaan dari segala macam benda dan rintangan yang ada sehingga siap untuk melakukan penggalian.

3.3.4. Pekerjaan Tanah.

a. Pekerjaan Galian Tanah. Pekerjaan galian tanah diperlukan untuk menanam pondasi dan menanam

bagian-bagian dari konstruksi saluran drainase yang berada di bawah permukaan. Semua galian harus dilaksanakan menurut persyaratan mengenai panjang, dalam, serongan, belokan galian, sesuai dengan gambar rencana.

b. Pekerjaan Urugan. Pengurugan lubang bekas galian dilakukan setelah semua yang diperlukan

selesai terpasang. Bahan urugan yang boleh dipakai adalah bahan urugan yang didatangkan dari luar proyek. Tanah bekas galian pada lokasi setempat boleh digunakan kembali sepanjang memenuhi persyaratan bahan urugan. Urugan yang boleh digunakan adalah tanah lempung (clay) berwarna merah / coklat atau pasir bercampur kerikil yang bersih. Bahan urugan tidak boleh bercampur dengan sampah, rumput, akar pohon dan bahan-bahan organis lainnya.

3.3.5. Genangan Air. Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air yang timbul

akibat hujan dan lain-lain sebab, dengan jalan memompa, menimba, menyalurkan ke parit-parit atau lainnya dengan biaya yang dianggap sudah termasuk di dalam kontrak.

3.3.6. Perataan Akhir.

Daerah yang diurug atau digali yang tercantum dalam gambar haurs diratakan kembali sehingga sama halusnya seperti kondisi semula, sesuai dengan gambar rencana.

3.3.7. Plat Beton Penutup. Plat beton penutup untuk saluran tertutup (gorong-gorong) di bawah parkir

dan jalan masuk, dibuat dengan konstruksi beton dengan tulangan dua arah berjarak 15 cm, diameter 8 mm, tebal keseluruhan plat beton pada daerah parkir adalah 15 cm, dan pada daerah jalan masuk adalah 20 cm, dilaksanakan dengan konstruksi seperti pada gambar kerja.

3.3.8. Variasi Kedalaman Badan Saluran. Variasi (perubahan) kedalaman atau ketebalan badan saluran dapat diterima,

atau diperintahkan oleh Konsultan Pengawas jika ternyata keadaan pada suatu lokasi pekerjaan berbeda dengan keadaan yang diharapkan semula. Perubahan kedalaman atau ketebalan badan saluran tidak akan diijinkan tanpa ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

3.3.9. Pasangan Bata Untuk Bak Kontrol. Pembuatan Bak Kontrol memakai pasangan batu bata setengah batu,

konstruksi seperti pada gambar kerja dengan plesteran 1 Pc : 3 Ps. Dalam pembuatan Bak Kontrol harus diperhatikan arah aliran air buangan, penempatan lubang masuk (inlet) dan lubang keluar (outlet) harus menjamin kelancaran aliran air buangan, sehingga tidak terjadi luapan air. Penempatan lubang masuk dan keluar juga harus memudahkan pemeliharaan saluran, terutama bila terjadi penyumbatan pada saluran tertutup.

3.3.10. Pekerjaan Grill Baja. Pekerjaan pembuatan Grill Baja penutup saluran dilaksanakan sesuai dengan

gambar rencana, dengan kualitas baja profil yang digunakan harus memenuhi ASTMA-36. Untuk Grill pada saluran setengah terbuka memakai besi Kanal C dengan ukuran 80 x 45 mm. tebal 5 mm. dilaksanakan dengan konstruksi seperti pada gambar kerja.

Semua pekerjaan pembuatan Grill Baja penutup saluran harus dicat dasar satu lapis dengan produk SEIV dan dicat akhir dengan cat besi produk SEIV (warna ditentukan kemudian).

3.3.11. Pengujian. Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.

Pengujian dilakukan dengan cara melakukan penggelontoran air, terutama pada daerah saluran tertutup di bawah parkir dan jalan masuk, sampai dapat dipastikan / dijamin tidak terjadi penyumbatan-penyumbatan.

Apabila terjadi penyumbatan, Kontraktor harus secepatnya mengadakan perbaikan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggungan Kontraktor.