Karakteristik Responden

A. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Sampel pada penelitian ini adalah 100 responden yang terdiri dari responden laki-laki dan responden perempuan dengan proporsi seperti pada Tabel 5. 1. Tabel 5. 1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Persentase (%) Laki-laki

Jenis Kelamin

100 Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5. 1. dapat diketahui bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 97 orang dan responden laki-laki sebanyak 3 orang. Jumlah responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini berarti bahwa dari 100 responden, pengaturan konsumsi pangan rumah tangga cenderung dilakukan oleh perempuan. Menurut Engel et al., (1994: 201), keputusan pembelian kategori produk makanan lebih didominasi oleh perempuan.

2. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur Kelompok umur dari konsumen sasaran sangat penting dalam pemasaran. Tabel 5. 2. memperlihatkan karakteristik responden dari konsumen susu formula balita di Kota Yogyakarta menurut kelompok umur. Tabel 5. 2. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur

Umur (Tahun)

Persentase (%) 21-25

Responden

18 18 26-30

27 27 31-35

22 22 36-40

23 23 41-45

8 8 46-50

100 Sumber : Analisis Data Primer

Jumlah

Berdasarkan Tabel 5. 2. dapat diketahui bahwa umur responden yang paling banyak berkisar antara

umur 26 - 30 tahun (27%).

Responden sebanyak

merupakan penduduk usia dewasa, yaitu pada umur 20 - 30 tahun. Menurut Prasetijo dan John (2004: 195), penduduk pada usia ini cenderung membelanjakan uangnya untuk produk- produk yang berkualitas. Lebih jauh Kotler (1999: 231-245) mengemukakan bahwa umur yang termasuk dalam faktor pribadi akan mempengaruhi perilaku pembelian oleh konsumen.

3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat menggambarkan pola berpikir responden dalam menilai produk susu formula balita. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih responsif terhadap informasi. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel

5. 3. Tabel 5. 3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan

Persentase (%) SD

Responden

1 1 SMP

8 8 SMA/SMK

44 44 D1-D3

20 20 S1

26 26 S2/S3

1 1 Jumlah

100 Sumber : Analisis Data Primer Tabel 5. 3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 44 responden dan berpendidikan S1 sebanyak 26 responden. Penduduk yang hanya tamat SD dan SLTP hanya berjumlah 9 orang, berpendidikan D1-D3 (20 orang), dan berpendidikan S2 (1 orang). Pendidikan responden konsumen susu formula balita di pasar swalayan di Kota Yogyakarta cukup tinggi. Konsumen yang mempunyai pendidikan cukup tinggi, berarti konsumen tersebut mempunyai informasi dan berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 44 responden dan berpendidikan S1 sebanyak 26 responden. Penduduk yang hanya tamat SD dan SLTP hanya berjumlah 9 orang, berpendidikan D1-D3 (20 orang), dan berpendidikan S2 (1 orang). Pendidikan responden konsumen susu formula balita di pasar swalayan di Kota Yogyakarta cukup tinggi. Konsumen yang mempunyai pendidikan cukup tinggi, berarti konsumen tersebut mempunyai informasi dan

pembelian susu formula balita. Menurut Kotler (1999: 231-245), faktor psikologis (pendidikan/belajar) mempengaruhi pilihan membeli seseorang.

4. Karakteristik Responden Menurut Mata Pencaharian Karakteristik responden dengan beragam latar belakang mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5. 4. Tabel 5. 4. Karakteristik Responden Menurut Mata Pencaharian

Persentase (%) Ibu Rumah Tangga

Mata Pencaharian

100 Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 5. 4. menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden adalah wanita pekerja (59%) dan 41% adalah ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang mereka terima. Pendapatan tersebut kemudian akan dipertimbangkan pada proses keputusan pembelian dan pola konsumsinya yang selanjutnya akan mempengaruhi daya beli konsumen terhadap susu formula balita. Menurut Kotler (1999: 231-245), pekerjaan akan mempengaruhi perilaku pembelian oleh konsumen.

5. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian. Karakteristik responden menurut pendapatan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 5. 5. Tabel 5. 5. Karakteristik Responden Menurut Pendapatan Rumah Tangga

Persentase (%) < 1.000.000

Pendapatan ( Rupiah)

100 Sumber : Analisis data Primer

Tabel 5. 5. menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yaitu sebanyak 34 responden mempunyai pendapatan rumah tangga di atas Rp 3.000.000,00 kemudian disusul responden dengan pendapatan antara Rp 2.000.000,00 - Rp 3.000.000,00 sebanyak 29 responden dan responden dengan pendapatan antara Rp 1.000.000,00 - Rp 2.000.000,00 sebanyak 24 responden. Menurut BPS Kota Yogyakarta (2010), penduduk dengan golongan pendapatan Rp 2.000.000,00 ke atas dapat digolongkan sebagai penduduk

golongan pendapatan menengah ke atas. Dari Tabel 5. 5. dapat diketahui bahwa konsumen susu formula balita cenderung pada golongan pendapatan menengah ke atas. Menurut Lamb et al. (2000: 201), keputusan pembelian konsumen dipengaruhi faktor kebudayaan, sosial, individu dan psikologis. Karakteristik pendapatan termasuk dalam faktor pribadi.

6. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian, tidak terkecuali dalam proses keputusan pembelian susu formula balita. Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian konsumen . Karakteristik responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 5. 6.

Tabel 5. 6. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga

Persentase (%) (orang)

100 Sumber : Analisis data Primer

Tabel 5. 6. menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen susu formula balita mempunyai jumlah anggota keluarga berjumlah 4 orang yaitu sebesar 44%. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi jumlah pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka akan semakin besar pula pengeluarannya. Lebih jauh, menurut Prasetijo dan John (2005:

150), semakin banyak anggota keluarga maka budayanya akan cenderung kolektif, sangat menentukan perilaku, pilihan produk, dan aktivitas pembelian.