4.3 Analisa Istana Maimun
Istana maimun merupakan istana kebesaran Kesultanan Deli. Istana Maimun terletak di Jl. Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja,
Kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.
Gambar 4.42 Istana Maimun Sumber : Google Image
4.3.1 Sejarah terbentuknya Istana Maimun
Kesultanan Deli
beberapa kali
mengalami perpindahan
pusat pemerintahan. Perpindahan pusat pemerintahan yang tercatat adalah perpindahan
dari daerah pertemuan Sungai Deli dan Babura menuju daerah Kampung Pulo Brayan yang dilakukan pada masa pemerintahan Tuanku Panglima Paderap pada
abad ke 18, kemudian pada masa pemerintahan puteranya Pasutan Gandar Wahid pada akhir abad 18, pusat pemerintahan dari Kampung Pulo Brayan dipindahkan
ke daerah Labuhan yang kelak dikenal dengan nama Labuhan Deli. Perpindahan pusat pemerintahan terakhir dilakukan selama masa pemerintahan Sultan Ma’mun
Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada akhir abad ke 19, yaitu dari daerah Labuhan menuju kota Medan. Perpindahan pusat pemerintahan dari daerah Labuhan ke
Universitas Sumatera Utara
kota Medan dipengaruhi keadaan ekologi, ekonomi, dan sosial politik saat itu Jufrida dan Ery Soedewo, 2004.
Gambar 4.43 Peta perpindahan Kesultanan Deli
Sumber: Baiduri, 2012: 19 Untuk mengakomodir perpindahan ini, Sultan Ma’mun Perkasa Alamsyah
membangun Istana Maimun pada tahun 1888. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 26 Agustus 1988 dan mulai ditempati tiga tahun kemudian
yaitu pada tahun 1891. Istana ini juga merupakan simbol masa kejayaan kesultanan Deli, pada masa itu hasil panen dari perkebunan tembakau dan dari
hasil panen tersebut memungkinkan Kesultanan Deli untuk membangun sebuah istana Sinar, 1991.
4.3.2 Arsitektur Melayu dengan kebudayaan islam pada Istana Maimun .
Kesultanan Deli merupakan sebuah kerajaan penganut agama Islam, diperkuat dengan tokoh sejarah yaitu Gotjah Pahlawan adalah seorang Islam.
Universitas Sumatera Utara
Gotjah pahlawan merupakan wakil sultan Aceh yang juga merupakan kerajaan Islam. Gotjah Pahlawan sebagai wakil sultan Aceh juga memiliki misi untuk
menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman di seluruh wilayah kekuasaan Deli. Proses pengislaman ini dilakukan dengan cara damai, diantaranya menjalin
ikatan persaudaraan dengan datuk Sunggal, salah satu dari empat wilayah yang menjadi bagian kesultanan Deli pada masa itu. Seiring perkembangan Kesultanan
Deli, perkembangan agama Islam juga turut menyertai. Pada Saat itu hampir seluruh masyarakat Melayu mengikuti agama yang dianut Sultan mereka yaitu
Islam Sinar, 1989. Namun berkembangnya Islam di tanah Melayu ternyata sudah terjadi sejak
1400 M. Setelah pusat imperium Melayu berada di Malaka dan Pameshwara di- Islam-kan dari Pasai, maka sejak itu terbentuklah suatu wadah baru bagi orang
Islam yang disebarkan dari Melaka ke segenap penjuru nusantara. Penyebaran melalui rute dagang ini sambil diikuti dengan perkawinan puteri raja setempat,
bukan saja membentuk masyarakat Islam disitu tetapi juga sekaligus membentuk “budaya Melayu”. Sejak itu terbentuklah definisi jati diri Melayu yang baru yang
tidak lagi terikat kepada faktor genealogis hubungan darah tetapi disatukan oleh faktor kultural budaya yang sama, yaitu kesamaan agama Islam Sinar, 1989.
Kesultanan Deli sebagai kerajaan Islam dapat dilihat pada perencanaan lingkungan istana Maimun. Pada istana Labuhan Deli terdapat mesjid pada bagian
depan istana yaitu Mesjid Al-Osmani atau yang juga dikenal dengan Mesjid Labuhan Deli. Begitu juga Istana Maimun yang memiliki Mesjid Raya Al-
Mashun yang terletak hanya 100 meter di depan Istana Maimun. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menguatkan identitas Kesultanan Deli sendiri sebagai kerajaan Islam dan juga mengikuti syariah Islam kehidupan sehari-hari Luthfi, 2014.
Gambar 4.44 Mesjid Raya Al-Mashun Sumber : Google Image
Gambar 4.45 Peta Istana Maimun dan Mesjid Raya Al-Mashun
4.3.3 Arsitektur Istana Maimun