22 dan mudah dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang terkait.
Pelaksanaan kegiatan penggunaan dana harus mengacu kepada RAPBS yang telah ditetapkan. Pembukuan uang masuk dan keluar harus dilakukan secara
teliti dan transparan.
2.3 Penyelenggaraan Pendidikan
2.3.1 Definisi Penyelenggaraan Pendidikan
UU no. 20 tahun 2003 menjabarkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan meliputi:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna. 3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
23 4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
2.3.2 Good Governance
World Bank
mendefinisikan good
governance sebagai
suatu penyelenggaraan manajemen yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Sedangkan menurut United Nations Development
Program UNDP, tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua
tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga- lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan
kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan- perbedaan diantara mereka.
24 Karakteristik Good governance menurut UNDP Mardiasmo, 2002
meliputi: 1. Participation, yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan. 2. Rule of law, yaitu kerangka hukum yang adil dan tanpa pandang bulu.
3. Transparancy, yaitu kebebasan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik.
4. Responsiveness, yaitu kecepatan dan daya tanggap lembaga publik dalam memberikan layanan kepada stakeholder.
5. Consensus Orientation, yaitu berorientasi pada kepentingan masyarakat luas. 6. Equity, yaitu setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan dan keadilan. 7. Efficiency and Effektiveness, yaitu pengelolaan sumber daya publik dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna. 8. Accountability, yaitu pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas
yang dilakukan. 9. Strategic vision, yaitu penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus
memiliki visi jauh kedepan. Dari karakteristik tersebut di atas, setidaknya terdapat tiga hal yang dapat
memperbaiki pengelolaan anggaran di sekolah, yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas publik dan value for money economy, efficiency, dan
effectiveness.
25
2.3.3 Sekolah Bermutu Terpadu
Transformasi menuju sekolah bermutu terpadu Arcaro, 2005 diawali dengan mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah,
administrator, staf, siswa, guru dan komunitas. Prosesnya diawali dengan mengembangkan visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah serta
departemen dalam wilayah tersebut. Visi mutu diutamakan kepada: 1. Terfokus kepada konsumen.
Agar sekolah mengembangkan fokus mutu, setiap orang dalam sistem sekolah mesti mengakui bahwa setiap output lembaga pendidikan adalah konsumen.
2. Keterlibatan total. Manajemen mesti memiliki komitmen untuk memfokuskan pada mutu. Tanpa
adanya komitmen, program mutu tidak akan berhasil. Ada dua keyakinan pokok yang menghalangi tiap upaya penciptaan mutu dalam sistem
pendidikan. Pertama, banyak profesional pendidikan yakin bahwa mutu pendidikan bergantung kepada besarnya dana, padahal keyakinan itu salah.
Kedua, banyak profesional pendidikan yang tetap memandang pendidikan sebagai sebuah “jaringan anak manis”. Mereka bersikukuh untuk bertahan dari
tarikan profesional nonpendidikan yang mempengaruhi perubahan sistem. 3. Pengukuran
Para profesional pendidikan perlu mengumpulkan dan menganalisis data supaya pengukuran mutu dapat maksimal.
26 4. Memandang pendidikan sebagai sistem
Pendidikan mesti dipandang sebagai suatu sistem. Hanya dengan memandang pendidikan sebagai sebuah sistem maka para profesional pendidik dapat
mengeleminasi pemborosan dari pendidikan dan dapat memperbaiki mutu setiap proses pendidikan.
5. Perbaikan berkelanjutan Konsep dasarnya, mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki. Menurut
filosofi manajemen yang baru, “Bila tidak rusak, perbaikilah, karena bila anda tidak melakukannya, orang lain pasti akan melakukannya.” Inilah konsep
perbaikan berkelanjutan. Dr. W Edward Deming mengembangkan 14 perkara yang menggambarkan
apa yang dibutuhkan sebuah kegiatan untuk mengembangkan budaya mutu, butir- butir tersebut dinamakan “Hakikat Mutu dalam Pendidikan”.
1. Menciptakan konsistensi tujuan. Menciptakan konsistensi tujuan untuk memperbaiki layanan dan siswa,
dimaksudkan untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia.
2. Mengadopsi filosofi mutu total. Sistem sekolah mesti menyambut baik tantangan untuk berkompetisi dalam
sebuah perekonomian global. Setiap anggota sistem sekolah mesti belajar keterampilan baru untuk mendukung revolusi mutu. Orang mesti bertanggung
jawab untuk memperbaiki mutu. Setiap orang mesti belajar menjalankan pekerjaannya secara efisien dan produktif.
27 3. Mengurangi kebutuhan pengujian.
Mengurangi kebutuhan pengujian dan inspeksi yang berbasis produksi masal dilakukan dengan membangun mutu dalam layanan pendidikan. Memberikan
lingkungan belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu. 4. Menilai bisnis sekolah dengan cara baru.
Nilailah bisnis sekolah dengan meminimalkan biaya total pendidikan. Pandanglah sekolah sebagai pemasok siswa dari kelas satu sampai kelas-
kelas selanjutnya. Bekerja bersama para orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk memperbaiki mutu siswa menjadi bagian dari sistem.
5. Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya. Dengan melembagakan proses “Rencanakanperiksaubah”. Gambarkan
proses untuk memperbaiki, mengindentifikasi mata rantai konsumen pemasok, mengidentifikasi bidang-bidang perbaikan; implementasikan
perubahan, nilai dan ukur hasilnya, dan dokumentasikan serta standarisasi proses. Ulangi siklusnya dari awal lagi untuk mencapai standar yang lebih
tinggi. 6. Belajar sepanjang hayat.
Mutu diawali dan diakhiri dengan latihan. Pelatihan memberikan perangkat yang dibutuhkan untuk memperbaiki proses kerja.
7. Kepemimpinan dalam pendidikan. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk memberikan arahan. Para
manajer dalam pendidikan mesti mengembangkan visi dan misi untuk
28 wilayah, sekolah atau jurusannya. Mutu harus terintegerasikan ke dalam
pernyataan visi dan misi. 8. Mengeleminasi rasa takut.
Lenyapkanlah bekerja karena dorongan rasa takut. Ciptakanlah lingkungan yang akan mendorong orang untuk bebas bicara. Maka setiap orang akan
bekerja secara efektif untuk perbaikan sekolah. 9. Mengeliminasi hambatan keberhasilan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi orang mencapai keberhasilan dalam menjalankan pekerjaannya.
Mengembangkan strategi-strategi gerakan: gerakan dari kompetisi menjadi kolaborasi dengan kelompok lain; gerakan dari mengisolasi pemecahan
masalah menjadi bersama-sama menjadi berbagi informasi; gerakan dari bertahan dari perubahan menjadi menyambut baik perubahan.
10. Menciptakan budaya mutu. Ciptakanlah budaya mutu. Jangan biarkan gerakan menjadi seseorang atau
sekelompok orang. Ciptakanlah budaya mutu yang mengembangkan tanggung jawab pada setiap orang.
11. Perbaikan proses. Tidak ada proses yang pernah sempurna; karena itu, carilah cara terbaik,
proses terbaik, terapkan tanpa pandang bulu. Menemukan solusi harus didahulukan, dan bukan mencari-cari masalah.
29 12. Membantu siswa berhasil.
Hilangkan rintangan yang merampok hak siswa, guru atau administrator untuk memiliki rasa bangga pada hasil karyanya. Tanggung jawab semua
administrator pendidikan mesti diubah dari kuantitas menjadi kualitas. 13. Komitmen.
Manajemen mesti memiliki komitmen terhadap budaya mutu, serta berkemauan untuk mendukung dan memperkenalkan cara baru dalam
mengerjakan sesuatu ke dalam sistem pendidikan. 14. Tanggung jawab.
Biarkanlah setiap orang di sekolah untuk bekerja menyelesaikan transformasi mutu. Transformasi merupakan tugas setiap orang.
2.4 Prinsip Keadilan