Gambar 2.8. Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : a untuk kaki tunggal, b untuk dinding pondasi Bowles, J.E., 1991
2.5.2.1 Jarak antar tiang dalam kelompok
Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. diisyaratkan :
Gambar 2.9 Jarak antar tiang
Universitas Sumatera Utara
dimana : S = Jarak masing-masing.
D = Diameter tiang. Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60 m dan
maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Bila S 2,5 D a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu
berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan.
b. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu.
2. Bila S 3,0 D Apabila S 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar
ukurandimensi dari poer footing.
Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka
kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal. Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah
luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas kelompok tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh raft fondation di atas tiang-tiang
pancang.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2.2 Kapasitas kelompok dan efisiensi tiang pancang
Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak padat, atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka
kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya keruntuhan tiang
tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap harus dipancang secara keseluruhan ke dalam tanah lempung lunak.
Pada kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan lempung lunak, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus diperhitungkan, terutama untuk jarak
tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak kebawah oleh akibat
beban yang bekerja. Tetapi, jika jarak tiang-tiang terlalu dekat, saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara tiang-tiang juga ikut bergerak turun.
Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah yang mendukung
beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model keruntuhannya disebut keruntuhan blok. Jadi, pada keruntuhan blok, tanah yang terletak diantara
tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang pancang mini pile maupun tiang
bor.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : a Tiang tunggal, b Kelompok tiang
Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi diameter SD sekitar kurang dari 2 dua. Whiteker 1957 memperlihatkan bahwa
keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5d untuk kelompok tiang yang berjumlah 3x3, dan lebih kecil dari 2,25d untuk tiang yang berjumlah 9x9.
Gambar 2.11. Daerah friksi pada kelompok tiang dari tampak samping
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12. Daerah friksi pada kelompok tiang dari tampak atas
Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi tiang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Q
g
= E
g
. n . Q
a
....................................................................................................2.12 Dimana :
Q
g
= Beban maksimum kelompok tiang yang menyebabkan keruntuhan. E
g
= Efisiensi kelompok tiang N = Jumlah tiang dalam kelompok.
Q
a
= beban maksimum tiang tunggal. Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan untuk menghitung
kapasitas kelompok tiang, namun semuanya hanya bersifat pendekatan. Persamaan- persamaan yang diusulkan didasarkan pada susunan tiang, dengan mengabaikan
panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah. Berikut adalah metode-metode untuk
perhitungan efisiensi tiang tersebut :
Universitas Sumatera Utara
• Metode Converse – Labore Formula AASHO
Disini diisyaratkan : � ≤
1,57. �.�.�
�+�−2
.............................................................................................2.13 �
�
= 1 −
� 90
�−1�+�−1� � . �
......................................................................2.14 Dimana :
E
g
= Efisiensi kelompok tiang. m = Jumlah baris tiang.
N = Jumlah tiang dalam satu baris. θ = Arc tg ds, dalam derajat.
s = jarak pusat ke pusat tiang m.
• Metode Los Angeles Group
�
�
= 1 −
� �.�.�
[ �� − 1 + �� − 1 + 2� − 1� − 1] ............2.15
Dimana : E
g
= Efisiensi kelompok tiang. m = Jumlah baris tiang.
N = Jumlah tiang dalam satu baris. θ = Arc tg ds, dalam derajat.
s = jarak pusat ke pusat tiang m.
• Metode Soiler – Keeney
�
�
= �1 − �
11 �
7 �
2
−1
� �
�+�−2 �+�−1
�� +
0,3 �+�
………………………………..……2.16 Dimana:
E
g
= Efisiensi kelompok tiang. m = Jumlah baris tiang.
Universitas Sumatera Utara
n = Jumlah tiang dalam satu baris s = Jarak pusat ke tiang m.
2.5.3 Daya Dukung Lateral Tiang