Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS

AIR DI OBJEK WISATA PANTAI SRI MERSING KECAMATAN

PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

EKA TRI RAHAYU

100302006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

ANALISIS DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS

AIR DI OBJEK WISATA PANTAI SRI MERSING KECAMATAN

PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

EKA TRI RAHAYU

100302006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

ANALISIS DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS

AIR DI OBJEK WISATA PANTAI SRI MERSING KECAMATAN

PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

EKA TRI RAHAYU

100302006

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Nama Mahasiswa : Eka Tri Rahayu

NIM : 100302006

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut, M.Sc Desrita, S.Pi, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Eka Tri Rahayu

Nim : 100302006

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat

Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai” adalah benar merupakan hasil karya saya

sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, April 2015

Eka Tri Rahayu NIM. 100302006


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 18 Agustus 1992 dari ayah Alm. Edi Supranto dan ibu Iryani. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Tahun 2004, penulis lulus dari SD Negeri 080918 Medan. Tahun 2007, penulis lulus dari SMP Negeri 9 Medan. Tahun 2010, penulis lulus dari SMA Swasta Mulia Medan, pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP (Pemanduan Minat dan Prestasi) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMMASPERA). Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Peternakan dan Kelautan di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 22 Juli 2013 sampai dengan tanggal 22 Agustus 2013.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ‘‘Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak ternilai kepada ayah dan bunda tercinta: Alm. Edi Supranto dan Iryani yang telah memberikan doa, harapan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Bagi penulis tanpa dukungan dari keluarga tidak akan mungkin dapat menyelesaikan studi ini, baik nasehat dari kedua orang tua yang begitu peduli terhadap penulis serta memberikan perhatian yang khusus bagi penulis disaat penulis mengalami kegagalan.

Ungkapan terima kasih juga saya ucapkan kepada: Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dan Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi dorongan, arahan dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Studi Manajemen Sumberdaya Perairan khususnya kakak Nur Asiah, A.Md.


(8)

Ungkapan terima kasih juga saya ucapkan kepada adik tercinta Elsa Hasana dan Elsi Hasani terima kasih buat dukungan doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Serta ucapan terima kasih kepada tim lapangan, Abdillah Parinduri, Ahmad Roihan Zohiri, S.Hut, Fatimah Murni, S.Pi, Febrina Astria, S.Pi, Muhammad Wahyu Kartadinata, A.Md, Muhammad Zulfahmi, Rizky Amalia Putri, S.Pi dan Taufiq Hidayat terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama dilapangan dan telah membantu penulis dalam pengolahan data yang selalu memberikan dukungan dan semangat, serta seluruh stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu, yang telah memberikan banyak bantuan, kebersamaan dan dukungan kepada penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, April 2015

Eka Tri Rahayu


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan masalah ... 3

Manfaat ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Kerangka Pemikiran ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Pantai Sri Mersing ... 5

Pantai ... 6

Objek Wisata Pantai ... 9

Parameter Kualitas Air ... 12

Dampak Aktivitas Masyarakat ... 15

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

Alat dan Bahan ... 23

Pengambilan Data ... 23

Metode Penelitian ... 24

Prosedur Penelitian ... 29


(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Kualitas Air ... 36

Hasil Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing ... 36

Hasil Sarana dan Prasarana Masyarakat ... 41

Hasil Sarana dan Prasarana di Pantai Sri Mersing ... 42

Hasil Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air ... 43

Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia dengan Kelimpahan Colifaecal ... 44

Hasil Penilaian Kualitas Akuatik ... 45

Hasil Kualitas Terestrial ... 46

Hasil Pengembangan Kepariwisataan Pesisir ... 46

Hasil Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 47

Pembahasan ... 49

Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing ... 49

Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Pantai ... 59

Upaya Penanggulangan Dampak Pencemaran ... 61

Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia dengan Kelimpahan Colifaecal ... 64

Penilaian Kualitas Akuatik ... 65

Kualitas Terestrial ... 68

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir ... 71

Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 75

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 77

Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 17

3. Stasiun 1 ... 25

4. Stasiun 2 ... 26

5. Parameter Fisika ... 39

6. Parameter Kimia ... 40

7. Parameter Biologi ... 41

8. Diagram Persepsi Wisatawan Keindahan dan Kenyamanan ... 48


(12)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kegiatan Wisata Bahari yang Dapat Dikembangkan ... 9

2. Baku Mutu Kualitas Air Laut untuk Wisata Bahari ... 19

3. Penilaian Kualitas Pesisir Akuatik ... 21

4. Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisir Terrestrial ... 22

5. Penilaian Terhadap Objek dan Atraksi Wisata ... 24

6. Hasil Analisis Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing ... 45

7. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika Kimia dengan Total Colifaecal ... 45

8. Penilaian Kesesuaian Akuatik Untuk Wisata Pesisir di Pantai Sri Mersing ... 45

9. Penilaian Kesesuaian Kualitas Terestrial Wisata Pesisir Pantai Sri Mersing ... 46

10. Penilaian Kelayakan Obyek Dan Atraksi Wisata di Pantai Sri Mersing 47


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Kuisioner Penelitian untuk Pengunjung ... 82

2. Kuisioner Penelitian untuk Masyarakat ... 86

3. Hasil Analisis Kualitas Air ... 90

4. OUTPUT SPSS ... 92

5. Data Pengunjung Tahun 2013 ... 94

6. Perhitungan Sampel Pengunjung ... 95

7. Perhitungan Sampel Masyarakat ... 96

8. Tabulasi Kuisioner Pengunjung ... 97

9. Tabulasi Kuisioner Masyarakat Sekitar ... 100

10. Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisisir ... 103

11. Penilaian Pengembangan Kepariwisataan Pesisir ... 104

12. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO Perairan ... 105

13. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5 ... 106

14. Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 107

15. Data Iklim dan Geografi Serdang Badagai 2012 ... 108

16. Foto Area Penelitian ... 111


(14)

ABSTRAK

EKA TRI RAHAYU. Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan DESRITA.

Perairan pesisir merupakan penampungan akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yaitu pertanian, limbah rumah tangga, sampah, pembuangan limbah pendaratan ikan. Jika beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan turun, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia, mikrobiologi dan berpengaruh terhadap keindahan dan kenyamanan pengunjung dalam melakukan aktivitas wisata. Penelitian telah dilakukan di Pantai Sri Mersing, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Agustus-Nopember 2014 dengan menganalisis kualitas air Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing dan membandingkannya dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk wisata bahari, menilai kualitas lingkungan pesisir, potensi pengembangan kepariwisataan pesisir, serta mengetahui persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk kegiatan wisata adalah sampah, kekeruhan dan Colifaecal, hasil penilaian kualitas lingkungan pesisir kawasan penelitian ialah kategori sangat sesuai untuk wisata pesisir dan berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata, penilaian pengembangan kepariwisataan pesisir berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata dan persepsi pengunjung tehadap keindahan dan kenyamanan pengunjung merasa cukup indah dan cukup nyaman terhadap obyek wisata tersebut.

Kata Kunci : Colifaecal, Kualitas Air, Potensi Wisata, Sungai Sei Baungan, Pantai Sri Mersing, Wisata.


(15)

ABSTRACT

EKA TRI RAHAYU. Community Activities Impact Analysis on the Quality of Water in Coast Attractions Sri Mersing District of Coast Mirror Bedagai Serdang. Guided by PINDI PATANA and DESRITA.

Coastal waters is the final shelter all kinds of waste generated by human activity: agriculture, household waste, trash, waste disposal fish landings. If the load is received by the water has exceeded the carrying capacity, the water quality is going down, the waters have been polluted physical, chemical, microbiological and affect the beauty and comfort of visitors in the tour activities. Research has been carried out in Sri Mersing Beach, District Coast Mirror, Serdang Bedagai in August-November 2014 by analyzing the water quality of the River Sei Baungan and Sri Mersing Beach and compare it with the water quality standard based Kep-51/MENLH/2004 for marine tourism, assess the quality of the coastal environment, the potential for the development of coastal tourism, and to know the perception of tourists to the beauty and comfort of the region. The results showed that there were several water quality parameters that are not in accordance with the water quality standards based Kep-51/MENLH/2004 for tourism activities is rubbish, turbidity and Colifaecal, assessment of environmental quality of coastal area of research is a category extremely suited for coastal tourism and potentially to be used as a tourist area, assessment of coastal tourism development has the potential to be developed as an object and tourist attraction and perception of beauty and comfort of visitors tehadap visitors feel quite beautiful and quite convenient to the tourist attraction. Keywords: Colifaecal, Water Quality, Potential, Baungan Sei River, Beaches Sri Mersing, Travel.


(16)

ABSTRAK

EKA TRI RAHAYU. Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan DESRITA.

Perairan pesisir merupakan penampungan akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yaitu pertanian, limbah rumah tangga, sampah, pembuangan limbah pendaratan ikan. Jika beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan turun, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia, mikrobiologi dan berpengaruh terhadap keindahan dan kenyamanan pengunjung dalam melakukan aktivitas wisata. Penelitian telah dilakukan di Pantai Sri Mersing, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Agustus-Nopember 2014 dengan menganalisis kualitas air Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing dan membandingkannya dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk wisata bahari, menilai kualitas lingkungan pesisir, potensi pengembangan kepariwisataan pesisir, serta mengetahui persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter kualitas air yang tidak sesuai dengan baku mutu air berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk kegiatan wisata adalah sampah, kekeruhan dan Colifaecal, hasil penilaian kualitas lingkungan pesisir kawasan penelitian ialah kategori sangat sesuai untuk wisata pesisir dan berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata, penilaian pengembangan kepariwisataan pesisir berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata dan persepsi pengunjung tehadap keindahan dan kenyamanan pengunjung merasa cukup indah dan cukup nyaman terhadap obyek wisata tersebut.

Kata Kunci : Colifaecal, Kualitas Air, Potensi Wisata, Sungai Sei Baungan, Pantai Sri Mersing, Wisata.


(17)

ABSTRACT

EKA TRI RAHAYU. Community Activities Impact Analysis on the Quality of Water in Coast Attractions Sri Mersing District of Coast Mirror Bedagai Serdang. Guided by PINDI PATANA and DESRITA.

Coastal waters is the final shelter all kinds of waste generated by human activity: agriculture, household waste, trash, waste disposal fish landings. If the load is received by the water has exceeded the carrying capacity, the water quality is going down, the waters have been polluted physical, chemical, microbiological and affect the beauty and comfort of visitors in the tour activities. Research has been carried out in Sri Mersing Beach, District Coast Mirror, Serdang Bedagai in August-November 2014 by analyzing the water quality of the River Sei Baungan and Sri Mersing Beach and compare it with the water quality standard based Kep-51/MENLH/2004 for marine tourism, assess the quality of the coastal environment, the potential for the development of coastal tourism, and to know the perception of tourists to the beauty and comfort of the region. The results showed that there were several water quality parameters that are not in accordance with the water quality standards based Kep-51/MENLH/2004 for tourism activities is rubbish, turbidity and Colifaecal, assessment of environmental quality of coastal area of research is a category extremely suited for coastal tourism and potentially to be used as a tourist area, assessment of coastal tourism development has the potential to be developed as an object and tourist attraction and perception of beauty and comfort of visitors tehadap visitors feel quite beautiful and quite convenient to the tourist attraction. Keywords: Colifaecal, Water Quality, Potential, Baungan Sei River, Beaches Sri Mersing, Travel.


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi pariwisata pesisir yang dimiliki Indonesia sangat memiliki peluang untuk dapat menjadi mata rantai yang sangat penting dalam rangkaian industri pariwisata sehingga dapat dimanfaatkan menjadi salah satu produk ekonomi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut adalah melalui pengembangan kegiatan wisata pantai. Potensi yang dimiliki sumber daya pesisir memiliki nilai estetika, memberikan rasa nyaman, kepuasan yang tidak didapatkan dari tempat asal kita. Dalam pengembangan kegiatan wisata pantai dapat dilakukan dengan mengembangkan kepariwisataan bahari yang berbasiskan kepada alam yang tetap menjaga kelesatarian alam dan pemberdayaan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kepariwisataan yang ramah lingkungan dengan menyeimbangkan alam dan budaya secara terpadu.

Keberadaan sumberdaya alam merupakan salah satu faktor pendorong dalam melakukan perjalanan wisata, baik wisata secara domestik maupun wisata Internasional. Karena keberadaan sumberdaya sangat penting dalam pengembangan kegiatan wisata, maka dapat dipastikan Indonesia merupakan salah satu Negara tujuan wisata Internasional karena memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi, ditambah lagi dengan adanya warisan budaya yang beranekaragam (Dahuri, 2003).

Perairan pesisir merupakan penampungan (storage system) akhir segala jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Laut menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian, limbah rumah tangga, sampah, pembuangan limbah pendaratan ikan dan bahan buangan dari kapal yang terbuang ke laut. Jika


(19)

beban yang diterima oleh perairan telah melampaui daya dukungnya maka kualitas air akan turun. Lingkungan perairan tidak sesuai lagi dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi.

Salah satu pantai yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di Kecamatan Pantai Cermin adalah Pantai Sri Mersing. Pantai Sri Mersing sering dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Objek wisata Pantai Sri Mersing menawarkan pemandangan pasir putih yang bersih dan indah yang memungkinkan para wisatawan untuk berjemur di pantai. Ombak di pantai ini tidak terlalu besar sehingga memungkinkan anak-anak atau pengunjung bisa berenang di pantai, hanya saja pengunjung yang ingin berenang dibatasi hingga radius 30 meter dari bibir pantai. Pantai Sri Mersing juga jadi tempat pendaratan ikan oleh nelayan sehingga wisatawan bias melihat langsung ikan segar saat diturunkan dari perahu nelayan.

Adanya aktivitas masyarakat sekitar yang dilakukan di Pantai Sri Mersing berpengaruh terhadap kualitas perairan dan faktor fisika, kimia, maupun biologi yang ada pada pantai tersebut. Upaya pemanfaatan dengan pertimbangan aspek lingkungan diperlukan untuk menjamin eksistensi wisata pantai selain itu kepuasan dan kenyamanan para wisatawan dalam beraktivitas dikawasan pantai juga dapat terjaga. Untuk itu diperlukan suatu Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Objek Wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

PerumusanMasalah

Pantai Sri Mersing merupakan salah satu tujuan wisata bagi masyarakat Kota Medan dan sekitarnya. Jenis aktivitas masyarakat adalah pendaratan ikan dan pemukiman masyarakat yang terdapat di sekitar pantai Sri Mersing akan berpengaruh


(20)

terhadap kualitas air di objek wisata pantai tersebut. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh aktivitas masyarakat pantai terhadap perubahan kualitas air di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai? 2. Bagaimana kualitas air di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimana persepsi pengunjung terhadap keindahan dan kenyamanan melakukan aktivitas wisata di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

TujuanPenelitian

1. Mengetahui pengaruh aktivitas masyarakat terhadap perubahan kualitas air di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Menilai persepsi pengunjung terhadap keindahan dan kenyamanan melakukan aktivitas wisata di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Manfaat

1. Memberikan informasi mengenai perubahan faktor fisika dan kimia serta pengaruhnya terhadap total Colifaecal yang diakibatkan aktivitas masyarakat di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Sebagai bahan acuan untuk aspek pengelolaan wisata di Pantai Sri Mersing

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Kerangka Pemikiran

Adanya aktivitas masyarakat yang terjadi di Pantai Sri Mersing dapat mengakibatkan penurunan kualitas perairan di objek wisata tersebut. Penurunan


(21)

kualitas perairan akan memberikan dampak yang buruk terhadap ekosistem perairan di pantai dan masyarakat yang memanfaatkan perairan pantai. Lingkungan perairan tidak sesuai dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan tersebut telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobilogi. Berdasarkan permasalahan diatas kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Objek Wisata

Keindahan dan Kenyamanan Pengunjung Kualitas Air

Kualitas Akuatik

Pencemaran Perairan Aktivitas Masyarakat

Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Sri Mersing Kawasan Pantai

Sri Mersing


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Pantai Sri Mersing

Pantai Sri Mersing berada di Desa Pantai Cermin Kiri, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai dan terletak pada koordinat posisi 2°57”- 3°16” Lintang Utara, 98°33” Bujur Timur, 99°27” Bujur Barat. Lokasinya terletak kurang lebih 70 km dari pusat Kota Medan ke arah Selatan. Pantai ini hanya berjarak 10 km dari lokasi Pantai Cermin dan berada disebelah selatan Pantai Cermin, sehingga akses jalan dari Kota Medan menuju ke lokasi Pantai Sri Mersing sama dengan akses jalan yang dilalui untuk menuju Pantai Cermin, dan menghadap ke Selat Malaka dengan luasan ± 6 Ha.

Pantai Sri Mersing berada pada daerah pesisir pantai timur Sumatera, beriklim tropis dengan kelembaban udara 83%, memiliki kisaran hujan pertahun sebesar 2163 mm dengan nilai rata-rata 180 mm pertahun. Hari hujan rata-rata sebanyak 15 hari per bulan. Ketinggian dari permukaan laut 0-3 m, rata-rata tekanan udara pertahun berkisar 11011 dengan rata-rata kecepatan angin pertahun berkisar 2,4 knot, tingkat rata-rata penguapan 3,9 mm/hari, temperatur udara perbulan minimum 23°C dan maksimal 33°C. Data iklim dan geografi pada tahun 2012 disajikan pada Lampiran 15 (www.serdangbedagaikab.go.id, 2013).

Terdapat muara sungai di Pantai Sri Mersing kabupaten Serdang Bedagai yaitu muara sungai Sei Baungan. Muara Sungai Sei Baungan dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk akses jalan kapal-kapal menuju laut dan dimanfaatkan untuk pendaratan ikan nelayan. Pantai Sri Mersing memiliki batas-batas wilayah yaitu:


(23)

- Sebelah utara dengan Selat Malaka,

- Sebelah selatan dengan Kabupaten Simalungun,

- Sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun, - Sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang.

Pantai Sri Mersing terletak di dusun 4 desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin kabupaten Serdang Bedagai. Desa Kuala Lama memiliki luas 5,44 km2 dengan jumlah penduduk 4.442 jiwa dan kepadatan penduduk 817 penduduk/km2. Secara administrasi, desa Kuala Lama memiliki 9 dusun. Pantai Sri Mersing berada di dusun 4 dengan jumlah penduduk 140 kepala keluarga. Pekerjaan yang umum dilakukan masyarakat Kuala Lama dusun 4 adalah bekerja di perikanan (nelayan) dan petani (www.serdangbedagaikab.go.id, 2013).

Pantai

Pantai adalah daerah di tepi laut yang berada antara daerah pasang tertinggi dan daerah pasang terendah. Pantai merupakan bagian dari ekosistem pesisir yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik karena selain berfungsi sebagai daerah penyangga juga dapat berfungsi sebagai daerah wisata. Pantai-pantai yang ditunjang dengan kelengkapan sarana dan prasarana akan menambah keindahan dari panorama pantai itu sendiri. Keindahan panorama inilah yang akan mengundang wisatawan untuk mengunjungi daerah tersebut dan secara tidak langsung akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitarnya (Hakim, 2007).

Menurut Dahuri dkk (2003) pantai Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(24)

a. Pantai terjal

Pantai ini biasa ditemukan di kawasan tektonis aktif. Pantai ini antara lain terdapat di pantai barat Sumatera, Pulau Simeleue sampai Pulau Enggano, pantai selatan Jawa, Nusa Dua-Bali, Irian Jaya utara

b. Pantai landai dan datar

Tipe ini ditemukan di kawasan yang sudah stabil sejak lama karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove dan hutan lahan basah lainnya.

c. Pantai dengan bukit pasir

Pantai ini terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horizontal yang didukung oleh gelombang besar dan arus penyusur pantai yang dapat menyuplai sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya. Pantai semacam ini antara lain ditemukan di bagian barat Sumatra, selatan Jawa dan utara Madura.

d. Pantai beralur

Proses pembentukan pantai ini lebih ditentukan oleh faktor gelombang. Gelombang yang pecah akan menghasilkan arus yang menyusur pantai yang berperan dalam mendistribusikan sedimen. Pantai jenis ini dapat ditemukan di bagian barat Sumatera, utara dan selatan Jawa, serta di sebagian Sulawesi.

e. Pantai lurus di dataran pantai yang landai

Zona supratidal yang stabil dibutuhkan untuk menghasilkan bentuk pantai tipe ini. Pantai ini ditutupi oleh sedimen berupa lumpur hingga pasir kasar. Contoh pantai semacam ini terdapat di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali sampai ke Flores.


(25)

Pantai ini dicirikan dengan adanya belahan batuan cadas. Bila dibandingkan dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan makroorganisme yang paling tinggi, khususnya di habitat di daerah dingin dan daerah subtropik. g. Pantai yang terbentuk karena adanya erosi

Pantai ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim baik karena proses alamiah maupun karena kegiatan manusia. Pembentukannya oleh endapan sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai.

Pantai Sri Mersing merupakan salah satu pantai di Serdang Bedagai yang memiliki muara sungai dan merupakan pantai berlumpur yang masih dipengaruhi tumbuhan mangrove. Menurut Triatmodjo (1999) diacu oleh Yusiana (2007) pantai berlumpur banyak di jumpai di daerah pantai di mana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil. Sedimen suspensi dapat menyebar pada suatu daerah perairan luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal. kemiringan dasar laut/pantai sangat kecil. Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam air pada saat muka air tinggi (pasang). daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove dengan akar tunjang dan akar pernapasan dapat menangkap lumpur pantai sehingga terjadi sedimentasi.


(26)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Nopember 2014 di Pantai Sri Mersing Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Medan. Adapun peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, GPS, keping secchi, cool box, kalkulator, tongkat berskala, stopwatch, tali plastik, meteran, bola plastik, waterpass, botol sampel, kertas label, alat tulis dan peralatan analisa kualitas air seperti botol winkler, termometer, pH meter, turbidity meter dan refraktometer.

Skala: 1:1300

Eka Tri Rahayu Manajemen SumberDaya Perairan


(27)

Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data sekunder dan data primer. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kualitas air antara lain MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3, amilum, akuades, es dan sampel air.

Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Analisis terhadap sampel air laut menggunakan baku mutu kualitas air laut untuk wisata bahari berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 dilakukan secara langsung dan data lain seperti kekeruhan dan Colifaecal hasilnya diperoleh melalui analisis laboratorium. Data umum masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pesisir tersebut yang dilakukan melalui wawancara kepada pengunjung, masyarakat sekitar dan instansi pemerintahan yang terkait dengan kuisioner. Kuesioner Penelitian untuk pengunjung dan masyarakat di Pantai Sri Mersing dapat ditunjukkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Data sekunder didapat melalui studi literatur (studi pustaka) maupun dari lembaga terkait lainnya. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan serta kondisi sosial masyarakat.

Metode Penelitian

Pengukuran Faktor Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengukuran langsung di lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), bau dan sampah.


(28)

Tabel 2. Baku mutu kualitas air laut untuk wisata bahari

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi

Fisika 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kedalaman Kecerahan Suhu Bau Sampah Kekeruhan Meter meter °C - - NTU Tidak tercantum >6(a) Alami(c) Tidak Berbau Nihil1(4) 5(a) In situ In situ In situ In situ In situ Eks situ Kimia 1. 2. 3. 4. pH Salinitas Oksigen terlarut (DO) BOD5 - ‰ mg/L mg/L 7-8,5(d) Alami3(e) >5 10 In situ In situ In situ Eks situ Biologi

1. Colifaecal jumlah/100 ml 1000)(g) Eks situ

Sumber: Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 (2004) Keterangan:

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasionalmaupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim)

4. Pengamatan oleh manusia (visual).

5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) denganketebalan 0,01mm

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic

b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman

c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH


(29)

e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor

g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman.

Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisir

Penilaian kualitas lingkungan pesisir pada lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan kriteria bersumber dari Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) yang meliputi kualitas akuatik dan kualitas terestrial.

Kualitas Akuatik

Daerah akuatik ialah daerah perairan yang terdapat di kawasan pesisir. Batasan daerah akuatik ialah batas pesisir laut hingga batas pasang surut tertinggi. Parameter yang digunakan pada akuatik meliputi kecerahan perairan, kecepatan arus, substrat dasar, topografi dan tingkat kerawanan bencana tsunami. Penilaian kualitas akuatik dapat ditunjukkan oleh Tabel 3.


(30)

Tabel 3. Penilaian kualitas lingkungan pesisir akuatik

Unsur Bobot Sub unsur Skor Keterangan

Kecerahan perairan (cm) 20 nilai ≥75 50 < nilai ≤ 75 25 < nilai ≤ 50 nilai ≤ 25

4 3 2 1 sangat sesuai sesuai kurang sesuai tidak sesuai Kecepatan arus (m/detik) 15 0 < nilai ≤ 0.17

0.17 < nilai ≤0.34 0.34 < nilai ≤ 0.51 Nilai > 0.51

4 3 2 1 sangat baik baik batas toleransi berbahaya

Substrat dasar 10 Pasir

Karang berpasir Lumpur Pecahan karang murni 4 3 2 1 sangat baik baik kurang baik tidak baik

Topografi 10 Landai

Cukup landai Terjal Curam 4 3 2 1 aktivitas tinggi aktivitas tinggi aktivitas sedang aktivitas rendah Tingkat kerawanan bencana tsunami

5 Tidak Rendah Sedang Tinggi 4 3 2 1 tidak raawan tsunami rawan tsunami rendah rawan tsunami sedang rawan tsunami tinggi

Sumber: Modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) diacu oleh Yusiana (2007).

Kualitas Terestrial

Daerah terestrial merupakan daerah daratan yang terdapat di kawasan pesisir. Parameter yang digunakan dari daerah terestrial ini meliputi habitat, penutupan lahan pantai, lebar pantai, topografi, dan bahaya gunung berapi. Penilaian kualitas terestrial dapat dilihat pada Tabel 4.


(31)

Tabel 4. Penilaian kualitas lingkungan pesisir terrestrial

Unsur Bobot Sub unsur Skor Keterangan

Keaslian Ekosistem %

20 Keaslian ekosistem utuh Keaslian ekosistem rusak < 15%

Keaslian ekosistem rusak 15-50%

Keaslian ekosistem rusak > 50% 4 3 2 1 Ekosistem asli Ekosistem asli Ekosistem terganggu Ekosistem rusak Penutupan Lahan Pantai

15 Alami Semi alami Non alami Campuran 4 3 2 1 Penutupan lahan alami Penutupan lahan semi alami Penutupan lahan terbangun Campuran Lebar Pantai (m)

10 nilai > 150 100 < nilai ≤ 150 50 < nilai ≤ 100 Nilai ≤ 50

4 3 2 1

Sangat baik untuk wisata

Baik untuk wisata Kurang baik untuk wisata

Tidak baik untuk wisata

Kemiringan (°)

10 0 < nilai ≤ 8° 8 < nilai ≤ 15° 15 < nilai ≤ 100° Nilai >100° 4 3 2 1 Aktivitas sangat tinggi Aktivitas tinggi Aktivitas sedang Aktivitas rendah Bahaya Gunung Berapi

5 Tidak bahaya Agak bahaya Bahaya Sangat bahaya 4 3 2 1

Jalur tidak bahaya Jalur pengamanan pertama Jalur waspada gunungapi Jalur bahaya gunungapi

Sumber: Modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) diacu oleh Yusiana (2007).

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir

Pengembangan pariwisata di suatu kawasan dimulai dengan menentukan obyek dan atraksi wisata yang tersedia dan selanjutnya dinilai potensinya untuk dapat dikembangkan. Penentuan ketersediaan obyek dan atraksi wisata dilakukan dengan mewawancarai staf pemerintah daerah, kepala desa, masyarakat dan pengamatan


(32)

lapangan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode McKinnon (1986) dan Gunn (1994) dengan kepala desa sebagai penilai. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kepala desa merupakan penduduk asli dan wakil masyarakat yang dipilih oleh masyarakat desa dan tetua adat, sehingga mengetahui secara rinci kondisi desa tersebut dan kondisi di sekitar desanya.

Penilaian obyek wisata dilakukan dengan memenuhi aspek berikut, yaitu 1) atraksi, 2) daya tarik, 3) estetika dan keaslian, 4) fasilitas pendukung, 5) ketersediaan air bersih, 6) transportasi dan aksesibilitas, dan 7) dukungan dan partisipasi masyarakat. Penilaian obyek dan atraksi wisata dapat dilihat pada Tabel 5, dan penilaian diklasifikasi menjadi sangat kuat, kuat, sedang dan lemah. Selanjutnya dilakukan peringkat berdasarkan ketersediaan obyek dan atraksi wisata. Peringkat tersebut menghasilkan zona wisata berdasarkan ketersediaan obyek dan atraksi wisata yang meliputi zona atraktif (S1), zona cukup atraktif (S2), zona kurang atraktif (S3), dan zona tidak atraktif (S4). Zona atraktif ialah zona wisata dengan tingkat potensi tinggi, yaitu memiliki obyek dan atraksi wisata >5. Zona cukup atraktif ialah zona wisata dengan tingkat potensi sedang, yaitu memiliki obyek dan atraksi wisata 3–5. Zona kurang atraktif ialah zona wisata dengan tingkat potensi rendah yaitu memiliki obyek dan atraksi wisata 1-3. Sedangkan zona tidak atraktif ialah zona tanpa potensi wisata yaitu tidak memiliki obyek dan atraksi wisata. Penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata dapat dilihat pada Tabel 5.


(33)

Tabel 5. Penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata

No Faktor Nilai

4 (sangat kuat) 3 (kuat) 2 (sedang) 1 (lemah)

1. Letak dari jalan utama

< 1 km 1-2 km 2-3 km > 3 km 2. Estetika dan

keaslian

Asli Asimilasi dominan bentuk asli Asimilasi dominan bentuk baru Sudah berubah sama sekali

3. Atraksi Hanya

terdapat di tapak Terdapat <3 lokasi di tempat lain Terdapat 3-5 lokasi di tempat lain Terdapat >5 lokasi di tempat lain

4. Fasilitas pendukung Tersedia dalam kondisi sangat baik Tersedia dalam kondisi baik Tersedia dalam kondisi kurang baik Prasarana dan sarana tidak tersedia 5. Ketersediaan

Air bersih

< 0,5 km 0,5-1 km 1-2 km Jarak >2km 6. Transportasi

dan Aksesbilitas Jalan aspal, ada kendaraan umum Jalan aspal berbatu, ada kendaraan umum Jalan aspal berbatu, tanpa kendaraan umum Jalan berbatu/tanah tanpa kendaraan umum 7. Dukungan dan

Partisipasi Masyarakat

Sangat Mendukung

Mendukung Kurang Mendukung

Tidak Mendukung Sumber: Modifikasi Mc. Kinnon (1986) dan Gunn (1994) diacu oleh Yusiana (2007).

Prosedur Penelitian

Penentuan stasiun berdasarkan perbedaan aktivitas oleh masyarakat dan aktivitas wisata di objek wisata Pantai Sri Mersing. Ditetapkan 2 (dua) stasiun pengamatan dimana pada setiap stasiun ada 3 (tiga) titik dengan 3 (tiga) kali pengulangan dengan kriteria setiap titik mewakili setiap aktivitas masyarakat dan aktivitas wisata di objek wisata Pantai Sri Mersing seperti terlihat pada deskripsi area.


(34)

Deskripsi Area

a. Stasiun 1

Stasiun ini terletak di muara sungai yang berada di objek wisata Pantai Sri Mersing. Pada stasiun ini terdapat tiga (3) titik yang setiap titiknya terdapat perwakilan aktivitas masyarakat, seperti pemukiman dan pendaratan ikan. Titik 1 (satu) merupakan daerah pemukiman masyarakat yang secara geografis terletak pada 3o16’02.1” LU dan 98o33’97.7”BT. Titik 2 (dua) adalah tempat pendaratan ikan yang secara geografis terletak pada 3o16’06.5” LU dan 98o33’00.3” BT. Titik 3 (tiga) merupakan muara sungai yang secara geografis terletak pada 3o16’14.8” LU dan 98o33’06.4” BT. Gambar titik penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Stasiun 1 (a) Titik 1 (Pemukiman Masyarakat), (b) Titik 2 (Pendaratan Ikan), (c) Titik 3 (Muara Sungai).

a b


(35)

b. Stasiun 2

Stasiun ini terletak di kawasan wisata Pantai Sri Mersing. Daerah ini merupakan daerah yang paling banyak dijumpai aktivitas wisata di objek wisata Pantai Sri Mersing. Pada stasiun ini terdapat tiga (3) titik yang terdapat di sisi kiri, tengah dan sisi kanan Pantai Sri Mersing. Titik 1 (satu) berada di sisi kiri objek wisata Pantai Sri Mersing yang secara geografis terletak pada 3o16’03.8” LU dan 98o33’98.2” BT. Titik 2 (dua) terdapat di daerah tengah objek wisata Pantai Sri Mersing yang secara geografis terletak pada 3o16’09.0” LU dan 98o33’02.8” BT. Titik 3 (tiga) berada di sisi kanan objek wisata Pantai Sri Mersing yang secara geografis terletak pada 3o16’14.4” LU dan 98o33’09.1” BT. Gambar titik penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 2 (a) Titik 1 (sisi kiri Pantai Sri Mersing), (b) Titik 2 (sisi tengah Pantai Sri Mersing), (c) Titik 3 (sisi kanan Pantai Sri Mersing)

a b


(36)

Pengukuran Faktor Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan

Faktor fisika, kimia, dan biologi perairan yang diukur mencakup:

Suhu

Suhu air diukur menggunakan termometer air raksa yang dimasukkan ke dalam sampel air selama 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut.pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

pH (Derajat keasaman)

Nilai pH diukur menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter ke dalam sampel air yang diambil dari perairan sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut. Pengukuran pH dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

Bau

Pengukuran bau dilakukan dengan menggunakan indera penciuman terhadap air sampel yang diambil pada lokasi penelitian.

Kedalaman

Diukur dengan menggunakan tongkat berskala. Setiap ukuran 1 meter pada tongkat diberi tanda berupa garis sebagai tanda kedalaman sudah mencapai 1 meter dari dasar perairan.

Arus

Pengukuran kecepatan arus menggunakan benda yang mengapung seperti bola plastik dengan cara yang paling sederhana, yaitu dengan cara ditentukan jarak antara satu titik dengan titik yang lain. Kemudian bola plastik diletakkan mengikuti arus pada titik awal, lalu stopwatch dihidupkan sampai melewati titik akhir.


(37)

Kemudian dicatat waktu tempuh bola plastik. Pengukuran kecepatan arus dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

Kemiringan Pantai

Pengambilan data dengan water pass ditambah dengan peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 m diletakkan secara horizontal di atas pasir dan dilekatkan tepat pada batas pantai teratas. Kemudian waterpass diletakkan di atas kayu range berukuran 2 m, lalu kayu tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat waterpass tepat berada di tengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu range tersebut dengan meteran. Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas sampai pantai yang tepat menyentuh air.

DO (Disolved Oxygen)

Sampel air yang diambil dari permukaan perairan di ukuran kadar oksigen terlarutnya dengan menggunakan metode Winkler. Pengukuran Oksigen terlarut ini dilakukan di lokasi penelitian dengan cara sampel air diberi larutan 1 ml MnSO4 dan

larutan KOH-Kl kemudian dikocok dan didiamkan sehingga sampel dengan endapan putih atau coklat, setelah itu diberi larutan H2SO4 dan dikocok kemudian didiamkan

hingga larutan berwarna coklat. Sampel diambil sebanyak 100 ml dan ditetesin dengan Na2S2O3 hingga sampel berwarna kuning pucat. Setelah itu, sampel diberi 5

tetes amilum hingga sampel air berwarna biru dan dititrasi dengan Na2S2O3 hingga


(38)

DO akhir air. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO Perairan dapat dilihat pada Lampiran 12.

Sampah

Pengukuran dilakukan secara visual menggunakan indera penglihatan. Dilihat di lokasi penelitian maupun disekitar lokasi penelitian terdapat sampah atau tidak.

Salinitas

Pengamatan salinitas menggunakan refraktometer, pertama-tama disiapkan terlebih dahulu untuk mengambil air sampel. Langkah selanjutnya adalah membersihkan kaca prisma refraktometer dengan menggunakan tissue pada posisi yang searah. Kemudian air sampel diteteskan pada kaca prisma dengan hati-hati agar tidak terdapat gelembung. Selanjutnya refraktometer diarahkan pada sumber cahaya dan dilihat nilai salinitasnya pada sebelah kanan, dan dicatat hasilnya. Nilai salinitas yang diperoleh dari lokasi penelitian. Setiap pengukuran dengan menggunakan refraktometer dibersihkan dengan menggunakan akuades agar nilainya kembali ke nol.

Kekeruhan

Sampel air diambil dari perairan dan dimasukkan ke dalam botol. Nilai kekeruhan didapat dari anlisis laboratorium dengan menggunakan turbidity-meter.

BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler. BOD5

diukur sama seperti pengukuran DO. Sampel air yang diambil dari dasar perairan dimasukkan ke dalam botol. Pengukuran BOD5 dilakukan setelah botol DO di


(39)

perhitungan nilai DO awal dikurang dengan nilai DO akhir. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5 dapat dilihat pada Lampiran 13.

Colifaecal

Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh air digunakan metode Most Probable Number (MPN). Uji kualitatif coliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu Uji penduga (presumptive test), Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed test). Pemeriksaan kehadiran bakteri coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas). Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5.

Metode penentuan angka mikroorganisme dengan metode Angka Paling Mungkin digunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah bakteri Coliform di dalam air. Metode ini adalah metode statistik didasarkan pada teori kemungkinan. Serangkaian sampel diencerkan sampai titik akhir dimana tidak ada mikroorganisme hidup. Untuk mendapatkan titik akhir, serangkaian pengenceran dibiakkan di dalam media pertumbuhan yang cocok dan perkembangan atau perubahan sifat-sifat yang mudah di amati seperti pembentukan asam, atau kekeruhan di pakai untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri.

Pertumbuhan bakteri pada masing-masing tabung di sesuaikan dengan tabel indeks MPN untuk menentukan konsentrasi mikroorganisme di dalam sampel asli. Dan batas kepercayaan 95% untuk berbagai kombinasi hasil positif dan negatif pada penggunaan 3 tabung 10ml, 3 tabung 1ml, dan 3 tabung 0,1ml.


(40)

Analisis Data Korelasi

Analisis Korelasi Pearson dilakukan dengan software IBM SPSS Ver. 17.00. Uji ini merupakan uji statistik untuk mengetahui korelasi antara parameter kualitas air yang paling tinggi konsentrasinya dengan faktor fisika, kimia, dan biologi perairan yang akan mempengaruhi kualitas air di pantai.

Kualitas Akuatik

Penghitungan klasifikasi kesesuaian lingkungan akuatik=

[(Fkp x 20) + (Fka x 15) + (Fsd x 15) + (Ftop x 10) + (Ftsu x 5)] Keterangan

Fkp = faktor kecerahan perairan Ftop = faktor topografi

Fka = faktor kecepatan arus Ftsu = faktor kerawanan tsunami Fsd = faktor substrat dasar

Parameter-parameter yang telah diskoring selanjutnya dilakukan pembobotan dan kemudian dikategorikan dalam kelas kesesuaian, yaitu:

Kelas S1 : Sangat Sesuai (Nilai 181 – 240)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Cukup Sesuai (Nilai 121 – 180)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.

Kelas S3 : Sesuai Marginal (Nilai 61 – 120)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.


(41)

Kelas N : Tidak Sesuai (Nilai ≤ 60).

Kualitas Terestrial

Penghitungan klasifikasi kesesuaian lingkungan terrestrial=

[(Feko x 20) + (Fplp x 15) + (Flp x 10) + (Ftop x 10) + (Fbgb x 5)] Keterangan:

Feko = faktor keaslian ekosistem Ftop = faktor topografi

Fplp = faktor penutupan lahan pantai Fbgb = faktor bahaya gunungapi Flp = faktor lebar pantai

Parameter-parameter yang telah diskoring selanjutnya dilakukan pembobotan masing-masing dan kemudian dikategorikan dalam kelas kesesuaian. Kelas kesesuaian tersebut dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:

Kelas S1 : Sangat Sesuai (Nilai 181 – 240)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan.

Kelas S2 : Cukup Sesuai (Nilai 121 – 180)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.

Kelas S3 : Sesuai Marginal (Nilai 61 – 120)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan.

Kelas N : Tidak Sesuai (Nilai ≤ 60)

Penggabungan hasil kesesuaian akuatik dan terestrial menghasilkan zona tingkat kepekaan lingkungan pesisir, yaitu zona tidak peka (S1), zona kurang peka (S2), zona cukup peka (S3), dan zona peka (S4). Berdasarkan zona ini dapat dilihat


(42)

tapak dengan potensi lingkungan yang paling sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata.

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir

Penghitungan penilaian terhadap obyek dan atraksi wisata= [(Flju + Fek + Fatr + Ffp + Fka + Fta + Fdpm)] Keterangan :

Flju = faktor letak dari jalan utama Fka= faktor ketersediaan air

Fek = faktor estetika dan keaslian Fta= faktor tranportasi-aksesibilitas Fatr = faktor atraksi Fpm= faktor pastisipasi masyarakat Ffp = faktor fasilitas pendukung

Skor masing-masing obyek dijumlahkan dengan ketentuan sebagai berikut: S1 = Sangat Potensial (Nilai 20 – 28)

S2 = Cukup Potensial (Nilai 15 – 20) S3 = Kurang Potensial (Nilai 10 – 14) S4 = Tidak Potensial (Nilai ≤ 10)

Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Pantai Sri Mersing

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sampel dengan sengaja), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Sri Mersing dalam waktu satu bulan dan masyarakat sekitar Pantai Sri Mersing. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomuniaksi dengan baik. Responden yang terpilih adalah pengunjung lokal dan


(43)

pengunjung yang datang secara rombongan hanya dipilih beberapa orang saja sebagai wakil rombongan dan masyarakat yang diwakili kepala keluarga disetiap rumah. Jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Perhitungan sampel pengunjung dan masyarakata disajikan pada Lampiran 6. Dengan rumus Slovin dalam Amanda (2009)

� = �

1 +� (�)2 Keterangan:

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi

e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%)

Persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan

Analisis mengenai persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui tingkat keindahan dan kenyamanan Pantai Sri Mersing. Tingkat keindahan dan kenyamanan menurut Yulianda (2004) dibagi atas keindahan dan kenyamanan alam lokasi wisata. Penilaian terhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan (kuisioner) yang ditujukan kepada wisatawan. Keindahan yang dinilai adalah keindahan alami, tidak termasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2004):

Ka = ���

��� x 100%


(44)

ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden

Ka : Nilai keindahan alam (%) Kriteria/nilai keindahan alam : Ka ≥ 75% : indah (3) 40% ≤ Ka ≤ 75% : cukup indah (2) Ka < 40% : tidak indah (1)

Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap rasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2004):

Na = ���

��� x 100% Keterangan:

Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman Ero : Jumlah seluruh responden

Na : Nilai kenyamanan alam (%) Kriteria/nilai kenyamanan alam : Na ≥ 75% : nyaman (3) 40% ≤ Na ≤ 75% : cukup nyaman (2) Na < 40% : tidak nyaman (1)


(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis Kualitas Air

Analisis kualitas air Pantai Sri Mersing dilakukan dengan mengambil sampel air di bagian muara dan pantai. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan tiga titik di setiap stasiun dan dilakukan pada kondisi cuaca yang sama.

Hasil analisis kualitas air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing pada setiap pengambilan sampel dapat dilihat di Lampiran 3. Parameter pengamatan yang digunakan dalam penentuan kualitas air di Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing terdiri atas sepuluh (10) parameter, yang meliputi pengukuran kedalaman, suhu, bau, sampah, kekeruhan, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD5), dan Colifaecal.

Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing

Sampel kualitas air muara sungai Sei Baungan diambil berdasarkan aktivitas masyarakat yang terdapat di sungai seperti pemukiman, pendaratan ikan (TPI) dan muara sungai yang bersinggungan langsung dengan objek wisata Pantai Sri Mersing. Sedangkan sampel kualitas air Pantai Sri Mersing diambil di area Pantai. Hasil analisis kualitas air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Tabel 6.


(46)

Tabel 6. Hasil analisis kualitas air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing No Parameter Satuan

Stasiun 1 Muara Sungai Sei Baungan Stasiun 2 Pantai Sri Mersing

Baku Mutu Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004

Ket. Fisika

1 Kedalaman Meter 1,9 1,6 Tidak Tercantum Baik

2 Suhu oC 31 30 Alami Baik

3 Bau - Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak baik

4 Sampah - Ada Ada Nihil Tidak baik

5 Kekeruhan NTU 34,84 6,79 5 Tidak baik

Kimia

1 pH - 7,2 7,4 7-8,5 Baik

2 Salinitas ‰ 6,6 21,6 Alami Baik

3 Oksigen Terlarut

mg/L 5,7 7,4 >5 Baik

4 BOD5 2,3 2,5 10 Baik

Biologi

1 Colifaecal Jumlah/ 100 ml

>1600 >1600 1000 Tidak baik

Sumber: Olahan data lapangan

Hasil penelitian parameter fisika, kimia dan biologi perairan memiliki nilai bervariasi yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdapat pada Lampiran 3, menunjukkan bahwa ada beberapa parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 air laut untuk wisata bahari. Baku mutu untuk wisata bahari air laut disajikan pada Lampiran 17. Parameter-parameter tersebut terdiri dari parameter fisika dan biologi. Parameter fisika dan biologi yang tidak sesuai dengan baku mutu diantaranya adalah sampah, kekeruhan dan Colifaecal seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tingginya konsentrasi nilai Colifaecal mengindikasinya terjadinya pencemaran perairan akibat limbah cair domestik di muara sungai. Hal ini membuktikan bahwa pemukiman penduduk memiliki kontribusi yang besar terhadap pencemaran perairan dengan menurunkan kualitas air di perairan pantai.


(47)

Peruntukan pantai sebagai daerah wisata bahari dituntut memiliki kualitas air yang baik dan memenuhi standar baku mutu wisata yang telah ditetapkan bagi wisata bahari agar pengunjung dapat merasakan keindahan dan kenyamanan Pantai Sri Mersing. Karena itu dapat dikatakan bahwa perairan Pantai Sri Mersing berada dalam kondisi yang kurang nyaman karena adanya beberapa parameter kualitas perairan yang sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan, sehingga kurang baik untuk kegiatan wisata dan rekreasi khususnya bagi aktivitas mandi renang dan estetika.

Parameter Fisika

Muara Sungai Sei Baungan memiliki kedalaman rata-rata yaitu 1,9 meter sedangkan Pantai Sri Mersing memiliki kedalaman rata-rata 1,6 meter. Kedalaman tertinggi terdapat di muara sungai dan kedalaman yang terendah terdapat di Pantai Sri Mersing.

Hasil pengukuran in situ kualitas air di Muara Sungai Sei Baungan memiliki suhu yang tidak bervariasi yaitu 31°C sedangkan di Pantai Sri Mersing menunjukkan bahwa suhu perairan yaitu 30°C.

Muara Sungai Sei Baungan memiliki bau. Bau yang ditimbulkan adalah bau busuk yang diakibatkan karena adanya pendaratan ikan. Perairan Pantai Sri Mersing tidak berbau.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Muara Sungai Sei Baungan dan dalam kawasan Pantai Sri Mersing ditemukannya sampah. Penilaian parameter sampah dilakukan secara visual. Sampah yang terbanyak terdapat di Muara Sungai Sei Baungan.


(48)

31 30 0 10 20 30 40

Stasiun 1 Stasiun 2

S uh u (° C) 1,9 1,6 0 0,5 1 1,5 2 2,5

Stasiun 1 Stasiun 2

K ed al am an ( m et er ) 34,84 6,79 0 10 20 30 40

Stasiun 1 Stasiun 2

K ek eru h an (NT U )

Dari hasil pengukuran yang dilakukan secara eksitu (analisis laboratorium) seperti yang terlihat pada Tabel 6, didapat nilai kekeruhan di perairan Muara Sungai Sei Baungan memiliki rata-rata nilai kekeruhan perairan berkisar 34,84 NTU sedangkan nilai kekeruhan di Pantai Sri Mersing berkisar 6,79 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi berada pada Muara Sungai Sei Baungan. Grafik parameter fisika ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Parameter Fisika (a) Kedalaman, (b) Suhu, dan (c) Kekeruhan

Parameter Kimia

Nilai derajat keasaman (pH) perairan di Muara Sungai Sei Baungan berkisar 7,2 sedangkan pH rata-rata di Pantai Sri Mersing pada kisaran 7,4. Nilai tersebut menunjukkan nilai yang normal untuk permukaan perairan. Nilai pH tertinggi terdapat pada Pantai Sri Mersing sebesar 7,4, sedangkan nilai pH yang terendah terdapat di Muara Sungai Sei Baungan sebesar 7,0.

a b

c

Baku Mutu


(49)

7,2 7,4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Stasiun 1 Stasiun 2

pH 6,6 21,6 0 5 10 15 20 25

Stasiun 1 Stasiun 2

S al in it as ( ‰) 5,7 7,4 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Stasiun 1 Stasiun 2

D O (m g /l ) 2,3 2,5 0 2 4 6 8 10

Stasiun 1 Stasiun 2

BO D5 (m g /l )

Nilai salinitas di Muara Sungai Sei Baungan adalah 6,6‰ sedangkan salinitas di perairan Pantai Sri Mersing sebesar 21,6‰. Nilai tersebut masih merupakan nilai salinitas yang normal untuk perairan laut. Nilai parameter salinitas tertinggi terdapat di Pantai Sri Mersing dan nilai salinitas yang terendah terdapat di muara sungai Sei Baungan.

Nilai oksigen terlarut (DO) rata-rata di Muara Sungai Sei Baungan yaitu 5,7 mg/l sedangkan di perairan Pantai Sri Mersing yaitu 7,4 mg/l. Nilai oksigen terlarut yang tertinggi terdapat di perairan Pantai Sri Mersing dan nilai oksigen terlarut yang terendah terdapat di Muara Sungai Sei Baungan.

Nilai BOD yang diukur adalah nilai BOD5. Hasil pengukuran contoh air

Muara Sungai Sei Baungan diperoleh nilai BOD5 sebesar 2,2 mg/l sedangkan nilai

BOD5 perairan Pantai Sri Mersing sebesar 2,4 mg/l. Nilai BOD5 yang tertinggi

terdapat di perairan Pantai Sri Mersing. Grafik parameter kimia ditampilkan pada Gambar 6. Baku Mutu Baku Mutu Baku Mutu

a b


(50)

0 400 800 1200 1600

Stasiun 1 Stasiun 2

Co

li

fa

ec

a

l

(jum

la

h/

100

m

l)

Gambar 6. Parameter Kimia (a) pH, (b) Salinitas, (c) DO, dan (d) BOD5

Parameter Biologi

Hasil pengamatan (analisis laboratorium) di Muara Sungai Sei Baungan dan perairan Pantai Sri Mersing ditemukan adanya bakteri Colifaecal. Nilai rata-rata Colifaecal dari semua stasiun berkisar >1600 jumlah/100 ml. Nilai parameter bakteri Colifaecal tertinggi terdapat di Muara Sungai Sei Baungan dan nilai parameter bakteri Colifaecal terendah terdapat di perairan Pantai Sri Mersing. Grafik parameter biologi ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Parameter Biologi (Colifaecal)

Sarana dan Prasarana Masyarakat

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Sarana prasarana yang terdapat di dusun 4 desa Kuala Lama masih sangat minim namun termasuk dalam kategori baik. Hal ini didukung oleh persepsi masyarakat terhadap sarana dan prasarana yang ada di desa Kuala Lama. Data tabulasi kuisioner masyarakat disajikan pada Lampiran 9. Hal tersebut berdampak pada kurang berkembangnya desa tersebut. Adapun sarana prasarana yang terdapat di dusun 4 desa Kuala Lama yaitu:

Baku Mutu


(51)

1. Akses jalan beraspal, sarana air bersih yang dimanfaatkan penduduk berasal dari sumur gali (bor), listrik yang sudah menjangkau hampir semua masyarakat

2. Pendaratan ikan yang menjadi tempat berlabuhnya ikan tangkapan nelayan. 3. Tempat sampah yang minim di setiap rumah karena penanganan sampah yang

dihasilkan oleh rumah tangga masih dilakukan secara individu oleh masyarakat dengan cara dibakar di tempat atau dibuatkan lubang kemudian ditimbun.

4. Terdapat MCK dan septic tank di setiap rumah penduduk. Analisis kualitas air yang dilakukan ditemukan bakteri Colifaecal sebagai biindikator penurunan kualitas air. Setiap pinggiran Muara Sungai Sei Baungan yang padat pemukiman dipastikan memiliki saluran-saluran buangan yang menuju ke badan air.

Sarana dan Prasarana di Pantai Sri Mersing

Akses untuk menuju objek wisata Pantai Sri Mersing tergolong mudah karena merupakan jalanan beraspal dan dapat ditempuh dalam waktu singkat karena tidak terjadi kemacetan di sepanjang jalan menuju pantai ini. Kendaraan yang dapat dipergunakan ke objek wisata Pantai Sri Mersing adalah becak ataupun kendaraan pribadi.

Fasilitas rekreasi di Pantai Sri Mersing dalam kondisi yang baik yaitu terdapat satu kios makanan yang menjual makanan dan minuman ringan yang dimiliki pengelola dan pemilik Pantai Sri Mersing, terdapatnya tempat sampah di setiap area objek wisata, pondok dan tenda yang mampu menampung pengunjung dalam jumlah yang banyak, tempat penyewaan ban untuk melakukan aktivitas renang, terdapat kapal wisata yang akan membawa wisatawan berkeliling mengitari pantai-pantai yang ada di Kecamatan Pantai Cermin, tempat parkir baik untuk sepeda motor dan mobil merupakan fasilitas pelengkap agar pengunjung merasa aman


(52)

memarkirkan kendaraannya, dua unit toilet dan sebuah mushollah. Kebutuhan air bersih di Pantai Sri Mersing dipenuhi dari sumber mata air dan sumur (sumur bor), karena daerah ini tidak dilalui oleh jaringan PDAM. Jaringan listrik dialiri dari PLN semua rumah tangga di dusun 4 Kuala Lama menggunakan listrik, termasuk untuk penerangan jalan. Sarana dan prasarana disajikan pada Lampiran 17.

Secara umum, sarana dan prasarana yang ada di kawasan Pantai Sri Mersing termasuk dalam kategori baik. Hal ini didukung oleh persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana yang ada di kawasan Pantai Sri Mersing. Data tabulasi kuisioner pengunjung disajikan pada Lampiran 8. Namun menurut persepsi pengunjung, sarana dan prasarana di Pantai Sri Mersing masih belum memadai seperti keberadaan tempat sampah dan warung makan di kawasan Pantai Sri Mersing masih kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Pantai

Beragam aktivitas yang terdapat di sepanjang Muara Sungai Sei Baungan seperti pemukiman, pendaratan ikan atau usaha yang dilakukan oleh masyarakat akan menghasilkan limbah dimana terdapat limbah yang dihasilkan dibuang ke badan air. Kondisi ini dipicu oleh tidak terkelolanya limbah dengan baik, mengakibatkan tercemarnya air sungai tersebut dan berpengaruh terhadap kualitas air di pantai. Pencemaran tidak saja dapat merusak atau mematikan komponen biotik (hayati) perairan, tetapi dapat pula membahayakan kesehatan atau bahkan mematikan manusia yang memanfaatkan biota atau perairan yang tercemar. Selain itu pencemaran juga dapat menurunkan nilai estetika perairan laut dan pesisir yang terkena pencemaran.


(53)

Pencemaran yang ditimbulkan akibat pembuangan limbah langsung ke badan air ditunjukkan oleh hasil analisis pada beberapa parameter kualitas air. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter pencemaran telah melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu sampah, kekeruhan, dan Colifaecal. Kandungan air sungai dengan kandungan di atas baku mutu akan bermuara ke objek wisata pantai yang menunjukkan bahwa air tersebut sehingga tidak layak digunakan untuk kegiatan rekreasi dan wisata air. Beberapa indikator yang menunjukkan terjadinya pembuangan limbah ke lingkungan antara lain:

1. Tumpukan sampah, baik anorganik (plastik, botol, kemasan makanan dll) maupun sampah organik (potongan kayu, sisa daun baik yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia).

2. Sedimentasi akibat alih fungsi lahan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas air sungai. Partikel-partikel tanah tersebut masuk ke dalam badan air sehingga perairan menjadi keruh. Kondisi demikian mengakibatkan kualitas air pantai menjadi menurun.

3. Tingginya nilai konsentrasi bakteri Colifaecal di sungai disebabkan oleh feses dan keberadaan Colifaecal yang cukup tinggi di perairan disebabkan karena sebagian besar masyarakat yang bermukim di tepi sungai masih belum memiliki sistem sanitasi yang kurang baik.

Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika dan Kimia Dengan Kelimpahan Colifaecal

Uji analisis korelasi Pearson antara faktor fisika dan kimia dengan kelimpahan Colifaecal dilakukan karena nilai kelimpahan Colifaecal di perairan pantai sudah melebihi batas baku mutu Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun


(54)

2004 air laut untuk wisata bahari. Output data SPSS pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan pengukuran faktor fisika kimia perairan yang telah dilakukan pada dua stasiun penelitian dan dikorelasikan dengan total Colifaecal maka diperoleh nilai korelasi seperti yang terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisika Kimia dengan total Colifaecal

Korelasi Pearson Suhu Kekeruhan pH Salinitas DO BOD5

Total Colifaecal - 843 - 783 - 538 - 981 + 988 - 999

Potensi Kawasan Wisata untuk Pesisir

Perencanaan pengembangan kawasan wisata pesisir di Pantai Sri Mersing ditentukan berdasarkan penilaian kualitas lingkungan pesisir dan pengembangan kepariwisataan pesisir.

Penilaian Kualitas Lingkungan Pesisir

Penilaian kualitas lingkungan pesisir kawasan penelitian ditentukan berdasarkan kesesuaian akuatik dan kesesuaian terestrial.

Kualitas Akuatik

Hasil dari penilaian kesesuaian akuatik dapat dilihat pada Tabel 8 ialah kategori sangat sesuai (S1) untuk wisata pesisir di Pantai Sri Mersing dengan skor 180.

Tabel 8. Penilaian kesesuaian akuatik untuk wisata pesisir di Pantai Sri Mersing

Parameter B S Skor Total

Kecerahan Perairan 20 2 40

Kecepatan arus 15 4 60

Substrat Dasar 10 2 20

Topografi Laut 10 4 40

Bahaya tsunami 5 4 20

Total 180


(55)

Keterangan: B= Bobot, S= Skor, SS= Sangat Sesuai, S= Sesuai, KS= Kurang Sesuai, TS= Tidak Sesuai.

Kualitas Terestrial

Hasil yang diperoleh dari penilaian kesesuaian terestrial Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Tabel 9. Pantai Sri Mersing sebagai kawasan wisata pesisir menunjukkan bahwa semua bagian tapak potensial untuk dijadikan kawasan wisata. Tabel 9. Penilaian kesesuaian kualitas terestrial wisata pesisir Pantai Sri Mersing

Parameter B S Skor Total

Ekosistem 20 4 80

Penutupan lahan pantai 15 4 60

Lebar pantai 10 4 40

Kemiringan (°) 10 3 30

Bahaya gunung api 5 4 20

Total 230

Kesesuaian wisata SS

Keterangan: B= Bobot, S= Skor, SS= Sangat Sesuai, S= Sesuai, KS= Kurang Sesuai, TS= Tidak Sesuai.

Pengembangan Kepariwisataan Pesisir

Bentuk perwujudan Pantai Sri Mersing sebagai kawasan ekowisata ialah dengan dilakukan penilaian kesesuaian obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri Mersing yang berpotensi bagi pengembangan wisata pesisir. Secara keseluruhan hasil dari analisis kelayakan obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri Mersing ialah berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek dan atraksi wisata dengan skor 21. Penilaian kelayakan obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri Mersing dapat dilihat pada Tabel 10.


(56)

Tabel 10. Penilaian kelayakan obyek dan atraksi wisata di Pantai Sri Mersing

Parameter Skor Skor Total

Letak dari Jalan utama 1 1

Estetika dan keaslian 3 3

Atraksi 2 2

Fasilitas pendukung 3 3

Ketersediaan air bersih 4 4

Transportasi Aksesbilitas 4 4

Dukungan Masyarakat 4 4

Total 21

Kesesuaian wisata S1

Keterangan :

S1 = Sangat Potensial S3 = Kurang Potensial S2 = Cukup Potensial S4 = Tidak Potensial

Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan

Populasi responden kuisioner untuk pengunjung adalah 44 orang, hasil ini diperoleh dari perhitungan sampel pengunjung. Persepsi wisatawan terhadap keindahan kawasan Pantai Sri Mersing dinyatakan indah oleh sebanyak 24 orang responden dari total 44 orang responden. Hasil dari 24 orang responden tersebut diperoleh nilai keindahan kawasan sebesar 54,54 %. Nilai tersebut masuk ke dalam kisaran antara 40%-75% yang menunjukkan bahwa kriteria keindahan kawasan di Pantai Sri Mersing adalah cukup indah. Penilaian persepsi wisatawana terhadap keindahan disajikan di Lampiran 14.

Persepsi wisatawan terhadap kenyamanan kawasan Pantai Sri Mersing, dari 44 responden sebanyak 27 orang responden mengatakan nyaman. Hasil dari 27 orang responden tersebut diperoleh nilai kenyamanan kawasan yaitu sebesar 61,36%. Nilai tersebut masuk ke dalam kisaran antara 40%-75% yang menunjukkan bahwa kriteria


(57)

55% 45%

Persepsi Terhadap Keindahan

Nyaman Tidak Nyaman

61% 39%

Persepsi Kenyamanan Wisatawan

Nyaman Tidak Nyaman kenyamanan kawasan di Pantai Sri Mersing adalah cukup nyaman. Penilaian persepsi wisatawana terhadap kenyamanan disajikan di Lampiran 14. Berdasarkan persepsi wisatawan tersebut, tingkat kenyamanan Pantai Sri Mersing cukup mendukung pengembangan kegiatan wisata. Diagram persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Diagram Persepsi Wisatawan (a) Keindahan dan (b) Kenyamanan

Pembahasan


(58)

Kualitas Air Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing Parameter Fisika

Kedalaman

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Gambar 4, Muara Sungai Sei Baungan memiliki kedalaman adalah 1,9 m sedangkan kedalaman rata-rata Pantai Sri Mersing 1,6 m. Kedalaman yang tertinggi terdapat di Muara Sungai Sei Baungan yaitu 1,9 m sedangkan kedalaman yang terendah terdapat di Pantai Sri Mersing yaitu 1,6 m.

Kenaikan kedalaman sungai yang terjadi di muara sungai diakibatkan adanya pengerukan material sedimen yang seharusnya muara sungai mengalami pendangkalan karena semakin ke hilir (muara), maka sungai semakin dangkal karena material tersuspensi mengalami pengendapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mukhtasor (2007) yang menyatakan bahwa pengerukkan material umumnya dilakukan akibat adanya sedimentasi. Sedimentsi sering mengakibatkan pendangkalan di perairan sungai, muara sungai atau pelabuhan. Pendangkalan tersebut dapat diakibatkan oleh erosi pantai maupun hasil run off yang terbawa oleh air hujan, melalui sungai, mengendap di muara sungai (daerah estuari) ataupun jauh dari muara. Keberadaan sedimen tersebut sering mengganggu jalur pelayaran bagi kapal karena tertutupnya muara sungai akibat pendangkalan.

Berdasarkan pengukuran, kedalaman di Pantai Sri Mersing berkisar pada 1,6 m. Kedalaman pantai yang tidak bervariasi diakibatkan karena pantai Sri Mersing merupakan tipe pantai yang pantai landai dan datar. Tipe pantai ini akan memiliki kedalaman yang sama di tepi pantainya. Menurut Dahuri dkk (2003) bahwa pantai landai dan datar merupakan salah satu tipe pantai di Indonesia. Tipe ini ditemukan di


(59)

kawasan yang sudah stabil sejak lama karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove dan hutan lahan basah lainnya.

Suhu

Suhu Muara Sungai Sei Baungan yang diamati tergolong tinggi yaitu sebesar 31°C, suhu tersebut terdapat pada di setiap titik pengamatan. Suhu perairan Pantai Sri Mersing yang diamati yaitu sebesar 30-31°C. Hal ini disebabkan oleh pengukuran suhu yang dilakukan pada siang hari, sehingga radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam badan air intensitasnya cukup besar untuk memanaskan perairan. Hal ini berkaian dengan penelitian Saputra (2009) Suhu perairan mempunyai kaitan yang cukup erat dengan besarnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan. Semakin besar intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula suhu air. Semakin bertambahnya kedalaman akan menurunkan suhu perairan. Menurut Rahmawati (2009) bahwa suhu air permukaan di perairan Nusantara umumnya berkisar antara 28–31°C. Suhu air permukaan yang diperoleh tersebut sesuai dengan suhu perairan Nusantara pada umumnya. Kisaran suhu dapat saja berubah pada waktu pengukuran yang berbeda tergantung pada cuaca dan kondisi perairan.

Bau

Hasil pengamatan bau pada Muara Sungai Sei Baungan memiliki bau yang sangat pekat, sedangkan perairan Pantai Sri Mersing tidak berbau. Bau ini berasal dari pendaratan ikan yang berada di muara sungai. Bau yang ditimbulkan di perairan sungai tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Menurut Mukhtasor (2007) pengaruh limbah cair industri pengolahan hasil perikanan secara fisik yang dominan


(60)

adalah perubahan suhu air, bau, warna air, rasa, kekeruhan dan TSS. Bau merupakan salah satu dampak fisik yang paling sering timbul dari pembuangan limbah industri pengolahan perikanan ke badan perairan. Hal ini disebabkan oleh bereaksinya senyawa organik dalam limbah, terutama protein dengan oksigen dalam suasana anaerobik, sehingga dihasilkan asam sulfide (H2S) dan ammonia (NH3). Kedua

senyawa gas ini memang mempunyai bau yang sangat menyengat dan busuk.

Perairan Pantai Sri Mersing tidak berbau. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada bahan pencemar yang masuk ke perairan pantai yang dapat menimbulkan bau. Perairan Pantai Sri Mersing masih bersifat alami sehingga harus terus dijaga agar nantinya tidak sampai menimbulkan bau yang dapat mengganggu kegiatan wisata pantai. Tidak adanya bau di perairan pantai membuat wisatawan nyaman dan tidak merasa terganggu saat melakukan kegiatan wisata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pragawati (2009) bahwa parameter bau sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan keindahan perairan sebagai tempat rekreasi. Bau dapat berasal dari senyawa organik dan anorganik yang berasal dari limbah dan sumber alami (proses dekomposisi).

Sampah

Hasil pengamatan visual menunjukkan bahwa di semua stasiun ditemukan sampah. Stasiun yang paling banyak ditemukan sampah adalah stasiun 1 (Muara Sungai Sei Baungan). Banyaknya sampah di setiap stasiun menunjukkan tidak sesuainya dengan baku mutu. Muara sungai menjadi tempat akumulasi bahan-bahan pencemar termasuk sampah yang masuk kedalamnya dan menjadi gudang sampah yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Banyaknya sampah dihasilkan dari berbagai aktivitas yang terjadi di masyarakat. Menurut Argarini (2014) bahwa


(61)

pencemaran disebabkan oleh adanya masukan limbah dari kegiatan antropogenik (pemukiman, pertanian, dan industri). Kegiatan domestik dan industri di sepanjang DAS mengakibatkan mutu air di hilir dan muara sungai tersebut dalam kondisi tercemar. Aliran-aliran sungai tersebut pada akhirnya akan bermuara ke laut dan akhirnya menyebabkan pencemaran laut.

Nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan baku mutu, sehingga dilihat dari segi sampah perairan Pantai Sri Mersing tidak sesuai untuk wisata pantai karena akan mengganggu kenyamanan melakukan aktivitas wisata di Pantai Sri Mersing. Hal ini berkaitan dengan penelitian Rahmawati (2009) bahwa adanya sampah akan menimbulkan gangguan tersendiri bagi kawasan pantai dan mengganggu kenyamanan pengunjung. Sampah yang biasanya ditemukan di tepi-tepi pantai merupakan sampah yang berasal dari Sungai yang bermuara ke Pantai.

Kekeruhan

Dari hasil pengukuran yang dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar 5, didapat nilai kekeruhan perairan Muara Sungai Sei Baungan berkisar 34,84 NTU. Hasil pengukuran kekeruhan perairan Pantai Sri Mersing menunjukkan nilai rata-rata kekeruhan adalah 6,79 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 1 (Muara Sungai Sei Baungan) sedangkan nilai terendah pada stasiun 2 (Pantai Sri Mersing). Dari data ini dapat diketahui bahwa kualitas perairan di Muara Sungai Sei Baungan dan Pantai Sri Mersing dilihat dari kekeruhan kondisinya tidak baik karena tidak sesuai dengan baku mutu Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 untuk kegiatan wisata bahari.

Tingginya nilai kekeruhan menunjukkan bahwa padatan terlarut yang tinggi terkandung dalam limbah organik yang berasal dari kegiatan di daratan terbawa oleh


(62)

air sungai dan sebagian besar mengendap di muara sungai sehingga nilai kekeruhan tertinggi ada pada muara sungai. Hal ini berkaitan dengan penelitian Hartami (2008) bahwa sumber yang menyebabkan terjadinya kekeruhan antara lain berasal dari material organik maupun non organik (partikel liat dan tanah yang terlarut, phytoplankton dan zooplankton yang mengapung, penguraian tanaman yang mati), kedua yang disebabkan oleh alam (run off dari daratan, pengadukan perairan yang disebabkan oleh badai, aktivitas gelombang dan perubahan musim), ketiga yang berasal dari aktivitas manusia (run off dari lahan pertanian, buangan dari industri dan pemukiman, erosi pantai oleh kapal besar, nutrien terlarut yang berasal dari air buangan

Kekeruhan sangat berhubungan erat dengan warna dari badan air. Kekeruhan dan warna pada badan air berkaitan erat dengan keberadaan komponen organik dan anorganik yang dapat masuk kedalamnya melalui buangan industri maupun domestik. Kekeruhan menyebabkan warna air yang berwarna kecoklatan (tidak jernih) dan berpengaruh terhadap nilai keindahan. Menurut Sudirman dkk (2014) bahwa warna air pada pantai yang sangat keruh yang disebabkan karena teraduknya substrat lumpur akibat gelombang dan masukan dari sungai yang juga membawa sampah dan sedimen. Akibat pengadukan dan masukan sedimen dari sungai juga menyebabkan tingginya padatan tersuspensi yang nilainya juga di atas baku mutu. Keadaan ini tentunya mengganggu keindahan pantai yang digunakan sebagai tempat wisata masyarakat sekitar.


(63)

Parameter Kimia pH

Nilai pH suatu perairan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Pada keadaan normal nilai pengukuran lapangan (in situ) menunjukkan bahwa pH air di Muara Sungai Sei Baungan sebesar 7,2, sedangkan nilai rata-rata pH di perairan Pantai Sri Mersing sebesar 7,4. Nilai pH yang tertinggi terdapat di stasiun 2 (Pantai Sri Mersing) dan nilai pH yang terendah terdapat di stasiun 1 (Muara Sungai Sei Baungan). Hasil ini menunjukkan bahwa nilai pH ini masih berada dalam standar baku mutu yaitu sebesar 7-8,5. pH yang relatif netral dari setiap stasiun diakibatkan karena tidak adanya buangan yang mengandung senyawa kimia yang ekstrim, walaupun terdapat industri perikanan.

Menurut Mukhtasor (2007) bahwa pH umumnya menjadi salah satu parameter kimia anorganik dalam baku mutu limbah cair dari industri perikanan. Namun karena sifat proses produksinya tidak membutuhkan senyawa kimia dengan pH yang ekstrim, sehingga biasanya limbah cair industri pengolahan hasil perikanan mempunyai pH yang cenderung netral.

Kualitas pH yang relatif normal ini memberikan dampak ke objek wisata Pantai Sri Mersing untuk melakukan aktivitas pariwisata seperti berenang dan aktivitas rekreasi air. Rahmawati (2009) bahwa derajat keasaman (pH) merupakan sifat kimia yang berperan penting untuk mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam perairan. Perairan yang diinginkan untuk daerah rekreasi terutama rekreasi pantai adalah perairan yang umumnya memiliki kisaran pH antara 7–7,5 sehingga tidak menyebabkan iritasi mata. Hal ini didasarkan pada aktivitas


(1)

Lampiran 13. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5

Diinkubasi selama 5 hari

Pada temperatur 20° C dihitung nilai Dihitung nilai DO akhir DO

awal

Keterangan:

1. Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan nilai DO 2. Nila BOD= Nilai awal-Nilai DO akhir

Sampel Air

Sampel Air Sampel Air


(2)

Lampiran 14. Penilaian persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan

Penilaian keindahan kawasan: Ka = ���

��� x 100%

= 24

44x 100%

= 0,54 x 100% = 54,54 %

Kriteria keindahan alam di Pantai Sri Mersing dikatakan cukup indah dengan nilai 54,54 yaitu 40%≤Ka≤75%.

Keterangan:

Ers : Jumlah responden yang mengatakan indah Ero : Jumlah seluruh responden

Na : Nilai keindahan alam (%)

Penilaian kenyamanan kawasan Na = ���

��� x 100%

= 27

44x 100%

= 0,61 x 100% = 61,36 %

Kriteria kenyamanan di Pantai Sri Mersing dikatakan cukup nyaman dengan nilai 61,36 yaitu 40%≤Ka≤75%.

Keterangan:

Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman Ero : Jumlah seluruh responden


(3)

Lampiran 16. Foto sampel air dan aktivitas penelitian

a. Pamplet Pantai Sri Mersing b. Pantai Sri Mersing

c. Sampel colifaecal d. Sampel kekeruhan

e. Pengambilan sampel air untuk f. Pengukuran suhu metode winkler


(4)

Lampiran 16. Lanjutan

g. Pengukuran pH h. Pengukuran DO dengan winkler

i. Pengukuran arus j. Pengukuran Kemiringan Pantai


(5)

Lampiran 17. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata

BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK WISATA BAHARI Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor : Tahun 2004

No. Parameter Satuan Baku Mutu

Fisika

1 Warna Pt. Co 30

2 Bau Tidak berbau

3 Kecerahana M >6

4 Kekeruhana Ntu 5

5 Padatan tersuspensi totalb mg/l 20

6 Suhuc °C alami 3(c)

7 Sampah - nihil1(4)

8 Lapisan minyak5 - nihil1(5)

Kimia

1 pHd - 7-8,5(d)

2 Salinitase ‰ alami3(e)

3 Oksigen terlarut (DO) mg/l >5

4 BOD5 mg/l 10

5 Amoniak bebas (NH2-N) mg/l nihil(1)

6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015

7 Nitrat (NO3N) mg/l 0,008

8 Sulfida (H2S) mg/l nihil(1)

9 Senyawa Fenol mg/l nihil(1)

10 PAH (Pollaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003

11 PCB (Poliklor Bifeni) mg/l nihil(1)

12 Surfaktan (detergen) mg/l MBAS 0,001

13 Minyak dan Lemak mg/l 1

14 Pestisidaf mg/l nihil1(f)

Logam terlarut

15 Raksa (Hg) mg/l 0,002

16 Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,002

17 Arsen (As) mg/l 0,025

18 Cadmium (Cd) mg/l 0,002

19 Tembaga (Cu) mg/l 0,050

20 Timbal (Pb) mg/l 0,005

21 Seng (Zn) mg/l 0,095

22 Nikel (Ni) mg/l 0,075

Biologi

1 E. coliform (faecal)g MPN/100 ml 200

2 Coliform (total) g MPN/100 ml 1000

Radio Nuklida


(6)

Lampiran 17. Lanjutan Keterangan:

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan)

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasionalmaupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim)

4. Pengamatan oleh manusia (visual).

5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) denganketebalan 0,01mm

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic

b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman

c.Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor

g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman