Rancang bangun model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri

RANCANG BANGUN MODEL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN
DALAM KLASTER AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI
(STUDI KASUS: MINYAK NILAM)

HENDRASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

2

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Rancang Bangun
Model Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dalam Klaster Agroindustri
Minyak Atsiri (Studi Kasus: Minyak Nilam) adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

Hendrastuti
NRP F 361060121

3

ABSTRACT
HENDRASTUTI. The Design of Empowerment of Rural Communities in
Agroindustry Cluster of Essential Oils (Case Study: Patchouli Oil). Under supervision
of ERIYATNO, MEIKA SYAHBANA RUSLI, JOHNY WAHYUADI
SOEDARSONO
Patchouli oil is an essential oil commodity in Indonesia. A research on design of
empowerment on rural communities in agroindustry cluster of essential oils has been
conducted using system approach which aim was to establish its Decision Support
System (DSS). The research produced DSS model of comprehensive essential oil

agroindustry from farming and small refinement industry that harmoniously
accommodate the needs of stakeholders and should be effectively used by the decision
makers facing dynamic changes and information updating. Analytical tools such as
cost analysis, Fibonacci technique, OPTSYS programme, IPMS (Integrated
Performance Measurement System), FGD (Focus Group Discussion), AHP
(Analytical Hierarchy Process), pairwise comparison and ISM (Interpretive Modelling
System) were applied.
The DSS software called PAP-Klaster that consist of several modules, namely the
feasibility analysis of farming and post harvesting with a result of being feasible
(Farming IRR= 14.6%, B/C ratio= 1.35; Small refinement industry IRR= 47.99%, B/C
ratio= 1.69), selling price equilibrium of patchouli and patchouli oil which provide a
proportionate profit margin (selling price equilibrium of patchouli: Rp 1 483/kg,
selling price equilibrium of patchouli oil: Rp 396 770/kg ), performance measurement
of farming and post harvesting in agroindustry cluster system resulting to the
identification of 16 Key Performance Indicator (KPI) from 56 Performance Indicator
(PI). Conceptual model of agroindustry cluster of essential oils that end result could
arrange institutional engineering and found key elements such as sector of society,
needs, constraints, goals, possible changes, benchmarks, activities needed for action
planning and institution involved. Institutional engineering resulting Jejaring Usaha
PAP-Klaster and Forum Lintas Pelaku Klaster Agroindustri Minyak Atsiri. This

model was verified through case study on patchouli oil agroindustry in Kuningan and
Brebes regency.
Empowerment of rural communities in essential oil agroindustry not only improves
the welfare of agroindustry entrepreneurs but also will improve the welfare of
patchouli plant growers.
Keywords: Empowerment of rural communities, patchouli oil, selling price
equilibrium, institutional engineering

4

RINGKASAN
HENDRASTUTI. Rancang Bangun Model Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan
dalam Klaster Agroindustri Minyak Atsiri (Studi Kasus: Minyak Nilam). Dibimbing
oleh ERIYATNO, MEIKA SYAHBANA RUSLI, dan JOHNY WAHYUADI
SOEDARSONO.
Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi yang besar adalah minyak
atsiri. Di antara berbagai minyak atsiri yang ada di Indonesia, minyak nilam
(patchouli oil) mempunyai pangsa ekspor Indonesia yang tinggi, dibandingkan dengan
jenis minyak atsiri lainnya. Dalam klaster minyak nilam akan terbentuk jaringan dan
aliansi pelaku agribisnis sehingga menciptakan sebuah mata rantai nilai yang akan

meningkatkan nilai tambah pada rantai nilai tersebut. Indonesia hanya sebagai price
taker dalam perdagangan minyak nilam walaupun merupakan pemasok terbesar
minyak nilam. Pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri di perdesaan akan
memberikan efek berganda berupa peningkatan kesejahteraan petani dan penyuling
tanaman atsiri mengingat mayoritas perkebunan tanaman atsiri yang ada adalah
perkebunan rakyat.
Model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak
atsiri dibuat dalam perangkat lunak Sistem Penunjang Keputusan (SPK) PAP-Klaster.
Model ini terdiri dari: 1) model kelayakan usaha yang memiliki dua sub model yaitu
sub model kelayakan usahatani dan sub model kelayakan usaha industri kecil
penyulingan; 2) model kesepakatan harga yang memiliki dua sub model yaitu sub
model kesepakatan harga usahatani dan sub model kesepakatan harga industri kecil
penyulingan; 3) model kinerja usahatani dan industri kecil penyulingan; dan 4) model
kelembagaan.
Model analisis kelayakan usaha memiliki sub model untuk mengevaluasi
kelayakan usahatani dan industri kecil penyulingan yang dilakukan. Berdasarkan
tingkat keuntungan usaha dan tingkat pembiayaan yang diperoleh, ditentukan
kelayakan usahatani dan industri kecil penyulingan. Model kesepakatan harga
memiliki sub model untuk menentukan optimasi kesepakatan harga jual nilam antara
usahatani dengan industri kecil penyulingan dan kesepakatan harga jual minyak nilam

antara industri kecil penyulingan dengan industri penyulingan/eksportir. Sub model ini

5

menggunakan teknik optimasi Fibonacci dan program OPTSYS. Model kinerja untuk
mengevaluasi kinerja usahatani dan industri kecil penyulingan dengan menggunakan
metode FGD (Focus Group Discussion), PHA (Proses Hirarki Analitik) dan IPMS
(Integrated Performance

Measurement

System). Model

kelembagaan untuk

mengevaluasi kelembagaan yang ada dalam klaster agroindustri minyak atsiri dengan
menggunakan metode ISM (Interpreted System Management). Verifikasi model
dilakukan pada agroindustri minyak nilam di Kabupaten Kuningan dan Brebes.
Hasil verifikasi menunjukkan bahwa berdasarkan luas lahan 1 ha, 3 kali panen
dalam satu tahun yaitu panen pertama pada bulan ke enam, selanjutnya tiap 3 bulan,

prakiraan harga jual nilam basah, maka keuntungan usahatani yang diperoleh sebesar
Rp 14 juta

per tahun. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada kondisi normal,

biaya produksi naik 65% atau harga jual turun 40%, maka usahatani tidak layak
dilakukan jika terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 65% maupun jika harga jual
nilam basah turun sebesar 40%. Pada industri kecil penyulingan, berdasarkan hasil
prakiraan bahan baku dan harga produk minyak nilam, kapasitas alat suling 300 kg
nilam kering dan frekwensi suling 25 kali per bulan, rendemen 1.5%, maka
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 208.8 juta per tahun. Analisis sensitivitas yang
dilakukan pada kondisi normal, penurunan harga jual minyak nilam atau penurunan
rendemen, maka industri kecil penyulingan tidak layak dilakukan jika terjadi
penurunan harga jual minyak nilam hingga 50% serta jika terjadi penurunan rendemen
hingga 1.25%.
Kesepakatan harga jual dan harga beli nilam antara usahatani dengan industri
kecil penyulingan adalah sebesar Rp 1 483 per kg. Sedangkan kesepakatan harga jual
dan

harga beli minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan industri


penyulingan/ eksportir adalah sebesar Rp 396 770 per kg. Analisis sensitivitas
dilakukan pada produktivitas usahatani normal, produktivitas usahatani rendah atau
produktivitas usahatani tinggi. Berdasarkan analisis sensitivitas, pada produktivitas
usahatani rendah maka keuntungan usahatani dan industri kecil penyulingan akan
merosot tajam dibandingkan dengan turunnya keuntungan eksportir.
Kinerja usahatani dan industri kecil penyulingan menghasilkan 56 IK (Indikator
Kinerja) dengan memiliki 5 tujuan atau level harapan yaitu yaitu (1) peningkatan
kesejahteraan pelaku usaha (45.58%), (2) rantai nilai yang efektif (25.91%), (3)

6

keunggulan komparatif yang berkelanjutan (10.24%) (4) kemampuan berinovasi
(9.51%), dan (5) pertumbuhan usahatani dan industri kecil penyulingan, Dalam
mewujudkan pertumbuhan hasil usaha tani, maka aspek ekonomi merupakan kriteria
yang diutamakan dengan nilai bobot relatif 43.54% dan selanjutnya diikuti oleh tiga
aspek lainnya yaitu aspek lingkungan (31.70%), aspek teknis (13.75%), dan aspek
sosial (11.01%). Dari 56 IK (Indikator Kinerja) maka terpilih 16 IKK (Indikator
Kinerja Kunci).
Strukturisasi sistem kelembagaan yang dianalisis terdiri atas delapan elemen

yaitu:

(1)

sektor

masyarakat

yang

terpengaruh,

(2)

kebutuhan

dari

pemberdayaan masyarakat, (3) kendala utama pemberda yaan masyarakat, (4)
perubahan yang dimungkinkan, (5) tujuan pemberdayaan masyarakat, (6) tolok

ukur untuk menilai setiap tujuan, (7) aktivitas yang dibutuhkan guna
perencanaan tindakan, dan (8) lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Elemen kunci dari sektor
masyarakat yang terpengaruh adalah petani dan petani-penyuling. Elemen kunci
dari kebutuhan pemberdayaan masyarakat adalah dana pembinaan dari investasi
usaha dan teknologi tepat guna. Elemen kunci dari kendala utama pemberdayaan
masyarakat adalah keterbatasan sumberdaya finansial dan terbatasnya fasilitas dan
infrastruktur. Elemen

kunci

dari

perubahan

yang

dimungkinkan

adalah


terbentuknya kelompok tani dan kebijakan daerah. Elemen kunci dari tujuan
pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri adalah membangun
kelompok usaha bersama (KUBE) dan membangun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Elemen kunci dari tolok ukur untuk menilai setiap tujuan adalah

terbentuknya kelompok usaha bersama (KUBE), meningkatnya pendapatan pelaku
usaha (petani dan petani-penyuling) dan meningkatnya jumlah pelaku usaha. Elemen
kunci dari aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan adalah
pembentukan kelompok usaha bersama/koperasi. Elemen kunci dari lembaga yang
terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri
adalah Dinas daerah yang terkait, lembaga keuangan mikro dan kecil, perbankan
nasional, koperasi, perguruan tinggi/lembaga riset dan pengembangan.
Untuk menjadikan Jejaring Usaha PAP-Klaster dan Forum Lintas Pelaku
Klaster Agroindustri Minyak Atsiri sebagai suatu bentuk usaha yang tangguh dan

7

berkelanjutan, maka seluruh komponen pelaku harus berpegang teguh pada prinsip

kerjasama dan setara yang sinergis, saling percaya, memiliki komitmen untuk maju
bersama, dan profesional dalam menjalankan usaha.

Kata kunci: Pemberdayaan masyarakat perdesaan, minyak nilam, kesepakatan harga
jual, rekayasa kelembagaan

8

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

9

RANCANG BANGUN MODEL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERDESAAN
DALAM KLASTER AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI
(STUDI KASUS: MINYAK NILAM)

HENDRASTUTI

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

10

Judul Disertasi

: Rancang Bangun Model Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan
Dalam Klaster Agroindustri Minyak Atsiri
(Studi Kasus: Minyak Nilam)

Nama

: Hendrastuti

NRP

: F 361060121

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE
Ketua

Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi S., DEA.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Machfud, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 25 Januari 2012

Tanggal Lulus:

11

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Oktober 1954 sebagai anak bungsu
dari enambelas bersaudara dari pasangan Bapak Hendro (Alm) dan Ibu Suwarni
(Alm). Pendidikan sarjana muda ditempuh di Akademi Kimia Analisis Bogor, lulus
pada tahun 1977. Pendidikan sarjana ditempuh di Sekolah Tinggi Manajemen Industri,
Jakarta, lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1994, penulis diterima di Program Studi
Teknik Mesin Kekhususan Manajemen Industri Universitas Indonesia dan
menamatkannya pada tahun 1996. Selanjutnya pada tahun 2006, penulis mendapat
kesempatan untuk melanjutkan ke program Doktor pada Program Studi Teknologi
Industri Pertanian, Program Pascasarjana IPB.
Pada tahun 1978-1979 penulis bekerja di PT Kalbe Farma, tahun 1979-1983
penulis bekerja di PT Tri Usaha Indonesia, Jakarta. Terhitung sejak bulan November
1989 sampai dengan sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di Sekolah Tinggi
Manajemen Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta. Selain sebagai staf pengajar
penulis juga pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik & Manajemen Industri
Sekolah Tinggi Manajemen Industri, Kementerian Perindustrian.
Pada tahun 1981, penulis menikah dengan Ir.Agung Widodo, M.Sc., putra dari
Bapak Agoeng Soejodono (Alm) dengan Ibu Supraptin (Alm). Penulis telah dikaruniai
empat orang anak yang bernama Ichsan Nursetyo (Alm), Raden Anindityo
SE.,BBA.,MBA., Widi Prasetyo SE., dan Hadyan Radhityo.
Selama mengikuti program S3, penulis ikut bergabung dalam Tim Instruktur
pada Diklat Pengembangan Jasa Konsultansi IKM, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Industri Departemen Perindustrian (tahun 2006-2010).

12

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas
rahmat dan karunia-Nya maka disertasi ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini
merupakan hasil penelitian yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian di
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan karya ilmiah ini tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat
Bapak Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah
mencurahkan waktu, bimbingan dan arahan dengan penuh dedikasi serta atas
dorongan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Penghargaan dan
ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak
Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi
Soedarsono, DEA selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan pikiran serta keikhlasannya dalam berbagi ilmu pengetahuan dan memberikan
dorongan semangat sehingga dapat terselesaikannya disertasi ini. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Machfud, MS, selaku Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian atas dorongan semangat, arahan dan kemudahan yang
diberikan selama studi, juga kepada segenap sivitas Jurusan TIP IPB yang telah
memberikan suasana kondusif selama penulis melaksanakan studi S3. Terima kasih
penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Arya H. Darmawan dan Dr. Ir. Dwi Setyaningsih,
yang telah berkenan menjadi penguji luar komisi pada ujian tertutup, serta Dr. Ir.
Sugiyono, M.Apps.Sc. sebagai pimpinan ujian tertutup. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Erliza Noor dan Dr. Sudarmasto, SE, MA, yang telah
berkenan menjadi penguji luar komisi pada ujian terbuka, serta Dr. Ir. Sam Herodian,
sebagai pimpinan ujian terbuka.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Chairul Muluk,
M.Sc, Dr.Drs. Pudji Astuti, MT, Dr. Ir. Iveline Anne Marie, MT atas segala masukan
serta kesediaannya dalam berbagi pengetahuan dan kepakarannya sehingga
memperkuat hasil disertasi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Roni Widjaja
ST yang telah membantu penulis dalam penyelesaian program. Di samping itu,

13

penghargaan penulis sampaikan pula kepada para petani dan petani-penyuling
Kabupaten Kuningan dan Brebes terutama kepada H.Tarsa dan Ir. Lisna Trisnawati
yang telah membantu penulis selama pengumpulan data.
Rasa terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada keluarga besar
Hendro dan keluarga besar Agoeng Soejoedono yang senantiasa memberikan doa dan
semangat. Penghargaan khusus penulis sampaikan kepada suami tercinta Ir. Agung
Widodo, M.Sc. serta anak-anak Raden Anindityo SE.,BBA, MBA, Widi Prasetyo SE,
dan Hadyan Radhityo, atas pengertian, pengorbanan, dorongan semangat serta doa
yang selalu setia mendampingi selama proses studi dari awal hingga saat ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan kolega staf pengajar di
Jurusan Teknik dan Manajemen Industri, Sekolah Tinggi Manajemen Industri,
Kementerian Perindustrian serta mahasiswa S3 TIP atas kebersamaan dan semangat
yang diberikan selama masa studi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian disertasi ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
yang membacanya.

Bogor, Januari 2012
Hendrastuti

14

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xx

PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang ......................................................................................

1

Tujuan Penelitian ..................................................................................

5

Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................

6

Manfaat Penelitian ................................................................................

6

Keluaran Hasil Penelitian ......................................................................

6

KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................

7

Klaster Agroindustri Minyak Atsiri ......................................................

7

Kelembagaan Klaster ............................................................................

11

Pemberdayaan Agroindustri Perdesaan ……………………………….

13

Rantai Pasok dan Rantai Nilai ...............................................................

17

Teori Optimasi .......................................................................................

27

Sistem Pengukuran Kinerja ...................................................................

32

Pendekatan Sistem .................................................................................

35

Sistem Desain ........................................................................................

38

Sistem Penunjang Keputusan …………………………………………

39

Tinjauan Penelitian Terdahulu ………………………………………..

42

METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................

44

Kerangka Pemikiran ..............................................................................

44

Pemodelan Sistem .................................................................................

46

Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................

48

Metoda Penelitian ..................................................................................

49

15

Metoda Pengumpulan Data ...................................................................

50

Tahapan Penelitian ................................................................................

51

PEMODELAN SISTEM .................................................................................

54

Pendekatan Sistem ................................................................................

54

Analisis Sistem ......................................................................................

54

Usahatani Nilam ........................................................................

54

Usaha Lepas Panen Perdesaan ..................................................

58

Industri Penyulingan Minyak Nilam Murni /Eksportir .............

62

Analisis Kebutuhan ...............................................................................

62

Formulasi Permasalahan .......................................................................

65

Identifikasi Sistem ................................................................................

66

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ..........................................................

72

Konfigurasi Model ................................................................................

72

Cakupan Model PAP-Klaster ...............................................................

73

Analisis Biaya ......................................................................................

75

Optimasi Kesepakatan Harga ...............................................................

75

Sistem Pengolahan Terpusat .................................................................

75

Sistem Manajemen Dialog ....................................................................

75

Sistem Manajemen Basis Data ..............................................................

76

Struktur Biaya Usahatani ..........................................................

77

Struktur Biaya Industri Kecil Penyulingan ...............................

79

Struktur Manajemen Basis Pengetahuan ..............................................

81

Perancangan Indikator Kinerja ..................................................

81

Pembobotan Indikator Kinerja ..................................................

82

Sistem Manajemen Basis Model ..........................................................

82

Model Kelayakan Usaha ......................................................................

82

Sub Model Kelayakan Usahatani Nilam ......................................

83

Sub Model Kelayakan Industri Kecil Penyulingan ......................

88

Model Kesepakatan Harga ....................................................................

98

Sub Model Kesepakatan Harga Jual Nilam .................................

99

Sub Model Kesepakatan Harga Jual Minyak Nilam ....................

103

16

Model Pengukuran Kinerja ...................................................................

110

Identifikasi Kebutuhan Stakeholder .............................................

111

Penetapan Tujuan (Objectives) ....................................................

113

Penetapan Indikator Kinerja Kunci ..............................................

114

Validasi IKK ................................................................................

114

Spesifikasi IKK ............................................................................

116

Model Konseptual Kelembagaan ..................................................................... .

118

Strategi pemberdayaan masyarakat .......................................................

147

Rekayasa Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat ........................................

154

Jejaring Usaha PAP-Klaster .................................................................

156

Forum Lintas Pelaku Klaster Agroindustri Minyak Atsiri ...................

160

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................

161

Simpulan ...............................................................................................

161

Saran .....................................................................................................

164

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Daftar penelitian terdahulu …………………………………………

42

2

Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam ..................

64

3

Struktur biaya investasi usahatani nilam ...........................................

77

4

Sruktur biaya produksi usahatani nilam ............................................

77

5

Biaya investasi industri kecil penyulingan minyak nilam ………….

79

6

Biaya operasional industri kecil penyulingan minyak nilam ……….

79

7

Biaya penyusutan industri kecil penyulingan minyak nilam ………..

80

8

Biaya perawatan industri kecil penyulingan minyak nilam …………

80

9

Biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam PAP-Klaster .

80

10

Jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster ..

81

11

Hasil kelayakan finansial usahatani nilam 10.000 m2 (1 ha) pada
kondisi normal, biaya produksi naik 65%, harga jual turun 40% …..

87

12

Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam
dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000, harga jual
turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55% ………..

94

13

Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam
dengan harga jual Rp 202 500 pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3%,
dan 1.35% ……………………………………………………………

96

14

Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan
eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 483 per kg,
kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 396 770 per kg …………..

108

15

Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan
eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 204 per kg,
kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 349 409 per kg …………..

109

16

Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan
dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 464 per kg,
kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 510 301 per kg …………..

109

17

Nilai bobot Indikator Kinerja usahatani nilam dan industri kecil
penyulingan minyak nilam ………………………………………….

112

18

Daftar alternatif Indikator Kinerja Kunci …………………………..

115

19

Spesifikasi IKK ……………………………………………………..

116

20

Hubungan kontekstual tiap sub-elemen ……………………………….

118

18

21

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen sektor masyarakat yang terpengaruh sistem pemberdayaan
masyarakat agroindustri minyak atsiri ……………………………..

120

22

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen kebutuhan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri
minyak atsiri …………………………………………………………

123

23

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen kendala utama dalam pemberdayaan masyarakat
agroindustri minyak atsiri …………………………………………..

126

24

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen perubahan yang dimungkinkan dalam pemberdayaan
masyarakat agroindustri minyak atsiri ……………………………..

129

25

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen tujuan dari sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri
minyak atsiri ……………….

132

26

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem
pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri …………….

136

27

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan dalam
sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ……..

139

28

Hasil Reachability Matriks Final dan Interpretasi terhadap
elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat agroindustri minyak atsiri ………………………………

143

19

DAFTAR GAMBAR

1

Halaman
Model Berlian Porter (Porter 1990) .................................................
8

2

Tataniaga minyak atsiri (Dimodifikasi dari Ketaren 1985) .............

10

3

Deret siklus pembentukan rantai pasok ( Vorst et al. 2007) ……….

18

4

Tiga tipe dasar rantai pasok ( Vorst et al. 2007) ……………………

19

5

Sistem rantai pasok agroindustri (Vorst 2004) ……………………..

20

6

Perspektif analitik dari rantai pertanian (Ruben et al. 2006)………..

21

7

Rantai nilai industri minyak atsiri ( Departemen Perindustrian 2008)

25

8

Pola sub-klaster dan pola umum dalam rantai nilai IKM minyak atsiri
(Departemen Perindustrian 2008) ……………………………………

26

9

Rantai perdagangan minyak nilam di Sumatera dan Jawa ...................
(Rusli, Meika S. 2009)

27

10

Algoritma teknik optimasi Fibonacci ...................................................

29

11

Pembagian Level Bisnis berdasarkan Pendekatan IPMS (Bittici 1996) ..35

12

Cara pandang sistem terhadap rantai pasok (Vorst et al. 2002)..........

36

13

Struktur pendekatan sistem pada proses pengambilan keputusan …..

40

14

Struktur dasar SPK (Turban 1995) ………………………………….

41

15

Kerangka dasar pemikiran penelitian ……………………………….

45

16

Kerangka pemikiran penelitian ……………………………………..

47

17

Diagram alir tata laksana penelitian agroindustri minyak nilam
di perdesaan …………………………………………………………

53

18

Rantai pasok agroindustri minyak nilam ……………………………

55

19

Tanaman nilam ………………………………………………………

56

20

Tempat perajangan …………………………………………………..

58

21

Tempat penjemuran daun nilam …………………………………….

59

22

Rak pengeringan daun nilam ………………………………………..

59

23

Diagram alir proses pengolahan minyak nilam ……………………..

60

24

Alat penyulingan kapasitas 600 kg nilam kering ……………………

61

25

Klaster agroindustri minyak nilam ………………………………….

67

26

Diagram sebab-akibat agroindustri minyak nilam ………………….

69

27

Diagram input-output model pemberdayaan masyarakat
perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri …………………

71

20

28

Tampilan halaman depan PAP-Klaster ………………………………

73

29

Konfigurasi SPK PAP-Klaster ……………………………………….

74

30

Tampilan menu utama PAP-Klaster ………………………………….

76

31

Tampilan asumsi dan koefisiensi budidaya nilam PAP-Klaster ……...

78

32

Tampilan biaya produksi usahatani nilam PAP-Klaster ………………

78

33

Diagram alir model analisis kelayakan usaha ………………...............

84

34

Tampilan sub-model kelayakan usahatani nilam ……………………..

85

35

B/C ratio pada kondisi normal, biaya produksi naik 65%
dan harga jual turun 40% ……………………………………………..

88

36

Keuntungan per tahun pada kondisi normal, biaya produksi
naik 65%dan harga jual turun 40% …………………………………..

88

37

Tampilan biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam
PAP-Klaster …………………………………………………………..

89

38

Tampilan jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam
PAP-Klaster …………………………………………………………..

89

39

Tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan
minyak nilam …………………………………………………………

90

40

Diagram alir sub model kelayakan usaha industri kecil
penyulingan minyak nilam ……………………………………………

91

41

B/C ratio dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000,
harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55% ..

94

42

Keuntungan bersih per tahun dengan rendemen 1.2% pada
harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%,
harga jual turun 50% …………………………………………………

95

43

B/C ratio dengan harga jual Rp 202 500 pada rendemen 1.2%,
1.25%, 1.3%, dan 1.35% ………………………………………………

97

44

Keuntungan bersih per tahun dengan harga jual Rp 202 500 pada
remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.............................................

97

45

Analisis sensitivitas kesepakatan harga jual nilam dan minyak nilam … 110

46

Struktur hirarki kinerja usahatani dan industri kecil penyulingan ……..

47

Diagram alir ISM-VAXO ……………………………………………… 118

48

Struktur hirarki elemen sektor masyarakat yang terpengaruh ……… 121

49

Klasifikasi elemen sektor masyarakat yang terpengaruh
121
dalam diagram Driver Power-Dependence ……………………………..

50

Struktur hirarki elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan
124
masyarakat agroindustri minyak atsiri ………………………………

117

21

51

Klasifikasi elemen kebutuhan dari sistem pemberdayaan
124
masyarakat agroindustri minyak atsiri dalam diagram
Driver Power-Dependence …………………………………………

52

Struktur hirarki elemen kendala utama dalam pemberdayaan
127
masyarakat agroindustri minyak atsiri …………………………….

53

Klasifikasi elemen kendala utama dari sistem pemberdayaan
masyarakat perdesaan dalam diagram Driver Power-Dependence.

128

54

Struktur hirarki elemen perubahan yang dimungkinkan dalam
pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ……………

130

55

Klasifikasi elemen perubahan yang dimungkinkan pada sistem
pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam diagram
Driver Power-Dependence………………………………………………

131

56

Struktur hirarki elemen tujuan dari pemberdayaan masyarakat
agroindustri minyak atsiri …………………………………………

134

57

Klasifikasi elemen tujuan dari sistem pemberdayaan agroindustri
minyak atsiri dalam diagram Driver Power-Dependence ………….

134

58

Struktur hirarki elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari
pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ……………

137

59

Klasifikasi elemen tolok ukur untuk menilai tujuan dari sistem
138
pemberdayaan agroindustri minyak atsiri dalam diagram
Driver Power-Dependence ………………………………………………

60

Struktur hirarki elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan
dalam pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ……..

61

Klasifikasi elemen aktivitas yang dibutuhkan untuk tindakan
141
dalam sistem pemberdayaan agroindustri minyak atsiri dalam
diagram Driver Power-Dependence ……………………………………

62

Struktur hirarki elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri ……………..

63

Klasifikasi elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan
145
pemberdayaan agroindustri minyak atsiri dalam diagram
Driver Power-Dependence …………………………………………

64

Elemen kunci pemberdayaan masyarakat perdesaan PAP-Klaster …..

147

65

Model konseptual sistem kelembagaan pemberdayaan masyarakat
PAP-Klaster …………………………………………………………..

155

140

144

22

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Profil Usahatani, Industri Kecil Penyulingan dan
Pedagang/Pengumpul ……………………………………………..

L-1

2

Kuesioner Pembobotan Indikator Kinerja Usahatani dan

L-2

Industri Kecil Penyulingan ………………………………………..
3

Hasil Kesepakatan Harga Jual Nilam dan Minyak Nilam …………

L-3

4

Expert survey Interpretive Structural Modelling (ISM) …………..

L-4

5

Pedoman Operasional (Manual) Sistem Penunjang Keputusan

L-5

Pemberdayaan Masyarakat Agroindustri PAP-Klaster ……………
6

Pedoman Operasional (Manual) Program OPTSYS ……………….

L-6

23

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam

perumusan

strategi

serta

implementasi

pembangunan

dan

pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat perdesaan, sektor pertanian masih
merupakan tema sentral yang perlu mendapatkan perhatian dengan sangat serius dari
para pemangku kepentingan (stakeholders). Dengan struktur pertanian yang ada saat
ini, sulit dikatakan perbaikan menuju kesejahteraan masyarakat.

Saat ini

pengembangan agribisnis memerlukan langkah nyata untuk merangsang investasi,
meningkatkan nilai tambah, dan mencari pasar-pasar baru di dalam dan luar negeri.
Keseriusan upaya merangsang pertumbuhan tinggi di sekor pertanian adalah suatu
keharusan apabila ingin mengembangkan sistem agribisnis berkerakyatan yang lebih
modern, mengikuti irama desentralisasi dan responsif terhadap perubahan global.
Upaya perbaikan produktivitas dan penurunan harga input usaha tani untuk menekan
biaya dirasa belum mencukupi untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat desa dan
petani. Pembangunan agroindustri di daerah-daerah diarahkan pada pengembangan
usaha mikro (UM) yang bersifat padat karya, mampu memperluas kesempatan kerja
dan memeratakan kesempatan berusaha.
Data dari Biro Pusat Statistik (BPS 2009) menyatakan bahwa dari 44.6 juta
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Indonesia, 36 juta diantaranya
berupa UM yang mampu menyerap 96.77 % dari total tenaga kerja yang bekerja
(sekitar 79.04 juta orang).

Pembangunan agroindustri di daerah-daerah dapat

diwujudkan terutama melalui upaya pemihakan dan pemberdayaan masyarakat serta
optimalisasi nilai tambah setiap komoditi pertanian pada tingkat produsen. Diharapkan
peran agroindustri perdesaan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, kualitas
sumberdaya manusia, dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan
teknologi yang sesuai (compatible) dengan masyarakat perdesaan, sederhana, dan
efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan di perdesaan.

Salah satu

komoditas pertanian yang memiliki potensi yang besar adalah minyak atsiri yang
termasuk kedalam sub sektor agrobisnis perkebunan.

24

Agroindustri minyak atsiri memiliki potensi sumberdaya alam dan peluang pasar
yang sangat besar. Menurut BPS (Biro Pusat Statistik 2011), nilai ekspor minyak
atsiri Indonesia pada tahun 2010 sebesar US$ 330,89 juta dan pada tahun 2011 sebesar
US$ 438,16 juta. Sedangkan volume ekspornya pada tahun 2010 sebesar 330,879 ton
dan pada tahun 66.742,46 ton. Walaupun volume ekspor pada tahun 2011 cenderung
turun, tetapi karena harganya tinggi maka nilai ekspor pada tahun 2011 tetap
meningkat. Pangsa pasar ekspor Indonesia untuk minyak nilam adalah 85 %, minyak
pala 70 %, minyak cengkeh 63 %, dan minyak sereh 15 % (Departemen Perdagangan
2007). Dengan semakin ketatnya persaingan di pasar global dan tuntutan persyaratan
pasar negara maju semakin berat dengan diterapkannya peraturan Registration
Evaluation and Authorization Chemicals (REACH), maka industri minyak atsiri
Indonesia harus bisa meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan mutu produk yang
dihasilkan. Jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) minyak atsiri di
Indonesia sebanyak 2.900 unit usaha yang tersebar di Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku,
dan Papua yang mampu menyerap 14 500 tenaga kerja. Ketersediaan bahan baku
merupakan salah satu faktor penting bagi keberlanjutan produksi minyak atsiri di
Indonesia, baik secara kuantitas maupun kualitas (Departemen Perindustrian 2007).
Industri minyak atsiri saat ini dicirikan dengan harga yang sangat fluktuatif.
Kondisi ini tentunya tidak menguntungkan bagi semua pihak. Produsen menanggung
resiko

pendapatan yang tidak pasti bahkan kemungkinan merugi, sedangkan

konsumen yang merupakan produsen personal/home care product seperti sabun,
deterjen dan minyak wangi menanggung resiko biaya produksi yang tidak pasti.
Program cultiva dengan prinsip perdagangan yang adil, transparansi dan tanpa
spekulasi adalah suatu cara mengatasi hal tersebut. Program ini akan berhasil jika
petani dan penyuling mendapatkan harga yang dapat memberikan keuntungan yang
memadai (Dewan Atsiri Indonesia 2008).
Dalam penelitian ini minyak atsiri yang menjadi penelitian adalah minyak
nilam. Di antara berbagai minyak atsiri yang ada di Indonesia, minyak nilam
(patchouli oil) mempunyai pangsa pasar ekspor yang tinggi, dibandingkan dengan
jenis minyak atsiri lainnya. Data Ditjenbun (2008) menunjukkan pasar tujuan ekspor

25

minyak nilam Indonesia antara lain Singapura (37.17%), Amerika Serikat (17.92%),
Spanyol (16.45%), Perancis (8.856%), Switzerland (6.93%), Inggris (4.42%) dan
negara lainnya (8.26%). Areal penanaman nilam yang tercatat lebih dari 29 000 Ha,
secara teoritis bisa memenuhi permintaan dunia > 1 400 ton/th. Sebagian besar
tanaman nilam diusahakan oleh petani di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Lampung, dan Jawa Tengah (Ditjenbun 1998).
Posisi Indonesia sebagai pemasok terbesar minyak nilam tetapi tidak mampu
untuk menentukan harga minyak nilam di pasar dunia. Indonesia hanya sebagi price
taker dalam perdagangan minyak nilam. Tingginya nilai minyak nilam dalam negeri
dan di tingkat internasional ini tidak dirasakan manfaatnya secara signifikan ditingkat
petani, ditambah lagi dengan permasalahan tingkat permintaan dunia yang semakin
tinggi akan tetapi produksi minyak nilam Indonesia semakin menurun. Harga minyak
nilam di pasar internasional sangat fluktuatif. Data dari Food and Agriculture
Organization/FAO (2009) menunjukkan harga minyak nilam antara tahun 2000-2007
rata-rata sebesar US$ 28.83/kg dengan kisaran harga antara US$ 17-40 per kg.
Fluktuasi harga di pasar internasional yang tinggi tersebut tentunya berimbas pada
fluktuasi harga minyak nilam dan harga terna di dalam negeri. Pada September 2007
harga minyak nilam bergejolak sangat tajam karena jumlah produksinya menurun
tajam, diperkirakan produksinya berkurang hampir separuh dari kondisi normal. Hal
ini disebabkan pada tahun 2007 kombinasi cuaca tidak mendukung, harga yang tidak
atraktif pada tahun 2006 dibandingkan dengan komoditas lainnya dan adanya penyakit
tanaman (Dewan Atsiri Indonesia 2008). Kondisi ini menyebabkan tingkat resiko
kerugian dari usahatani nilam dan usaha agroindustri minyak nilam menjadi tinggi.
Tinginya tingkat resiko kerugian ini merupakan suatu kendala bagi
pengembangan industri nilam di Indonesia. Upaya untuk mengatasi hal tersebut
tengah dilakukan dengan meluncurkan program Cultiva Nilam yang mengatur harga
pembelian nilam dan minyak nilam dari petani hingga pemakai akhir di negara tujuan
ekspor. Berdasarkan prinsip Good Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing
Practice (GMP), fairly trade, peniadaan perdagangan spekulatif, transparansi, dan
keikutsertaan secara sukarela diharapkan akan tercapai kesepakatan harga pada tingkat
yang wajar diantara para pelaku industri nilam yang tergabung dalam program Cultiva
Nilam (Rusli 2008).

26

Minyak nilam didapat dari hasil penyulingan daun dan ranting tanaman nilam
(Pogostemon cablin Benth) dan banyak digunakan sebagai bahan campuran
pembuatan kosmetik, farmasi dan aromaterapi yang berfungsi sebagai zat
pengikat/fixative agent. Bahkan saat ini minyak nilam mulai digunakan juga sebagai
insektisida nabati (Ketaren 1985).
Minyak nilam sebagian besar diusahakan rakyat dalam usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), lahan yang relatif sempit, modal terbatas, ketrampilan terbatas,
peralatan dan teknologi sederhana dan akses informasi terbatas. Pelaku usaha,
industri/institusi pendukung dan pemerintah memiliki program pengembangan
sendiri-sendiri, kurang terkoordinasi dan kurang saling mendukung. Kondisi tersebut
menyebabkan daya saing minyak nilam rendah, karena produktivitas usaha dan
kualitasnya rendah.
Menurut Syahza Almasdi (2006) dalam penelitiannya tentang kebijakan
strategis untuk memperbesar atau mempercepat pertumbuhan sektor pertanian,
khususnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Faktor
pendukung pembangunan ekonomi pedesaan, antara lain peran perguruan tinggi,
pengusaha, lembaga perkreditan, pengusaha tani (petani), instansi terkait, dan koperasi
sebagai badan usaha. Metode yang digunakan adalah RRA (Rural Rapid Appraisal).
Subejo dan Supriyanto (2004) meneliti tentang paradigma baru pendekatan
pembangunan agroindustri dengan keberpihakan pada masyarakat pedesaan serta
memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk
memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola
sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking.
Oleh karena itu salah satu upaya agar dapat menghasilkan minyak nilam
dengan daya saing tinggi adalah dengan pembentukan klaster agroindustri minyak
nilam yang pelakunya adalah petani nilam, industri kecil penyulingan minyak nilam,
industri penyulingan besar dan eksportir minyak nilam, pedagang, lembaga keuangan,
lembaga penelitian, industri pengguna, industri perkakas, dan industri terkait lainnya.
Dalam klaster agroindustri minyak nilam akan terbentuk jaringan dan aliansi pelaku
agribisnis sehingga menciptakan sebuah mata rantai nilai yang akan meningkatkan
nilai tambah pada rantai nilai tersebut. Menurut Priyono (2008) dalam penelitiannya di

27

kabupaten Trenggalek, besarnya marjin pemasaran nilam untuk saluran (petani,
tengkulak, sampai penyuling) adalah sebesar Rp 200 per kg. Distribusi ini merupakan
distribusi terbesar yang dimiliki tengkulak. Selisih keuntungan untuk penjualan nilam
dari petani langsung ke penyuling dan dari petani ke tengkulak adalah sebesar Rp 140
per kg. Dalam hal ini berarti petani akan lebih untung menjual hasil nilamnya
langsung ke pabrik daripada menjual nilam ke tengkulak. Industri ini hanya akan
berhasil jika memberikan keuntungan yang pasti dan layak bagi pelaku-pelaku
agribisnis terutama usaha tani nilam dan usaha agroindustri penyulingan minyak
nilam.
Berdasarkan berbagai fenomena tersebut diperlukan upaya yang dapat
mendukung program industrialisasi berbasiskan minyak atsiri. Program industrialisasi
ini merupakan pendukung pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
perdesaan. Penelitian tentang rancang bangun model pemberdayaan masyarakat
perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan sebagai alternatif
pemecahan masalah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan
agroindustri minyak atsiri melalui peningkatan pendapatan para pelaku usaha dan
peningkatan nilai tambah pada rantai nilai klaster agroindustri minyak atsiri.
Kebaruan dari penelitian ini adalah dihasilkannya model pemberdayaan
masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri yang mengintegrasikan
rantai pasok (supply chain) dan rantai nilai (value chain) dalam klaster agroindustri
minyak atsiri.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan

model

sistem

penunjang

keputusan

dalam

klaster

agroindustri minyak atsiri yang dapat digunakan oleh para pengambil
keputusan
2. Menghasilkan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster
agroindustri minyak atsiri dalam meningkatkan nilai tambah pada rantai
nilai.

28

Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Obyek penelitian ini pada klaster agroindustri minyak nilam di Kabupaten
Kuningan dan Brebes yang terdiri dari petani nilam, industri kecil
penyulingan minyak nilam, pedagang nilam, dan pedagang minyak nilam
2. Sistem rantai pasok yang dipelajari meliputi produksi nilam pada
usahatani, pasokan nilam pada industri kecil penyulingan, produksi minyak
nilam, pasokan minyak nilam pada industri penyulingan/eksportir.
3. Evaluasi kelayakan usahatani dan industri kecil penyulingan ditinjau dari
aspek analisis finansial.
4. Kesepakatan/keseimbangan harga difokuskan pada harga jual nilam dan
minyak nilam.
5. Kinerja klaster agroindustri minyak nilam didasarkan pada kinerja
usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk pengembangan
ilmu maupun aplikasinya. Sebagai pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai rujukan dalam penelitian lanjutan mengenai model pemberdayaan
masyarakat perdesaan pada bidang lain. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
bermanfaat sebagai rujukan bagi

pemangku kepentingan (stakeholder) dalam

pengembangan agroindustri minyak atsiri.

Keluaran Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah: (1) suatu perangkat lunak sistem pendukung
keputusan pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak
atsiri yang dinamakan “PAP-Klaster”, (2) rekomendasi model pemberdayaan
masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri.

29

KAJIAN PUSTAKA

Klaster Agroindustri Minyak Atsiri
Porter (1998) menyatakan klaster adalah suatu kelompok perusahaanperusahaan dan lembaga-lembaga asosiasi yang saling berhubungan, berdekatan
secara geografis, yang dikaitkan oleh kebersamaan (commonalities) dan saling
melengkapi

(complementories).

Dalam

konteks

ekonomi/bisnis,

“klaster

industri (industrial cluster)” adalah kelompok industri dengan focal/core industry
yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan
supporting industry maupun related industry (Deperindag 2000). Klaster merupakan
jaringan produksi dari perusahaan-perusahaan yang saling bergantungan secara erat
(termasuk pemasok yang terspesialisasi), agen penghasil pengetahuan (perguruan
tinggi, lembaga riset, perusahaan rekayasa), lembaga perantara/bridging institution
(broker, konsultan) dan pelanggan, yang terkait satu dengan lainnya dalam suatu
rant