KAJIAN PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMA

KAJIAN PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT PURA RAHARJA SURABAYA CRISTOFORUS CANDRA BIMA PANGESTU PROGRAM STUDI S-1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA OKTOBER 2017

PRAKTEK KERJA LAPANGAN KAJIAN PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT PURA RAHARJA SURABAYA CRISTOFORUS CANDRA BIMA PANGESTU PROGRAM STUDI S-1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA OKTOBER 2017

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Judul : Kajian Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pura Raharja Surabaya Penyusun

: Cristoforus Candra Bima Pangestu Nomor Induk : 081411131014 Program Studi : Ilmu dan Teknologi Lingkungan Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA Pembimbing II: Lintang Andari Amd.KL.

Disetujui oleh,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA Lintang Andari Amd.KL NIP.19620803 198710 1 001

NIK.199412201603002

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 ITL Koordinator Departemen Biologi

Praktik Kerja Lapangan Fakultas Sains dan Teknologi,

Dr. Eko Prasetyo K, S.T., DEA. Nur Indradewi Oktavitri, S.T., M.T. NIP.197508302008121001

NIP.198310012008122004

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan (PKL) yang berjudul “Kajian Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Pura Raharja Surabaya ”.

Laporan praktek kerja lapangan ini terdiri dari beberapa bab di antaranya, yaitu bab pendahuluan, tinjauan pustaka, metode praktek kerja lapangan, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, dan daftar pustaka. Setiap isi dari bab tersebut terangkai secara komperhensif untuk membahas mengenai proses pengolahan air limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja Surabaya.

Laporan praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan praktek kerja lapangan di bidang Ilmu dan Teknologi Lingkungan. Lapaoran praktek kerja lapangan ini disusun sesuai dengan ketentuan teknis penyusunan yang ada di Program Studi S-1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Semoga laporan praktek kerja lapangan ini bermanfaat sesuai dengan tujuan dan manfaatnya.

Surabaya, 10 Oktober 2017 Penyusun,

Cristoforus Candra Bima

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul“Kajian Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakiit Ibu Dan Anak Pura Raharja Surabaya ”. Naskah laporan praktek kerja lapangan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak.

Laporan praktek kerja lapangan ini ditulis sebagai hasil kerja praktek yang penulis laksanakan pada tanggal 17 Juli – 5 Agustus 2017 dan untuk melengkapi Mata Kuliah Praktek Keja Lapangan yang menjadi salah satu syarat kelulusan mahasiswa/I di Program Studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi Lingkungan, Universitas Airlangga.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada seluruh pihak yang memberikan dukungan, bimbingan, dan kesempatan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan kerja praktek lapangan ini kepada:

1. Kedua orangtua Bapak Yohanes Dedeo Utopo dan Ibu Kristiana Maria Wiwin Marsanti dan saudara beserta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

2. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA., sebagai Ketua Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

3. Dr. Eko Prasetyo Kuncoro S.T., DEA., selaku Koordinator Program Studi S-1 Ilmu dan Teknologi Lingkungan.

4. Ibu Nur Indradewi Oktavitri, S.T., M.T., selaku Koordinator Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan.

5. Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA., selaku dosen pembimbing I praktek kerja lapangan yang telah membimbing dengan sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk mengarahkan, serta memberi motivasi dalam pengerjaan laporan praktek kerja lapangan ini.

6. Mbak Lintang Andari Amd.KL., selaku pembimbing lapangan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya yang telah bersedia memberikan banyak ilmu yang berharga dan membantu dalam proses pengumpulan data, bimbingan lapangan, dan diskusi.

7. Ibu drg.Hetty Pratiwi, MPH selaku Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya yang sudah mendukung penulis untuk praktek kerja lapangan.

8. Bapak Sigid Prasetya, SE., sebagai Kepala Bagian Umum dan Ibu Heriati Widhiningrum Amd.Hyperkes., sebagai yang telah bersedia mendampingi, dan menerima penulis untuk praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Pura Raharja.

9. Ibu Wiwin Kisworini, S.Psi., MM. sebagai Kepala Bagian SDM yang sudah menerima kami melakukan praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Pura Raharja.

10. Arfian Rahmat dan Rakhmat Septian yang telah menemani dan membantu selama praktek kerja lapangan.

11. Ibu Yeti, Ibu Marni dan Bu Jum yang dengan sangat ramah menerima kehadiran penulis dan bersedia memakai tempat area kerjanya untuk penulis mengerjakan data praktek kerja lapangan.

Airlangga angkatan 2014, terima kasih untuk semangat, keceriaan, dan doa kalian.

13. Bernadeta Sekar Putri Larasati yang telah memberikan semangat dari persiapan praktek kerja lapangan sampai menyusun laporan ini.

14. Teman-teman Podomampir yang sudah bersedia menemani menyelesaikan laporan ini.

15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Akhir kata semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi para pembaa yang berkaitan dengan keilmuan maupun dapat menjadi studi literatur bagi pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan Terima kasih.

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit ............................. 22 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ....................................... 36

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowsheet Proses IPAL Sistem Biofilter. .................................... 74 Lampiran 2. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Januari 2017 .......................... 75 Lampiran 3. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Februari 2017 ........................ 76 Lampiran 4. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Maret 2017 ............................ 77 Lampiran 5. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan April 2017 ............................. 78 Lampiran 6. Data Kualitas Outlet IPAL Bulan Juni 2017 ............................... 79 Lampiran 7. Data Kuantitas Debit Outlet IPAL............................................... 80 Lampiran 8. Denah Lokasi IPAL ..................................................................... 81

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah salah satu lembaga atau instansi yang bertugas untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masarakat luas. Dampak positif dengan adanya rumah sakit adalah sebagai tempat pelaanan kesehatan masyarakat untuk sembuh dari penyakit yang di derita. Kriteria utama dari pembangunan salah satunya tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas sosial yang keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat agar kesehatan masyarakat dapat tetap terjaga. Rumah sakit mempunyai kaitan erat dengan kumpulan manusia baik itu orang sakit (pasien), tenaga kesehatan, karyawan maupun pengunjung, sehingga kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah (Djaja dan Maniksulistya, 2006).

Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pura Raharja adalah salah satu rumah sakit yang menghasilkan limbah, baik limbah cair, dan limbah padat dalam setiap kegiatan operasionalnya. Limpah padat rumah sakit dapat berasal dari bekas jarum suntik, sarung tangan ( latex ), dan obat-obatan. Sedangkan limbah cair berasal dari aktivitas karyawan dan pasien dalam rutinintas setiap hari, sisa-sisa cairan infus, obat-obatan cair, dan hasil dari kegiatan laboratorium.

Limbah dari kegiatan rumah sakit tersebut tidak hanya berasal dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga dihasilkan dari unit-unit penunjang lainnya, seperti ruang operasi, farmasi, dapur, laundry, serta tempat pengolahan sampah dan limbah, serta tempat penyelenggaraan pendidikan dan Limbah dari kegiatan rumah sakit tersebut tidak hanya berasal dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga dihasilkan dari unit-unit penunjang lainnya, seperti ruang operasi, farmasi, dapur, laundry, serta tempat pengolahan sampah dan limbah, serta tempat penyelenggaraan pendidikan dan

Limbah cair yang berasal dari rumah sakit berpotensi sebagai sumber pencemaran air. Hal ini disebabkan karena limbah cair rumah sakit mengandung senyawa organik yang tinggi, senyawa kimia, serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat sekitar. Apabila limbah tersebut tidak ditangani dengan baik, maka dapat merugikan pelaksanaan kegiatan industri tersebut dan lingkungan sekitar. Potensi dampak limbah cair rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan untuk mengolah air limbah sampai standar yang diizinkan yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, serta mengacu pada SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit untuk Tingkat Provinsi Jawa Timur (Anonim, 2014).

Sesuai dengan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bahwa setiap rumah sakit maupun kegiatan usaha lainnya yang menghasilkan limbah cair harus memenuhi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan. Rumah Sakit Pura Raharja telah melakukan penerapan pengolahan limbah cairnya. Pengolahan limbah dilakukan dengan cara membangun suatu unit khusus yang biasa disebut sebagai Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk meminimalkan polutan yang terkandung di dalam air limbah tersebut (Anonim, 2014).

sakit, maka diadakan pengolahan air limbah . Implementasi dan penerapan proses pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Pura Raharja cukup menarik untuk dikaji. Oleh Karena itu, dengan dipilihnya Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja (RSIA) sebagai tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL), diharapkan dapat menjadi tempat pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan ke dalam dunia kerja dan memperoleh pengalaman, serta pengetahuan baru terutama dalam bidang pengolahan air limbah.

1.2 Rumusan Masalah

Praktek kerja lapangan ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengolahan limbah cair Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya?

2. Berapakah rata-rata kualitas dan kuantitas air limbah pada outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya?

3. Bagaimana kualitas air limbah pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya jika dibandingkan dengan baku mutu KEP- 58/MENLH/12/1995 dan SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit?

1.3 Tujuan

Praktek kerja lapangan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

Raharja Surabaya.

2. Mengetahui rata-rata kualitas dan kuantitas air limbah pada outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya.

3. Mmebandingkan kualitas air limbah pada outlet IPAL Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya dengan baku mutu KEP-58/MENLH/12/1995 dan SK Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit.

1.4 Manfaat

Praktek kerja lapangan ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

a. Menerapkan ilmu secara aplikatif melalui praktek kerja lapangan sehingga dapat memperluas dan merealisasikan ilmu yang telah diperoleh.

b. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang kondisi nyata dunia kerja.

c. Melatih mahasiswa untuk menganalisis dan memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan pengolahan air limbah.

d. Menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas kerja, terutama dalam bidang pengolahan air limbah di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja Surabaya.

Dapat memberikan tambahan informasi mengenai perkembangan dari pengolahan limbah cair dalam Rumah Sakit Pura Raharja Surabaya sehingga dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan kampus dan Menjalin hubungan kerjasama antara pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja dengan pihak Universitas Airlangga.

3. Bagi Perusahaan (dalam hal ini adalah Rumah Sakit Pura Raharja) Hasil analisa dari PKL dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan di masa mendatang serta sebagai sarana untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh instansi.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Rumah Sakit Pura Raharja

Sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi, kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan juga meningkat. Pelayanan Kesehatan yang dimaksud adalah pencegahan, perawatan dan pengobatan serta pencegahan, sehingga dalam era ini, keinginan masyarakat dalam kesehatan tidak hanya meliputi pengobatan, tetapi juga pencegahan. Pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan bedah termasuk medical check-up saat ini sudah cukup memasyarakat dan sudah biasa dilakukan secara rutin. Manfaatnya selain sebagai usaha preventif bagi individu untuk pemeliharaan kesehatan juga mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan kerja. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka RS Pura Raharja penawaran kerjasama pelayanan kesehatan berupa Perlindungan Rawat Jalan Kesehatan (Anonim, 2017). Nama

: RSIA PURA RAHARJA Berdiri

: Tahun 1974 Alamat

: Jl. Pucang Adi 12 – 14 Surabaya Kepemilikan : KORPRI PROVINSI JAWA TIMUR Rumah Sakit Pura Raharja saat ini sadang dalam tahap pembangunan tahap 3 dari 5 tahap pembangunan sesuai master plan rumah sakit, pembangunan ini adalah untuk menuju rumah sakit yang bertandar Nasional dengan standar keselamatan pasien sesuai dengan Joint Commission International . RS puraraharja memperoleh kenaikan status dari Rumah Sakit Bersalin (RSB) : Jl. Pucang Adi 12 – 14 Surabaya Kepemilikan : KORPRI PROVINSI JAWA TIMUR Rumah Sakit Pura Raharja saat ini sadang dalam tahap pembangunan tahap 3 dari 5 tahap pembangunan sesuai master plan rumah sakit, pembangunan ini adalah untuk menuju rumah sakit yang bertandar Nasional dengan standar keselamatan pasien sesuai dengan Joint Commission International . RS puraraharja memperoleh kenaikan status dari Rumah Sakit Bersalin (RSB)

2.1.1 Visi Rumah Sakit Pura Raharja

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki visi: “Menjadi pusat Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola secara professional dengan sentuhan kemanusiaan ” (Anonim, 2017).

2.1.2 Misi Rumah Sakit Pura Raharja

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki visi: (Anonim, 2017):

a. Ikut membantu program pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan dan bayi saat dilahirkan.

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada ibu dan anak sesuai dengan standart profesi melalui dukungan sumber daya manusia yang professional di bidangnya.

c. Mengutamakan kepentingan untuk pelayanan kesehatan pasien.

d. Senantiasa berusaha untuk mewujudkan kepuasan pasien.

2.1.3 Falsafah Rumah Sakit Pura Raharja

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memliki falsafah, sebagai

berikut:

1. Menjadikan Rumah Sakit Pura Rahrja pilihan utama masyarakat Surabaya.

2. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

3. Sebagai tempat tenaga kesehatan mengabdi dan mengembangkan profesionalisme.

berkarya.

5. Bekerja secara tim berdasarkan kebersamaan dan saling menghargai antar prosfesi.

6. Memiliki komitmen untuk mencapai tujuan rumah sakit.

7. Keselarasan dalam melakukan tugas.

2.1.4 Nilai-Nilai Rumah Sakit Pura Raharja

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki nilai-nilai, sebagai berikut:

a. Melayani dengan sepenuh hati

b. Bekerja dengan jujur dan dapat dipercaya

c. Team work merupakan kekuatan utama untuk menjadi lebih baik

d. Berani berubah demi kemajuan

2.1.5 Tujuan Rumah Sakit Pura Raharja

Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja memiliki tujuan, sebagai berikut: Berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat demi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara rohani dam jasmani.

2.1.6 Motto Rumah Sakit Pura Raharja.

Motto dari RS Pura Raharja adalah Kami Melayani Lebih Baik dan Lebih Baik Lagi (Anonim, 2017).

2.1.7 Logo Rumah Sakit Pura Raharja

Logo dari RS Pura Raharja sebagai berikut (Anonim, 2017):

Gambar 2.1 Logo Rumah Sakit Pura Raharja (Sumber: Anonim, 2017)

2.1.8 Struktur Organisasi Rumah Sakit Pura Raharja

Struktur organisasi tetlah ditetapkan oleh Pemilik Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja berdasarkan Surat Keputusan Ketua Dewan Pengurus KORPRI Provinsi Jawa Timur Nomor : Kep.23/DPKP/JT-I/2011 tanggal 11 April 2011. Bagan struktur organisasi Rumah Sakit Pura Rahrja dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Pura Raharja (Sumber: Anonim, 2017).

Menurut Harahap (2005), air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri yang dimaksud dengan air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair (Anonim, 2010).

2.2.1 Sumber dan Macam Air Limbah

Sumber dan macam air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kehidupa masyarakat maka semakin beragam pula sumber dam macam limbah yang dihasilkannya. Air limbah yang umum dikenal dalam kehidupan sehari hari adalah (Sugiharto, 2008):

a. Air limbah rumah tangga ( domestic sewage ) misalnya air dari buangan kamar mandi dan dapur.

b. Air limbah industri ( industrial waste ) misalnya air buangan dari pabrik farmasi, pabrik kelapa sawit, pabrik tahu, dan lain-lain.

c. Air limbah rembesan dan tambahan. Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi, tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada.

dalam proses produksi. Menurut Ricki (2005) di industri fungsi dari air antara lain:

a. Sebagai air pendingin yang berfungsi untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses.

b. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku.

c. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman.

d. Untuk mencuci atau membilas produk atau gedung serta instalasi.

2.2.2 Karakteristik Air Limbah

Menurut Permana (2005), kandungan limbah cair rumah sakit mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan limbah domestik karena sebagian berasal dari buangan tubuh manusia dan berbagai unit kegiatan lain, seperti dapur, dan laundry . Karakteristik air limbah sebagian besar terdiri dari air (99%) dan sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlarut ( Dissolved solids ) dan tidak terlarut

( Suspended solids ) sebesar 0,1%. Partikel-partikel padat terdiri dari zat organik (±70%) dan zat anorganik (±30%). Zat-zat organik dari protein (±65%), karbohidrat (±25%), dan lemak (±10%). Zat-zat organik tersebut sebagian besar sudah terurai ( degradable ) yang merupakan sumber makanan dan media bakteri mikroorganisme. Sedangkan zat-zat anorganik terdiri dari grit , salts , dan metals (logam berat) yang merupakan bahan pencemar yang berbahaya. Pengelompokkan komposisi limbah cair (Sugiharto, 2008) dapat dilihat pada Gambar 2.3.

AIR LIMBAH

Air

Bahan Padat

Gambar 2.3 Skema Pengelompokkan Bahan Limbah Cair (Sumber: Sugiarto, 2008)

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut karakteristik kimia, fisika, dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dan sejauh mana tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan limbah terhadap lingkungan. Air limbah mempunyai sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu (Sugiharto, 2008):

1. Karakteristik Fisika Penentuan tercemar atau tidaknya air limbah dipengaruhi oleh karakteristik fisik yang mudah dilihat. Adapun karakteristik fisik yang penting adalah kandungan zat padat yang berefek estetika, kejernihan, warna, bau, dan temperatur. Salah satu karakteristik fisik tersebut adalah turbiditas atau kekeruhan didalam air disebabkan oleh adanya zat yang tersuspensi seperti lumpur, plankton, zat organik, dan zat halus lainnya. Turbiditas tidak memiliki hubungan langsung dengan zat padat tersuspensi karena turbiditas tergantung dari ukuran dan bentuk butir partikel, sedangkan zat padat tersuspensi tergantung dengan zat yang tersuspensi tersebut.

Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan lingkungan, melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan beracun. Karakteristik kimia meliputi: bahan oraganik, protein, karbohidrat, lemak, minyak, deterjen atau surfaktan, fenol, bahan anorganik, pH, klorida, kebasaan, sulfur, logam berat, metan, nitrogen, dan fosfor.

3. Karakteristik Biologis Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen berada di dalam air limbah. Keterangan biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan sebagai air minum serta untuk keperluan kolam renang. Mikroorganisme yang penting dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Risdianto, 2007):

a. Protista, meliputi jamur, bakteri, dan algae.

b. Binatang dan tanaman.

2.3 Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah setelah proses produksi dimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung didalamnya sehingga air limbah tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Secara garis besar kegiatan pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi enam bagian antara lain (Sugiharto, 2008):

Dalam pengolahan pendahuluan ini bertujuan untuk membersihkan benda- benda terapung dan pengambilan benda yang mengendap seperti pasir, serta untuk mensortir kerikil, lumpur, menghilangkan zat padat, dan memisahkan lemak. Pada umumnya pengambilan benda-benda terapung dengan jalan melewatkan air limbah melalui para-para atau saringan kasar untuk menghilangkan benda yang besar.

2. Pengolahan Pertama ( primary treatment ) Dalam pengolahan pertama ini bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena adanya kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia dapat juga ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang tercampur. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biolgis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara gravitasi.

3. Pengolahan Kedua ( secondary treatment ) Pengolahan kedua umumnya mencakup proses biologis untuk mengurangi bahanbahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Pada proses ini sangat dipengaruhi banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran, jenis kotoran yang ada dan sebagainya. Beberapa alternatif pengolahan yang dipakai pada tahap ini diantaranya lumpur aktif, bak aerasi, saringan pasir, kolam anaerob, dan bak stabilisasi. Terdapat dua hal penting dalam proses biologis ini, antara lain: 3. Pengolahan Kedua ( secondary treatment ) Pengolahan kedua umumnya mencakup proses biologis untuk mengurangi bahanbahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Pada proses ini sangat dipengaruhi banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran, jenis kotoran yang ada dan sebagainya. Beberapa alternatif pengolahan yang dipakai pada tahap ini diantaranya lumpur aktif, bak aerasi, saringan pasir, kolam anaerob, dan bak stabilisasi. Terdapat dua hal penting dalam proses biologis ini, antara lain:

4. Pengolahan Ketiga ( tertiary treatment ) Pengolahan ketiga ini dilakukan apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya. Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan khusus sesuai dengan kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah, biasanya dilaksanakan pada pabrik yang mengahasilkan air limbah khusus pula. Beberapa alternatif pengolahan yang biasa dipakai pada tahap ini diantaranya penyaringan dan osmosis, penyerapan karbon,

pertukaran ion, saringan pasir, denitrifikasi, dan stripping NH 3 .

5. Pembunuhan Bakteri ( disinfection ) Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan mikrorganisme itu sendiri. Jenis pengolahan yang biasa dilakukan yaitu klorinasi dan ozonisasi.

6. Pengolahan Lanjutan ( ultimate disposal ) Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa lumpur yang perlu diadakan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan kehidupan. Adapun beberapa cara pengolahan lumpur antara lain proses pemekatan, proses stabilisasi, proses pengaturan, proses pengurangan air ( dewatering ) , proses pengeringan, proses pembuangan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995, limbah cair rumah sakit adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang berasal dari aktivitas rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas. Sumber air limbah rumah sakit bervariasi sesuai dengan jenis dan kelas rumah sakitnya (Anonim, 1995).

Limbah cair rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah cair non medis (limbah cair domestik), misalnya buangan kamar mandi, dapur, dan air bekas pencucian pakaian; limbah cair medis (limbah cair klinis) yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit, misalnya air bekas cucian luka, cucian darah, air limbah laboratorium, dan lainnya (Said dan Ineza, 2002).

2.4.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit

Limbah cair yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit merupakan salah satu bentuk dari limbah klinis rumah sakit. Limbah cair tersebut memiliki sumber yang beragam dengan komposisi utama berupa buangan cair pasien. Menurut Permana (2005), jenis limbah cair dalam suatu rumah sakit, serta asal limbah adalah sebagai berikut:

1. Limbah infeksius Limbah infeksius merupakan limbah yang dihasilkan dari pasien dengan penyakit menular dalam suatu perawatan intensif, limbah cair yang berasal dari laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi.

limbah jenis infeksius.

2. Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik merupakan jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi oleh zat sitotoksik, limbah ini dihasilkan dari berbagai tempat di rumah sakit, karena selama proses peracikan, pengangkutan sampai pada terapi ke pasien melibatkan banyak pihak.

3. Limbah farmasi Limbah farmasi merupakan limbah yang berasal dari berbagai jenis sisa obat-obatan yang digunakan selama perawatan.

4. Limbah kimia Limbah kimia merupakan jenis limbah yang dihasilkan dari penggunaan berbagai bahan kimia, seperti bahan kimia untuk tindakan medis, bahan kimia laboratorium, proses sterilisasi (pencucian linen oleh laundry ).

5. Limbah radioaktif Limbah radioaktif merupakan limbah yang terkontaminasi oleh radio isotop yang diperoleh dari penggunaan untuk terapi radiasi, unit radiologi serta laboratorium riset di rumah sakit. Limbah jenis ini sangat fleksibel sehingga terdapat dalam berbagai bentuk tergantung kepada zat yang dikontaminasi.

2.4.2 Parameter Kualitas Air Limbah Rumah Sakit

Parameter yang dianalisis pada air limbah rumah sakit adalah pH, suhu, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total

Suspended Solid (TSS), NH 3 bebas, deterjen, phenol, sisa klor (Cl 2 ), phosphat, dan mikrobiologi. Berikut penjelasan dari tiap parameter:

Pengukuran pH dalam air limbah berfungsi sebagai pengendali beberapa proses pengolahan (Reynolds and Richards, 1996). Konsentrasi pH yang baik adalah kadar yang masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis sehingga mengganggu proses penjernihannya (Sugiharto, 2008). Umumnya pH optimum untuk pertumbuhan bakteri berkisar 6,5-7,5 (Reynolds and Richards, 1996).

2. Suhu Suhu adalah temperatur air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan suhu merupakan parameter yang penting. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi,

selain itu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, missal O 2 , CO 2 , N 2 , CH 4 , dan sebagainya (Effendi, 2003). Peningkatan suhu disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolism dan respirasi (Effendi, 2003).

3. Biological Oxygen Demand (BOD) BOD dinyatakan sebagai jumlah oksigen (MgO 2 ) yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut dan zat organik yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat limbah cair, bahan organik, dan untuk mendesain sistem pengolahan limbah cair secara biologis. BOD dijadikan sebagai indikator pencemaran yang diakibatkan oleh buangan yang mengandung bahan 3. Biological Oxygen Demand (BOD) BOD dinyatakan sebagai jumlah oksigen (MgO 2 ) yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut dan zat organik yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat limbah cair, bahan organik, dan untuk mendesain sistem pengolahan limbah cair secara biologis. BOD dijadikan sebagai indikator pencemaran yang diakibatkan oleh buangan yang mengandung bahan

4. Chemical Oxygen Demand (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (MgO 2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel

air, dimana pengoksidasi K 2 Cr 2 O 7 digunakan sebagai sumber oksigen ( oxidizing agent ) (Alaerts dan Santika, 1987). Angka COD merupakan ukuran

bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. COD merupakan parameter utama dalam menentukan tingkat pencemaran perairan selain BOD.

5. Total Suspended Solid (TSS) Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi dengan diameter > 1 μm yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter pori 0,45 μm (Effendi, 2003). TSS adalah parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kandungan zat padat yang dapat mengendap ( settleable solid) . Zat-zat padat yang berada dalam suspensi dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid dan partikel tersuspensi biasa. Jenis partikel koloid adalah penyebab kekeruhan dalam air (efek Tyndall ) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus suspensi tersebut (Alaerts dan Santika, 1987).

6. NH3 bebas Parameter ini merupakan indikator bagi konsentrasi ammonia nitrogen. Ammonia di perairan berasal dari hasil dekomposisi nitrogen organik (protein 6. NH3 bebas Parameter ini merupakan indikator bagi konsentrasi ammonia nitrogen. Ammonia di perairan berasal dari hasil dekomposisi nitrogen organik (protein

7. Detergen Deterjen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan sebagai pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Di dalam air, zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas permukaan gelembung udara dan biasanya relatif tetap (Sugiharto, 2008).

8. Phenol Phenol merupakan limbah cair yang biasanya berasal dari industri tekstil, perekat, obat dan sebagainya Phenol dikenal juga sebagai monohidroksibenzena, merupakan kristal putih yang larut dalam air pada temperatur kamar. Phenol

merupakan senyawa organik (C 6 H 5 OH) yang berbau khas dan bersifat racun, serta korosif terhadap kulit (menimbulkan iritasi) sehingga perlu adanya

penanganan limbah phenol agar kadar phenol tidak melebihi ambang batas yang ditentukan pemerintah, sebab kadar phenol dalam air sangat berpengaruh besar dalam penentuan kualitas air (Pambayun, dkk., 2013).

9. Sisa Klor (CL2) Sisa klor merupakan hasil pengurangan dosis klor dengan kebutuhan klor yang digunakan oleh komponen dan materi organik yang ada dalam air (Sugiharto, 2008).

Di perairan, unsur fosfat tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat (Effendi, 2003). Fosfat tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan, dan ikan. Secara alami fosfat juga diproduksi dan dikeluarkan oleh manusia atau binatang dalam bentuk air seni dan tinja sehingga fosfat juga akan terdeteksi pada air limbah yang dikeluarkan rumah sakit (Suriawiria, 2003 dalam Alamsyah, 2007).

11. Mikrobiologi Komposisi spesies dan keanekaragaman penting sebagai petunjuk adanya pengaruh zat pencemar. Keadaan biologis air diperiksa dengan parameter jumlah bakteri

E. coli atau Coliform . Parameter ini dipilih oleh karena diantara organisme yang telah dipelajari, E.coli hampir memenuhi semua persyaratan sebagai organisme indikator yang ideal mengenai polusi air. Bakteri Coliform bersifat pathogen dan menunjukkan adanya kontaminasi zat pencemar dan menyebabkan organisme terkena penyakit.

2.4.3 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit

Penentuan kualitas effluent dapat diketahui dengan cara membandingkan antara konsentrasi air limbah awal dengan konsentrasi setelah melewati reaktor lalu dibandingkan juga dengan baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Peraturan perundangan yang mengatur tentang limbah cair di rumah sakit meliputi peraturan tentang baku mutu limbah cair rumah sakit di Indonesia khususnya di Jawa Timur. Peraturan tersebut antara lain:

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

2. Kep. MENKES RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah.

3. KepMenLH No. Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Indonesia.

4. Kep. Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

Baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit yang diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58/MENLH/12/1995 dan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit

**Kadar Maksimum Parameter

*Kadar Maksimum

Berdasarkan Kep.

Berdasarkan KepGub

MENLH

Jatim No. 72 Tahun 2013

No.58/MENLH/12/1995

pH

6-9 Suhu

30 mg/l COD

30 mg/l

80 mg/l TSS

80 mg/l

30 mg/l NH3 Bebas

30 mg/l

0,1 mg/l Detergen

0,1 mg/l

0,5 mg/l Phenol

0,5 mg/l

0,01 mg/l Sisa Klor (CL2)

0,01 mg/l

0,5 mg/l Fosfat (PO4)

0,5 mg/l

2 mg/l MPN-Kuman

2 mg/l

4.000 Golongan Koli/100ml Sumber: * = Anonim (1995), ** = Anonim (1999).

2.5.1 Sumur Pengumpul ( Pit )

Penggunaaan sumur pengumpul pada pre-treatment berfungsi untuk:

1. Menampung air limbah dari saluran pembawa atau sewer yang kedalamannya di bawah permukaan instalasi pengolahan sebelum air dipompa ke atas.

2. Menstabilkan variasi debit dan konsentrasi air limbah yang akan masuk ke bangunan pengolahan air limbah (unit instalasi induk air limbah) sehingga tidak terjadi shock loading saat pengolahan. Dengan demikian kinerja instalasi dapat mencapai nilai optimum.

3. Meningkatkan kinerja saat keadaan down stream (aliran air limbah kecil). Air limbah yang dikumpulkan dalam sumur pengumpul dipompa menuju bangunan pengolah air limbah selanjutnya. Waktu tinggal air limbah di dalam sumur pengumpul tidak boleh terlalu lama (10 menit) sehingga air tidak menjadi septik yang dapat mengakibatkan bau yang tidak sedap karena terjadi proses anaerobik (Metcalf and Eddy, 2003).

2.5.2 Bak Ekualisasi

Salah satu tujuan pembangunan bak ekualisasi adalah untuk menjaga peningkatan beban air limbah sehingga dapat menghindari terjadinya shock loading . Ukuran dan tipe dari bak ekualisasi tergantung pada kuantitas air

limbah dan variasi aliran air limbah. Pada bak ekualisasi, air limbah harus mendapatkan pencampuran ( mixing ) yang baik untuk mencegah terjadinya pengendapan (Metcalf and Eddy, 2003). Pengadukan di bak ekualisasi bertujuan untuk menciptakan aliran turbulen dalam waktu cukup lama sehingga limbah dan variasi aliran air limbah. Pada bak ekualisasi, air limbah harus mendapatkan pencampuran ( mixing ) yang baik untuk mencegah terjadinya pengendapan (Metcalf and Eddy, 2003). Pengadukan di bak ekualisasi bertujuan untuk menciptakan aliran turbulen dalam waktu cukup lama sehingga

2.5.3 Clarifier (Bak Sedimentasi)

Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini terutama bertujuan untuk memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan lumpur. Proses ini

mengurangi beban air limbah sebesar 50%-70% SS dan 30%-40% BOD 5 . Sedimentasi dapat dilakukan dengan ataupun tanpa menggunakan bahan kimia.

Sedimentasi tanpa bahan kimia (alami), bila partikel-partikel padat tersuspensi mengendap karena gaya beratnya. Sedangkan, sedimentasi dengan bahan kimia, yaitu sedimentasi yang dilakukan setelah penambahan bahan kimia untuk mengendapkan partikel-partikel yang telah menggumpal menjadi lebih besar, lebih berat, dan lebih stabil karena penambahan bahan kimia tersebut (Siregar, 2005). Proses penggumpalan partikel ini disebut dengan istilah koagulasi dan flokulasi.

Koagulasi dan flokulasi merupakan suatu proses penambahan koagulan yang bertujuan untuk pembentukan flok. Selanjutnya flok yang terbentuk akan diendapkan dengan cara sedimentasi. Koagulasi merupakan proses penambahan koagulan dengan pengandukan cepat yang hasil dari proses koagulasi tersebut adalah destabilisasi partikel atau koloid dan partikel-partikel halus lainnya yang terdapat dalam air. Sedangkan, flokulasi adalah proses pengandukan lambat terhadap partikel yang terdestabilisasi dan membentuk flok yang dapat mengendap dengan cepat (Gurses, 2003). Koagulan yang Koagulasi dan flokulasi merupakan suatu proses penambahan koagulan yang bertujuan untuk pembentukan flok. Selanjutnya flok yang terbentuk akan diendapkan dengan cara sedimentasi. Koagulasi merupakan proses penambahan koagulan dengan pengandukan cepat yang hasil dari proses koagulasi tersebut adalah destabilisasi partikel atau koloid dan partikel-partikel halus lainnya yang terdapat dalam air. Sedangkan, flokulasi adalah proses pengandukan lambat terhadap partikel yang terdestabilisasi dan membentuk flok yang dapat mengendap dengan cepat (Gurses, 2003). Koagulan yang

2.5.4 Fixed Bed Cascade Bioreactor

Fixed Bed Cascade Bioreactor menggunakan metode proses pengolahan biologis. Proses Fixed Bed Cascade Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok yang berfungsi sebagai tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media dan membentuk lapisan biofilm. Kemudian, udara dimasukkan ke dalam bioreaktor melalui aerasi sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dan bentuk media yang akan mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam Fixed Bed Cascade Bioreactor sehingga kontak antara air limbah dengan

lapisan biofilm terjadi berulang-ulang. Selama kontak, air limbah akan mengalami degradasi zat organik (Reinhardt and Gordon, 1995). Proses kerja dalam Fixed Bed Cascade Bioreactor dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Proses Kerja Fixed Bed Cascade Bioreactor (Anonim, 2013).

Klorinasi merupakan metode yang banyak digunakan karena klor efektif sebagai desinfektan dan harganya terjangkau. Klorinasi bertujuan untuk mengurangi dan membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam air

limbah. Sumber klor yang biasa digunakan adalah klorin atau kaporit [Ca(OCl) 2 ]. Klorin atau kaporit merupakan salah satu desinfektan kimia yang umum

digunakan dalam pengolahan air bersih maupun air limbah. Klorin atau kaporit dapat membunuh mikroorganisme patogen, seperti Escherichia coli , Legionella , Pneumophilia , Streptococcus , Facalis , Bacillus , Clostridium , Amoeba , Giardia , Cryptosporidium , dan Pseudomonas (Rosyidi, 2010).

2.5.6 Mixed Media Filter (MMF)

Pada Mixed Media Filter (MMF) terjadi proses filtrasi. Filtrasi adalaah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Pada proses pengolahan air minum maupun air limbah, filtrasi digunakan untuk menyaring hasil dari proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi sehingga dihasilkan air dengan kualitas baik. Di samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, Fe (besi), dan Mg (mangan) (Reynolds and Richards, 1996).

Menurut Reynolds and Richards (1996), adapun jenis-jenis filter berdasarkan media yang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

Satu jenis media, seperti pasir silika atau dolomit saja. Filter single media, yaitu filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir kuarsa (silika). Pada sistem ini penyaringan suspended solid (SS) terjadi pada lapisan paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena harus sering dilakukan pencucian.

2. Dual media

Media yang digunakan, misalnya pasir silika dan anthrasit. Filter dual media sering digunakan filter dengan media pasir kuarsa (silika) di lapisan bawah dan anthrasit pada lapisan atas. Keuntungan dual media, yaitu kecepatan filtrasi lebih tinggi (10-15 m/jam), periode pencucian lebih lama, dan murah.

3. Multi media

Media yang digunakan, misalnya pasir silika, anthrasit, dan garnet atau dolomit. Fungsi multi media adalah untuk memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai penyaring.

Mixed Media Filter (MMF) terdapat tiga media yang digunakan, yaitu karbon aktif, pasir silika, dan kerikil. Karbon aktif merupakan media filtrasi dengan cara penyerapan (adsorpsi). Penyerapan atau adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut (Syauqiah, 2011). Proses penjernihan air limbah dengan menggunakan karbon aktif biasanya dipergunakan untuk mengurangi pengotoran bahan organik, partikel termasuk benda yang tidak dapat diurikan ( nonbiodegradable ) ataupun gabungan antara bau, warna, dan rasa. Karbon aktif dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya phenol) dan senyawa organik terlarut lainnya. Pelaksanaannya, pemakaian karbon aktif ini Mixed Media Filter (MMF) terdapat tiga media yang digunakan, yaitu karbon aktif, pasir silika, dan kerikil. Karbon aktif merupakan media filtrasi dengan cara penyerapan (adsorpsi). Penyerapan atau adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut (Syauqiah, 2011). Proses penjernihan air limbah dengan menggunakan karbon aktif biasanya dipergunakan untuk mengurangi pengotoran bahan organik, partikel termasuk benda yang tidak dapat diurikan ( nonbiodegradable ) ataupun gabungan antara bau, warna, dan rasa. Karbon aktif dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya phenol) dan senyawa organik terlarut lainnya. Pelaksanaannya, pemakaian karbon aktif ini

Filter setelah digunakan dalam kurun waktu tertentu akan mengalami penyumbatan akibat tertahannya partikel halus dan koloid oleh media filter. Tersumbatnya media filter ditandai oleh penurunan kapasitas produksi, peningkatan kehilangan energi ( headloss ) yang diikuti oleh kenaikan mukai air di atas media filter, dan penurunan kualitas air terproduksi. Jika keadaan ini telah tercapai, maka filter harus dicuci. Teknik pencucian filter cepat dapat dilakukan dengan menggunakan aliran balik ( backwashing ) dengan kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan terjadi tumbukan antar media. Tumbukan antar media menyebabkan lepasnya kotoran yang menempel pada media, selanjutnya kotoran yang telah lepas akan terbawa bersama dengan aliran air (Reynolds and Richards, 1996).

2.5.7 Unit Pengolahan Lumpur

Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa lumpur. Jumlah dan sifat lumpur air limbah sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu jenis air limbah itu sendiri, tipe atau jenis pengolahan air limbah yang diterapkan, dan metode pelaksanaan. Hasil pengolahan air limbah berupa lumpur perlu diadakan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan kehidupan (Sugiharto, 2008).

Berikut ini unit pengolahan lumpur pada limbah rumah sakit:

Lumpur yang dihasilkan dari setiap bangunan pengolahan air limbah pada tahap awalnya harus melalui proses pemekatan, supaya kadar air di dalam lumpur sedikit mengalami pengurangan. Dengan demikian akan memperkecil jumlah yang akan ditangani. Proses pemekatan dapat berupa pengentalan dengan gaya berat atau pengapungan dengan udara (Sugiharto, 2008).

2. Sludge Drying Bed (SDB)

Sludge Drying Bed (SDB) adalah metode yang paling tua untu sludge dewatering . Sampai saat ini, sludge drying bed masih digunakan dalam IPAL skala kecil hingga sedang (Siregar, 2005). Sludge drying bed merupakan suatu bak untuk mengeringkan lumpur hasil pengolahan sebelumnya. Sludge drying bed berguna untuk me removal kadar air yang terkandung dalam lumpur sehingga terbentuk sludge cake yang dapat diangkat dengan mudah, dikomposkan, ditimbun dengan sistem landfill , ataupun dibakar di insinerator (Metcalf and Eddy, 2003).

Sludge drying bed terdiri atas lapisan pasir kasar dengan kedalaman 15 -

25 cm, lapisan kerikil dengan ukuran yang berbeda-beda, dan pipa yang berlubang-lubang sebagai jalan aliran air. Sludge drying bed dibuat dengan beberapa bak, tergantung pada keperluannya. pembagian ke dalam beberapa bak ini dimaksudkan agar lumpur telah benar-benar kering sebelum lumpur yang basah masuk kembali. Lumpur yang dimasukkan ke dalam sludge drying bed dengan ketebalan 20-30 cm dan dibiarkan hingga kering. Air hasil penirisan lumpur dikembalikan ke IPAL (Siregar, 2005). Waktu pengeringan

Eddy, 2003)

METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan ini merupakan kegiatan studi lapangan bidang lingkungan yang mencakup kajian pengolahan limbah cair di lingkungan kerja Rumah Sakit Pura Raharja Kota Surabaya Jawa Timur. Praktek kerja lapangan dilaksanakan pada:

3.1.1 Tempat Praktek Kerja Lapangan