Parameter pH

Parameter pH

Januari Februari Maret April Juni Baku Mutu Maksimal Outlet (mg/L)

Baku Mutu Minimal

Gambar 4.10 Grafik Kadar Parameter pH (Data Pribadi, 2017) Berdasarkan Gambar 4.10 Nilai minimum pH ada pada bulan Juni 2017 dengan nilai pH sebesar 7,1, sedangkan nilai maksimum pH ada pada bulan Maret 2017 dengan nilai pH sebesar 7,72. Rata-rata nilai pH dalam lima bulan terakhir, yaitu 7,46. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter BOD5 pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit dengan standar baku mutu 6 - 9.

4.2.1.2 Suhu

Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan suhu merupakan parameter yang penting. Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan suhu merupakan parameter yang penting. Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering

Parameter Suhu

24 Januari Februari Maret

April Juni

Baku Mutu

Outlet (°C)

Gambar 4.11 Grafik Kadar Parameter Suhu (Data Pribadi, 2017) Berdasarkan Gambar 4.11, maka dapat diketahui bahwa nilai suhu konstan selama enam bulan terakhir. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No.72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter Suhu di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit dengan standar baku mutu sebesar ≤ 30ºC.

4.2.1.3 Biological Oxygen Demand (BOD 5 )

Biological Oxygen Demand (BOD) dinyatakan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut dan zat organik yang tersuspensi dalam air (Alaerts and Santika, 1987). Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat Biological Oxygen Demand (BOD) dinyatakan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut dan zat organik yang tersuspensi dalam air (Alaerts and Santika, 1987). Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat

Januari, Februari, Maret, April, dan Juni 2017. Berdasarkan Gambar 4.12, maka dapat diketahui bahwa kadar BOD 5 pada bulan Januari adalah 25,3 mg/l, tetapi pada bulan Februari memiliki hasil 22,7 mg/l dan bulan Maret memiliki kadar 5,47 mg/l. Kinerja IPAL di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sudah bekerja dengan baik dalam mengolah limbah Rumah Sakit Pura Raharja. Bulan April terjadi kenaikan

kualitas BOD 5 menjadi 13,1 mg/l sedangkan bulan Juni kadar cenderung turun pada titik 11,5 mg/l. Nilai minimum BOD 5 ada pada bulan Maret 2017 dengan kadar sebesar 5,47 mg/l, sedangkan nilai maksimum BOD 5 ada pada bulan Januari 2017 dengan kadar sebesar 25,3 mg/l

Parameter BOD 5

Januari Februari Maret April Juni

Baku Mutu

Outlet (mg/L)

Gambar 4.12 Grafik Kadar Parameter BOD 5 (Data Pribadi, 2017)

Rata-rata kadar parameter BOD 5 dalam lima bulan adalah 15,614 mg/l. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter BOD5 pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit dengan standar baku mutu sebesar

30 mg/l.

4.2.1.4 Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (MgO 2 ) yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K 2 Cr 2 O 7 digunakan sebagai sumber oksigen ( oxidizing

agent ) (Alaerts dan Santika, 1987). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Hasil pengujian parameter COD outlet pada bulan Januari, Februari, Maret, April dan Juni 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.13

Parameter COD

100

50

Januari Februari Maret April Juni

Baku Mutu

Outlet (mg/L)

Gambar 4.13 Grafik Kadar Parameter COD (Data Pribadi, 2017).

Berdasarkan Gambar 4.13, maka dapat diketahui bahwa kadar COD cenderung fluktuatif pada bulan Januari sampai April, dan bulan Juni kembali konstan naik. Kadar COD pada bulan Januari adalah 64,4 mg/l, tetapi pada bulan Februari terjadi penurunan kadar 55,7 mg/l dan bulan Maret juga terjadi penurunan kadar hingga 13,2 mg/l. Penurunan ini membuktikan bahwa kinerja IPAL sudah bekerja dengan baik dalam mengolah limbah Rumah Sakit Pura Raharja. Bulan April terjadi kenaikan kualitas COD menjadi 31,2 mg/l sedangkan bulan Juni kadar cenderung naik pada titik 44,6 mg/l. Nilai minimum COD ada pada bulan Maret 2017 dengan kadar sebesar 13,2 mg/l, sedangkan nilai maksimum COD ada pada bulan Januari 2017 dengan kadar sebesar 64,4 mg/l. Rata-rata kadar parameter COD dalam lima bulan adalah 34,905 mg/l. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter COD pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit dengan standar baku mutu sebesar 80 mg/l.

4.2.1.5 Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi dengan diameter > 1 μm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm (Effendi, 2003). TSS adalah parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kandungan zat padat yang dapat mengendap ( settleable solid) (Alaerts dan Santika, 1987). Hasil pengujian parameter TSS outlet pada bulan Januari, Februari, Maret, April dan Juni 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.14

Diketahui dari data parameter limbah di Rumah Sakit Pura Raharja bahwa kadar TSS rendah dari bulan Januari dengan kadar 9,00 mg/l, tetapi pada bulan Februari terjadi kenaikan kadar 10,8 mg/l dan bulan Maret juga terjadi kenaikan kadar hingga 14,8 mg/l. Bulan April terjadi penurunan kualitas TSS menjadi 5,40 mg/l sedangkan bulan Juni kadar turun sampai pada 2,00 mg/l. Hal ini membuktikan kinerja reaktor biofilter bekerja secara maksimal.

Parameter TSS

Januari Februari Maret April Juni

Baku Mutu

Outlet (Mg/l)

Gambar 4.14 Grafik Kadar Parameter TSS (Data Pribadi, 2017) Berdasarkan Gambar 4.14, maka dapat diketahui bahwa kadar TSS fluktuatif selama lima bulan terakhir. Nilai minimum TSS ada pada bulan Juni 2017 dengan kadar sebesar 2,00 mg/l, sedangkan nilai maksimum TSS ada pada bulan Maret 2017 dengan kadar sebesar 14,8 mg/l. Rata-rata kadar parameter TSS dalam lima bulan adalah 8,4 mg/l. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No.72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter TSS pada outlet IPAL Rumah

Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit dengan standar baku mutu sebesar 30 mg/l.

4.2.1.6 NH 3 Bebas

Parameter ini merupakan indikator bagi konsentrasi ammonia nitrogen. Ammonia di perairan berasal dari hasil dekomposisi nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur (Effendi, 2003). Hasil pengujian parameter

NH 3 bebas outlet pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan Juni 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.15

Berdasarkan Gambar 4.15, maka dapat diketahui bahwa kadar NH 3 bebas fluktuatif selama lima bulan terakhir. Nilai minimum NH 3 bebas ada pada bulan Maret 2017 dengan kadar sebesar 0,0191 mg/l, sedangkan nilai

maksimum NH 3 bebas ada pada bulan Januari 2017 dengan kadar sebesar 0,206 mg/l. Pada bulan bulan Januari, dan Februari 2017, kadar parameter NH 3

bebas melebihi baku mutu (0,1 mg/l). Bulan Januari 2017 sebesar 0,206 mg/l, dan bulan Februari 2017 sebesar 0,172 mg/l. Konsentrasi nitrogen berlebih pada efluen berdampak mengurangi oksigen terlarut (DO), toksik terhadap kehidupan air, berbahaya terhadap kesehatan makhluk hidup dan menyebabkan air olahan tidak layak dipakai ulang ( reuse ).

NH 3 -Bebas

Januari Februari Maret April Juni

Baku Mutu

Outlet (mg/L)

Gambar 4.15 Grafik Kadar Parameter NH 3 Bebas (Data Pribadi, 2017)

Tingginya kandungan NH 3 bebas pada efluen IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja dapat disebabkan oleh adanya proses nitrifikasi dan

denitrifikasi pada IPAL yang tidak maksimal. Proses nitirfikasi adalah proses

oksidasi ammonia (NH 4 ) menjadi nitrit (NO 2 ). Proses ini membutuhkan

oksigen (O 2 ) sebagai oksidator. Proses denitrifikasi adalah proses perubahan nitrit. (NO 2 -) menjadi gas nitrogen (N 2 ). Berikut merupakan reaksi yang terjadi:

Nitrifikasi

Nitrosomonas

2NH 4 + 3O 2 2NO 2 + 4H 2 O + 4H + sel baru

Nitrobacter

2NO 2 +O 2 2NO 3 + sel baru

Denitrifikasi

Pseudomonas

NO 3 + BOD N 2 + CO 2 +H 2 O + OH + sel baru Berdasarkan Horran (1990), senyawa N-NH 4 yang ada di perairan akan

dioksidasi menjadi nitrat. Pada proses pengolahan senyawa N-NH4 secara dioksidasi menjadi nitrat. Pada proses pengolahan senyawa N-NH4 secara

Untuk mengatasi tingginya kandungan dalam NH3 bebas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Dibutuhkan adanya aerasi tambahan sehingga proses nitrifikasi dapat bereaksi secara maksimal.

b. Penambahan unit pengolahan secara anaerob sebelum Fixed Bed Cascade Bioreactor . Proses anaerob menghasilkan lumpur lebih sedikit daripada proses aerob dan efisiensi degradasi beban organik lebih besar daripada proses aerob (Speece, 1996). Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, apabila anerob dikombinasikan dengan aerob hal ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain mampu mengurangi konsentrasi BOD, COD, Suspended Solid (SS), deterjen, ammonia, phosphor, dan bakteri

E. Coli (Prayitno, 2011).

c. Penggantian karbon aktif secara berkala agar mampu mengadosorpsi NH 3 bebas lebih maksimal.

Rata-rata kadar parameter NH 3 bebas dalam lima bulan adalah 0,0909 mg/l. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa

Timur No.72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar parameter NH 3 bebas pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja

sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit dengan standar baku mutu sebesar 0,1 mg/l.

4.2.1.7 Phosphat (PO 4 )

Phosphate (PO 4 ) ada di dalam air limbah melalui hasil buangan manusia berupa urin dan air tinja, dan dari penggunaan deterjen. Sumber tersebut akan menambah jumlah total phosphate (PO 4 ). Sebagian besar phosphate pada air limbah adalah dalam bentuk anorganik dengan orthophosphate . Pada proses biologis dalam air limbah yang diolah mengubah jenis polyphosphate ke dalam orthophosphate sehingga phosphate pada buangan air limbah terdiri dari 80% orthophosphate (Sugiharto, 2008). Hasil pengujian parameter deterjen outlet pada bulan Januari, Februari, Maret, April dan Juni 2017 ditunjukkan pada Gambar 4.16.

Berdasarkan Gambar 4.16 diketahui kandungan parameter phosphate (PO 4 ) pada bulan Januari, Februari, Maret, April dan Juni 2017 di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja. Hasil pemeriksaan phosphate (PO 4 ) bulan Januari adalah 1,99 mg/l, sedangkan pada bulan Februari mengalami penurunan kadar sebesar 1,80 mg/l. Bulan Maret mengalami penurunan yang sampai sebesar 0,892 mg/l dan Bulan April mengalami kenaikan kembali pada angka 1,69 mg/l. Hasil pada bulan Juni mengalami kenaikan yang hampir melebihi

standar, yaitu 1,9 mg/l. Kandungan phosphate (PO 4 ) mengalami fluktuatif pada setiap bulannya dan dapat dilihat pada Gambar 4.16

Phosphate (PO 4 )

Januari Februari Maret April Juni

Baku Mutu

Outlet (mg/L)

Gambar 4.16 Grafik Kadar Parameter PO 4 (Data Pribadi, 2017)

Berdasarkan Gambar 4.16, maka dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan phosphate (PO 4 ) fluktuatif selama lima bulan terakhir. Nilai minimum phosphate (PO 4 ) ada pada bulan Maret 2017 dengan kadar sebesar 0,892 mg/l, sedangkan nilai maksimum phosphate (PO 4 ) ada pada Januari 2017 dengan kadar sebesar 1,99 mg/l. Kandungan phosphat pada bulan Januari dan Juni 2017 hampir menyentuh angka baku mutu (2 mg/l). Tingginya kandungan phosphat pada IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja berasal dari deterjen yang dipakai di laundry , atau sabun yang digunakan untuk mencuci berbagai peralatan, kegiatan mandi dan sisa minuman, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi kelebihan kandungan pada phosphate dapat dilakukan cara sebagai berikut:

a. Perlakuan tambahan berupa penambahan aerasi agar kandungan BOD mengalami penurunan dan kandungan DO meningkat.

b. Penambahan unit pengolahan air limbah menggunakan media tumbuhan, yaitu wetland yang dapat meremoval baahan organik dan bahan toksik yang terkandung dalam air limbah.

Rata-rata kadar parameter phosphate (PO 4 ) dalam lima bulan adalah 1,65 mg/l. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No.72 Tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa kadar

parameter NH 3 bebas pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja sesuai dan memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit untuk

tingkat provinsi Jawa Timur dengan standar baku mutu sebesar 2 mg/l.

4.2.1.8 Total Koliform

Komposisi spesies dan keanekaragaman penting sebagai petunjuk adanya pengaruh zat pencemar. Keadaan biologis air diperiksa dengan parameter jumlah bakteri

E. coli atau Coliform . Parameter ini dipilih oleh karena diantara organisme yang telah dipelajari,

E. coli hampir memenuhi semua persyaratan sebagai organisme indikator yang ideal mengenai polusi air. Bakteri Coliform bersifat pathogen dan menunjukkan adanya kontaminasi zat pencemar dan menyebabkan organisme terkena penyakit. Berdasarkan hasil pengujian parameter total koliform dan coli tinja outlet pada bulan Januari 2017 didapat 12.400 MPN/100mltotal koliform tidak sesuai dengan baku mutu, yaitu 10.000 MPN/100 ml. Penyebab terjadinya total koliform melebihi baku mutu dikarenakan pada bak klorin tidak berfungsi dengan baik, pipa klorin

mengalami penyumbatan oleh buih-buih klor (Cl 2 ).

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Proses pengolahan air limbah meliputi unit pengolahan yang terdiri atas sumur pengumpul ( pit ), bak ekualisasi ( Anaerobic Equalization ), Reaktor

Biofilter, Fixed Bed Cascade Bioreactor , kolam indikator, holding tank

(bak klorinasi), dan unit outlet .

2. Rata-rata kualitas parameter air limbah pada outlet IPAL, yaitu pH sebesar 7,46; suhu sebesar 29ºC; BOD 5 sebesar 15,614 mg/l; COD sebesar 34,905 mg/l; TSS sebesar 8,4 mg/l; NH 3 bebas sebesar 0,0909 mg/l; phosphat sebesar 1,65 mg/l dan Total koliform sebesar 12.400 MPN/100ml (Januari 2017). Sedangkan, rata-rata untuk kuantitas air limbah (debit), yaitu sebesar

4,5667 m 3 /hari (bulan Juni 2017).

3. Kualitas air limbah pada outlet IPAL yang tidak memenuhi baku mutu SK Gubernur Jawa Timur No.72 Tahun 2013 dan KEP-58/MENLH/12/1995

adalah adalah parameter NH 3 bebas (bulan Januari, dan bulan Februari 2017) dan parameter total koliform dan coli (bulan Januari 2017).

5.2 Saran

Saran yang diberikan kepada Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja adalah sebagai berikut: Saran yang diberikan kepada Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja adalah sebagai berikut:

2. Sebaiknya dalam pengukuran dan pengambilan sampling parameter pH dan Suhu dilakukan ditempat bak Kolam indikator, tidak perlu di bawa ke laboratorium.

3. Pemeriksaan rutin pada sistem bak klorinasi yang sering terjadi fouling (Sumbat). Sehingga kandungan total koliform dan coli tinggi dan tidak sesuai Baku Mutu.

Alaerts, G., dan Santika, S. S., 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya. 130-159.

Alamsyah, B., 2007. Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang Untuk Memenuhi Baku Mutu Lingkungan. Tesis , Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. 6-

Anonim, 1992. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Nomor 986/Menkes/Pe/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta. 2-8.

Anonim, 1995. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta. 1-15.

Anonim, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Kep. MENKES RI No.228/MENKES/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah, Jakarta. 1-13.

Anonim, 2003. Surat Keputusan Gubernur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit untuk Tingkat Provinsi Jawa Timur, Surabaya. 1-2

Anonim, 2013.Technical Details Bio-Container, http://stulz-planaqua.de/, Diakses tanggal 2 Juli 2017.

Anonim, 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. 1-85.

Anonim, 2017. RS. Pura Raharja, www.puraraharja.co.id., Diakses tanggal 7 Mei 2017.

Djaja, I. M., dan Maniksulistya, D., 2006. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair Di Rumah Sakit X Jakarta. Makara, Kesehatan 10(2), 60-63.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta. 47-67.

Gurses, A., 2003. Removal of Remazol Red RB by Using Al (III) AS Coagulant- Floculant Effect of Some Variables on Settling Velocity. Water, Air, and Soil Pollution 146, 297-315.

Harahap, I. M., 2005. Pemanfaatan Tawas (Al 2 (SO 4 ) 3 ) dalam Metode Fluidisasi dan Clarifier untuk Menurunkan Kadar Fosfat pada Limbah Detergen di Laundry Kota Medan. Tesis , Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. 7-22.

Lee, S. J., Lee, Y. J., Nam, S. H., 2008. Improvement in the Coagulant by Combining Al and Fe Coagulants in water Purification. Jurnal Chemistry Engineering 25(3), 507.

Metcalf dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse (4th Edition). McGraw-Hill Companies, New Delhi. 42-56, 1465.

Ningsih, R., 2011. Pengaruh Pembubuhan Tawas Dalam Menurunkan TSS Pada Air Limbah Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6(2), 2.

Pambayun, G. S., Yulianto, R. Y. E., Rachimoellah, M., Putri, E. M. M., 2013. Pembuatan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa dengan Aktivator

ZnCl 2 dan Na 2 CO 3 Sebagai Adsorben Untuk Mengurangi Kadar Fenol Dalam Air Limbah. Jurnal Teknik Pomits 2(1), 116-120.

Permana, G. A., 2005. Perencanaan Ulang Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya. Tugas Akhir , Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Surabaya. 16-46.

Reinhardt, P. A., and Gordon, J.G., 1995. Pengelolaan Limbah Menular dan Limbah Medik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 60-63.

Reynolds, T. D. dan Richard, P. A. 1996. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering 2 nd Edition. United States of America: PWS

Publishing Company, Boston, Massachusetts USA. 215-264.

Ricki, M., 2005. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. 22.

Risdianto, D., 2007. Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah Industri Jamu (Studi Kasus PT. Sido Muncul). Tesis , Fakultas Teknik Kimia. Universitas Diponegoro, Semarang. 44-46.

Rosyidi, M. B., 2010. Pengaruh Breakpoint Chlorination (BPC) Terhadap Jumlah Bakteri Koliform dari Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo. Tugas Akhir , Jurusan Biologi FMIPA ITS Surabaya. 1-2.

Said, N. I., dan Ineza., 2002. Uji Performance Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Proses Biofilter Tercelup. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. 6-12.

Siregar, S., 2005. Studi Sistim Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Instalasi Pengeolahan Air Limbah (IPAL) (Studi Kasus IPAL Bojongsoang) Kota Bandung. Tesis , Fakultas Magister Teknik Sipil. Universitas Diponegoro, Semarang. 11-15.

Spellman, F. R., 2003. Handbook of Wastewater Treatment Plant Operation. Lewis Publishers. A CRC Press Company Washington, D.C., New York USA. 276.

Sugiharto, 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Kanisius, Yogyakarta. 156.

Syauqiah, I., 2011. Analisis Variasi Waktu dan Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat dengan Arang Aktif. Info Teknik 12(1), 12.

DIPERIKSA

DIGAMBAR

CATATAN

RSIA

74

Keterangan:

= Lokasi IPAL di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja