Tugas Akhir - Pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan sekitarnya

Tugas Akhir

Pengaruh Pembangunan Apartemen Solo Paragon

Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitarnya

Diajukan Sebagai Syarat untuk M encapai Gelar Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh : RINI FAUZIA

I0606039

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WLAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS M ARET

PENGES AHAN PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN S OLO PARAGON TERHADAP KONDIS I LINGKUNGAN S EKITAR

Disusun Oleh : RINI FAUZIA

NIM . I0606039

Surakarta, Juli 2010

Dosen Pembimbing Tugas Akhir :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Ana Hardiana, M T M urtanti Jani Rahayu, ST, M T NIP. 196909191994122001

NIP. 197201172000032001

M engesahkan,

Ketua Ketua Jurusan Arsitektur FT UNS

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota

Ir. Hardiyati, M T Ir. Galing Yudana, M T NIP. 195612091986012001

NIP. 196201291987031002

Pembantu Dekan I

Ir. Nugroho Djarwanti, M T NIP. 195611121984032007

PROGRAM S TUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUS AN ARS ITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERS ITAS S EBELAS MARET S URAKARTA

PENGARUH PEM BANGUNAN APARTEMEN SOLO PARAGON TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR Nama M ahasiswa : Rini Fauzia NIM : I0606039 Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota Dosen Pembimbing : Ir. Ana Hardiana, M T

M urtanti Jani Rahayu, ST. M T

Abstrak Dibangunnya apartemen, mall, kondotel dan city walk Solo Paragon di Kota Surakarta merupakan pembangunan sebagai upaya intensifikasi fungsi di pusat kota, yaitu berupa pembangunan vertikal. Solo Paragon memberikan pengaruh terhadap kecenderungan perubahan baik kondisi fisik, kondisi sosial, maupun kondisi ekonomi warga sekitarnya. Dan terjadi selama kurun waktu 3

tahun belakangan ini mulai dari berkembangnya isu-isu Solo Paragon dibangun. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh fisik terkait kemunculan gejala-gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan menjadi komersil, mengidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar dan mengidentifikasi pengaruh ekonomi masyarakat sekitar apartemen Solo Paragon. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pertama, dilakukan identifikasi gejala perkembangan, jenis kegiatan komersial yang ada sebelum dan sesudah Solo Paragon dibangun, sebaran lokasi unit-unit perubahan dan pola pemanfaatan lahan yang disajikan secara spasial. Pada tahap akhir, dilakukan identifikasi pengaruh kondisi sosial dan ekonomi warga sekitar terkait adanya pembangunan Solo Paragon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perubahan pemanfaatan lahan komersial memanjang ada bagian periferi (menghadap jalan utama) khususnya Jalan Yosodipuro. Dengan pertambahan sebesar 27 unit untuk kegiatan perdagangan dan sebesar 19 unit untuk kegiatan jasa. Pada aspek sosial, diperoleh bahwa masyarakat sekitar tidak siap menerima kehadrian Solo Paragon karena merasa semakin heterogennya strata sosial sehingga sulit untuk berinteraksi, dan khawatir akan adanya gab/kesenjangan sosial dan infiltrasi kalangan menengah ke atas. Selain itu, khususnya PKL merasa semakin tereduksinya ruang publik untuk berjualan di sekitar Solo Paragon. Pada aspek ekonomi, hanya sedikit warga sekitar yang direkrut sebagai tenaga kerja Solo Paragon. Kemudian, dengan adanya pembangunan Solo Paragon dapat mendorong kegiatan usaha ekonomi masyarakat sekitar. Selain itu, harga lahan menjadi naik sehingga sebesar 22.35% warga sekitar yang mengubah fungsi bangunan menjadi komersil (komersialisasi bangunan).

Kata kunci : Solo Paragon, lahan, sosial, ekonomi

MOTTO

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan

mencukupkan keperluannya” (Ath Thalaq : 2 – 3)

“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-baqarah : 216)

“Jangan membuang-buang waktu. Karena ia tak akan bisa diputar kembali” (penulis)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Papa dan mama tercinta, terima kasih atas dorongan dan doa yang selalu diberikan selama ini.

2. Ketiga kakakku tersayang yang selalu ada saat aku susah maupun senang.

3. Ibu Ir. Ana Hardiana, MT selaku dosen pembimbing I dan Ibu Murtanti Jani Rahayu, ST, M T, yang telah memberikan waktu, arahan dan kesabarannya kepada peneliti selama penyusunan tugas akhir ini.

4. Ir. Galing Yudana, MT, selaku ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota.

5. Ir. Widaryatmo, Msi dan Ir. Hari Y, MT, selaku dosen penguji.

6. Seluruh dosen PWK UNS atas pengetahuan, wawasan dan motivasi yang diberikan.

7. Teman-teman PWK „06. Untuk my besties Ruli, Isna, Dela, Riri, Isma, Panganti, Ektin dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Seluruh staf dan karyawan/manajemen Solo Paragon, DTK, maupun dinas-dinas lain yang terkait terima kasih atas bantuannya.

9. Seluruh pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam pembuatan Tugas Akhir yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT M embalas segala kebaikan Bapak, Ibu, Saudara/i dengan balasan yang lebih baik. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan penulis untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.

Surakarta, Juli 2010

Rini Fauzia

Gambar 5.9 Diagram Olah Data Kusioner Variabel Sosial Kedua .................. 104 Gambar 5.10 Gambar Prosentase Warga yang M enjadi Tenaga Kerja di

Solo Paragon ............................................................................. 108 Gambar 5.11 Diagram Kenaikan Harga Tanah dan Pajak Bumi dan Bangunan di Sekitar Solo Paragon............................................... 112 Gambar 5.12 Diagram Olah Data Kuisioner Aspek Ekonomi ........................... 113

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin meningkat pula permintaan kesediaan lahan yang dipergunakan untuk penyediakan fasilitas sarana prasarana. Permintaan akan lahan terus bertambah, sedangkan lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Hal tersebut gencar dilakukan baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengadakan pembangunan khususnya upaya intensifikasi fungsi di pusat kota, yaitu berupa pembangunan vertikal dalam hal ini “high rise apartemens” untuk pengkonsentrasian tempat tinggal di pusat kota (Yunus, 2008).

Adanya pembangunan dalam suatu kota membawa konsekuensi spasial di kawasan sekitarnya. Selain itu, perkembangan pembangunan perkotaan membawa perubahan pada berbagai aspek baik dari segi lingkungan, fisik, sosial, dan ekonomi. Sebagai dampak globalisasi, perencanaan perkotaan perlu dikembangkan secara interdisiplin untuk mengkaji dampak yang timbul akibat pelaksanaan pembangunan di kawasan perkotaan termasuk mendorong terjadinya perubahan pemanfaatan lahan. Khususnya pembangunan yang berada di area permukiman yang sudah ada sebelumny a.

Beberapa tahun belakangan ini pembangunan Kota Solo meningkat drastis. Dibangunnya sejumlah konsep hunian kelas vertikal di Kota Solo dalam rentang waktu yang hampir bersamaan dengan tujuan memfasilitasi

masyarakat sesuai perubahan zaman. Kehadiran hunian sekelas apartemen, akan memberikan nuansa lain bagi pertumbuhan warna-warni bisnis properti industri properti kota Surakarta. Dan prospek ekonomi Kota Surakarta dinilai bagus dan pertumbuhan ekonominya terbilang cukup pesat mendorong animo para investor untuk melakukan investasi di kota

Solo Paragon merupakan salah satu bangunan mix-use yang di dalamnya mengintegrasikan fungsi hunian berupa apartemen dan kondotel, dengan city walk, lifestyle mall dan entertainment akan menjadi tonggak kemegahan kota. Dan dipastikan megaproyek ini akan menjadi pusat tren (trend setter) dalam industri properti, baik untuk regional Solo maupun Jawa Tengah secara umum. Dibangun di atas lahan seluas 4,1 hektare dengan tinggi bangunan 24 lantai, Apartemen Solo Paragon merebut julukan sebagai bangunan tertinggi pertama di Jawa Tengah & DIY. Dengan mengambil lokasi yang cukup strategis, dekat dengan pusat Kota Solo yaitu di antara 3 Kelurahan yaitu kelurahan M angkubumen Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Sriwedari dan Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan tepatnya pada lahan bekas RSUP M uwardi, hunian kelas vertikal pencakar langit ini akan menjadi ikon baru bagi Solo.

Pembangunan mix use yang berada di lahan bekas lahan kosong di tengah kota ini berada di BWK VI yang sesuai dengan RUTRK Kota Surakarta tahun 1993-2013, bahwa kawasan ini merupakan peruntukan perumahan dan kawasan komersial sekaligus sebagai kawasan mix use. Sehingga kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar Apartemen Solo Paragon semakin menguatkan perda yang ditetapkan tersebut. Usaha-usaha untuk memaksimalkan penggunaan lahan tercermin dari semakin intensifnya pemanfaatan suatu guna lahan. Kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak produktif dan tidak menguntungkan selalu akan dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain yang lebih produktif dan menguntungkan.

Perubahan fungsional tersebut, menimbulkan gejala bangkitan lain di dalam perubahan pemanfaatan lahan di sekitarnya seperti munculnya kegiatan ekonomi baru di sekitar Apartemen Solo Paragon (komersialisai bangunan). Saat ini, tidak hanya persil yang menghadap ke koridor jalan utama (bagian periferi) yang telah beralih fungsi menjadi kegiatan komersial, tetapi sudah menerobos persil-persil lainnya di dalam (bagian enclave). Perubahan pemanfaatan lahan ditandai dengan berkembangnya Perubahan fungsional tersebut, menimbulkan gejala bangkitan lain di dalam perubahan pemanfaatan lahan di sekitarnya seperti munculnya kegiatan ekonomi baru di sekitar Apartemen Solo Paragon (komersialisai bangunan). Saat ini, tidak hanya persil yang menghadap ke koridor jalan utama (bagian periferi) yang telah beralih fungsi menjadi kegiatan komersial, tetapi sudah menerobos persil-persil lainnya di dalam (bagian enclave). Perubahan pemanfaatan lahan ditandai dengan berkembangnya

Setelah adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon di kawasan tersebut, diduga harga lahan di sekitarnya cenderung naik. Sehingga merangsang terjadinya persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan yang akan menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai lahannya.

Kesiapan masyarakat menerima budaya apartemen perlu dipertanyakan. Perkembangan Kota Solo yang terbilang metropolis sangat berseberangan dengan tradisi masyarakat yang ada. Terlihat bahwa pembangunan Apartemen Solo Paragon ini cenderung bersifat modern di tengah sekelompok masyarakat yang sebelumnya adalah masyarakat yang belum pernah menerima dinamika pembangunan yang menuju ke arah metropolis ini. Kecenderungan ini dalam jangka panjang akan mempengaruhi pula pada perubahan sosial masyarakat karena adanya infiltrasi orang-orang yang masuk dengan memiliki kemampuan ekonomi menengah ke atas seperti gab antar strata sosial dan pengaruh gaya hidup konsumtif.

Dari segi ekonomi, adanya Solo Paragon dijadikan sebagai keuntungan tersendiri bagi berbagai pihak, baik pemerintah, pengembang maupun masyarakat khususnya masyarakat sekitar. Karena dianggap dapat menunjang ekonomi masyarakat sekitar karena selain membuka lapangan pekerjaan yang memprioritaskan masyarakat sekitar, juga menjadi pusat Dari segi ekonomi, adanya Solo Paragon dijadikan sebagai keuntungan tersendiri bagi berbagai pihak, baik pemerintah, pengembang maupun masyarakat khususnya masyarakat sekitar. Karena dianggap dapat menunjang ekonomi masyarakat sekitar karena selain membuka lapangan pekerjaan yang memprioritaskan masyarakat sekitar, juga menjadi pusat

Konsekuensi dari perubahan pemanfaatan lahan suatu kawasan bisa jadi mempengaruhi pula terhadap kodisi sosial ekonomi masyarakat. Dan hal tersebut diduga karena adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kondisi spasial yang nantinya juga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat di lingkungan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari kajian teoritis dan kajian empiris, muncul dugaan permasalahan yang berupa indikasi perubahan pemanfaatan lahan akibat adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon seperti perubahan fungsi bangunan komersial, serta pengaruh sosial dan ekonomi yang dipengaruhi oleh pembangunan Apartemen Solo Paragon. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa pertanyaan

penelitian yaitu :  Bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kecenderungan perubahan kondisi fisik, sosial dan

ekonomi masyarakat di sekitarnya ?

1.3 Tujuan dan S asaran

Tujuan : Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan akhir penelitian

ini adalah mengetahui bagaimana pengaruh pembangunan Apartemen Solo Paragon terhadap kecenderungan perubahan kondisi lingkungan sekitarnya.

Sasaran :

1. Mengidentifikasi gejala perkembangan kegiatan yang terjadi akibat adanya pembangunan Solo Paragon.

2. Mengidentifikasi jenis kegiatan komersial sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon.

3. Mengidentifikasi sebaran lokasi unit-unit perubahan di sekitar Solo Paragon.

4. Mengidentifikasi pola pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon.

5. Mengidentifikasi pengaruh sosial pada masyarakat sekitar Solo Paragon.

6. Mengidentifikasi pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Solo Paragon.

1.4 Manfaat Penelitian

M anfaat penelitian ini bagi para pengambil kebijakan maupun bagi para akademisi adalah sebagai berikut :

1. Dalam pengembangan keilmuan perencanaan wilayah dan kota, informasi mengenai pengaruh perubahan kondisi fisik dan sosial ekonomi akibat pembangunan Solo Paragon dapat dimanfaatkan sebagai bentuk antisipasi bagi pengembang, pemerintah kota Surakarta dan masyarakat sekitar agar ke depannya dapat lebih terkendali

2. Pada sisi praktis, penelitian ini menghasilkan suatu gambaran mengenai perubahan pemanfaatan lahan, sosial dan ekonomi, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah kota Surakarta khususnya dan masyarakat pada umumnya.

1.5 Tahapan Penelitian

PENDAHULUAN

Tujuan dan Sasaran :

Pembahasan penelitian

Pengaruh pembangunan

Landasan Teoritik :

Mengetahui bagaimana pengaruh

Output :

Apartemen Solo Paragon pembangunan Apartemen Solo Paragon

terhadap kecenderungan perkubahan kondisi - Teori perkembangan

terhadaap kondisi

Pengaruh pembangunan

lingkungan sekitarnya Apartemen Solo Paragon

lingkungan sekitar

- Teori perubahan

perubahan apa

terhadap kondisi

lingkungan sekitarnya Latar Belakang :

1. Mengidentifikasi gejala perkembangan

lahan

saja yang terjadi

kegiatan yang terjadi akibat adanya

- Teori perubahan

baik fisik, sosial

pembangunan Solo Paragon.

2. Mengidentifikasi jenis kegiatan komersial

sosial

maupun di

Globalisasi yang terjadi di kota

- Teori pusat

lingkungan sekitar

Solo memunculkan adanya sebelum dan sesudah adanya pembangunan Solo Paragon.

pertumbuhan dan

Apartemen Solo

salah satu mix use

Paragon selama Mengidentifikasi sebaran lokasi unit-unit

Kesimpulan yang berisi development rekomendasi untuk

3. nilai lahan

yaitu Apartemen

perubahan di sekitar Solo Paragon.

tahap pelaksanaan

Solo Paragon. Pembangunan 4. Mengidentifikasi pola pemanfaatan lahan di

pembangunan

pemerintah, masyarakat, yang terletak di pusat kota Solo

sekitar Solo Paragon.

maupun pihak Apartemen mempengaruhi kondisi spasial

tersebut diduga dapat 5. Mengidentifikasi pengaruh sosial pada

masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon.

Data :

Aspek penelitian :

Solo Paragon

di lingkungan sekitar yang 6. Mengidentifikasi pengaruh ekonomi

Survey primer

masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon.

Kondisi spasial di

terkait pula dengan perubahan

- Kecenderungan

sekitar Apartemen

kondisi sosial maupun ekonomi

perkembangan

Solo Paragon

Metodologi :

pemanfaatan lahan

Kondisi sosial

Rumusan Masalah :

1. masyarakat sekitar

(Observasi

Metode pengumpulan data

lapangan)

Kondisi ekonomi

Bagaimana pengaruh

 Survey (primer dan sekunder)

- Hasil

wawancara

masyarakat sekitar

pembangunan Apartemen Solo

 Kuisioner dgn teknik sampling penduduk

dengan

Apartemen Solo

Paragon terhadap indikasi  Wawancara

sekitar

perkembangan kondisi fisik, sosial

2. Metode Analisis Data

- Hasil kuesioner tentang

Paragon

dan ekonomi masyarakat di  Metode kualitatif

aspek fisik, sosial, dan

sekitarnya

(Deskriptif induktif)

ekonomi.

3. Sintesis Data Penarikan kesimpulan berisi

Survey sekunder

pengaruh pembangunan Apartemen

Rini Fauzia │I0606039

Solo Paragon terhadap kondisi lingkungan sekitarnya

1.6 Batasan Penelitian

1.6.1 Batasan Wilayah Penelitian

Lokasi penelitian ini mempunyai 2 batasan wilayah yaitu : Lokus : Terdiri atas Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Sriwedari, dan Kelurahan Penumping. Fokus : Difokuskan pada wilayah penelitian yang berada di

sekitar Apartemen Solo Paragon, dengan menggunakan batas- batas fisik wilayah penelitian sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Jalan Hasanudin • Sebelah Timur : Jalan Muwardi, Kelurahan Purwosari • Sebelah Selatan : Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan

Penumping, Kelurahan Sriwedari

• Sebelah Barat : Jalan Dr. Supomo, Kelurahan Punggawan

Gambar 1.1 Peta Area Penelitian

1.6.2 Batasan Waktu Penelitian

Batasan waktu penelitian yang dilakukan adalah mulai dari awal terjadinya isu pembangunan Solo Paragon yaitu tahun 2006 hingga penelitian berlangsung yaitu tahun 2010 (sesudah pembangunan Solo Paragon).

1.6.3 Batasan Materi Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah pengaruh perubahan pemanfataan lahan, pengaruh perubahan sosial dan pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon. Dan kajian terhadap variabel pengaruhnya.

1.7 S istematika Penulisan

Sistematika pembahasan pada penelitian ini terdiri dari : Tahap 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang dilakukan studi, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah studi dan substansi pembahasan, serta sistematika penulisan.

Tahap 2 Pengaruh pembangunan apartemen dalam perspektif teori Berisi tentang hasil studi literatur dari beberapa referensi yang berkaitan dengan pembangunan mix use Apartemen Solo Paragon. Tinjauan pustaka juga menguraikan tentang perkembangan kota, variabel pengaruh yang digunakan seperti perubahan pemanfaatan lahan, perubahan sosial dan teori pusat pertumbuhan.

Tahap 3 M etode penelitian M embahas tentang jenis penelitian, variabel penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis, dan sintesa.

Tahap 4 Gambaran umum obyek penelitian M enjelaskan kondisi eksisting berupa kondisi pemanfaatan lahan, kondisi sosial dan kondisi ekonomi

Kelurahan mangkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari secara umum berdasarkan materi pembahasan, kedudukan fungsi kawasan dan potensi lingkungan.

Tahap 5 Analisis pengaruh pembangunan apartemen Solo Paragon

terhadap kondisi lingkungan sekitar Analisis

terlebih dahulu mengidentifikasi karakteristik perubahan kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan, analisis pengaruh perubahan pemanfataan lahan, pengaruh perubahan sosial dan pengaruh ekonomi masyarakat sekitar Apartemen Solo Paragon.

dilakukan

dengan

Tahap 6 Penutup Penutup berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan diperoleh dari semua pembahasan dalam studi untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan rekomendasi diberikan secara praktis di lapangan atau teoritis yang berupa usulan studi lanjutan kepada pihak yang dituju.

BAB 2 PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN DALAM PERS PEKTIF TEORI

Untuk mengkaji pengaruh fisik, soial dan ekonomi ari sebuah pembangunan apartemen, terlebih dahulu perlu dipahami tentang teori perkembangan kota, teori lahan, teori perubahan sosial, teori nilai lahan dan teori pusat pertumbuhan.

2.1 Perkembangan kota

2.1.1 Proses Perkembangan Spasial Sentripetal

Proses perkembangan spasial sentripetal adalah suatu proses penambahan bangunan-bangunan kekotaan yang terjadi di bagian dalam kota (the inner parts of the city). Proses ini terjadi pada lahan- lahan yang masih kosong di bagian dalam kota, baik berupa lahan yang terletak diantara bangunan-bangunan yang sudah ada, maupun pada lahan-lahan terbuka lainnya. (Yunus, 2008)

Perkembangan vertikal adalah bentuk penambahan ruang di bagian dalam kota dengan cara membangun bangunan bertingkat dengan tujuan mempeoleh ruang yang lebih luas untuk mengakomodasikan kegiatan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa proses perkembangan spasial sentripetal ini disebut juga proses pengisian ruang-ruang yang kosong (the spatial infilling process/SIP). (Yunus, 2008)

Pada umumnya, persyaratan pembangunan yang dilaksanakan sebagian besar sudah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga kesesuaianya dengan konsep tata ruang sangat mudah dilihat. Di bagian pusat kota biasanya akan didominasi oleh perkembangan spasial vertikal dalam wujud bangunan bertingkat banyak (high rise building/multi storied building). Hal ini wajar karena daerah pusat kota merupakan daerah yang mempunyai aksesibilitas fisik paling Pada umumnya, persyaratan pembangunan yang dilaksanakan sebagian besar sudah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga kesesuaianya dengan konsep tata ruang sangat mudah dilihat. Di bagian pusat kota biasanya akan didominasi oleh perkembangan spasial vertikal dalam wujud bangunan bertingkat banyak (high rise building/multi storied building). Hal ini wajar karena daerah pusat kota merupakan daerah yang mempunyai aksesibilitas fisik paling

2.1.2 Proses Perkembangan Spasial Secara Vertikal

Gejala perkembangan spasial kota secara vertikal adalah proses penambahan ruang kota dengan menambahkan jumlah lantai bangunan pada bangunan tertentu sehingga luas lantai bangunan akan semakin luas seiring dengan bertambah banyaknya lantai bangunan tersebut. (Yunus, 2008)

Bangunan-bangunan yang terbentuk adalah bangunan-bangunan bertingkat dari tingkat dua sampai puluhan tingkat yang kemudian terkenal dengan skyscrapers. Oleh karena tingginya bangunan yang menjulang seolah-olah mencapai langit, sehingga dijuluki gedung pencakar langit. Gejala munculnya gedung bertingkat banyak seiring dengan kemajuan di bidang teknologi konstruksi gedung serta makin langkanya ruang di bagian dalam kota untuk mengakomodasikan kegiatan yang terus berkembang. (Yunus, 2008)

Penyebab utamanya adalah upaya intensifikasi fungsi di bagian dalam kota, sejalan dengan makin langkanya lahan-lahan kosong dan makin tingginya frekuensi dan volume kegiatan kota. Beberapa pemerintah kota berinisiatif untuk mengadakan revitalisasi pusat kota dengan membangun bangunan-bangunan bertingkat banyak yang tidak semata-mata dimanfaatkan untuk kegiatan komersial, namun juga untuk tempat tinggal. Perkembangan ini telah mengubah struktur tata ruang kota, khususnya di bagian pusat kota yang semula hanya berfungsi sebagai business district, kemudian juga berfungsi sebagai residential district, khususnya pada lantai-lantai bangunan yang berada di bagian paling atas. Sementara itu untuk lantai-lantai di bagian bawahnya berturut-turut adalah perkantoran dan bagian paling bawah adalah kegiatan retailing. Pengaturan pemanfaatan ruang semacam ini sebenarnya berkaitan erat dengan faktor kemudahan untuk mencapai bagian-bagian tersebut. Tinggi rendahnya aksesibilitas fisik pada Penyebab utamanya adalah upaya intensifikasi fungsi di bagian dalam kota, sejalan dengan makin langkanya lahan-lahan kosong dan makin tingginya frekuensi dan volume kegiatan kota. Beberapa pemerintah kota berinisiatif untuk mengadakan revitalisasi pusat kota dengan membangun bangunan-bangunan bertingkat banyak yang tidak semata-mata dimanfaatkan untuk kegiatan komersial, namun juga untuk tempat tinggal. Perkembangan ini telah mengubah struktur tata ruang kota, khususnya di bagian pusat kota yang semula hanya berfungsi sebagai business district, kemudian juga berfungsi sebagai residential district, khususnya pada lantai-lantai bangunan yang berada di bagian paling atas. Sementara itu untuk lantai-lantai di bagian bawahnya berturut-turut adalah perkantoran dan bagian paling bawah adalah kegiatan retailing. Pengaturan pemanfaatan ruang semacam ini sebenarnya berkaitan erat dengan faktor kemudahan untuk mencapai bagian-bagian tersebut. Tinggi rendahnya aksesibilitas fisik pada

2.1.3 Dampak Perkembangan Spasial Sentripetal

Secara fisikal, dampak langsung yang dapat diamati adalah adanya suatu kepadatan bangunan (densitifikasi) di bagian dalam kota dimana terjadinya densifikasi bangunan menyebabkan proporsi massa bangunan (solids) kebih besar daripada ruang luarnya (voids). Dan bila tidak ada upaya manajemen dapat mengakibatkan kerusakan/deteorisasi lingkungan. Kenyataan empiris menunjukkan bahwa proses densifikasi di Indonesia selama ini tidak sepenuhnya terarah dan terkendali (uncontrolled densitification process), sehingga dampak negatif yang tidak diharapkan telah muncul di berbagai kota besar yaitu deteroisasi lingkungan (environmental deteriorisation), khususnya lingkungan permukiman. (Yunus 2008)

2.2 Lahan

2.2.1 Definisi Lahan

Secara umum, lahan memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan sumberdaya alam yang lain, yaitu:

1. Lahan mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan sumber daya yang lain, meliputi:

a. Lahan merupakan aset ekonomis yang tidak terpengaruh oleh penurunan nilai dan harganya tidak terpengaruh oleh faktor waktu.

b. Jumlah lahan terbatas dan tidak dapat bertambah, kecuali melalui reklamasi.

c. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, sehingga lahan yang luas di suatu daerah merupakan keuntungan bagi daerah tersebut yang tidak dapat dialihkan dan dimiliki oleh daerah lain.

2. Lahan mempunyai nilai dan harga.

3. Hak atas lahan dapat dimiliki dengan aturan tertentu.

2.2.2 Definisi Pemanfaatan Ruang/Lahan

Pemanfaatan ruang adalah bermacam aktivitas yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan lahan pada suatu wilayah berdasarkan perilaku manusia itu sendiri yang mempunyai arti dan nilai yang berbeda-beda. Wujud pola pemanfaatan lahan berupa pola spasial pemanfaatan ruang, antara lain meliputi penyebaran permukiman, pola alokasi, tempat kerja, pertanian serta pola penggunaan lahan perkotaan dan pedesaan (Jayadinata, 1992). Penentuan (determinan) tata guna tanah dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu (Jayadinata, 1992):

1. Tingkah laku manusia

2. Kosentrasi penduduk (dalam wilayah yang luas)

3. Segregasi (terkumpulnya kelompok homogen) sehingga terpisah dari kelompok lain

4. Sentralisasi dan desentralisasi (terkumpulnya penduduk disebabkan oleh prasarana sosial-ekonomi)

5. Dominasi atau hal yang menonjol (misalnya : prestige untuk tinggal di bagian tertentu)

6. Invasi dari kelompok lain yang berbeda dalam keadaan sosial, ekonomi, dan budaya. Jika kelompok baru mengalahkan kelompok lama, hal tersebut di sebut suksesi (penggantian)

7. Kepentingan umum sebagai penentu, meliputi : kesehatan, keamanan, dan moral

8. Kesejahteraan umum (termasuk kemudahan, keindahan, kenikmatan) dan sebagainya.

2.2.3 Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan

Fenomena perubahan pemanfaatan lahan tidak terjadi pada semua lokasi. Hal ini terjadi karena adanya pertimbangan lokasi (produktivitas lahan) sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfatan lahan (Alit, 2001). Pendekatan teori neoklasik tentang ekonomi dan perubahan lokasi yang dikembangkan oleh Von Thunen (1826), Weber (1929) dan Christaler (1933), mengemukakan bahwa secara normatif masyarakat akan memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh dari lahan dan/atau kegiatan yang dilakukan dalam pemilihan lokasinya (Alit, 2001). Oleh karena itu, kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi yang menawarkan peluang dan kemudahan dibandingkan dengan lokasi lainnya, seperti tingkat aksesibilitas tinggi dan kelengkapan utilitas. Perubahan pada suatu lahan dapat dibedakan atas perubahan lahan pada kawasan komunitas seperti kawasan pusat kota (CBD). Contoh jenis perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di Kawasan Pusat Kota (CBD) seperti :

1. Dari tanah kosong menjadi : rumah atau tempat tinggal, tempat usaha, tempat tinggal dan tempat usaha.

2. Dari fungsi rumah atau tempat tinggal menjadi : tempat tinggal dan tempat usaha, tempat usaha.

3. Dari gudang menjadi : tempat usaha.

Adanya suatu pembangunan berpengaruh terhadap perubahan spasial wilayah di sekitarnya. dimana faktor-faktor pengaruh perubahan spasial yaitu : (Yunus, 2002)

1. Faktor aksesibilitas Aksesibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap pemanfaatan lahan, aksesibilitas dalam hal ini adalah aksesibilitas fisikal. Dalam penjelasannya, Lee (1979) lebih menekankan kepada aksesibilitas fisikal. Aksesibilitas fisikal tidak lain merupakan tingkat kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi yang 1. Faktor aksesibilitas Aksesibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap pemanfaatan lahan, aksesibilitas dalam hal ini adalah aksesibilitas fisikal. Dalam penjelasannya, Lee (1979) lebih menekankan kepada aksesibilitas fisikal. Aksesibilitas fisikal tidak lain merupakan tingkat kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi yang

2. Faktor karakteristik pemilik lahan Faktor karakteristk lahan menentukan corak perkembangan spasial di suatu tempat, khususnya akselerasi intensitas perkembangannya. Pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi kuat akan berbeda dengan pemilik lahan yang berstatus ekonomi lemah. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat (Yunus, 2001).

3. Faktor prakarsa pengembang Faktor prakarsa pengembang mempunyai peranan yang kuat pula dalam mengarahkan pengembangan spasial suatu kota. Oleh karena pengembang selalu menggunakan ruang yang cukup luas maka keberadaan kompleks yang dibangun akan mempunyai dampak yang besar pula terhadap lingkungan sekitar. Pada daerah tertentu yang mungkin sebelum dibeli oleh pengembang merupakan lahan yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat rendah, setelah dibeli oleh pengembang merupakan lahan yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat rendah, setelah dibeli dan dimanfaatkan pengembang untuk pembangunan kawasan permukiman elit dengan prasarana dan sarana permukiman yang lengkap dan baik, maka daerah yang bersangkutan akan berubah menjadi daerah yang sangat menarik pemukim-pemukim baru maupun bentuk ekonomi.

2.3 Perubahan Sosial

Lahan sangat dihargai masyarakat dan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Lahan mempunyai nilai yang tidak dapat direndahkan begitu saja bahkan

oleh slogan pembangunan (Nasution,1993). M enurut Jayadinata (1992) terdapat nilai-nilai dalam hubungannya dengan penggunaan lahan yaitu hubungan dalam bentuk kebiasaan, sikap moral, pantangan, peraturan pemerintah, peninggalan kebudayaan, dan pola tradisional. Terdapat berbagai pendapat kontradiksi terhadap penggunaan lahan yaitu, di satu sisi menyikapi lahan sebagai komoditi, di lain sisi menganggap lahan sebagai suatu hubungan jiwa dan kehidupan .

“space is not a photocopy of society,, it is society. Spatial form and processes are formed by the dynamics of overall social culture”

(Castell, 2002)

Kehidupan sosial budaya masyarakaat perkotaan mencakup diferensiasi sosial, pola hubungan sosial, kelompok strategik dan sistem struktur sosial. Ruang sendiri hanyalah materi fisik yang mewadahi kehidupan ekonomi, politik dan sosial budaya masyarakat. Perkembangan kota tidak dapat dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Perubahan sosial yang berlangsung di tingkat kemasyarakatan menjadi kajian strategik bagi para ahli ilmu sosial. Bahkan pada abad ini dapat dijadikan peluang untuk memahami kecenderungan dan mengkonfigurasikan kembali tatanan sosial (Sassen,2000) Berkembangnya kajian budaya lokal dengan konfigurasi baru berbagai aspek kehidupan komunitas antara lain gaya hidup, subkultur perkotaan, dan disorganisasi sosial. Selain proses urbanisasi, kemajuan teknologi membawa konsekuensi sosial terhadap kehidupan sosial budaya khususnya interaksi antar individu yang merubah pola hubungan sosial.

Proses lokalitas kota merupakan tarik-menarik yang kompleks antar ruang fisik dan kehidupan sosial budaya. Locality, menunjuk pada sistem sosial lokal, berkaitan dengan ruang yang dialokasikan untuk jenis kegiatan tertentu. Pertambahan penduduk akan mendorong perubahan spasial maupun kehidupan sosial budaya. Proses globalisasi mempengaruhi integrasi dan dis-integrasi perubahan sosial budaya komunitas kota. (URDI, 2005) Stratifikasi merupakan hasil kebiasaaan hubungan antar manusia secara teratur dan tersusun, sehingga setiap orang, setiap saat mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang lain secara vertikal maupun mendatar dalam masyarakatnya. M engenai situasi individu dalam kelompok maupun dalam masyarakat luas, F. Znaniecki berpendapat bahwa situasi dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi subyektif dan segi obyektif. Subyektif yaitu penilaian pribadi, sesuai interpretasi dan konsep pribadi. Obyektif yaitu penilaian oleh masyarakat yang ditentukan oleh faktor-faktor kebudayaannya. Dalam kehidupan bermasyarakat ataupun public life-nya, maka manusia belajar untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai dan keadaan yang sebenarnya, yang sering tidak diinginkannya. Pembangunan dan akibatnya terhadap stratifikasi sosial dimana pembangunan menginginkan peningkatan martabat manusia melalui pembangunan dalam segala bidang seperti sesuai dengan pembangunan dalam bidang materi dan nonmateri. Suatu elit akan menerima perubahan kebudayaan, apabila menunjang bahkan mengukuhkan kedudukannya sebagai elit. Sebaliknya suatu elit akan menolak apabila suatu inovasi akan melemahkan kedudukannya yang terhormat dan berkuasa. Dengan sendirinya perubahan akan dinilai dan diteropong oleh elit dari segi kepentingan sosialnya. Ia akan menunjang ide pembangunan apabila pembangunan memperkuat kedudukannya. Akibat dari situasi ketergantungan pembangunan dari sikap mendukung atau tidak dari elit setempat telah menghasilkan pendapat umum bahwa Proses lokalitas kota merupakan tarik-menarik yang kompleks antar ruang fisik dan kehidupan sosial budaya. Locality, menunjuk pada sistem sosial lokal, berkaitan dengan ruang yang dialokasikan untuk jenis kegiatan tertentu. Pertambahan penduduk akan mendorong perubahan spasial maupun kehidupan sosial budaya. Proses globalisasi mempengaruhi integrasi dan dis-integrasi perubahan sosial budaya komunitas kota. (URDI, 2005) Stratifikasi merupakan hasil kebiasaaan hubungan antar manusia secara teratur dan tersusun, sehingga setiap orang, setiap saat mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang lain secara vertikal maupun mendatar dalam masyarakatnya. M engenai situasi individu dalam kelompok maupun dalam masyarakat luas, F. Znaniecki berpendapat bahwa situasi dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi subyektif dan segi obyektif. Subyektif yaitu penilaian pribadi, sesuai interpretasi dan konsep pribadi. Obyektif yaitu penilaian oleh masyarakat yang ditentukan oleh faktor-faktor kebudayaannya. Dalam kehidupan bermasyarakat ataupun public life-nya, maka manusia belajar untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai dan keadaan yang sebenarnya, yang sering tidak diinginkannya. Pembangunan dan akibatnya terhadap stratifikasi sosial dimana pembangunan menginginkan peningkatan martabat manusia melalui pembangunan dalam segala bidang seperti sesuai dengan pembangunan dalam bidang materi dan nonmateri. Suatu elit akan menerima perubahan kebudayaan, apabila menunjang bahkan mengukuhkan kedudukannya sebagai elit. Sebaliknya suatu elit akan menolak apabila suatu inovasi akan melemahkan kedudukannya yang terhormat dan berkuasa. Dengan sendirinya perubahan akan dinilai dan diteropong oleh elit dari segi kepentingan sosialnya. Ia akan menunjang ide pembangunan apabila pembangunan memperkuat kedudukannya. Akibat dari situasi ketergantungan pembangunan dari sikap mendukung atau tidak dari elit setempat telah menghasilkan pendapat umum bahwa

a. Meningkatkan tingkat kehidupan materi dan sosial

b. Memperluas distribusi perbaikan kehidupan materi dan sosial

2.4 Teori Nilai Lahan

M enurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. M akin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Namun, adanya pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat terjangkau oleh kelompok strata menengah ke bawah (URDI, 2005).

M enurut Yunus, 2002, terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Nilai lahan atau land value adalah suatu penilaian atas lahan didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonominya (Yunus, 2002). Berdasarkan konsep highest and best use, maka tingginya harga lahan akan menyebabkan hanya kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkat produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Lahan yang digunakan untuk kegiatan yang tingkat produktifitasnya tinggi akan menyebabkan lahan tersebut mempunyai nilai yang semakin tinggi. Jadi, persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan akan menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai lahannya (Yunus, 2002).

M enurut Sanggono, 1993, perubahan pemanfaatan lahan terjadi akibat perubahan nilai lahan, sehingga guna lahan eksisiting mengalami penyesuaian. Pertimbangan nilai lahan akan menentukan bahwa lahan tersebut lebih produktif untuk kegiatan lain, sehingga terbentuk guna lahan baru. Proses perubahan penggunaan lahan kaitannya dengan nilai lahan yang ada dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Guna lahan eksisting

P erubahan nilai lahan

P enyesuaian guna lahan

dengan nilai lahan

Guna lahan baru

Gambar 2.1 Proses Perubahan Lahan

Sumber : sintesis tinjauan pustaka

2.5 Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke daerah belakangnya. Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan barbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kawasan tersebut. (Tarigan, 2005)

Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri (Tarigan, 2005) yaitu :

1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya, sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh, akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait.

2. Ada efek pengganda (Multiplier Effect) Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung, akan menciptakan efek pengganda. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu mampu memacu pertumbuhan di belakangnya. Karena jika kegiatan berbagai sektor di kota meningkat maka kebutuhan akan tenaga kerja yang dipasok dari daerah belakangnya akan meningkat tajam.

3. Ada konsentrasi geografis Konsentrasi dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) dari kota tersebut.

4. Bersifat mendorong daerah belakangnya Antara kota dan daerah di belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Konsentrasi kegiatan ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan apabila konsentrasi itu dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah di belakangnya).

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomologi yang memiliki kebenaran teori empiri sensual, yaitu kebenaran bersumber dari teori yang dibandingkan dengan empiri fakta pada suatu obyek yang spesifik untuk melakukan analisis terhadap obyek yang spesifik pula. Pendekatan pengaruh pembangunan apartement Apartemen Solo Paragon dilakukan dengan pendekatan persepsi masyarakat secara tidak terstruktur serta eksplorasi data primer dari kuesioner secara terstruktur.

Pada tahap awal penelitian, terlebih dahulu dirumuskan teori pembatasan lingkup dan definisi secara teoritik yang berkaitan dengan kecenderungan perkembangan pemanfaatan lahan, pengaruh sosial dan ekonomi. Selanjutnya, obyek penelitian dilihat secara spesifik dalam konteksnya yang tercakup dalam konstruksi teoritik yang telah dirumuskan. Hal ini dilakukan sehingga obyek lebih spesifik sesuai dengan konteks dalam teori namun tetap melihat kesatuan holistik karena pada dasarnya topik yang dibahas saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Keterkaitan tersebut menghasilkan suatu analisa pembahasan yang selanjutnya dengan generalisasi dapat ditarik suatu kesimpulan.

Dalam pengumpulan data, metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. M etode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (M och. Nazir, 2003). Pengertian lain mengenai metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1982). Survei Dalam pengumpulan data, metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. M etode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (M och. Nazir, 2003). Pengertian lain mengenai metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1982). Survei

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan model penelitian studi kasus (case study). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu peristiwa. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau pencanderaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (M och. Nazir, 2003).

Studi kasus dalam penelitian ini adalah menganalisis perkembangan pemanfaatan lahan, beserta pengaruh sosial dan ekonominya. Analisa deskriptif digunakan dalam memaparkan perkembangan kegiatan/adaptasi yang terjadi di lapangan sebagai akibat adanya pembangunan Apartemen Solo Paragon. Selanjutnya diidentifikasi pengaruh sosial dan ekonominya. Berdasarkan hasil analisis, selanjutnya dirumuskan rekomendasi untuk berbagai pihak, baik masyarakat, pengembang maupun pemerintah.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah hal yang diteliti yang memiliki ukuran, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penentuan variabel penelitian berdasarkan pada kriteria pengaruh perkembangan pemanfataan lahan, kriteria pengaruh sosial dan kriteria pengaruh ekonomi yang merupakan hasil sistesis tinjauan pustaka. Variabel penelitian dajabarkan dalam Tabel 3.1 berikut :

Tabe l 3.1.

Variabe l Pe ngaruh yang Diolah dari Te ori No Aspe k

Variabe l

Sumbe r digunakan

yang De finisi

1 Fisik Perubahan

untuk Chapin dan pemanfaatan lahan kebutuhan manusia dalam Kaiser, 1999 (Komersialisasi

Penyesuaian

menampung kegiatan yang bangunan)

ada

2 Sosial Kesiapan Kesiapan masyarakat dalam URDI, 2005 masyarakat

menerima

kehadiran pembangunan Apartemen dan infiltrasi orang-orang menengah ke atas

Berkurangnya ruang T erseleksinya masyarakat Z.W Baihaki, publik

bagi untuk mendapatkan ruang 2005 masyarakat – PKL

publik terutama ruang untuk berdagang bagi para PKL

3 Ekonomi Penyerapan tenaga Memprioritaskan sumber Effendy, 2002 kerja setempat

daya manusia yang ada di dan T arigan, sekitarnya sebagai tenaga 2005 kerja

Mendorong Mencari keuntungan karena T arigan, 2005 usaha/kegiatan

faktor kedekatan dengan ekonomi lain

pusat pertumbuhan

Kemampuan

yang Yunus, 2001 terhadap

Pemilik

lahan

harga mempunyai status ekonomi lahan/pajak

lebih lemah mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat

Sumber : Hasil Sintesa Tinjauan Pustaka,2010

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian. Dalam hal ini yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan adaptasi terhadap Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian. Dalam hal ini yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan adaptasi terhadap

sampel dalam penelitian ini, yaitu teknik pengambilan Sampel Gugus Sederhana (Simple Cluster Sampling). M etode ini menggunakan unit-unit analisa dalam populasi yang digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut cluster, dan ini merupakan satuan-satuan dimana sampel akan diambil secara acak dan menyeluruh (Effendy, 2002). Jumlah sampel (n) didapatkan dari perhitungan berikut : (Wulandari, 2007)

n = N / (1+ N.e 2 )

Dimana :

n = jumlah responden N = jumlah populasi

e = besarnya toleransi yang digunakan (0,1) Sehingga sampel total responden (n) :

N = 600 / (1+ 600. 0.1 2 ) = 85

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik survey

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data yang bersifat kualitatif, yang diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung (observasi lapangan), studi dokumentasi, wawancara, dan kuisisoner.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN - Identifikasi kerusakan dan desain teknik perbaikan outer ringroad Kota Madiun

0 0 133

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (sl-ptt) di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen

0 0 73

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Anteseden dan Konsekuens Kepemimpinan Transformasional (Studi Pada Karyawan PT Pos Indonesia di Surakarta)

0 0 137

Hubungan sosial asosiatif pemerintah dan pedagang dalam pembangunan pasar Parang Magetan

0 0 142

Pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta

2 2 60

Hubungan intensitas penerangan terhadap kelelahan mata pada karyawan di PT. Manyar Mandiri Tbk, Kartasura, Sukoharjo

1 3 37

Pengaruh paparan bising terhadap gangguan pendengaran pada pekerja di PT. ge lighting Indonesia Yogyakarta

0 0 45

PENGGUNAAN MEDIA DAN KESENJANGAN KEPUASAN (Studi Tentang Tayangan Berita Liputan 6 Petang di SCTV dan Program Reportase Sore di Trans TV terhadap Kepuasan Menonton Siaran Berita Televisi dalam Usaha Mendapatkan Informasi yang Aktual di Kalangan Anggota DP

0 0 75

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN TEPI SUNGAI BENGAWAN SOLO (Bengawan Solo Riverside Development)

4 8 189

1 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Sekolah Menengah Internasional di Jakarta Dengan Penekanan Pada Green Architecture TUGAS AKHIR - Konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Menengah Internasional di Jakarta dengan penekanan pada green architecture

4 17 55