Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun Bangun−Bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng) Secara GC−MS

(1)

ANALISA KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (lour) spreng)

SECARA GC-MS

SKRIPSI

ADE SURYA AYU LESTARI 110822033

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ANALISA KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (lour) spreng)

SECARA GC-MS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ADE SURYA AYU LESTARI 110822033

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun Bangun−Bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng) Secara GC−MS

Kategori : Skripsi

Nama : Ade Surya Ayu Lestari Nomor Induk Mahasiswa : 110822033

Program Studi : Sarjana (S1) Ekstensi Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2013

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr.Mimpin Ginting, MS Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D

NIP. 195510131986011001 NIP. 1952 0828 1982 031001 .

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

NIP. 19540830 198503 2 001 Dr. Rumondang Bulan, MS


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN BANGUN−BANGUN (Plectranthus amboinicus (lour) spreng)

SECARA GC−MS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

ADE SURYA AYU LESTARI 110822033


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditetapkan.

Selesainya skripsi ini tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Kedua orang tua penulis ,Bapak Marwoto dan Ibu Trisniwati yang sangat penulis sayangi, yang telah memberi dukungan, doa, dan materi kepada penulis. Adik penulis Dwi Winda Putri, Hendra Setyawan dan Handri Hermawan yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Dr. Mimpin Ginting,MS selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia DR. Rumondang Bulan, MS dan Drs.Albert pasaribu, MSc, Dekan dan pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen Departemen kimia FMIPA USU dan pegawai di FMIPA USU, rekan-rekan Asisten di Laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati, rekan – rekan kuliah Khususnya stambuk 2011 Ekstensi Kimia.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.


(6)

ANALISA KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (lour) spreng)

Secara GC−MS

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang kandungan minyak atsiri yang terkandung dalam daun Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng), ini dilakukan dengan metode destilasi air dengan memakai alat Stahl. Adapun hasil yang diperoleh dengan alat GC-MS (Gas kromatografi-Spektrum massa) adalah Puncak dengan RT 12,724 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 senyawa berupa Alpha-Gurjunene (1,33%), Puncak dengan RT 14,492 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 senyawa berupa Delta-Cadinene (3,94%), Puncak dengan RT 14.493 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 senyawa berupa Naphthalene (4,26%), Puncak dengan RT 14,684 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H26O senyawa berupa Juniper Camphor (7,05%), Puncak dengan RT 17.605 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C16H32O2 senyawa berupa Asam palmitat (5,21%), Puncak dengan RT 18,929 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C20H30O senyawa berupa Podocarp-7-en-3-one (5,21%), Puncak dengan RT 20,833 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C21H30O2 senyawa berupa 3-N-Pentyl-Delta.9.-Tetrahydrocannabinol (38,21%).


(7)

ANALYSIS OF CHEMICAL COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL FROM THE LEAVES of Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng)

In GC-MS ABSTRACT

It has been done research on the content of volatile oil in the leaves of Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng), by hydro distillation method using with Stahl instrument.. The results obtained by means of GC-MS (Gas chromatography-Mass spectra) where the peak with RT 12.724 minutes is a compound with the molecular formula C15H24 compounds such as Alpha-Gurjunene (1.33%), peak with RT 14.492 minutes is a compound with the molecular formula C15H24 coumpounds such as Delta-Cadinene (3.94%), RT 14.493 minutes is a compound with the molecular formula C15H24 compounds such as Naphthalene (4.26% ), peak with RT 14.684 minutes is a compound with the molecular formula C15H26O compounds such as Juniper Camphor (7.05%), peak with RT 17.605 minutes is a compound with the molecular formula C16H32O2 compounds such as Palmitic acid (5.21%), peak with RT 18.929 minutesis a compound with the molecular formula C20H30O compounds such as Podocarp-7-en-3-one (5.21%), peak with RT 20.833 minutesis a compound with the molecular formula C21H30O2 compounds such as 3-N-pentyl-Delta.9.-Tetrahydrocannabinol (38.21%).


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 2

1.5. Lokasi Penelitian 3

1.5. Metodologi Penelitian 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1. Minyak Atsiri 4

2.1.1. Kimia Minyak Atsiri 5

2.2. Tanaman Bangun-bangun (P. amboinicus (lour) spreng) 6 2.3. Tahap Pekerjaan Penyulingan Minyak Atsiri 7

2.3.1. Pemotongan/memperkecil Bahan Tanaman 7

2.3.2. Penyimpanan Bahan Tanaman 8

2.3.3. Hilangnya Minyak Atsiri dalam bahan tanaman

sebelum penyulingan 8

2.3.4.Perubahan sifat-sifat fisika kimia minyak atsiri

selama pengeringan 8

2.4. Metode Penyulingan 9

2.4.1. Penyulingan dengan Air 9

2.4.2. Penyulingan dengan Uap 9

2.4.3. Penyulingan dengan Air dan Uap 9 2.5. Kromatografi Gas-Spektrometer massa 9

2.5.1. Kromatografi Gas 10

2.5.1.1. Gas pembawa 10

2.5.1.2. Kolom 10

2.5.1.3. Fase diam 11

2.5.1.4. Suhu 11

2.5.1.5. Sistem injeksi 11


(9)

2.5.2. Spektrometer massa 11

2.5.2.1. Sistem pemasukan cuplikan 12

2.5.2.2. Kamar pengion dan percepata 12

2.5.2.3. Analisator elektrostatik dan analisator magnetik 12

2.5.2.4. Kolektor dan penguat 12

2.5.2.5. Pencatat 13

2.5.3. Spektrum massa 13

2.5.3.1. Penentuan rumus molekul 13

2.5.3.2. Mengenal puncak ion molekul 14

Bab 3 Metodologi Percobaan 15

3.1. Metode Penelitian 3.2. Alat-Alat yang digunakan 15

3.3. Bahan-bahan yang digunakan 16

3.4. Prosedur Kerja 16

3.4.1. Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Bangun-bangun 16

3.4.2. Bagan Penelitian 17

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 18

4.1. Hasil Penelitian 18

4.1.1. Hasil GC-MS 18

4.2. Pembahasan 20

4.2.1. Isolasi minyak atsiri dari daun Bangun-bangun 20

4.2.2. Analisa minyak atsiri dari daun Bangun-bangun secara GC-MS 20

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 35

5.1. Kesimpulan 35

5.2. Saran 35

Daftar Pustaka 36


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Terpenoid 6

Tabel 4.1 7 (tujuh) buah senyawa hasil analisis GC-MS dari


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Data kromatogram Minyak Atsiri dari Daun Bangun-bangun 19 Gambar 4.2 Spektrum GC-MS senyawa

α

-Gurjunene dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 21 Gambar 4.3 Pola fragmentasi senyawa

α

-Gurjunene 22 Gambar 4.4 Spektrum GC-MS senyawa Delta-Cadinene dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 23 Gambar 4.5 Pola fragmentasi senyawa Delta-Cadinene 24 Gambar 4.6 Spektrum GC-MS senyawa Naphthalene dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 25 Gambar 4.7 Pola fragmentasi senyawa Naphthalene 26 Gambar 4.8 Spektrum GC-MS senyawa Juniper camphor dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 27 Gambar 4.9 Pola fragmentasi senyawa Juniper camphor 28 Gambar 4.10 Spektrum GC-MS senyawa Palmitic acid dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 29 Gambar 4.11 Pola fragmentasi senyawa Palmitic acid 30 Gambar 4.12 Spektrum GC-MS senyawa Podocarp-7-en-3-one dari minyak

Atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan

alat Stahl 31

Gambar 4.13 Pola fragmentasi senyawa Podocarp-7-en-3-one 32 Gambar 4.14 Spektrum GC-MS senyawa3-N-Pentyl-Delta.

9.-Tetrahydro cannabinol dari minyak atsiri Daun

Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 33 Gambar 4.15 Pola fragmentasi senyawa 3-N-Pentyl-Delta.


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Gambar tanaman daun Bangun-bangun

(P. amboinicus (Lour) Spreng 38

Lampiran 2. Gambar Alat Stahl 39

Lampiran 3. Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

(P. amboinicus (Lour) Spreng) 40 Lampiran 4. Spektrum GC-MS senyawa

α

-Gurjunene dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 41 Lampiran 5. Spektrum GC-MS senyawa Delta-Cadinene dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 42 Lampiran 6. Spektrum GC-MS senyawa Naphthalene dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 43 Lampiran 7. Spektrum GC-MS senyawa Juniper camphor dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 44 Lampiran 8. Spektrum GC-MS senyawa Palmitic acid dari minyak atsiri

Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl 45 Lampiran 9. Spektrum GC-MS senyawa Podocarp-7-en-3-one dari minyak

Atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan

alat Stahl 46

Lampiran 10. Spektrum GC-MS senyawa 3-N-Pentyl-Delta.

9.-Tetrahydro cannabinol dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun Yang diperoleh menggunakan alat Stahl 47


(13)

ANALISA KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (lour) spreng)

Secara GC−MS

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang kandungan minyak atsiri yang terkandung dalam daun Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng), ini dilakukan dengan metode destilasi air dengan memakai alat Stahl. Adapun hasil yang diperoleh dengan alat GC-MS (Gas kromatografi-Spektrum massa) adalah Puncak dengan RT 12,724 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 senyawa berupa Alpha-Gurjunene (1,33%), Puncak dengan RT 14,492 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 senyawa berupa Delta-Cadinene (3,94%), Puncak dengan RT 14.493 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 senyawa berupa Naphthalene (4,26%), Puncak dengan RT 14,684 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H26O senyawa berupa Juniper Camphor (7,05%), Puncak dengan RT 17.605 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C16H32O2 senyawa berupa Asam palmitat (5,21%), Puncak dengan RT 18,929 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C20H30O senyawa berupa Podocarp-7-en-3-one (5,21%), Puncak dengan RT 20,833 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul C21H30O2 senyawa berupa 3-N-Pentyl-Delta.9.-Tetrahydrocannabinol (38,21%).


(14)

ANALYSIS OF CHEMICAL COMPONENTS OF ESSENTIAL OIL FROM THE LEAVES of Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng)

In GC-MS ABSTRACT

It has been done research on the content of volatile oil in the leaves of Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng), by hydro distillation method using with Stahl instrument.. The results obtained by means of GC-MS (Gas chromatography-Mass spectra) where the peak with RT 12.724 minutes is a compound with the molecular formula C15H24 compounds such as Alpha-Gurjunene (1.33%), peak with RT 14.492 minutes is a compound with the molecular formula C15H24 coumpounds such as Delta-Cadinene (3.94%), RT 14.493 minutes is a compound with the molecular formula C15H24 compounds such as Naphthalene (4.26% ), peak with RT 14.684 minutes is a compound with the molecular formula C15H26O compounds such as Juniper Camphor (7.05%), peak with RT 17.605 minutes is a compound with the molecular formula C16H32O2 compounds such as Palmitic acid (5.21%), peak with RT 18.929 minutesis a compound with the molecular formula C20H30O compounds such as Podocarp-7-en-3-one (5.21%), peak with RT 20.833 minutesis a compound with the molecular formula C21H30O2 compounds such as 3-N-pentyl-Delta.9.-Tetrahydrocannabinol (38.21%).


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia sebenarnya telah mulai didirikan sejak jaman penjajahan. Akan tetapi, perkembangannya sampai sekarang belum banyak mengalami perubahan di bandingkan beberapa negara lain yang relatif muda usianya dalam hal usaha minyak atsiri. Sebagian besar industri pengolahan minyak atsiri tampak masih tetap menerapkan cara tradisional sehingga keadaan tersebut berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas produksi minyak yang dihasilkan. Di Indonesia, bahan-bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri sejak dulu telah digunakan secara turun temurun dalam ramuan obat-obatan tradisional. Sumber bahan-bahan tanaman tersebut dewasa ini digunakan untuk keperluan bahan pangan, bahan obat-obatan, cita rasa (penyedap), kosmetika dan wangi-wangian (Lutony dan Rahmayati, 1994).

Daun Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) adalah jenis sayuran khas yang telah lama digunakan oleh suku Batak Toba, Sayuran ini mereka gunakan untuk ibu yang baru melahirkan agar ASI pada si ibu lebih banyak, daun ini juga dikenal sebagai obat demam malaria, batu ginjal dan kandung kemih, batuk, asmakronik, cekukan, bronkitis, cacingan dan kejang. Tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah Sumatra Utara dan dijadikan panganan pendamping nasi, misalnya sebagai sayuran. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing yang memberikan daun Bangun-bangun pada tikus telah membuktikan bahwa tumbuhan tersebut mengandung zat besi dan karotenoid yang tinggi. Kadar FeSO4 pada daun Bangun-bangun dapat diandalkan sebagai sumber besi bagi ibu menyusui (Sihombing, 2006). Suatu penelitian yang dilakukan oleh Damanik terhadap ibu-ibu menyusui di daerah Sumatera Utara dengan metoda focus group discussion (FGD) memperoleh kesimpulan bahwa konsumsi daun Bangun-bangun dipercaya dapat meningkatkan dan mengembalikan stamina ibu, meningkatkan produksi ASI, membersihkan daerah rahim dan kepercayaan itu tetap kuat selama beratus-ratus tahun. Potensinya sebagai laktagogum ditunjukkan oleh daun bangun-bangun yang mengandung saponin, flavonoid, polifenol serta dapat


(16)

meningkatkan hormon-hormon menyusui, seperti prolaktin dan oksitosin (Damanik dkk, 2001).

Oleh karena daun Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng) mempunyai aroma yang khas maka diduga daun ini mengandung minyak atsiri, atas dasar ini kami tertarik untuk mengetahui jenis dari komposisi kimia minyak atsiri yang terdapat dalam daun Bangun-bangun tersebut secara GC-MS.

1.2Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah komposisi kimia apa sajakah yang terdapat dalam minyak atsiri dari daun Bangun-bangun (P. amboinicus (Lour) Spreng).

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi kimia dari minyak atsiri yang diperoleh dari daun Bangun-bangun (P. amboinicus (Lour) Spreng) secara GC-MS.

1.4Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang komposisi minyak atsiri dari daun Bangun-bangun (P. amboinicus (Lour) Spreng) kepada masyarakat yang mengkonsumsi.

1.5Lokasi Penelitian

1. Tempat pengambilan sampel

Sampel yang diteliti diperoleh dari jalan. Ardagusema, Desa Kedai Durian, Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang.

2.Tempat melakukan penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Bahan Alam Hayati Universitas Sumatera Utara (USU) Medan dan analisa GC-MS dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.


(17)

1.6Metodologi Penelitian

Dalam Penelitian ini, analisa komponen kimia minyak atsiri dari daun Bangun-bangun (P. amboinicus (Lour) Spreng) dilakukan secara GC-MS. Sampel yang digunakan berupa Bangun-bangun yang masih segar sebanyak 1 kg lalu di iris. Irisan daun Bangun-bangun kemudian didestilasi uap dengan menggunakan alat Stahl, lalu diekstraksi dengan eter, diperoleh lapisan eter bersama minyak atsiri ditambahkan Na2SO4 anhidrad untuk mengeringkan air yang tersisa kemudian disaring diperoleh filtrat lalu diuapkan dan diperoleh minyak atsiri dari daun Bangun-bangun selanjutnya dilakukan analisa secara GC-MS.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam, penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).

Sering timbul pertanyaan mengapa minyak atsiri dari satu tumbuhan memiliki aroma yang berbeda dengan minyak atsiri dari tumbuhan lainnya. Bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik. Hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda. Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya sebagai bahan kosmetik, obat, dll. Jadi, penentuan komposisi masing-masing komponen tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaannya, kualitas, ataupun mutu dari suatu minyak atsiri ( Agusta, 2000).

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion). Dalam industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambahan cita rasa. Dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam industri farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri). Dalam industri bahan pengawet, bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Oleh karena itu, tidak heran jika minyak atsiri banyak diburu berbagai negara (Lutony, 1994).


(19)

2.1.1 Kimia Minyak Atsiri

Komponen kimia minyak atsiri banyak jenisnya tetapi biasanya tidak melebihi 300 senyawa, yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Karena berbagai jenis komponen minyak atsiri menyebabkan bau, aroma, dan berguna sebagai obat, maka klasifikasi kimia minyak atsiri harus didasarkan pada komponen yang paling dominan dalam menentukan sifat minyak tersebut.

Jika minyak atsiri memiliki kandungan hidrokarbon tidak beroksigen dalam jumlah besar dan stearoptena dalam porsi kecil, maka kegunaannya sebagai pemberi bau yang spesifik atau perancah (flavoring), sedangkan jika minyak atsiri mengandung lebih banyak senyawa dari golongan hidrokarbon, alkohol, keton, fenol, ester dari fenol, oksida, dan ester, lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai obat, karena secara teori diketahui bahwa semua senyawa itu memiliki gugus aktif yang berfungsi melawan suatu jenis penyakit. Oleoptena merupakan bagian hidrokarbon didalam minyak atsiri dan berwujud cairan, sedangkan stearoptena adalah senyawa hidrokarbon teroksigenasi yang umumnya berwujud padat (Agusta, 2000).

Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu terdapat pada fraksi minyak atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi, harum atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah rempah serta sebagai senyawa citarasa dalam industri makanan.

Monoterpen dan sesquiterpen dapat dipilah-pilah berdasarkan kepada kerangka karbon dasarnya. Senyawa terpenoid dalam minyak atsiri pada umumnya terdiri dari senyawa dengan jumlah atom C berjumlah 10 atau disebut monoterpen dan atom C yang berjumlah 15 yang disebut sesquiterpen.


(20)

Tabel 2.1 Klasifikasi Terpenoid

Isoprene unit Carbon Atoms

Monoterpenoid 2 10

Sesquiterpenoid 3 15

Diterpenoid 4 20

Triterpenoid 6 30

Tetraterpenoid 8 40

Senyawa-senyawa monoterpen yaitu, asiklik (misalnya Ocimene, Myrcene, Geranial, Neral, Geraniol, Nerol, Linalool), monosiklik (misalnya Limonene, Menthol, Phellandral, Perillaldehyde , α-Terpinene, α-Phellandrene, α -Terpineol, Carvone), bisiklik (misalnya α-Thujene, Sabinol, Carone, Myrtenol, Camphor, Camphene).

Senyawa-senyawa Sesquitepen yaitu asiklik (misalnya Farnesol, Nerolidol), monosiklik (misalnya α-Bisabolene), bisiklik (misalnya α-Cyperone, β-Selinene) (Harborne, 1973).

2.2 Tanaman Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng)

Daun Bangun-bangun merupakan salah satu tanaman yang secara turun temurun dimanfaatkan masyarakat Sumatera Utara sebagai menu sayuran sehari-hari dan terutama disajikan untuk ibu-ibu yang baru melahirkan. Tanaman ini memiliki batang yang berbentuk bulat dan sedikit berambut, jarang berbunga (warnanya ungu putih) namun mudah sekali dibiakkan dengan stek (Santosa dan Hertiani, 2005).

Pada ibu-ibu masa laktasi (menyusui) menunjukkan bahwa sayur Bangun-bangun yang dikonsumsi terbukti dapat meningkatkan total volume Air Susu Ibu (ASI). Konsumsi daun Bangun-bangun oleh penduduk Sumatra Utara biasanya dalam bentuk sop yang dimasak secara tradisional dengan santan. Suatu penelitian telah mencoba membuktikan karakteristik mutu sop daun Bangun-bangun yang dikemas dalam kaleng sebagai suatu bentuk usaha komersil. Selain dipetik


(21)

langsung dari pohonnya, ibu-ibu menyusui diharapkan dapat mengkonsumsinya dalam bentuk sop kemasan kaleng yang lebih praktis karena tidak perlu menanam pohonnya dan memasaknya terlebih dahulu untuk mendapatkan efek laktagogumnya. Tanaman ini terbukti mengandung zat besi dan karoten yg tinggi. Selain itu konsumsi daun Torbangun dapat meningkatkan kadar zat besi, kalium, seng dan magnesium dalam ASI serta meningkatkan berat badan bayi (Warsiki, 2009).

Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan di LAB. HERBARIUM MEDANESE (MEDA) USU. Tanaman Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus

(Lour) Spreng) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Plectranthus Spesies : Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng

2.3 Tahap Pekerjaan Penyulingan Minyak Atsiri 2.3.1. Pemotongan atau memperkecil bahan tanaman

Pekerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat di permukaan. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan sering diistilahkan kominusi, hal ini dilakukan untuk mengurangi ketebalan bahan hingga difusi terjadi. Difusi merupakan proses penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Peningkatan difusi akan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri.

2.3.2. Penyimpanan Bahan Tanaman

Setelah tanaman dipetik sebaiknya ditempatkan dalam suatu ruangan yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Jika bahan tanaman harus disimpan sebelum diproses maka bahan tanaman tersebut harus ditempatkan pada ruangan


(22)

yang udaranya kering pada suhu rendah, dan bebas terhadap sirkulasi udara, dan dapat juga disimpan dalam ruangan ber-AC.

2.3.3. Hilangnya minyak atsiri dalam bahan tanaman sebelum penyulingan Minyak atsiri yang terdapat dalam jaringan tanaman sering hilang oleh pemanasan setelah bahan tanaman dipanen. Terdapat sejumlah tanaman yang segar, atau bagian tanaman dengan kandungan air yang tinggi dapat kehilangan kandungan minyak atsiri dalam jumlah yang besar pada saat dikeringkan. Hilangnya minyak atsiri selama waktu pelayuan dan pengeringan bahan tanaman jauh lebih besar daripada hilangnya minyak atsiri yang terjadi selama penyimpanan bahan tanaman setelah tanaman tersebut dikeringkan. Hal ini dapat di terangkan, selama tahap-tahap awal pelayuan dan pengeringan tanaman masih menahan jumlah cukup besar embun air didalam sel-sel. Faktor lain nya yaitu: kondisi bahan, cara dan lamanya penyimpanan, dan komposisi kimia minyak atsiri.

2.3.4. Perubahan sifat-sifat fisika kimia minyak atsiri selama pengeringan Minyak atsiri yang dihasilkan baik yang berasal dari bagian tanaman yang basah maupun kering menunjukkan variasi yang cukup besar dalam sifat-sifat fisika kimia maupun komposisi kimia yang terkandung. Sifat-sifat ini ditunjukkan pada minyak atsiri yang berasal dari bunga-bunga, daun, dan akar dimana dalam keadaan basah mengandung banyak uap air. Namun ada juga sejumlah tanaman yang bertambah kandungan minyak atsiri nya setelah dikeringkan, misalnya minyak permen yang dihasilkan dari herba basah mempunyai berat jenis 0,908 sedangkan dari herba kering berat jenisnya 0,912. Begitu juga dengan daun nilam yang dipanen dalam keadaan segar hampir tidak berbau, namun bau akan muncul bila daun dikeringkan dan diawetkan (Sastrohamidjojo, 2004)

2.4. Metode Penyulingan

Sampai sekarang metode penyulingan masih banyak digunakan para perajin karena peralatannya sederhana, pengoperasiannya mudah, dan biaya pembuatannya pun relatif murah. Akan tetapi, cara ini hanya cocok dipakai untuk jenis minyak tanaman tertentu yang tidak rusak oleh panas uap air. Peristiwa penting yang terjadi pada proses penyulingan dengan metode hidrodestilasi ini


(23)

adalah terjadinya difusi minyak atsiri dan air panas melalui membran bahan yang disuling (hidrodifusi), terjadinya hidrolisa terhadap beberapa komponen minyak atsiri dan terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh panas. Metode penyulingan dapat dikelompokkan atas 3 bagian, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan penyulingan dengan air dan uap.

2.4.1. Penyulingan dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Ciri khas model ini adalah adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu sering disebut penyulingan langsung.

2.4.2. Penyulingan dengan uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.

2.4.3. Penyulingan dengan air dan uap

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan diatas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jenuh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony dan Rahmayati, 1994).

2.5 Kromatografi Gas-Spektrometer massa

Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-MS. GC (Gas Cromatografi) berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen minyak atsiri dan MS (Mass Spektra) berfungsi untuk menentukan berat molekul tiap komponen berdasarkan fragmentasi. Ketika suatu uap senyawa organik dilewatkan pada ruang ionisasi spektrometer massa, senyawa ini akan ditembak dengan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron dari senyawa tersebut. Senyawa yang kehilangan elektronnya ini akan membentuk ion positif yang disebut ion molekul (Dachriyanus, 2004).


(24)

2.5.1 Kromatografi Gas

Kromatografi gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan pada zaman instrument dan elektrokimia yang telah merevolusi keilmuan selama lebih dari tiga puluh tahun. Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan campuran sangat beragam, tergantung banyaknya komponen dalam suatu campuran, semakin banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran maka waktu yang diperlukan semakin lama (Gritter J,dkk, 1991).

2.5.1.1. Gas Pembawa

Faktor yang menyebabkan suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas ialah keatsiriannya, aliran gas yang melalui kolom yang diukur dalam satuan ml/menit. Gas pembawa yang paling sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar), nitrogen (N2), hidrogen (H2), dan karbon dioksida (CO2). Keuntungannya adalah karena semua gas ini tidak reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa harus bersifat inert (tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom), murni dan mudah diperoleh.

2.5.1.2. Kolom

Kolom dapat terbuat dari tembaga, baja tahan karat, aluminium, atau gelas. Kolom dapt berbentuk lurus, melengkung, ataupun gulungan spiral sehingga lebig menghemat ruang. Ada dua jenis kolom yaitu kolom kemas dan kolom kapiler.

-Kolom kemas adalah pipa yang terbuat dari logam, kaca, atau plastik yang berisi penyangga padat yang inert. Fase diam, baik berbentuk padat maupun cair, diserap atau terikat secara kimia pada permukaan penyangga padat tersebut.

-Kolom kapiler memiliki daya pisah yang sangat bagus, jenis kolom ini memiliki adanya rongga pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa sehingga disebut juga kolom pipa terbuka.


(25)

2.5.1.3. Fase diam

Fase diam yang umum digunakan pada kolom yaitu fase diam padat dan fase diam cair. Akan tetapi yang sering digunakan pada kolom kapiler adalag fase cair yang disebut film thickness. Sifat minyak atsiri yang nonpolar sampai sedikit polar, untuk keperluan analisis sebaiknya digunakan fase diam yang bersifat sedikit polar, misalnya CBP-5, CBJ-5, SE-52, SE-54. Jika digunakan kolom yang lebih polar maka puncak yang dihasilkan akan menjadi lebar.

2.5.1.4. Suhu

Umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan suhu injektor dan kolom, suhu yang biasa digunakan pada kolom berkisar antar 50oC sampai 200oC, sedangkan pada injektor berkisar antara 150oC sampai 250oC.

2.5.1.5. Sistem injeksi

GC-MS memiliki dua sistem pemasukan sampel yaitu secara langsung (direct inlet) dan melalui sistem kromatografi gas (indirect inlet).

2.5.1.6. Detektor

Detektor harus bersifat stabil dan tidak merusak senyawa yang dideteksi, pada sistem GC-MS ini yang berfungsi sebagai detektor adalah spektometer massa iru sendiri yang terdiri dari sistem ionisasi dan sistem analisis (Agusta, 2000).

2.5.2. Spektrometer massa

Kenaikan penggunaan metode ini dikarenakan telah ditemukannya alat yang dapat menguapkan hampir semua senyawa organik dan mengionkan uap; kedua, fragmen (Sudjadi, 1983).

Spektrometer massa umumnya digunakan untuk: 1. Menentukan massa suatu molekul

2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra).

Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Dachriyanus, 2004).


(26)

2.5.2.1. Sistem Pemasukan Cuplikan

Bagian ini terdiri dari suatu alat untuk memasukkan cuplikan, makromanometer untuk mengetahui jumlah cuplikan yang dimasukkan, sebuah alat pembocor molekul untuk mengatur cuplikan kedalam kamar pengion, dan sebuah sistem pompa.

2.5.2.2. Kamar Pengion dan Percepatan

Arus uap dari pembocor molekul masuk kedalam kamar pengion (tekanan 10-6 – 10-5 mm Hg) karena molekul organik mempunyai elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron menghasilkan ion radikal yang mengandung satu elekton tidak berpasangan.

M -e M (a) M

+e

M (b)

2.5.2.3. Analisator Elektrostatik dan Analisator Magnetik

Misalnya pemisahan m/e 110 dari 111, dimana harga ini dari ion fragmen yang bermuatan tunggal maka cukup dilakukan pemisahan pada medan magnit yang kuat. Ion dengan massa besar lebih sukar dibelokkan dari pada ion bermassa lebih kecil.

2.5.2.4. Kolektor ion dan Penguat

Kolektor ini terdiri dari satu celah atau lebih dan silinder Faraday. Berkas ion membentuk tegak lurus pada pelat kolektor dan isyarat yang timbul diperkuat dengan pelipat ganda elektron.

2.5.2.5. Pencatat

Spektrum massa biasa dibuat dari massa yang rendah ke massa yang lebih tinggi. Pencatat yang banyak digunakan mempunyai 3-6 galvanometer yang mencatat secara bersama-sama pada kertas fotografi. Galvanometer menyimpang jika ada ion menabrak lempeng kolektor (Sudjadi, 1983).

2.5.3. Spektrum Massa

Spektrum massa biasa diambil pada energi berkas elektron sebesar 70 elektron volt. Kejadian tersederhana ialah tercampaknya satu elekton dari satu molekul dalam fasa gas oleh sebuah elektron dalam berkas elektron dan membentuk suatu ion molekul yang merupakan suatu kation radikal (M+).


(27)

M

e

M 2e

Suatu spektrum massa menyatakan massa-massa bermuatan positif terhadap (konsentrasi) nisbinya. Puncak paling tinggi pada spektrum disebut puncak dasar (base peak), dinyatakan dengan nilai 100% dan kekuatan (tinggi x faktor kepekaan) puncak-puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya, dinyatakan sebagai persentase puncak dasar tersebut. Puncak ion molekul biasanya merupakan puncak-puncak dengan bilangan massa tertinggi, kecuali terdapat puncak-puncak isotop.

2.5.3.1. Penentuan Rumus Molekul

Penentuan rumus molekul yang mungkin dari kekuatan puncak isotop hanya dapatdilakukan jika puncak ion molekul termaksud cukup kuat hingga puncak tersebut dapat diukur dengan cermat sekali.

Misalnya suatu senyawa mengandung 1 atom karbon. Maka untuk tiap 100 molekul yang mengandung satu atom 12C, sekitar 1,08% molekul mengandung satu atom C13. Karenanya molekul-molekul ini akan menghasilkan sebuah puncak M + 1 yang besarnya 1,08% kuat puncak ion molekulnya, sedangkan atom-atom H2 akan memberikan sumbangan tambahan yang amat lemah pada puncak M + 1. Jika suatu senyawa mengandung sebuah atom sulfur, puncak M + 2 akan menjadi 4,4% puncak induk (Silverstein,dkk.1981).

2.5.3.2. Mengenal Puncak Ion Molekul

Ada 2 keadaan yang menyebabkan sukar mengenal ion molekul :

1. Ion molekul tidak terlihat atau lemah. Dapat diatasi dengan membuat spektrum dengan kepekaan tinggi tetapi akn menurunkan resolusi atau dengan menggunakan cuplikan yang lebih besar.

2. Ion molekul ada tetapi merupakan satu dari beberapa puncak lainnya. Hal ini dipertanyakan kemurniannya. Jika senyawa ini dianggap telah murni, masalah selanjutnya adalah mengenal puncak ion molekul dari puncak M-1. Satu pengujian yang baik adalah mengurangi intensitas semua puncak tetapi akan menaikkan intensitas ion molekul dibandingkan dengan puncak lain, termasuk puncak ion fragmen dari pengotor (Sudjadi, 1983).


(28)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dimana bahan penelitian berupa daun Bangun-bangun segar yang diambil dari Desa Kedai Durian, Jalan Ardagusema, Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang. Untuk mendapatkan minyak atsiri, daun Bangun-bangun yang telah dirajang didestilasi dengan menggunakan alat Stahl. Minyak yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dengan GC-MS di laboratorium Kimia Organik UGM Yogyakarta.

3.2 Alat-alat yang digunakan

- Gelas ukur ( Jena ) - Gelas Erlenmeyer (pyrex)

- Gelas Beaker (pyrex)

- Penangas minyak

- Pisau dan Gunting

- Corong kaca ( Jena )

- Corong pisah (pyrex)

- Timbangan (pyrex)

- Termometer (pyrex)

- Alumunium foil

- Kertas saring No.42 (Whatman)

- Alat Stahl ( Jena )


(29)

3.3 Bahan-bahan yang digunakan - Daun Bangun-bangun segar - Air

- Eter p.a (E. merck)

- Na2SO4 anhidrat p.a (E. merck)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri dari daun Bangun-bangun

Daun Bangun-bangun ditimbang sebanyak 1 kg lalu diiris tipis-tipis dan dimasukkan kedalam labu alas lalu ditambahkan air sampai sampel terendam kemudian didestilasi Stahl hingga destilat yang diperoleh jernih. Minyak yang terdestilasi dapat dibaca pada skala buret pada alat Sthal, kemudian ditampung destilat dengan gelas Erlenmeyer lalu dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan 10 ml Eter, dikocok-kocok dan didiamkan ± 10 menit, terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas minyak dengan Eter lalu untuk mengeringkan air yang tersisa ditambahkan Na2SO4 anhidrat kemudian disaring dan diuapkan maka diperoleh minyak atsiri dari Daun Bangun-bangun kemudian dilakukan analisa komponen kimia dari Daun Bangun-bangun dengan alat GC-MS


(30)

3.4.2 Bagan Penelitian

Dirajang

Ditimbang

Didestilasi Stahl

Diekstraksi dengan Eter

Ditambahkan Na2SO4 anhidrat

Disaring

Diuapkan

Na2SO4 Hidrat Filtrat (minyak

atsiri dan eter)

Minyak atsiri dari daun Bangun-bangun (P. amboinicus (lour) spreng)

Analisa GC-MS

Sebanyak 1 kg daun Bangun-bangun segar (Plectranthus amboinicus

(lour) spreng)

Irisan daunBangun-bangun (P. amboinicus (lour) spreng)

Minyak atsiri bersama air


(31)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil GC-MS

Sebanyak 1000 gram Daun Bangun-bangun segar yang digunakan, diperoleh minyak atsiri sebanyak 2 ml. Hasil analisa GC terhadap minyak atsiri yang dikandung membagi kromatogram sebanyak 28 puncak (gambar 4.1) dan dari kromatogram tersebut pada analisa GC-MS sebanyak 7 senyawa yang dianalisa dengan waktu retensi (RT) yang berbeda-beda dengan hasil identifikasi sebagai berikut :

1. Senyawa dengan RT 12.724 menit sebanyak 1,33% memberikan spektrum dengan puncak ion molekul pada m/z 204 diikuti puncak-puncak

fragmentasi pada m/z 189, 175, 161, 147, 133, 119, 105, 91, 81, 67, 55 dan 41 (gambar 4.2)

2. Senyawa dengan RT 13.178 menit sebanyak 3,94% memberikan spektrum dengan puncak ion molekul pada m/z 204 diikuti puncak-puncak

fragmentasi pada m/z 189, 176, 161, 147, 134, 119, 105, 91, 81, 69, 55 dan 41 (gambar 4.4)

3. Senyawa dengan RT 14.493 menit sebanyak 4,26% memberikan spektrum dengan puncak ion molekul pada m/z 204 diikuti puncak-puncak

fragmentasi pada m/z 189, 176, 161, 147, 134, 119, 105, 95, 81, 69, 43 dan 41 (gambar 4.6)

4. Senyawa dengan RT 14.684 menit sebanyak 7,05% memberikan

spektrum dengan puncak ion molekul pada m/z 204 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/z 189, 175, 161, 147, 135, 121, 109, 95, 81, 67, 43, 41 (gambar 4.8)

5. Senyawa dengan RT 17.605 menit sebanyak 5,21% memberikan spektrum dengan puncak ion molekul pada m/z 256 diikuti puncak-puncak

fragmentasi pada m/z 227, 213, 199, 185, 171, 157, 143, 129, 115, 96, 85, 73, 60, 43 dan 41 (gambar 4.10)


(32)

6. Senyawa dengan RT 18.929 menit sebanyak 5,21% memberikan spektrum dengan puncak ion molekul pada m/z 286 diikuti puncak-puncak

fragmentasi pada m/z 271, 257, 243, 229, 215, 203, 187, 173, 161, 145, 133, 119, 105, 91, 81, 67, 55 dan 41 (gambar 4.11)

7. Senyawa dengan RT 20,833 menit sebanyak 38,21% memberikan

spektrum dengan puncak ion molekul pada m/z 314 diikuti puncak-puncak fragmentasi pada m/z 299, 281, 271, 253, 244, 232, 213, 201, 187, 173, 159, 141, 128, 115, 105, 91, 83, 69, 55 dan 41 (gambar 4.12)


(33)

Tabel 4.1. 7 (tujuh) buah senyawa hasil analisis GC-MS dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun.

No RT (menit) Rumus

Molekul

Nama Senyawa Kandungan %

1 12,724 C15H24 Alpha-Gurjunene 1,33%

2 13,178 C15H24 Delta-Cadinene 3,94%

3 14.493 C15H24 Naphthalene 4,26%

4 14,684 C15H26O Juniper Camphor 7,05%

5 17.605 C16H32O2 Palmitic acid 5,21%

6 18,929 C20H30O Podocarp-7-en-3-one 5,21% 7 20,833 C21H30O2 3-N-Pentyl

-Delta.9.-Tetrahydrocannabinol

38,21%

4.2Pembahasan

4.2.1. Isolasi minyak atsiri dari Daun Bangun-bangun

Sebanyak 1000 gram Daun Bangun-bangun segar yang digunakan, diperoleh minyak atsiri sebanyak 2 ml. Jadi kandungan minyak atsiri daun Bangun-bangun adalah 0,2 % (v/b) yang diperoleh dari perhitungan berikut :

Kadar minyak atsiri (%) = x 100%

Kadar minyak atsiri (%) = x 100% = 0,2 %

Karena minyak atsiri yang diperoleh pada penyulingan dengan metode alat Stahl tidak terpisah dengan air maka digunakan eter untuk memisahkan minyak dengan air.

4.2.2. Analisa minyak atsiri dari daun Bangun-bangun secara GC-MS

1. Puncak dengan RT 12,724 menit dengan luas area 514501 sebanyak 1,33% merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 spektrum massa

volume minyak atsiri

berat daun Bangun-bangun

2 ml 1000 gram


(34)

menunjukkan ion molekul m/z 204. Dengan membandingkan dari data spektrum yang diperoleh pada data spektrum library yang lebih mendekati adalah

α

-Gurjunene (Gambar 4.2)

a.

b.

Gambar 4.2. Spektrum Massa senyawa

α

-Gurjunene a. Sampel

b. Standart Library

Spektrum massa dari senyawa ini memberikan puncak ion molekul pada massa m/z 204 yang merupakan berat molekul dari senyawa

α

-Gurjunene (C15H24)yang rumus strukturnya sebagai berikut:

CH3

CH3 CH 3

CH3

Secara hipotesa berdasarkan spektrum MS pola fragmentasi puncak-puncak yang diberikan seperti pada Gambar 4.3 :


(35)

CH3

CH3 CH

3 CH3 +e -2e CH3 CH3 CH3 CH3 m/e 204 CH3

C3H7

CH3

CH3

CH3

CH3 CH

3

CH3

-C4H8

-C4H8 m/e 161

m/e 189

m/e 105

m/e 133 H

-C3H6 H

CH3

CH2

m/e 91 (C15H24)

(C14H21) (C12H17)

(C10H13) (C8H9)

(C7H7)


(36)

2. Puncak dengan RT 13.178 menit dengan luas area 1518778 sebanyak 3,94% merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 spektrum massa menunjukkan ion molekul m/z 204. Dengan membandingkan dari data spektrum yang diperoleh pada data spektrum library yang lebih mendekati adalah δ-Cadinene (Gambar 4.4)

a.

b.

Gambar 4.4. Spektrum Massa Senyawa δ-Cadinene a. Sampel

b. Standart library

Spektrum massa dari senyawa ini memberikan puncak ion molekul pada massa m/z 204 yang merupakan berat molekul dari senyawa δ-Cadinene (C15H24 ) yang rumus strukturnya sebagai berikut :

CH3

CH3


(37)

Secara hipotesa berdasarkan spektrum MS pola fragmentasi puncak-puncak yang diberikan seperti pada Gambar 4.5 :

CH3

CH3

CH3 CH3

+e -2e

CH3

CH3

CH3 CH4

m/e 204

CH3 C3H7

CH3

CH3

CH3

CH3

CH3 H

m/e 161

m/e 189

-C4H8

-C5H10

CH3 CH2

H3C

CH3

m/e 105

m/e 119 -C2H4

H3C

m/e 91 (C15H24 )

(C12H17)

(C14H21)

(C9H11) (C8H9)

(C7H7)


(38)

3. Puncak dengan RT 14.493 menit dengan luas area 1641701 sebanyak 4,26% merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H24 spektrum massa menunjukkan ion molekul m/z 204. Dengan membandingkan dari data spektrum yang diperoleh pada data spektrum library yang lebih mendekati adalah Naphthalene (Gambar 4.6)

a.

b.

Gambar 4.6. Spektrum MS senyawa Naphthalene. a. Sampel

b. Standart Library

Spektrum massa dari senyawa ini memberikan puncak ion molekul pada masa m/z 204 yang merupakan berat molekul dari Naphthalene (C15H24 ). Rumus strukturnya sebagai berikut:

CH2

CH3


(39)

Secara hipotesa berdasarkan spektrum MS pola fragmentasi puncak-puncak yang diberikan seperti pada Gambar 4.7 :

CH2

CH3

CH3 CH3

+e -2e

CH2

CH3

CH3 CH3

m/e 204

C3H7 CH3

CH2

CH3

CH3 H

CH2

CH3 -C2H4

m/e 189

m/e 161

CH3 CH2

m/e 105

(C14H21)

(C12H17)

(C8H9) (C15H24)

-C4H8

-C2H2

(C6H7)

m/e 79


(40)

4. Puncak dengan RT 14,684 menit dengan luas area 2717717 sebanyak 7,05% merupakan senyawa dengan rumus molekul C15H26O spektrum massa menunjukkan ion molekul m/z 204. Dengan membandingkan dari data spektrum yang diperoleh pada data spektrum library yang lebih mendekati adalah Juniper camphor (Gambar 4.8)

a.

b.

Gambar 4.8. Spektru MS senyawa Juniper camphor a. Sampel

b. Standart Library

Spektrum massa dari senyawa ini memberikan puncak ion molekul pada masa m/z 204 yang merupakan berat molekul dari juniper camphor (C 15-H26O). Rumus strukturnya sebagai berikut :

CH3

CH3

HO CH

3


(41)

Secara hipotesa berdasarkan spektrum MS pola fragmentasi puncak-puncak yang diberikan seperti pada Gambar 4.9 :

CH3 CH3 HO CH 3 CH3 +e -2e CH3 CH3 HO CH 3 CH3 m/e 204 CH3

CH3C=O H3 CH3 CH3 CH3 CH3 HO CH 3 m/e 161 m/e 189 -C2H6O

HC CH3

H2 +

m/e 147 m/e 121

-C2H2

-C2H4

(C15H26O)

(C13H23)

(C14H23O)

(C12H21)

(C10H17)

(C8H13)

m/e 93


(42)

5. Puncak dengan RT 17.605 menit dengan luas area 2008847 sebanyak 5,21% merupakan senyawa dengan rumus molekul C16H32O2 spektrum massa menunjukkan ion molekul m/z 256. Dengan membandingkan dari data spektrum yang diperoleh pada data spektrum library yang lebih mendekati adalah Asam Palmitat (Gambar 4.10)

a.

b.

Gambar 4.10. Spektrum MS senyawa Asam Palmitat a. Sampel

b. Standart Library

Spektrum masa dari senyawa ini memberikan puncak ion molekul pada masa m/z 256 yang merupakan berat molekul dari Asam Palmitat (C 16-H32O2). Rumus strukturnya sebagai berikut :

C O


(43)

Secara hipotesa berdasarkan spektrum MS pola fragmentasi puncak-puncak yang diberikan seperti pada gambar 4.11 :

C +e -2e O OH C O OH C O OH m/e 256 m/e 213

C3H7 C2H5

C O

OH

m/e 227

-C3H6 -C2H4

C O OH C O OH

m/e 171 m/e 199

-C3H6 -C3H6

C O OH C O OH m/e 129 m/e 157 -CO2 m/e 85

-C3H6

m/e 43

(C16H32O2)+

(C14H27O2)+ (C13H25O2)+

(C10H19O2)+ (C12H23O2)+

(C9H17O2)+ (C7H13O2)+

(C6H13)+

(C3H7)+


(44)

6. Puncak dengan RT 18,929 menit dengan luas area 2008587 sebanyak 5,21% dengan ketinggian 801744 merupakan senyawa dengan rumus molekul C20H30O spektrum massa menunjukkan ion molekul m/z 286. Dengan membandingkan dari data spektrum yang diperoleh pada data spektrum library yang lebih mendekati adalah Podocarp-7-en-3-one (Gambar 4.12)

a.

b.

Gambar 4.12. Spektrum MS senyawa Podocarp-7-en-3-one a. Sampel

b. Standart Library

Spektrum massa senyawa ini memberikan puncak ion molekul pada masa m/z 286 yang merupakan berat molekul dari Podocarp-7-en-3-one (C 20-H30O). Rumus strukturnya sebagai berikut:

O

H3C CH3 CH3

CH3 CH CH2


(45)

Secara hipotesa berdasarkan spektrum MS pola fragmentasi puncak-puncak yang diberikan seperti pada gambar 4.13 :

-C2H4

O

CH3

CH CH2

m/e 187 -C2H2

CH3 O m/e 161 -CH4 O m/e 145

-C2H2

CH2

O

m/e 119 -CO

m/e 91 (C13H15O)+

(C11H13O)+ (C10H9O)+

C8H7O

C7H7

O

H3C CH3

CH3 CH3 CH CH2 +e -2e O

H3C CH3

CH3

CH3

CH CH2

O

H3C CH3

CH3

CH

O

H3C CH3

CH3

CH CH2

CH3

C2H5

m/e 286

m/e 257

m/e 271 -C2H4

O

H3C CH3

CH3

m/e 243

O

CH3

m/e 215 (C20H30O)+

(C19H27O)

(C18H25O)

(C17H23O)+

-C2H4

(C15H19O)+


(46)

7. Puncak dengan RT 20,833 menit dengan luas area 14728894 sebanyak 38,21% dengan ketinggian 4146123 merupakan senyawa dengan rumus molekul C21H30O2 spektrum massa menunjukkan ion molekul m/z 314. Dengan membandingkan dari data spektrum yang diperoleh pada data spektrum library yang lebih mendekati adalah 3-N-Pentyl -Delta.9.-Tetrahydrocannabinol (Gambar 4.14)

a.

b.

Gambar 4.14. Spektrum MS senyawa 3-N-Pentyl

-Delta.9.Tetrahydrocannabinol a. Sampel

b. Standart Library

Spektrum masa memberikan puncak ion molekul pada masa m/z 314 yang merupakan berat molekul dari 3-N-Pentyl-Delta.9.-Tetrahydrocannabinol (C21H30O2). Rumus strukturnya sebagai berikut:


(47)

Secara hipotesa berdasarkan spektrum MS pola fragmentasi puncak-puncak yang diberikan seperti pada gambar 4.15 :

Gambar 4.15 Pola fragmentasi dari senyawa 3-N-Pentyl Delta.9.Tetrahydrocannabinol


(48)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Minyak atsiri yang terkandung pada daun Bangun-bangun Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng dapat diperoleh dengan cara destilasi air (Hidro destilation).

- Daun Bangun-bangun (P. amboinicus (lour) spreng) yang didestilasi sebanyak 1 kg menghasilkan 2 ml minyak atsiri dengan kadar sebesar 0,2% (v/b).

- Dari hasil analisa GC-MS yang dilakukan terhadap minyak atsiri daun Bangun-bangun (P. amboinicus (Lour) Spreng) didapatkan 28 buah puncak sedangkan data MS yang dianalisa sebanyak 7 buah. Berdasarkan area tertinggi yaitu Alpha-Gurjunene (1,33%), Delta-Cadinene (4,26%), Naphthalene (4,26%), Juniper camphor (7,05%), Asam Palmitat (5,21%), Podocarp-7-en-3-one (5,21%), 3-N-Pentyl -Delta.9.-Tetrahydrocannabinol (38,21%).

- Pada pemisahan senyawa kimia dari daun Bangun-bangun tidak hanya senyawa minyak atsiri saja yang diperoleh tetapi senyawa bukan minyak atsiri juga diperoleh.

5.2. Saran

- Sebaiknya dilakukan penelitian tentang uji antibakteri terhadap minyak atsiri dari daun Bangun-bangun (P. amboinicus (Lour) Spreng).


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta A, (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB.

Damanik R, Damanik N, Daulay Z, Saragih S, Premier R, Wattanapenpaiboon N, dan Wahlqvist ML. (2001). Consumption of Bangun-bangun Leaves (coleus ambonicus) to increase breast milk production among Batakneese women in North Sumatra Island, Indonesia. Proceedings of the Nutrition Society of Australia.

Dachriyanus Dr, (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang : Andalas University Press.

Gritter J Roy, Bobbitt M James, dan Schwarting E Arthur, (1991). Pengantar Kromatografi. Terbitan Kedua. Bandung : Penerbit ITB.

Guenther E, (1987). Minyak Atsiri. Jilid 1. Penerjemah, S. Ketaren ; Pendamping, Suhadi Hardjo. Jakarta : Penerbit UI-Press.

Harborne, J.B, (1973).Phytochemical Methods. Second Edition. New york : Chapman and Hall.

Lutony T L, dan Rahmayati Y. (1994). Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.

Santosa C Marganingsih, dan Hertiani T. (2005). Kandungan senyawa kimia dan efek ekstrak air Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus, L.) pada aktivitas fagositosis netrofil tikus putih (Rattus norvegicus). Fakultas Farmasi, UGM, Jogjakarta.

Sastrohamidjojo H., (2004).Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Sihombing M. (2006). Penelitian Pengaruh hati ikan terhadap absobsi berasal dari daun Bangun-bangun ( Coleus Ambonicus ) pada tikus albino strain wistar derived –LMR. Cermin Dunia Kedokteran.


(50)

Silverstein, Bassler dan Morril. (1989). Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi keempat, terjemahan oleh Drs.A.J.Hartomo dan Dra.Anny Victor Purba, MSc. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sudjadi. (1983). Penentuan struktur senyawa organik. Fakultas Farmasi UGM. Bandung: Ghalia Indonesia.

Warsiki E, Damayanthy E, dan Damanik R. (2009), Karakteristik mutu sop daun torbangun (Coleus amboinicus Los) dalam kemasan kaleng dan perhitungan total migrasi bahan kemasan. J Tek Ind Pert. Departemen Teknologi Pertanian, IPB, Bandung.


(51)

(52)

(53)

(54)

Lampiran I.Spektrum GC-MS senyawa

α

-Gurjunene dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(55)

Lampiran 2. Spektrum GC-MS senyawa Delta-Cadinene dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(56)

Lampiran 3.Spektrum GC-MS senyawa Naphthalene dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(57)

Lampiran 4.Spektrum GC-MS senyawa Juniper camphor dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(58)

Lampiran 5.Spektrum GC-MS senyawa Palmitic acid dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(59)

Lampiran 6.Spektrum GC-MS senyawaPodocarp-7-en-3-one dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(60)

Lampiran 7. Spektrum GC-MS senyawa 3-N-Pentyl-Delta.9.-Tetrahydro

cannabinol dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(1)

Lampiran 2. Spektrum GC-MS senyawa Delta-Cadinene dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(2)

Lampiran 3.Spektrum GC-MS senyawa Naphthalene dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(3)

Lampiran 4.Spektrum GC-MS senyawa Juniper camphor dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(4)

Lampiran 5.Spektrum GC-MS senyawa Palmitic acid dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(5)

Lampiran 6.Spektrum GC-MS senyawaPodocarp-7-en-3-one dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


(6)

Lampiran 7. Spektrum GC-MS senyawa 3-N-Pentyl-Delta.9.-Tetrahydro

cannabinol dari minyak atsiri Daun Bangun-bangun yang diperoleh menggunakan alat Stahl


Dokumen yang terkait

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Dari Daun Jeruk Bali Merah (Citrus Maxima (Burm.) Merr) Secara Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (Gc-Ms)

2 98 70

Analisis Secara GC-MS Komponen Minyak Atsiri dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acorus calamus) Hasil isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan dengan Destilasi Uap

8 80 131

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Bangun-Bangun(Plectranthus Amboinicus (Lour.) Spreng.)

17 99 75

Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

19 169 58

Isolasi Minyak Atsiri dari Sereh Merah (Andropogon citratus DC.) Segar dan Kering Serta Analisis Komponen Secara GC-MS

5 68 93

Analisis Secara Gc-Ms Komponen Minyak Atsiri Dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acoruscalamus) Hasil Isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan Dengan Destilasi Uap

7 81 131

Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Salam Koja (Murraya koenigii L. Spreng) Segar dan Kering serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

12 85 101

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Atsiri - Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun Bangun−Bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng) Secara GC−MS

0 0 10

ANALISA KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (lour) spreng) SECARA GC-MS SKRIPSI ADE SURYA AYU LESTARI

0 0 12

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Bangun-Bangun(Plectranthus Amboinicus (Lour.) Spreng.)

0 0 12