Indonesia sendiri untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai nasionalisme. Melalui sektor pendidikan, harapkan implementasi
terhadap penanaman nilai-nilai nasionalisme dalam lingkup kehidupan sehari-hari akan tercapai dengan baik.
B. Kerangka Berpikir
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Nasionalisme Terciptanya
keutuhan negara
Nilai-nilai nasionalisme
harus dimiliki oleh:
- Warga
negara -
Lembaga atau
instansi Pondok pesantren
Moerdiono dalam Suprayogi 1992: E2 memaparkan bahwa nasionalisme adalah tekad untuk hidup suatu bangsa di bawah suatu
negara yang sama, terlepas dari perbedaan etnis, ras, agama ataupun golongan. Tekad untuk hidup bersama di bawah suatu negara yang sama
dengan melepaskan diri dari segala macam perbedaan merupakan suatu bentuk untuk menjauhkan segala bentuk diskriminasi. Bagi bangsa
Indonesia, nasionalisme bukan hanya sekadar istilah atau ucapan belaka. Nasionalisme bagi bangsa Indonesia sangatlah penting karena telah
menghantarkan bangsa Indonesia kepada gerbang kemerdekaan yang masih kita rasakan sampai dengan saat ini.
Mengingat arti pentingnya nasionalisme bagi bangsa Indonesia, maka sudah menjadi kewajiban dan juga kesadaran bagi seluruh warga
negara Indonesia untuk tetap mentransformasikan nilai-nilai nasionalisme itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bangkitnya jiwa nasionalisme
yang telah mempersatukan semua perbedaan yang ada dalam diri masyarakat Indonesia, maka akan tercipta suatu keutuhan negara. Dengan
demikian kejayaan Indonesia akan tetap pada puncaknya. Untuk menciptakan suatu keutuhan negara, diperlukan adanya
kesadaran dari masing-masing bangsanya. Pada dasarnya untuk
mewujudkan cita-cita terciptanya keutuhan negara, jiwa nasionalisme itu harus dimiliki oleh warga negara, instansi-instansi atau lembaga-lembaga,
bahkan di seluruh kalangan masyarakat. Apabila kesadaran tersebut telah terwujud maka secara tidak langsung akan tercipta keutuhan di suatu
negara. Berkaitan dengan instansi-instansi atau kelembagaan, yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah tentang nasionalisme di pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan
nonformal yang ada di Indonesia yang sudah lama keberadaannya. Eksistensi pondok pesantren pada umumnya telah diakui oleh pemerintah.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal di Indonesia, pondok pesantren pada hakikatnya mengutamakan keberhasilan pada ilmu agama,
sedangkan ilmu yang lain dianggap sebagai pelengkap. Padahal sebelumnya telah dijelaskan bahwa nilai-nilai nasionalisme itu hatus
dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk instansi-instansi atau kelembagaan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, sebagai salah satu
pendidikan nonformal yang ada di Indonesia, sudah seharusnya bagi pondok pesantren untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang lain di luar ilmu
agama dalam hal ini adalah mengenai nasionalisme. Sehingga keberhasilan
penanaman ilmu agama itu akan diimbangi dengan keberhasilan ilmu-ilmu yang lain termasuk nilai-nilai nasionalisme. Di samping keberhasilan
tersebut, keberhasilan lain yang diharapkan adalah dengan terwujudnya penanaman nilai-nilai agama dan nilai-nilai nasonalisme maka akan
mendukung terciptanya suatu keutuhan negara.
60
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap
muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian McMillan dan Schumacher 2003 dalam Syamsuddin dan Damaianti 2007:73.
Data hasil penelitian ini berupa data deskriptif yang tidak dihitung menggunakan rumus-rumus statistik Strauss Curbin 2003 dalam Syamsuddin dan Damaianti
2007:73. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini, peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan
pemikirannya. Penggunaan pendekatan kualitatif ini adalah untuk meneliti tentang penanaman nilai-nilai nasionalisme dalam lingkup kehidupan sehari-hari.
Melalui pendekatan kualitatif deskriptif ini, peneliti mencoba untuk memahami suatu fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Tujuan
peneliti adalah untuk mendeskripsikan, menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan tentang fenomena penanaman nilai-nilai nasionalisme dalam lingkup
kehidupan sehari-hari. Arikunto 2002: 12 mengatakan bahwa pemahaman terhadap fenomena ini diperoleh dengan jalan mendeskripsikan dan
mengeksplorasikannya dalam bentuk sebuah narasi. Dengan cara tersebut, maka peneliti akan dapat memperlihatkan hubungan antara peristiwa dan makna
peristiwa.