12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen, teori belajar
berasal dari teori psikologi dan menyangkut masalah situasi pembelajaran Rifa‟i dan Anni, 2011:190. Menurut Patrick dalam Uno 2010:4, salah satu fungsi
utama teori adalah sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian. Sehingga teori belajar yang digunakan sebagai kerangka kerja yaitu Grand Theory dalam
penelitian ini adalah teori belajar kognitif.
Teori Belajar Kognitif
Menurut Rifa‟i dan Anni 2011:128 teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran,
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Syah 2004:103 juga menjelaskan bahwa teori belajar kognitif lebih menekankan arti
penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku manusia tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses
mental, yakni: motivasi, kesengajaan, keyakinan. Selanjutnya Piaget dalam Uno 2010:10 seorang penganut aliran kognitif, bahwa proses belajar terdiri dari tiga
tahapan yaitu 1 Asimilasi merupakan proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. 2 Akomodasi yaitu
penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. 3 Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa teori belajar kognitif menekankan pada proses belajar yakni pengolahan informasi untuk merespon
stimulus yang akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Dengan kata lain kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar ditentukan oleh sejauh mana
seseorang mampu mengolah informasi sehingga dapat digunakan untuk merespon stimulus disekelilingnya. Penelitian ini menggunakan teori belajar kognitif,
dengan alasan pada penelitian ini hubungan antar variabel dependen prestasi belajar akuntansi dan variabel-variabel independen pemanfaatan e-learning,
lingkungan teman sebaya, dan motivasi belajar adalah implikasi dari teori belajar kognitif yaitu menekankan pada proses belajar yang melibatkan proses mental
motivasi belajar dan pengolahan informasi dengan cara belajar dan pemanfaatan sarana prasarana pembelajaran untuk merespon stimulus yang akan menentukan
perubahan perilaku seseorang yang terlihat dari prestasi belajar akuntansi. Menurut Syah 2004: 85, preferensi kognitif yang pertama pada umumnya
timbul karena dorongan luar motif ekstrinsik yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau
ketidaknaikan. Preferensi kognitif yang kedua biasanya timbul karena dorongan dari dalam diri siswa sendiri motif intrinsik, dalam arti siswa tersebut memang
tertarik dan membutuhkan materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Oleh karena itu, siswa ini lebih memusatkan perhatiannya ntuk benar-benar memahami
dan juga memikirkan cara menerapkannya Good Brophy dalam Syah, 2004:85. Jadi tugas guru disini ialah menggunakan pendekatan mengajar yang
memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran.
Teori E-learning Santisfaction ELS
Teori e-learning santisfaction ELS dikembangkan oleh Wang dalam Tarigan 2011. Teori ini mencakup empat kualitas dalam pengunaan e-learning
yaitu kualitas tatap muka dalam pembelajaran, kualitas belajar dalam komunitas, kualitas materi pembelajaran, dan kualitas perseorangan. Dalam teori ini
mencakup dua model, yaitu asynchronous dan synchronous. Menurut Hisham dalam Tarigan 2011, pada dasarnya model asynchronous adalah komunikasi,
kolaborasi dan pembelajaran dapat terjadi dalam waktu dan tempat yang berbeda. Kemampuan untuk mengakses dan berkomunikasi dalam model asynchronous
dapat memenuhi banyak kebutuhan di lingkungan. Bentuk dari penerapan model asynchronous dalam pembelajaran antara lain: kolaborasi untuk diskusi, mengirim
dan menerima materi pembelajaran, mengunduh materi melalui internet, memberikan informasi, serta menggunakan database online dan situs untuk
memperoleh informasi. Menurut Tarigan 2011, model synchronous memungkinkan peserta didik
untuk berinteraksi satu sama lain salam waktu yang sama tetapi tempat yang berbeda. Model synchronous e-learning memungkinkan kualitas tatap muka untuk
membantu siswa merasa lebih nyata bahwa meraka adalah anggota komunitas dari model asynchronous. Komunikasi antara siswa dan guru juga dilakukan dalam
waktu tertentu. Namun model synchronous tidak fleksibel, saat ini sebagian besar sistem e-learning menggunakan model asynchronous karena lebih mudah
dikembangkan dan tidak terlalu mahal dibandingkan model synchronous. Pemanfaatan e-learning dengan model asynchronous sebagai salah satu
pendekatan model belajar yang baik dan dapat diterapkan di SMK Hidayah.
2.2 Prestasi Belajar