Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas
perilaku pada individu yang dilakukan supaya sesuai dengan norma sosial yang ada Baron Byrne, 2005. Konformitas merupakan penyesuaian diri yang
dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya untuk dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang sesuai dan dapat diterima
secara sosial Baron, dkk, dalam Sarwono 2009. Monks 2004 mengatakan bahwa konformitas merupakan penyesuaian yang
dilakukan oleh remaja terhadap norma sosialnya. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana remaja berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya. Konformitas
yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh perkembangan sosialnya. Dimana pada saat itu remaja melakukan dua macam gerak, yaitu remaja mulai memisahkan diri
dari orangtua dan cenderung menuju ke arah teman-teman sebaya atau peer group. Remaja yang memiliki tingkat konformitas yang tinggi cenderung akan
lebih bergantung pada aturan dan norma dalam kelompok sosialnya. Hal ini juga akan mempengaruhi individu terhadap kegiatan akademiknya. Konformitas yang
tinggi pada peer group di lingkungan kampus akan berdampak pada perilaku individu dalam melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Apabila
dalam suatu peer group melakukan penundaan atau prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas, individu cenderung untuk mengikuti perilaku tersebut.
Individu akan lebih memilih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan bersama teman kelompoknya dibanding segera menyelesaikan tugasnya. Hal
tersebut dilakukan individu karena adanya konform pada kelompok untuk dapat diterima dan menghindari celaan dari kelompoknya.
Ferrari 1995 mengemukakan bahwa prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu pengaruh dari teman sebaya atau peer group. Individu yang
cenderung memiliki konformitas tinggi pada lingkungan atau kelompoknya akan berusaha untuk menjadi sama dengan peer group dan kontrol diri yang cenderung
rendah. Apabila peer group malas untuk memulai dan menyelesaikan tugas, maka individu juga cenderung malas dalam memulai dan menyelesaikan tugas.
Konformitas seperti ini yang akan berdampak buruk bagi proses kegiatan akademik mahasiswa. Tugas-tugas yang seharusnya dapat selesai dengan tepat
waktu akan terhambat dan akhirnya hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal. Hal lain yang akan ditimbulkan adalah adanya perasaan marah maupun kecewa
karena gagal dalam menyelesaikan tugas akademik. Akibatnya mahasiswa cenderung untuk melakukan lagi perilaku penundaan sebagai suatu penghindaran
dan akhirnya terjebak dalam roda prokrastinasi. Sebaliknya, remaja yang memiliki tingkat konformitas yang lebih rendah
terhadap teman sebaya atau peer group cenderung memiliki tingkat prokrastinasi yang lebih rendah karena memiliki kontrol diri yang tinggi. Remaja yang
memiliki tingkat konformitas yang lebih rendah mampu mengontrol dan menyesuaikan diri pada lingkungannya sehingga tidak mudah terpengaruh pada
ajakan kelompok. Hal ini yang juga dapat menghindarkan remaja dari perilaku meununda-nunda tugas kuliah ataupun kegiatan akademik lain. Remaja akan
dapat lebih fokus terhadap tugas-tugas akademik dan memperoleh hasil yang lebih maksimal dalam kuliahnya karena memiliki tingkat prokrastinasi yang cenderung
lebih rendah.