Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat

(1)

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN

TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT

TESIS

Oleh

GITA ALFIANI FATRIA

087018024/EP

SE

K O L A

H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(2)

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN

TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

GITA ALFIANI FATRIA

087018024/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT

Nama Mahasiswa : Gita Alfiani Fatria

Nomor Pokok : 087018024

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Dr. Murni Daulay, M.Si) Ketua

(Drs. Iskandar Syarief, M.A) Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si

Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, M.A

2. Dr. Rahmanta, M.Si 3. Drs. Rujiman, M.A


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN

TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 3 September 2010

Gita Alfiani Fatria


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan infrastruktur, pembiayaan bantuan kredit (ekonomi bergulir), dan bantuan beasiswa pendidikan perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pada pembahasan pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan kesejahteraan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah sampel 100, sedangkan model analisis yang digunakan adalah binary response regression dengan logit model, dengan probabilitas masyarakat yang mendapatkan manfaat dengan adanya pembiayaan infrastruktur, pembiayaan ekonomi bergulir (bantuan kredit), dan bantuan beasiswa perorangan diberi nilai satu (1), jika tidak adanya manfaat diberi nilai nol (0).

Pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan 95 %, dari pengujian ketiga variabel diperoleh hasil koefisien variabel bernilai positif dan signifikan. Maka hasil yang didapat adalah adanya peningkatan kesejahteraan dengan adanya pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan di kecamatan Stabat.

Kata kunci : Bantuan Infrastruktur, Bantuan Kredit (Ekonomi Bergulir), Bantuan Beasiswa Pendidikan Perorangan, dan Kesejahteraan Masyarakat.


(7)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of infrastructure financing, financing loans (economy rolling), and individual scholarship from the national community empowerment program (PNPM) for enchancing the welfare of rural independent society.

In discussing the effect of financing to increase the welfare way of sampling in this research is by using simple random sampling method with a total sample of 100, while the analytical model used is a binary response with a logit regression model, with the probability of benefiting society with financing of infrastructure, economy revolving financing (loans), and individual scholarship aid given a value of one (1), otherwise the benefit is zero rated (0).

Tests carried out with 95% confidence level, from the third test result variable coefficients are positive and significant. So the result obtained is an increase in welfare with the financing of the National Program for Community Empowerment (PNPM) Stabat independent rural districts.

Keywords : Infrastructure Aid, Assistance Credit (Revolving Economic), Individual Education Scholarship Assistance, and Social Welfare.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Ucapan Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan KaruniaNya kepada penulis dalam meyelesaikan tesis yang berjudul “ Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan- kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, segi penulisan, tata bahasa dan bentuk ilmiahnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya sumbangan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan penulisan tesis ini. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Selama mengerjakan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, pemikiran, semangat dan doa. Atas segala bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1.Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2.Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. MSc selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana, Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Wakil Direktur I Sekolah Pascasarjana, dan Bapak Dr. Pandapotan

Nasution, MS selaku Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

3.Ibu Dr. Murni Daulay, MSi selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Iskandar

Syarief, MA selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan


(9)

4.Seluruh Dosen pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan.

5.Bapak Camat, Lurah, Kepala Desa, dan masyarakat di Kecamatan Stabat yang telah membantu memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan tesis ini.

6.Kedua Orang tua penulis yang sangat penulis sayangi dan banggakan ayahanda H.Muhammad Nur, Ssos dan Ibunda Hj.Deslidel, Sst ,dan seluruh keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, dana, terlebih doa yang tulus untuk penulis. Terimakasih untuk segala hal yang dilakukan untuk penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak, semoga segala bantuan dan segala dukungan yang telah diberikan, mendapatkan Rahmat dari Allah SWT.

Medan, Juli 2010

Gita Alfiani Fatria


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Gita Alfiani Fatria

Tempat dan Tanggal Lahir : Pekanbaru / 29 Agustus 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : H. Muhammad Nur S.Sos

Ibu : Hj. Deslidel S.St

Alamat Rumah : Jl. Sembilang No.1, Pekanbaru

Pendidikan

1. Tahun 1992-1998 : SDN 029 Tanjung Pinang 2. Tahun 1998-2001 : SLTP N 13 Pekanbaru 3. Tahun 2001-2004 : SMU N 8 Pekanbaru 4. Tahun 2004-2008 : Universitas Riau

6. Tahun 2008-2010 : Program Studi Ekonomi Pembangunan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1. Latar Belakang Masalah... 1

1. 2. Rumusan Masalah ... 9

1. 3. Tujuan Penelitian ……….. ... 10

1. 4. Manfaat Penelitian ... ……….. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 12

2.2. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 17

2.3. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil ... 23

2.4. Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan... 25

2.5. Konsep Partisipasi Masyarakat ... 27

2.6. Studi Empiris Penelitian terdahulu ... ……….. 30

2.7. Kerangka Berpikir ... ……….. 31


(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3. 1. Ruang Lingkup Penelitian ... ……….. 33

3. 2. Lokasi Penelitian ... ……….. 33

3. 3. Jenis dan Sumber Data ... ……….. 33

3. 4. Populasi dan Sampel ... ……….. 34

3. 5. Metode Analisis Data ... ……….. 35

3. 6. Definisi Operasional ... ……….. 37

3. 7. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) ... ……….. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39

4. 1. Kabupaten Langkat ... ……….. 39

4. 2. Kondisi Wilayah ... ……….. 41

4. 3. Kecamatan Stabat ... ……….. 41

4. 4. Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Stabat... ……….. 47

4. 5. Karakteristik Masyarakat Di Kecamatan Stabat ... ……….. 88

4. 6. Pengujian Empiris dan Hipotesis ... ……….. 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5. 1. Kesimpulan ... ……….. 98

5. 2. Saran ... ……….. 99


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Data Masyarakat penerima PNPM di Kecamatan Stabat

Tahun 2009 ... 35

4.1. Data Penduduk Kecamatan Stabat Tahun 2009... 42

4.2. Tingkat Umur Masyarakat Yang Memperoleh Pembiayaan Dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 89

4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Yang Memperoleh Pembiayaan Dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ... 90

4.4. Realisasi Pembiayaan PNPM Mandiri di Kecamatan Stabat ... 91

4.5. Jenis Program Yang Dikelola Masyarakat ... 92

4.6. Dependent Variable Frequencies... 94


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Alur Tahapan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Pedesaan ……… 6

1.2 Mekanisme Penyaluran Dana Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri Pedesaan ... 7 2.1 Kerangka Berpikir Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner ……… 103 2. Data Lapangan ………. 105 3. Hasil Uji Logit Regresi ……… 108


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan infrastruktur, pembiayaan bantuan kredit (ekonomi bergulir), dan bantuan beasiswa pendidikan perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pada pembahasan pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan kesejahteraan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah sampel 100, sedangkan model analisis yang digunakan adalah binary response regression dengan logit model, dengan probabilitas masyarakat yang mendapatkan manfaat dengan adanya pembiayaan infrastruktur, pembiayaan ekonomi bergulir (bantuan kredit), dan bantuan beasiswa perorangan diberi nilai satu (1), jika tidak adanya manfaat diberi nilai nol (0).

Pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan 95 %, dari pengujian ketiga variabel diperoleh hasil koefisien variabel bernilai positif dan signifikan. Maka hasil yang didapat adalah adanya peningkatan kesejahteraan dengan adanya pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan di kecamatan Stabat.

Kata kunci : Bantuan Infrastruktur, Bantuan Kredit (Ekonomi Bergulir), Bantuan Beasiswa Pendidikan Perorangan, dan Kesejahteraan Masyarakat.


(17)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of infrastructure financing, financing loans (economy rolling), and individual scholarship from the national community empowerment program (PNPM) for enchancing the welfare of rural independent society.

In discussing the effect of financing to increase the welfare way of sampling in this research is by using simple random sampling method with a total sample of 100, while the analytical model used is a binary response with a logit regression model, with the probability of benefiting society with financing of infrastructure, economy revolving financing (loans), and individual scholarship aid given a value of one (1), otherwise the benefit is zero rated (0).

Tests carried out with 95% confidence level, from the third test result variable coefficients are positive and significant. So the result obtained is an increase in welfare with the financing of the National Program for Community Empowerment (PNPM) Stabat independent rural districts.

Keywords : Infrastructure Aid, Assistance Credit (Revolving Economic), Individual Education Scholarship Assistance, and Social Welfare.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai sebagai hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut, kebijakan, prakarsa dan kemampuan sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat telah membuka peluang dan kesempatan luas bagi daerah untuk merekonstruksikan format penyelenggaraan pemerintahan lokal yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat, karena Otonomi Daerah harus dibarengi dengan basis kultural masyarakat lokal.

Format baru dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan lokal yang merupakan reformasi dari sistem sebelumnya semestinya dibangun diatas tatanan budaya, adat-istiadat dan nilai-nilai lokal yang dapat memberikan ruang publik untuk berpartisipasi dan akses dalam politik lokal yang bertumpu pada semangat egaliterian dalam kehidupan masyarakat madani.

Kemiskinan bukan hanya permasalahan ekonomi semata, tetapi lebih merupakan hasil akhir dari interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya. Untuk mengatasi permasalahan ini sangat diperlukan suatu proses pemberdayaan.


(19)

Dengan pemberdayaan akan dapat membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan masyarakat dapat bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri.

Provinsi Sumatera Utara yang kaya akan sumberdaya alamnya, dari tahun ke tahun terus terjadi peningkatan yang signifikan terhadap penduduk miskin, dimana kemiskinan di Sumatera Utara bukan disebabkan oleh kemiskinan alami semata, tetapi lebih disebabkan oleh kemiskinan struktural yang multi dimensional, yakni suatu keadaan dimana kebijakan pembangunan yang tidak memihak pada orang miskin. Menurut Mubyarto (1995) kemiskinan struktural merupakan jenis keadaan kemiskinan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Adapun penyebab di Kecamatan Stabat antara lain: 1) masalah rendahnya pendidikan, 2) akumulasi modal yang rendah, 3) kurangnya keterampilan masyarakat.

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk peningkatan pendapatan masyarakat dengan meningkatnya pendapatan maka kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Kesejahteraan adalah melalui peningkatan akses pada pemeliharaan kesehatan, program pengentasan kemiskinan dan pelayanan pendidikan. Keduanya


(20)

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumberdaya pembangunan. Sasaran pembangunan yang berorientasi pada wilayah tertinggal adalah peningkatan dan pembangunan infrastruktur pedesaan yang diperlukan pada desa-desa tertinggal untuk memperbaiki dan membangun irigasi, jalan umum dan prasarana air bersih.

Dewasa ini dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat kecil dalam hal ini adalah masyarakat pedesaan pemerintah telah banyak mengeluarkan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan. Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri dimulai tahun 2007 yang terdiri dari progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan, progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perkotaan dan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dalam hal dari pemerintah pusat hingga ke pemerintah daerah dan berkelanjutan melalui beberapa tahapan yang berkesinambungan. Pendekatan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan merupakan pengembangan dari program pengembangan kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan program pengembangan kecamatan (PPK) adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri merupakan kelanjutan


(21)

dari program pengembangan kecamatan (PPK) namun perbedaan diantaranya menyangkut masalah sharing dana antar pusat dan daerah, program pengembangan kecamatan (PPK) murni anggaran dari pusat sedangkan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri sharing pusat dan daerah, serta program pengembangan kecamatan (PPK) tidak tampak pemberdayaannya.

Visi progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumberdaya di luar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan adalah:

1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;

4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat;

5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Sedangkan tujuan khusus progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan antara lain : meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat,


(22)

melembagakan pengelolaan pembangunan, pengembangan kapasitas pemerintahan desa, menyediakan prasarana sosial, melembagakan pengelolaan dana bergulir, mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa dan mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan. (Depdagri RI, 2008)

Progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan No. 25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).

Pelaksanaan program ini pada seluruh pedesaan di Indonesia, dimana yang menjadi sasarannya adalah masyarakat miskin pedesaan, kelembagaan masyarakat dipedesaan dan kelembagaan pemerintahan lokal. Pendanaan program ini bersumber dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta swadaya masyarakat dan partisipasi dunia usaha. Berikut ini alur tahapan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan yang dilaksanakan sebagai berikut:


(23)

ORIENTASI DAN PENGAMATAN LAPANGAN ALUR TAHAPAN PNPM MANDIRI PEDESAAN

MAD Sosialisasi Musdes Sosialisasi EVALUASI Operasional Pemeliharaan Musdes Serah Terima

Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Kader Pemberdayaan Mayarakat Desa/Kelurahan PenggalianGagasan Musy. Desa Khusus Perempuan Form : Survey disusun

criteria kesejahteraan pemetaan RTM diagram kelembagaan kalender musim peta sosial

Supervisi Pelaksanaan, Kunjungan Antar Desa, Pelatihan Tim Pemeliharaan

Musdes Perencanaan

Penulisan Usulan dg/tanpa desain RAB

Verifikasi Usulan Musdes Pertanggung

jawaban

Suprvisi Pelaksanaan dan Kunjungan Antar Desa

1.Visi Desa. 2.Peta Sosial Desa 3.Usulan Peta (BI M, ADD, PJM, lainnya 4.PJM (RKP Des, RPJM Des

Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan Persiapan

Pelaksanaan (Pendaftaran tenaga, pelatihan TKP, UPK, dan pelaku desa lainnya Musrembang Kab Fonim SKPD Musdes Informasi Hasil MAD MAD Prioritas Usulan -Rangkaian Usulan -Renstra Kecamatan

Desain & RAB Verifikasi Teknis SPP MAD

Penetapan Usulan

Penetapan Pendanaan Usulan Kecamatan

Sumber: Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Pedesaan (2008)

Gambar 1.1 Alur Tahapan Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan


(24)

Gambar di atas menjelaskan bahwa tahapan dalam progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dimulai dari perencanaan kegiatan yang terdiri dari sub kegiatan musyawarah antar desa (MAD) sosialiasasi, musyawarah desa (Musdes) sosialisasi, pelatihan kader pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan, penggalian gagasan, musyawarah desa khusus perempuan, musyawarah perencanaan, penulisan usulan desa, verifikasi usulan, musyawarah antar desa prioritas usulan, musyawarah antar desa penetapan usulan, musyawarah desa informasi hasil musyawarah antar desa, pengesahan dokumen surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB). Kemudian pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan pelaksanaan, pelaksanaan, musyawarah desa pertanggung jawaban, sertifikasi, revisi kegiatan, dokumentasi kegiatan, penyelesaian kegiatan. Pelestarian kegiatan, meliputi: hasil kegiatan, proses pelestarian, komponen pendukung pelestarian, sistem pemeliharaan dan pelatihan pemeliharaan. Kemudian mekanisme penyaluran dana bantuan ini antara lain dapat dilihat dari gambar berikut:

Tahap Terakhir Proses Penyelesaian

Penyiapan

Masih Habis

Uang masuk ke Kas TPK

Tahap Pencairan

UPK SPPB + RPD + LPD + KW 2 + SKMP tahap akhir Pencairan Tahap

Catatan kegiatan yg harus dibayar


(25)

Pembayaran Buku bukti Pembukuan

Sumber: (Depdagri RI, 2008)

Gambar 1.2 Mekanisme Penyaluran Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri Pedesaan

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa proses penyaluran dana dari rekening kolektif BLM yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa, dengan mekanisme 1) pembuatan surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) antara Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dengan Tim Pengelola Kegiatan (TPK), 2) Tim Pengelola Kegiatan (TPK) menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan dan 3) untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebelum dilengkapi bukti-bukti yang sah.

Berbagai program dari pemerintah tersebut merupakan upaya nyata dalam rangka memberdayakan masyarakat pedesaan agar masyarakat dapat lebih mandiri. Namun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan khususnya yang terjadi di Kecamatan Stabat ditemukan beberapa fenomena:

1. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan berdasarkan Juklat diperuntukkan bagi masyarakat miskin sedangkan dalam pelaksanaannya kurang melibatkan masyarakat miskin, hal ini terbukti hampir


(26)

90% dana pada simpan pinjam diperuntukkan bagi pedagang, petani dan mereka yang sudah memiliki usaha, sedangkan masyarakat miskin sulit memperoleh dana tersebut.

2. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dikelola oleh tim pengelola yang menguasai permasalahan di lapangan, namun kenyataannya masih terkesan kurang terampilnya unit pengelola kegiatan (UPK) yang mengelola program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan hal ini dapat dilihat dari lambannya setiap penyaluran dana kepada masyarakat.

3. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan diperuntukkan kepada masyarakat dalam rangka pemberdayaan, namun masyarakat masih kurang respek terhadap program ini, karena mereka merasa kurang diikutsertakan dalam pelaksanannya.

4. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan dilaksanakan berdasarkan partisipasi masyarakat, namun adanya indikasi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan swadaya dalam rangka pembangunan di pedesaaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini memfokuskan tingkat partisipasi masyarakat khususnya mengenai kegiatan simpan pinjam dalam sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat” .


(27)

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan sebagai berikut:

1. Apakah pembiayaan bantuan infrastruktur dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat?

2. Apakah pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat?

3. Apakah pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat?

1. 3. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan :

1. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan infrastruktur dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(28)

3. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1. 4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bahan informasi dan bermanfaat:

1. Bagi Penulis memberikan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya dalam bidang penelitian.

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Langkat dalam rangka memberdayakan masyarakat di pedesaan, khususnya di Kecamatan Stabat.

3. Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian lebih lanjut mengenai upaya mewujudkan kemandirian masyarakat pedesaan.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan.

Program penanggulangan kemiskinan pada program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terdiri dari tiga kelompok program, antara lain adalah :

a. Bantuan dan perlindungan sosial, dengan tujuan untuk mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin.

Karakteristik kegiatan program yang bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih.

b. Pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin.

Karakteristik pendekatan partisipatif berdasarkan kebutuhan masyarakat, penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, dan pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat secara swakelola dan berkelompok.

c. Pemberdayaan Usaha Mikro dan kecil, dengan tujuan meningkatkan tabungan dan menjamin keberlanjutan berusaha pelaku usaha mikro dan kecil.

Karekteristik memberikan bantuan modal atau pembiayaan dalam skala mikro, memperkuat kemandirian berusaha dan akses pada pasar, meningkatkan keterampilan dan manajemen usaha.


(30)

a. Pengertian dan Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri

Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah :

1. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak


(31)

untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri ini adalah :

1. Tujuan Umum

Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.


(32)

e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

b. Komponen Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen program sebagai berikut :

1. Pengembangan Masyarakat.

Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai.

Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, diesediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan


(33)

relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

2. Bantuan Langsung Masyarakat.

Komponen bantuan langsung masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin.

3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal

Komponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok perduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif dan sebagainya.

4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program

Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program.


(34)

c. Ruang Lingkup Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Ruang lingkup kegiatan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi :

1. Penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana lingkungan pemukiman, sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya.

2. Penyediaan sumberdaya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini.

3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs.

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

 

2. 2. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan menyediakan dana langsung dari pusat (APBN) dan daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di kecamatan. Masyarakat desa dapat mempergunakan dana tersebut sebagai hibah untuk membangun sarana dan prasarana penunjang


(35)

produktivitas desa, pinjaman bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Setiap penyaluran dana yang turun ke masyarakat harus sesuai dengan dokumen yang dikirimkan ke pusat agar memudahkan penelusuran. Warga desa, dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola Kegiatan (TPK) di tingkat kecamatan mendapatkan peningkatan kapasitas dalam pembukuan, manajemen data, pengarsipan dokumen dan pengelolaan uang atau dana secara umum, serta peningkatan kapasitas lainnya terkait upaya pembangunan manusia dan pengelolaan pembangunan wilayah pedesaan.

Dalam pelaksanaannya, pengalokasikan dana bantuan langsung bagi masyarakat (BLM) program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan dilakukan melalui skema pembiayaan bersama (cost sharing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda), seperti yang telah berhasil dilakukan dalam program pengembangan kecamatan (PPK III pada tahun 2005 sampai tahun 2007 dan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM). Besarnya cost sharing ini disesuaikan dengan kapasitas fiskal masing-masing daerah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 73/ PMK.02/2006 per 30 Agustus 2006.

Melihat kegiatan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan yang ditargetkan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan, maka program ini


(36)

telah menerima dana hibah yang cukup besar dari sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan. Melalui program pengembangan kecamatan (PPK) dan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) hingga 2007, program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan telah menghimpun lebih dari 168,3 dolar AS dalam bentuk trust funds dan hibah dari berbagai Negara atau lembaga penyandang dana. Hibah atau trust funds tersebut merupakan wujud dukungan dan kepercayaan atas keberhasilan program pemberdayaan masyarakat terbesar di Indonesia ini.

Dana bergulir secara khusus untuk pengembangan ekonomi masyarakat dikelola oleh Unit Pengelola Ekonomi hanya dapat digunakan untuk (Sutjiono,2005):(1) pinjaman untuk kegiatan prasarana yang bersifat individual, misalnya untuk perbaikan rumah, pembuatan Toilet dan lain lain. Dana bergulir ini juga dapat digunakan untuk kepentingan lingkungan dan sosial, seperti beasiswa dan pelatihan khusus untuk warga tidak miskin; (2) pinjaman untuk kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan produktif yang dijalankan oleh para anggotanya.

Adanya program pemerintah untuk mengatasi rendahnya investasi, pengangguran dan kemiskinan, yaitu program pemihakan ekonomi yang bersifat pemberdayaan golongan ekonomi lemah dan pengadaan infrastruktur yang mendukung. Pemihakan pada golongan ini adalah pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Pada masa krisis di tahun 1997/1998, usaha mikro dan kecil dianggap sebagai


(37)

katup penyelamat ekonomi Indonesia. Bank menyalurkan dananya berupa kredit ke sektor usaha mikro dan kecil karena memandang adanya peluang bisnis yang besar di sektor ini. (Ade, 2006)

Investasi disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal, merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Beberapa faktor yang menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian yaitu tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh, suku bunga, ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya serta keuntungan yang diperoleh. Investasi yang direncanakan, hanya akan dilaksanakan apabila tingkat keuntungan yang akan diperoleh adalah lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar. (Sukirno, 2004)

Pemberdayaan masyarakat mengandung pengertian memihak (targeting), mempersiapkan (enabling), dan melindungi (protecting). Untuk itu diperlukan mitra yang partisipatif dalam memberikan investasi. (Sri, 2007).

Sukirno (2004) mendefinisikan modal sebagai segala barang-barang yang akan diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang akan digunakan oleh masyarakat. Barang-barang dan jasa yang dihasilkan berguna untuk meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan manusia tersebut.


(38)

Keynes berpendapat pentingnya kebijaksanaan stabilisasi harga. Perubahan harga mempunyai efek yang berbeda terhadap tiga golongan utama penduduk, yakni investor (yang menginvestasikan tabungan), pengusaha (enterpreneur), dan penerima upah (tenaga kerja). Secara umum, inflasi akan menyulitkan golongan penduduk pertama, sedangkan deflasi akan menyulitkan golongan kedua dan ketiga. Kebijaksanaan stabilisasi harga diperlukan untuk mengatasi kesulitan yang timbul dari inflasi maupun deflasi. (Nopirin, 2002)

Pendapatan yang diterima dari suatu kegiatan penanaman modal biasanya akan diterima dalam beberapa tahun. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat diketahui dengan menghitung nilai sekarang pendapatan yang diperoleh di masa depan atau menghitung tingkat pengembalian modal (keuntungan). Cara ini digunakan perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari sesuatu investasi yang akan dilakukan. Suatu investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar dari pada nilai sekarang modal yang diinvestasikan.

Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah M, penanaman modal dikatakan menguntungkan jika nilai sekarang (NS) lebih besar dari M. Untuk menghitung NS dan M digunakan rumus dibawah ini (Sukirno, 2004) :

     

 

n

n r Y r Y r Y r Y NS          1 1 1 1 3 3 2 2

1

    

n

n R Y R Y R Y R Y M          1 1 1 1 3 3 2 2


(39)

Dimana dalam persamaan diatas :

a. NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh antara tahun 1 sehingga tahun n, apabila dimisalkan investasi tersebut didepresiasikan pada tahun n.

b. hingga adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan antara tahun 1 hingga tahun n.

3 2 1,Y ,Y

Y Yn

c. r adalah suku bunga.

d. R adalah tingkat pengembalian modal.

Dalam teori ekonomi mikro terdapat suatu konsep yang dikenal dengan teori ekonomi terapan yang dikaitkan dengan teori kebijaksanaan ekonomi. Konsep ekonomi yang dimaksud adalah konsep ekonomi kesejahteraan (welfare economics) . Tugas pokok dari welfare economics adalah membanding-bandingkan berbagai kondisi perekonomian (economic state) untuk menentukan apakah perubahan kondisi perekonomian menjurus ke arah yang lebih baik atau sebaliknya.

Pendapat Klasik, Adam Smith menganggap ekonomi kesejahteraan (welfare economics) identik dengan teori akumulasi kapital yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan bisa diperoleh dengan meningkatkan laba. Menurut Smith, cara terbaik untuk meningkatkan laba ialah melakukan investasi, dengan membeli mesin-mesin dan peralatan canggih. Dengan mesin-mesin dan peralatan yang lebih canggih maka produktivitas labor akan semakin meningkat. Peningkatan produktivitas labor ini berarti peningkatan produksi perusahaan. Karena Smith menganggap pentingnya akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi, maka


(40)

sistem yang dianut Smith disebut sistem liberal (karena memberikan keleluasaan yang besar bagi setiap individu untuk bertindak dalam perekonomian, juga disebut sistem ekonomi kapitalisme (karena sangat menekankan arti akumulasi kapital dalam pembangunan ekonomi). (Cornelis, 2005)

Dalam mengembangkan konsep pemberdayaan ekonomi rakyat terdapat dua strategi. Strategi pertama, adalah memberi peluang agar masyarakat dapat tetap maju. Strategi kedua, memperdayakan (enpowerment) sektor ekonomi mikro, kecil dan menengah dengan memperkuat potensi atau daya yang mereka miliki, misalnya membuka akses pada berbagai peluang usaha yang menjadikan mereka makin berdaya, dan penyediaan berbagai masukan dan fasilitas usaha mereka (misalnya, akses dalam pendidikan, pelayanan kesehatan, akses pada modal, informasi, teknologi baru dan lapangan kerja).

2.3. Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil

Pengertian usaha kecil pada dasarnya mengacu pada undang-undang Republik Indonesia nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil yaitu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Di dalam pasal tersebut usaha kecil meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Pengertian usaha kecil informal adalah usaha kecil yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima dan


(41)

pemulung. Usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun yang berkaitan dengan seni dan budaya yang dimiliki dan menghidupi sebagian besar rakyat. Usaha informal dan tradisional ini cenderung dilihat dengan emosional, bukan rasional. Ketika perekonomian berjalan baik, tidak banyak orang yang mau memperhatikan sektor informal ini. Situasi tersebut berubah setelah terjadi krisis ekonomi di akhir tahun 1990-an (Priyono,2004). Muncul kesadaran bahwa landasan perekonomian yang dibangun dengan konglomerasi ternyata sangat rapuh. Hal tersebut membuat orang mulai berpaling pada sektor informal.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang disebut usaha mikro ialah usaha yang dilakukan orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah dimasuki dan keluar, dengan jumlah tenaga kerja di bawah 3 orang.

Pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan bagi usaha mikro dan kecil diberikan kepada pedagang dan pengusaha kecil atau rumahtangga lokal, yang mana selain mendapatkan pinjaman juga berpartisipasi dalam kegiatan simpan pinjam.

Usaha mikro dan kecil masih memiliki banyak permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan dari otoritas untuk mengatasi keterbatasan akses kredit atau sumber permodalan lain dan akses pasar. Usaha mikro dan kecil diarahkan untuk mengkoreksi kesenjangan antara usaha besar dengan usaha mikro dan kecil, sehingga


(42)

sifatnya adalah tambal-sulam. Padahal seperti kita ketahui bahwa berlakunya kebijakan yang bersifat tambal-sulam membuat tidak adanya kesinambungan dan konsistensi dari peraturan dan pelaksanaannya, sehingga tujuan pengembangan usaha mikro dan kecil pun kurang tercapai secara maksimal. Salah satu pembenahan utama yang diperlukan adalah dari aspek regulasinya. (Sri, 2007).

2. 4. Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

Sasaran program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan yang berpihak pada orang miskin. Menurut Zikrullah (2000) kemiskinan adalah konsep yang cair, tidak pasti, dan mutidimensional. Oleh karena itu, banyak terdapat terminologi kemiskinan baik yang dikemukakan oleh pakar secara individu maupun secara kelembagaan. Dalam pengertian konvensional, kemiskinan (hanya) dimaknai sebagai permasalahan pendapatan (income) individu, kelompok, komunitas, masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Dengan teori ini, sekurang-kurangnya ada enam macam kemiskinan yang perlu difahami oleh pihak-pihak yang menaruh perhatian terhadap penanganan kemiskinan, yaitu: (1) kemiskinan subsitensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal; (2) kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk, (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah; (3) kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran akan hak, kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan; (4) kemiskinan partisipasi,


(43)

tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas; (5) kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antara kelompok social, terfragmentasi; (6) kemiskinan kebebasan, stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat pribadi maupun komunitas.

Menurut Cox (2004) bahwa seseorang dikatakan miskin jika tingkat pendapatannya (hanya) berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan yang dilakukan pada negara dunia ketiga baik oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah, kebanyakan (hanya) bertumpu pada upaya peningkatan pendapatan. Itu sebabnya, berbagai upaya penanganan kemiskinan itu tidak menyelesaikan masalah dan cenderung gagal.

Menurut Sumodiningrat (2004) penentuan garis kemiskinan dengan menggunakan indikator ekonomi versi BPS, Bank Dunia,lembaga penelitian dan pengkajian,yakni Garis kemiskinan dapat dihitung dengan tiga pendekata, yakni : (1) Pendekatan Produksi (production Approach), misalnya produksi padi perkapita hanya dapat menggambarkan kegiatan produksi tanpa memperhatikan pemenuhan kebutuhan hidup. (2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yakni pendekatan melalui pendapatan rumah tangga.Pendekatan ini sangat baik, namun sering mengalami kendala yaitu dalam pengumpulan data pendapatan rumah tangga secara akurat serta pencatatan terhadap jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap rumah tangga secara akurat. (3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengatasi pendekatan terhadap pendapatan. Tingkat pengeluaran ini dapat digunakan sebagai proxy atau pendekat dari


(44)

pendapatan rumah tangga. Pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi adalah 2.100 kalori perkapita/hari.

2.5. Konsep Partisipasi Masyarakat

Menurut Bryants dan White Colorodow (dalam Friedman, 2002) menyatakan bahwa di negara-negara dunia ketiga (termasuk Indonesia) partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan, sehingga masyarakat itu sendiri dapat mempengaruhi atau menentukan masa depannya, maka masyarakat harus dianggap sebagai potensi pembangunan yang harus dibina, dipupuk dan ditingkatkan pengetahuan dan kemampuannya sehingga mau, mampu dan sadar dalam kedudukannya sebagai pelaku atau subjek pembangunan.

Dalam hubungan dengan hal tersebut Friedman juga menyatakan bahwa dengan keterlibatan masyarakat/partisipasi masyarakat di dalam proses pembangunan juga mengandung makna pemberdayaan masyarakat dan sangat erat kaitannya dengan pemantapan pembudayaan dan pengalaman demokrasi, atau “the empowerment approach, which is fundamental to an alternative development, please the emphasis an auotonomy in the decision making of territorially organized communities, local self-reliance (but not antrachy), direct (participatory) democracy and experi-mental social learning”. (Friedman, 2002)

Dari perumusan ini dapat dikemukakan bahwa partisipasi sosial adalah: 1. Partisipasi seseorang ini dalam suatu kelompok sosial.


(45)

2. Kadang kala terbatas pada partisipasi di dalam organisasi secara sukarela khususnya dalam pelaksanaan program atau kegiatan atau proyek masyarakat diluar profesi seseorang atau pekerjaan tertentu.

Menurut Marbun (2003) partisipasi adalah tingkat rasa keterlibatan dan keikatan seseorang berkat sumbangan pikiran dan usulnya sehingga mereka bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan ikut berusaha mencapai sasaran suatu tujuan organisasi.

Simatupang (2001) mengemukakan pendekatan mengenai partisipasi sebagai berikut: Partisipasi berarti apa yang dilakukan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan bahu membahu dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan bersama. Partisipasi berarti juga sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama di antara semua warga negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara pancasila atas dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan sumbangan demi terbinanya dan terwujudnya masa depan yang baru. Partisipasi tidak hanya mengambil bagian dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan tetapi juga berarti memberikan sumbangan pengertian kita mengenai pembangunan itu, nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai keadilan sosial tetap di junjung tinggi. Partisipasi dalam pembangunan berarti mendukung kearah pembangunan yang serasi dan martabat, keadilan sosial dan memelihara alam sebagai lingkungan manusia untuk generasi-generasi yang akan datang.


(46)

Bahkan partisipasi merupakan hak dan kewajiban seorang warga negara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok. Sehingga masyarakat diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan mengembangkan inisiatif dan kreatifitas.

Sumbangkan inisiatif dan kreatifitas dapat disampaikan dalam rapat kelompok masyarakat atau pertemuan-pertemuan baik yang bersifat formal maupun informal.

Dalam kelompok pertemuan-pertemuan itu akan saling memberikan informasi antara pemerintah dengan masyarakat. Jadi dalam partisipasi terdapat komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat dan sesama anggota masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan yang dimaksud masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan tinggal disuatu tempat tertentu yang menghasilan teknologi kemampuan untuk memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber penghidupan bersama menurut aturan tertentu.

Menurut Imron (2005) bahwa: “Partisipasi adalah suatu term yang menunjukkan kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam suatu kegiatan”. Menurut Muhajir (dalam Imron, 2005) mengatakan menggolongkan partisipasi masyarakat ke dalam tipologinya ialah partisipasi kuantitatif dan kualitatif, partisipasi kuantitatif menunjukkan kepada frekuensi keikutsertaan terhadap implementasi kebijaksanaan sementara partisipasi kualitatif menunjukkan kepada tingkat dan derajat. Menurut Koentjoroningrat (dalam Imron, 2005) menggolongkan partisipasi masyarakat berdasarkan posisi individu dalam kelompoknya. Pertama, partisipasi


(47)

masyarakat dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus; kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai individu adalam aktivitas bersama pembangunan.

2. 6. Studi Empiris Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kecamatan Stabat antara lain :

Arnodt (2001), dengan menggunakan alat analisis mixed complementary problem (MCP), kesimpulan perlunya studi tentang kredit, teknologi penyimpanan dan informasi akses pasar, diperlukan juga karakter pelaku dalam mempengaruhi penyimpanan dan alur pemasaran.

Akmal (2006), dengan menggunakan alat analisis uji beda dua rata-rata, analisis sensifitas, keberlangsungan dana dan analisis efektifitas program, dengan kesimpulan dampak bantuan ekonomi produktif positif terhadap peningkatan pendatan masyarakat, tingkat keberlangsungan dana yang rendah dan efektivitas program yang sangat tinggi.

Chowdhury (2004), dengan menggunakan alat analisis pendekatan hasil sebagai tolak ukur keberhasilan. Dengan kesimpulan microfinance membantu langsung pada masyarakat miskin dengan sasaran pada kebutuhan dalam mencapai hasil yang lebih baik dan mencapai outcomes yang lebih baik pula.


(48)

Khander (2003), dengan menggunakan alat analisis data panel dengan model

fixed effect, kesimpulan microfinance programs membantu meningkatkan konsumsi per kapita, terutama pada bukan makanan, seperti asset rumah tangga bukan tanah.

Quach (2004), dengan menggunakan alat analisis binari probit. Kesimpulan dalam jangka panjang penyediaan kredit pedesaan berdampak positif signifikan terhadap kesehatan rumah tangga, pengeluaran per kapita, pengeluaran makanan per kapita, pengeluaran non makanan per kapita dan status kemiskinan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 99%.

Ardiawan (2007), dengan menggunakan alat analisis uji beda dua rata-rata pendapatan masyarakat sebelum dan setelah adanya dana bergulir P2KP. Kesimpulan bahwa bantuan dana bergulir Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) membawa dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat modal usaha kios sembako di Kecamatan Abeli Kota Kendari.

2. 7. Kerangka Berpikir

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan yaitu bantuan infrastruktur (terdiri atas bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan air bersih dan bantuan sanitasi), bantuan ekonomi bergulir (kredit), dan bantuan beasiswa perorangan.


(49)

Berdasarkan dari pandangan tersebut maka dapat dibuat kerangka berpikir tentang analisis partisipasi masyarakat dalam program nasionalpemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan di kecamatan Stabat sebagai berikut:

Bantuan Infrastruktur Bantuan Ekonomi Bergulir

(X2)

Bantuan Beasiswa Perorangan (X3)

Kesejahteraan Masyarakat (Y)

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat

2.8. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut:

1. Pembiayaan infrastruktur dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(50)

2. Pembiayaan bantuan ekonomi bergulir dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Pembiayaan bantuan beasiswa perorangan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraanmasyarakatdi kecamatan Stabat.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di kecamatan Stabat, kabupaten Langkat yaitu Kelurahan Ara Condong, Banyu Mas, Karang Rejo, Mangga, Dendang, Kwala Begumit, Pantai Gemi, Sido Mulyo, Paya Mabar, Kwala Bingei, Perdamaian, dan Stabat Baru.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu daftar pertanyaan (kuesioner), observasi yaitu mengamati secara langsung hal-hal yang berhubungan langsung dengan penelitian ini, misalnya usaha dari masyarakat yang memperoleh pembiayaan dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan,

pembangunan infrastruktur dan lain-lain, serta dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis, data dari dokumen dan studi literatur.


(52)

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yakni dengan mempelajari dan menganalisa sejumlah bahan-bahan tertulis, baik

pendapat para ahli maupun dari perundang-undangan yang berlaku serta literatur-literatur yang dianggap smemiliki relevansi dengan penelitian dan dokumen yang terkait dengan masalah yang dikaji sering diperlukan. Dokumentasi diperoleh dari kantor Camat.

3. 4. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah sekelompok orang yang ditunjuk atau ditentukan karena dianggap representatif dan mengetahui permasalahan penelitian, sehingga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang relevan dan akurat tentang masalah yang diteliti. Berkaitan dengan permasalahan ini, maka pemilihan responden didasarkan pada pihak-pihak yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan, dimana populasi masyarakat yang menerima bantuan di kecamatan Stabat yang berjumlah 195 orang.

b. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (simple


(53)

random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari setiap anggota populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan unit penelitian untuk terpilih pun berbeda-beda pula. Misalnya besar populasi adalah N, sedang unsur dalam sampel (sample size) adalah n, maka besar kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk terpilih dalam sampel adalah n/N. (Singarimbun, 2001)

Tabel 3.1. Data Masyarakat Penerima PNPM di Kecamatan Stabat Tahun 2009

No Kelurahan Penerima PNPM (orang) Sampel (orang)

1 Karang rejo 21 11

2 Kwala Begumit 17 9

3 Mangga 15 8

4 Perdamaian 15 8

5 Kwala Bingai 15 8

6 Sidomulyo 13 7

7 Paya Mabar 8 3

8 Banyumas 32 16

9 Pantai gemi 17 9

10 Stabat Baru 8 4

11 Ara condong 34 17

12 Dendang 0 0

Jumlah 195 100

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka 2009

Adapun responden dari aparatur desa dan kepala desa beserta camat diambil sebagai key informan sedangkan untuk responden masyarakat miskin pedesaan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 100 orang.


(54)

3. 5. Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi pengaruh pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kecamatan Stabat digunakan pendekatan binary response, dengan model logit. (Manurung, 2005)

Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kesejahteraan masyarakat, dan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah bantuan infrastruktur (pembangunan fisik jalan, pembangunan gedung sekolah, penyediaan air bersih, dan penyediaan sanitasi), bantuan kredit, dan bantuan beasiswa perorangan.

Sedangkan untuk menguji pengaruh pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan menggunakan model analisis

logit atau binary response regression yang digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang mencerminkan pilihan antara dua alternatif dengan cara mengkuantitatifkan hubungan antara probabilitas dua pilihan dengan beberapa karakteristik yang dipilih. Suatu probabilitas merupakan angka satu (ada pengaruh) dan nol (tidak ada pengaruh). Model logit menggunakan bentuk fungsional sebagai berikut (Kuncoro,2001) :

                 BP 3 EB 2 INF 1 0 P 1 P Log

KSJ C C C C

i i

...(3.1)


(55)

KSJ = Kesejahteraan Log = Logit

i

P = Probabilitas menyatakan “ya” 

Pi

1 = Probabilitas menyatakan “tidak” INF = Bantuan Infrastruktur

EB = Ekonomi Bergulir (kredit)

BP = Beasiswa Perorangan

C 0 = koefisien regresi

C 1 = koefisien regresi pada bantuan infrastruktur

C 2 = koefisien regresi pada pembiayaan ekonomi bergulir C 3 = koefisien regresi pada beasiswa perorangan

ε = error term

3.6. Definisi Operasional

1. Kesejahteraan (KSJ) yaitu menunjukkan suatu kondisi apakah pengaruh pembiayaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan menjurus ke arah yang lebih baik atau sebaliknya.

2. Bantuan Infrastruktur (INF) yaitu pembiayaan dalam bentuk pembangunan fisik jalan, pengerasan atau betonisasi jalan, jembatan (titi), pembuatan lenin tepi jalan, dan pensirtuan jalan. Untuk bantuan pembangunan untuk sarana dan prasarana pendidikan dalam bentuk renovasi gedung sekolah. Untuk kesehatan, adanya penyadiaan air bersih dengan pengeboran sumur, pembangunan instalasi pipa Perusahaan Air Minum (PAM) dan untuk sanitasi adanya pembangunan parit


(56)

beton. Probabilitas yang mendapatkan manfaat dengan adanya bantuan pembangunan infrastruktur diberi nilai 1, dan jika tidak ada manfaat diberi nilai 0. 3. Bantuan Kredit atau ekonomi bergulir (EB) yaitu pembiayaan dalam bentuk

pinjaman ekonomi dana bergulir untuk warga kelurahan atau desa, pedagang dan pengusaha kecil atau rumahtangga lokal, turut mendapatkan pinjaman dan berpartisipasi dalam kegiatan simpan pinjam. Probabilitas yang mendapatkan manfaat dengan adanya bantuan pinjaman ekonomi dana bergulir diberi nilai 1, dan jika tidak ada manfaat diberi nilai 0.

4. Bantuan Beasiswa Perorangan (BP) yaitu pembiayaan dalam bentuk beasiswa pendidikan untuk perorangan seperti pelatihan menjahit, pelatihan mengukir dan lain-lain. Probabilitas yang mendapatkan manfaat dengan adanya bantuan beasiswa pendidikan untuk perorangan diberi nilai 1, dan jika tidak ada manfaat diberi nilai 0.

3.7. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)

Uji kesesuaian (test goodness of fit) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai koefisien determinasi (R²), uji F-statistic dan uji t-statistic. Penilaian terhadap R² bertujuan untuk melihat kekuatan variasi variabel independen dalam mempengaruhi variasi variabel dependen. Uji F-statistic dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi statistik koefisien regresi secara simultan atau secara bersama-sama, sedangkan uji t-statistic dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi statistik koefisien regresi secara parsial.


(57)

Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variasi variabel bebas secara bersama-sama menjelaskan terhadap variabel terikat dengan melihat nilai koefisien determinasi ganda (R2). Jika nilai R2 hasil perhitungan mendekati satu, maka kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat cukup kuat. Sebaliknya jika R2 mendekati nol maka variabel bebas tidak cukup kuat menjelaskan variasi variabel terikat. Besarnya nilai koefisien determinasi ganda atau R2 adalah 0 < R2 < 1.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kabupaten Langkat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.

Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi tiga kewedanan yaitu :

1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai.

2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura. 3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.

Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Asisten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir. Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat dibagi atas tiga wilayah pembangunan.

1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi : a. Kecamatan Bahorok dengan 19 (sembilan belas) desa. b. Kecamatan Salapian dengan 22 (dua puluh dua) desa. c. Kecamatan Kuala dengan 16 (enam belas) desa. d. Kecamatan Selesai dengan 13 (tiga belas) desa. e. Kecamatan Binjai dengan 7 (tujuh) desa.


(59)

f. Kecamatan Sei Bingai dengan 15 (lima belas) desa. 2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliputi :

a. Kecamatan Stabat dengan 5 (lima) desa dan 7 (tujuh) kelurahan. b. Kecamatan Secanggang dengan 14 (empat belas) desa.

c. Kecamatan Hinai dengan 12 (dua belas) desa.

d. Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 (lima belas) desa dan 1 (satu kelurahan. 3. Wilayah Pembangunan III (Teluk Haru) meliputi :

a. Kecamatan Gebang dengan 9 (sembilan) desa. b. Kecamatan Berandan Barat dengan 6 (enam) desa.

c. Kecamatan Sei Lepan dengan 5 (lima) desa dan 5 (lima) kelurahan. d. Kecamatan Babalan dengan 5 (lima) desa dan 3 (tiga) kelurahan.

e. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 (empat belas) desa dan 2 (dua) kelurahan.

f. Kecamatan Besitang dengan 8 (delapan) desa dan 3 (tiga) kelurahan. Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati. Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Departemen yang kesemuanya merupakan pembantu-pembantu Bupati dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan.


(60)

4. 2. Kondisi Wilayah 1. Geografi

Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3°14’ dan 4°13’ lintang utara, serta 93°51’ dan 98°45’ bujur timur dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop.D.I Aceh. b. Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo.

c. Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang. d. Sebelah Barat berbatas dengan D.I Aceh (Aceh Tengah).

2. Topografi

Daerah Tingkat II Langkat dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu : a. Pesisir pantai dengan ketinggian 0 - 4 m diatas permukaan laut. b. Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 30 m diatas permukaan laut. c. Dataran tinggi dengan ketinggian 30 – 1200 m diatas permukaan laut.

4.3. Kecamatan Stabat

Kecamatan Stabat merupakan Ibukota Kabupaten Langkat dan merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur, Kecamatan Binjai di sebelah selatan, Kecamatan Wampu di sebelah barat, serta Kecamatan Secanggang dan Hinai di sebelah Utara.


(61)

1. Kependudukan

Jumlah penduduk di kecamatan Stabat adalah berjumlah 77.474 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 39.786 orang dan jumlah penduduk perempuan adalah sebesar 38.288 orang. Untuk mengetahui lebih jelas tentang gambaran jumlah penduduk di kecamatan Stabat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Data Penduduk kecamatan Stabat Tahun 2009

Jumlah Penduduk NO Desa dan Kelurahan

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Karang rejo 4179 3968 8147

2 Kwala Begumit 2515 2640 5155

3 Mangga 1304 1219 2523

4 Dendang 3435 3226 6661

5 Perdamaian 5866 5693 11559

6 Kwala Bingai 6102 6316 12418

7 Sidomulyo 2366 2353 4719

8 Paya Mabar 1722 1802 3524

9 Banyumas 2611 2450 5061

10 Pantai gemi 3315 3172 6487

11 Stabat Baru 2693 2501 5194

12 Ara condong 3078 2948 6026

Jumlah 39186 38288 77474

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka 2009

2. Pemerintahan

Pelaksanaan otonomi yang luas dan bertanggung jawab sesuai Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, mengisyaratkan bahwa penyelenggaraan pemerintah Daerah lebih mengutamakan asas desentralisasi, dimana sebagian besar kewenangan dan urusan pemerintahan berada pada pemerintahan kabupaten dan kota. Di samping itu


(62)

penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Untuk itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, transparan, dan legitimit, sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung efektif dan efisien serta bebas dari korupsi dan kolusi serta nepotisme.

Begitu juga dengan pemerintah kecamatan, dimana pemerintah kecamatan yang berupakan generalisasi dari pemerintah daerah, merupakan ujung tombak pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu agar lebih jelasnya dapat dilihat tugas pokok serta fungsi birokrasi kecamatan sebagai berikut:

1. Camat.

Tugas camat memimpin penyelenggaraan pemerintah, pembinaan pemerintahan desa/kelurahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat dalam wilayah kecamatan.

Fungsi camat adalah penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum dan pembinaan pemerintahan kelurahan antara lain:


(63)

Pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah.

Pembinaan pembangunan masyarakat kelurahan yang meliputi pembinaan sarana dan prasarana perekonomian, produksi dan pembinaan pembangunan pada umumnya serta pembinaan lingkungan hidup.

Pembinaan kesejahteraan sosial. Pembinaan pelayanan umum.

Penyusunan rencana dan program rumah tangga. 2. Sekretaris Kecamatan

Tugas sekretaris camat melakukan pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh satuan organisasi kecamatan.

Fungsi sekretaris camat adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana, pengendalian dan mengevaluasi pelaksanaannya; 2. Penyelenggaraan administrasi keuangan

3. Pengelolaan urusan umum meliputi: ketatausahaan, administrasi kepegawaian, perlengkapan rumah tangga.

Sekretaris camat membawahi kasubag umum dan kepegawaian, kasubag perencanaan dan Kasubag keuangan.

3. Seksi Pemerintahan

Tugas seksi pemerintahan melaksanakan urusan pemerintahan umum, kependudukan, pembinaan pemerintahan desa atau kelurahan, pembinaan keagrariaan dan pembinaan wilayah Kecamatan.


(64)

Fungsi seksi pemerintahan antara lain:

1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan umum, kependudukan dan pembinaan kelurahan

2. Penyelenggaraan pembinaan keagrariaan

3. Penyelenggaraan pembinaan politik dalam negeri 4. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

Tugas seksi ketentraman dan ketertiban umum melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah serta membantu pelaksanaan pembinaan polisi pamong praja.

Fungsi seksi ketentraman dan ketertiban umum antara lain :

1. Penyelenggaraan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum 2. Penyelenggaraan pembinaan polisi pamong praja.

5. Seksi Pembangunan Masyarakat Kelurahan

Tugas seksi pembangunan masyarakat kelurahan melaksanakan tugas dibidang pemberdayaan masyarakat

Fungsi seksi pembangunan masyarakat kelurahan sebagai penyelenggaraan pembinaan perekonomian masyarakat, produksi dan distribusi Pelaksanaan pembinaan pembangunan masyarakat

6. Seksi Kebersihan.

Tugas seksi kebersihan adalah mengkoordinasikan program pembinaan bidang kebersihan.


(65)

Fungsi seksi kebersihan antara lain :

a. Memberi petunjuk pelaksanaan program dalam bidang kebersihan, kawasan kota dan pedesaan serta pasar.

b. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan 7. Seksi Kesejahteraan Sosial

Tugas seksi kesejahteraan sosial melakukan tugas dibidang kesejahteraan sosial. Fungsi seksi kesejahteraan sosial antara lain :

1. Penyelenggaraan pembinaan tentang kesejahteraan sosial desa dan kelurahan. 2. Penyelenggaraan petunjuk pelaksanaan kesejahteraan sosial.

3. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan.

Struktur organisasi pada kantor Camat Stabat dapat dilihat pada gambar berikut ini :

CAMAT

Sekretais Camat

Seksi Pemerintahan

Seksi Trantib Umum

Seksi Pemberdayaan

Seksi Kebersihan

Seksi Kes Sosial Kasubag Kasubag Kasubag

Sumber : Kantor Camat Stabat


(66)

4.4. Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Stabat

Sesuai dengan Pedoman Umum, program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan. Prinsip-prinsip itu meliputi (Pedoman Umum PNPM Kabupaten Langkat) :

1. Bertumpu pada pembangunan manusia.

Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata.

2. Otonomi.

Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar. 3. Desentralisasi.

Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.


(67)

4. Berorientasi pada masyarakat miskin.

Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.

5. Partisipasi.

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill.

6. Kesetaraan dan keadilan gender.

Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.

7. Demokratis.

Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat.

8. Transparansi dan Akuntabel.

Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.


(68)

9. Prioritas

Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan.

10. Keberlanjutan

Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya

Lokasi sasaran program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam program pengembangan kecamatan (PPK) atau program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan. Kelompok sasaran adalah masyarakat miskin di pedesaan, kelembagaan masyarakat di pedesaan, dan kelembagaan pemerintahan lokal.

Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan merupakan program pemerintah pusat bersama pemerintah daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.

Sumber dan ketentuan alokasi dana bantuan langsung masyarakat (BLM) program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan, yaitu sumber


(69)

dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), swadaya masyarakat dan partisipasi dunia usaha. Alokasi dana bantuan langsung masyarakat (BLM) per kecamatan ditetapkan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan jumlah dan distribusi penduduk serta jumlah orang miskin.

Mekanisme pencairan dana bantuan langsung masyarakat (BLM) dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) atau kas daerah ke rekening kolektif bantuan program nasional pemberdayaan masyarakat (BPNPM) yang dikelola oleh unit pengelola kegiatan (UPK) diatur sebagai berikut:

1. Pencairan dana yang berasal dari pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Departemen Keuangan.

2. Pencairan dana yang berasal dari pemerintah daerah, dilakukan melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sesuai aturan yang berlaku di daerah.

3. Pengajuan pencairan dana bantuan langsung masyarakat (BLM) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) diatur dalam peraturan Dirjen PMD, Departemen Dalam Negeri.

4. Penerbitan surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) harus dilampiri dengan berita acara hasil pemeriksaan terhadap kesiapan lapangan yang dilakukan fasilitator kecamatan.


(70)

5. Dana yang berasal dari surat perjanjian pemberian bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus dicairkan terlebih dahulu ke masyarakat, selanjutnya diikuti dengan pencairan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

6. Besaran dana bantuan langsung masyarakat (BLM) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dicairkan ke masyarakat harus utuh tidak termasuk pajak, retribusi atau biaya lainnya.

Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening kolektif bantuan langsung masyarakat (BLM) yang dikelola unit pengelola kegiatan (UPK) kepada tim pengelola kegiatan (TPK) di desa. Mekanisme penyaluran dana sebagai berikut:

Pembuatan surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) antara unit pengelola kegiatan (UPK) dengan tim pengelola kegiatan (TPK). Tim pengelola kegiatan (TPK) menyiapkan rencana penggunaan dana (RPD) sesuai kebutuhan dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan seperti gambar desain, rincian anggaran biaya (RAB), dan lampirannya. Untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan laporan penggunaan dana (LPD) sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah.

Kebutuhan biaya operasional kegiatan tim pengelola kegiatan (TPK) tiap desa dan unit pengelola kegiatan (UPK) bertumpu pada swadaya masyarakat. Namun untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut diberikan bantuan stimulan dana dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan. Dana operasional unit pengelola kegiatan (UPK) sebesar maksimal dua persen (2%) dari dana bantuan dana


(1)

INF  : Infrastruktur       

       

       

       

       

       

       

PFJ  : Pembangunan Fisik Jalan PGS  : Pembangunan Gedung Sekolah AB  : Air Bersih

PB  : Parit Beton EB  : Ekonomi Bergulir BP  : Beasiswa Perorangan


(2)

Lampiran 3.

Hasil Uji Logit Regresi Dependent Variable Frequencies

Dependent Variable: KSJ

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 100

Included observations: 100

Frequencies for dependent variable

Cumulative

Value Count Percent Count Percent

0 29 29.00 29 29.00

1 71 71.00 100 100.00

Dependent Variable: KSJ

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 100

Included observations: 100

Convergence achieved after 6 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C -5.150724 1.381043 -3.729589 0.0002

INF 2.825299 0.999951 2.825439 0.0047

EB 5.523738 1.254120 4.404473 0.0000

BP 5.959100 1.575621 3.782064 0.0002

Mean dependent var 0.710000 S.D. dependent var 0.456048

S.E. of regression 0.208758 Akaike info criterion 0.422507

Sum squared resid 4.183667 Schwarz criterion 0.526713

Log likelihood -17.12533 Hannan-Quinn criter. 0.464681

Restr. log likelihood -60.21517 Avg. log likelihood -0.171253

LR statistic (3 df) 86.17968 McFadden R-squared 0.715598

Probability(LR stat) 0.000000

Obs with Dep=0 29 Total obs 100

Obs with Dep=1 71


(3)

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 100

Included observations: 100

Descriptive statistics for explanatory variables

Mean

Variable Dep=0 Dep=1 All

C 1.000000 1.000000 1.000000

INF 0.379310 0.746479 0.640000

EB 0.137931 0.774648 0.590000

BP 0.034483 0.408451 0.300000

Standard

Deviation

Variable Dep=0 Dep=1 All

C 0.000000 0.000000 0.000000

INF 0.493804 0.438123 0.482418

EB 0.350931 0.420788 0.494311

BP 0.185695 0.495046 0.460566

Observations 29 71 100

Estimation Command:

BINARY(D=L) KSJ C INF EB BP Estimation Equation:

KSJ = 1-@LOGIT(-(C(1) + C(2)*INF + C(3)*EB + C(4)*BP)) Substituted Coefficients:


(4)

Goodness-of-Fit Tests Dependent Variable: KSJ

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 100

Included observations: 100

Andrews and Hosmer-Lemeshow Goodness-of-Fit Tests Grouping based upon predicted risk (randomize ties)

Quantile of Risk Dep=0 Dep=1 Total H-L

Low High Actual Expect Actual Expect Obs Value

1 0.0058 0.0058 10 9.94238 0 0.05762 10 0.05795

2 0.0058 0.0890 9 9.52600 1 0.47400 10 0.61273

3 0.0890 0.5922 7 6.59387 3 3.40613 10 0.07344

4 0.5922 0.9608 2 1.29889 8 8.70111 10 0.43493

5 0.9608 0.9608 1 0.39229 9 9.60771 10 0.97985

6 0.9608 0.9608 0 0.39229 10 9.60771 10 0.40831

7 0.9608 0.9608 0 0.39229 10 9.60771 10 0.40831

8 0.9608 0.9743 0 0.28437 10 9.71563 10 0.29269

9 0.9743 0.9982 0 0.16153 10 9.83847 10 0.16419

10 0.9982 0.9999 0 0.01608 10 9.98392 10 0.01611

Total 29 29.0000 71 71.0000 100 3.44852

H-L Statistic: 3.4485 Prob. Chi-Sq(8) 0.9031


(5)

0 10 20 30 40 50 60 70

-5 0 5 10

Series: Standardized Residuals Sample 1 100

Observations 100

Mean 0.125515 Median 0.162539 Maximum 13.13607 Minimum -4.948857 Std. Dev. 1.448048 Skewness 6.889595 Kurtosis 68.07316 Jarque-Bera 18434.93 Probability 0.000000

Expectation-Prediction Table Dependent Variable: KSJ

Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 100

Included observations: 100

Prediction Evaluation (success cutoff C = 0.5) Estimated

Equation

Constant Probability

Dep=0 Dep=1 Total Dep=0 Dep=1 Total

P(Dep=1)<=C 24 1 25 0 0 0

P(Dep=1)>C 5 70 75 29 71 100

Total 29 71 100 29 71 100

Correct 24 70 94 0 71 71

% Correct 82.76 98.59 94.00 0.00 100.00 71.00 % Incorrect 17.24 1.41 6.00 100.00 0.00 29.00 Total Gain* 82.76 -1.41 23.00

Percent Gain** 82.76 NA 79.31 Estimated

Equation

Constant Probability


(6)

Dep=0 Dep=1 Total Dep=0 Dep=1 Total E(# of Dep=0) 24.60 4.40 29.00 8.41 20.59 29.00

E(# of Dep=1) 4.40 66.60 71.00 20.59 50.41 71.00

Total 29.00 71.00 100.00 29.00 71.00 100.00

Correct 24.60 66.60 91.20 8.41 50.41 58.82

% Correct 84.83 93.80 91.20 29.00 71.00 58.82 % Incorrect 15.17 6.20 8.80 71.00 29.00 41.18 Total Gain* 55.83 22.80 32.38


Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Asahan

4 55 137

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

2 40 130

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146