Keadaan Penduduk

B. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di Kota Yogyakarta meliputi pertumbuhan penduduk, keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan usaha adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Penduduk

Kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta tahun 1971-2005 berdasarkan data hasil sensus penduduk dan SUPAS adalah sebagai berikut : Tabel 4. 1. Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 1971-2005

Kepadatan

Pertumbuhan No.

(jiwa/km )

1,87 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2009

*) SUPAS Berdasarkan Tabel 4. 1. dapat diketahui bahwa pada tahun 1971, 1980, 1990 dan 1995, jumlah penduduk Kota Yogyakarta terus mengalami kenaikan dengan persentase pertumbuhan tertinggi pada tahun 1980, yaitu sebesar 1,72% dan yang terendah pada tahun 1995, yaitu sebesar 0,33%. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2000 mengalami penurunan menjadi 397.398 jiwa dengan persentase pertumbuhan penduduk yang negatif, yaitu -0,37%. Namun pada tahun 2005 jumlah penduduk mengalami kenaikan yang cukup tajam menjadi 435.236 jiwa dengan persentase pertumbuhan penduduk sebesar 1,87% dan kepadatan

penduduk 13.392 jiwa/km 2 . Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

kelahiran, kematian, emigrasi dan imigrasi. Jumlah penduduk yang semakin

kebutuhan akan kebutuhan akan

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kota Yogyakarta menurut jenis kelamin pada masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut : Tabel 4. 2. Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta Menurut Jenis Kelamin

dan Kepadatan Penduduk di Kota Yogyakarta Tahun 2008

Kepadatan No. 2 Kecamatan (km ) Jumlah penduduk

Luas

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

(jiwa/km 2 )

456.915 16.389,36 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2009

Kepadatan penduduk yang tertinggi di Kota Yogyakarta adalah di Kecamatan Ngampilan, yaitu sebesar 20.620 jiwa/km 2 . Penduduk

Kecamatan Ngampilan dibanding kecamatan yang lain sebenarnya relatif sedikit, namun karena luas Kecamatan Ngampilan sempit, sehingga kepadatan penduduknya tinggi. Sementara itu kepadatan penduduk terendah di Kota Yogyakarta adalah di Kecamatan Umbulharjo, yaitu

sebesar 9.768 jiwa/km 2 . Penduduk Kecamatan Umbulharjo merupakan yang paling banyak dibanding kecamatan lain di Kota Yogyakarta, namun

karena kecamatannya luas, maka kepadatan penduduknya kecil.

Berdasarkan Tabel 4. 2. dapat diketahui bahwa di Kota Yogyakarta pada tahun 2008 jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki lebih kecil dari jumlah penduduk perempuan. Hal tersebut berlaku di 14 kecamatan di Kota Yogyakarta. Dengan membandingkan jumlah penduduk pria dan wanita, maka dapat diketahui angka sex ratio (SR) :

Jumlah penduduk laki - laki SR =

x 100

Jumlah penduduk perempuan 223.227

= x 100 233.688

= 95,52 (dibulatkan 96) Dari perhitungan di atas dapat diketahui besarnya sex ratio adalah 95,52 (dibulatkan 96). Angka sex ratio sebesar 96 mengandung makna bahwa perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 96 dan 100, artinya bahwa di Kota Yogyakarta setiap 100 orang perempuan terdapat 96 orang laki-laki. Apabila jumlah penduduk perempuan besar, maka kemungkinan bayi yang lahir juga akan semakin besar. Tambahan kelahiran bayi yang semakin banyak akan menyebabkan faktor-faktor yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan bayi akan semakin banyak, salah satunya susu formula balita.

3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Menurut data Badan Pusat Statistik Yogyakarta tahun 2008, keadaan penduduk Kota Yogyakarta menurut kelompok umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 3. Penduduk Kota Yogyakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Persentase No.

Jenis Kelamin

Tahun Jumlah Total Laki-laki Perempuan

456.915 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2009

Berdasarkan Tabel 4. 3. mengenai penduduk Kota Yogyakarta menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2008, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 82.027 pada kelompok umur 20-24 tahun, sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar 8.526 pada kelompok umur 75 tahun ke atas.

∑ usia non produktif = 28.895 + 29.057+ 27.972+ 13.401+ 10.984 +

∑ usia produktif = 48.533 + 82.027 + 45.536 + 37.519 + 33.214 + 28.894 + 22.838 + 16.374 + 14.486

= 329.421 Σ non produktif

ABT (Angka Beban Tanggungan) = x 100 %

Σ produktif

x 100 % = 38,70% (dibulatkan 39)

329.421 Angka beban tanggungan adalah perbandingan jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah penduduk yang produktif selama 1 tahun. Tabel 4. 4. menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kota

Yogyakarta merupakan kelompok usia produktif yaitu sebesar 72,10% (329.421 jiwa) dari total penduduk Kota Yogyakarta keseluruhan. Jumlah kelompok usia non produktif (kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, 60-64, 65-

69, 70-74, dan 75 ke atas) yang lebih kecil dari kelompok usia produktif menunjukkan bahwa beban tanggungan yang ditanggung kelompok produktif terhadap kelompok usia non produktif lebih ringan. Angka Beban Tanggungan (ABT) sebesar 39%, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 39 orang usia non produktif.

Kota Yogyakarta pada tahun 2008 terdapat 140.871 jiwa penduduk perempuan usia produktif (15-45 tahun) dimana pada masa ini merupakan masa perempuan pada umumnya hamil dan kemudian harus menyusui, padahal 64,7%-nya yaitu sebanyak 91.154 jiwa perempuan di Kota Yogyakarta merupakan wanita pekerja dengan waktu untuk memberikan ASI bagi bayinya yang terbatas, sehingga sebagian besar para ibu memberikan susu formula balita sebagai pengganti ASI.

Kelompok umur balita (< 5 tahun) di Kota Yogyakarta menempati urutan ke-7 jumlah penduduk terbanyak dari 16 kelompok umur (28.895 jiwa). Jumlah balita yang cukup banyak ini mengakibatkan semakin banyaknya faktor-faktor yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan balita, misalnya susu formula balita. Hal tersebut dapat menjadikan pertimbangan bagi perusahaan susu formula balita dalam menetapkan strategi pemasaran yang terdiri dari segmentasi pasar, targeting, dan positioning . Menurut Kotler (1999: 231-245), umur yang merupakan faktor pribadi mempengaruhi perilaku pembelian oleh konsumen.

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Menurut data BPS Kota Yogyakarta tahun 2008, jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 4. Jumlah Penduduk Umur 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta Tahun 2008

Jumlah Persentase No. Pendidikan

Tingkat

Laki-laki Perempuan

1. Tidak/belum

45.670 10,67 tamat SD

6. Diploma I/II

7. Akademi/D III

8. PT/D IV

9. S2/S3

218.867 428.020 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2009

Berdasarkan Tabel 4. 4. dapat diketahui di Kota Yogyakarta, jumlah penduduk tamatan SLTA merupakan yang terbanyak dibanding tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 133.200 jiwa atau 31,12% dari total penduduk Kota Yogyakarta usia 5 tahun ke atas. Penduduk tamatan SD menduduki posisi kedua, yaitu sebesar 70.195 jiwa, kemudian disusul tamatan SMP sebesar 66.985 jiwa. Jumlah penduduk yang tidak/belum tamat SD adalah sebesar 45.670 jiwa, jumlah tamatan SMK sebesar 42.503 jiwa dan tamatan Perguruan Tinggi sebesar 69.467 jiwa (16,20%).

Secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Kota Yogyakarta memiliki pendidikan yang cukup tinggi, hal ini didukung dengan kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta yang baik, biaya hidup yang murah, serta lingkungan yang cukup kondusif. Dengan pendidikan yang cukup tinggi maka pengetahuan seseorang menjadi lebih luas, begitu juga pengetahuan para konsumen susu formula balita di Kota Yogyakarta mengenai susu formula balita yang dikonsumsi oleh balitanya setiap hari. Konsumen harus selektif dalam memilih susu formula balita.

5. Keadaan Penduduk Menurut Lapangan Usaha

Berdasarkan data dari BPS Kota Yogyakarta tahun 2007, jumlah penduduk di Kota Yogyakarta menurut lapangan usaha adalah sebagai berikut : Tabel 4. 5. Banyaknya Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja

Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

No. Lapangan Usaha

1. Pertanian Tanaman

5. Pertanian Lainnya

6. Industri Pengolahan

91.154 208.813 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta 2009

Berdasarkan Tabel 4. 5. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bekerja pada lapangan usaha pertanian paling sedikit, karena lahan pertanian di Kota Yogyakarta sempit. Sebesar 97,28% lahan di Kota Yogyakarta dimanfaatkan sebagai lahan untuk kegiatan non pertanian, sementara lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian hanya 2,72%.

Penduduk Kota Yogyakarta paling banyak bekerja di sektor jasa yaitu sebanyak 108.660 jiwa atau 52,04% dari total penduduk usia lebih dari 15 tahun yang bekerja (208.813 jiwa ). Penduduk yang bekerja di sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan pertanian lainnya) jumlahnya sedikit, yaitu 781 jiwa atau hanya 0,37% dari total penduduk usia lebih dari 15 tahun yang bekerja. Hal tersebut dikarenakan sempitnya lahan di Kota Yogyakarta yang digunakan untuk kegiatan pertanian.

Jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima seseorang. Tingkat pendapatan yang diterima akan mempengaruhi pola Jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima seseorang. Tingkat pendapatan yang diterima akan mempengaruhi pola