BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah
dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat
batuan induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan lempung digunakan dalam Teknik Sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat
terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai
nama tambahan di belakang material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau dengan material utamanya
adalah lempung dan sebagainya. Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air, dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya
dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi
jenuh sebagian partially saturated. Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
Universitas Sumatera Utara
Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu: 1. Berdasarkan pandangan ahli geologi
2. Berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni 3. Berdasarkan pandangan ilmu pertanian.
Menurut ahli geologi berdasarkan pendekatan Geologis
Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam,
sehingga membentuk regolit lapisan partikel halus.
2.2 Penyelidikan Tanah
Penyelidikan Tanah Salah satu tahapan paling awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pondasi adalah penyelidikan tanah. Uji penyelidikan tanah
diperlukan untuk mengetahui daya dukung dan karateristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan tanahsifat tanah, mengetahui kekuatan
lapisan tanah dalam rangka penyelidikan tanah dasar untuk keperluan pondasi bangunan, jalan, jembatan dan lain-lain, kepadatan dan daya dukung tanah serta
mengetahui sifat korosivitas tanah. Penyelidikan tanah adalah salah satu dalam bidang geoteknik yang dilakukan untuk memperoleh sifat dan karakteristik tanah
dalam kepentingan rekayasa engineering. Ada dua jenis penyelidikan tanah yang biasa dilakukan, yakni :
1. penyelidikan lapangan in situ test Penyelidikan lapangan pada umumnya terdiri dari boring seperti hand boring atau machine boring
• SPT Standard Penetration Test
Universitas Sumatera Utara
• CPT Cone Penetration Test, • DCP Dynamic Cone Penetration
• PMT Pressumeter Test • DMT Dilatometer Test
• Sand Cone Test, dll.
2. Sedangkan penyelidikan yang dilakukan di laboratorium laboratory test. terdiri dari uji index properties tanah seperti :
• water content • spesific gravity
• atterberg limit • sieve analysis
• unit weight • engineering properties tanah seperti direct shear test, consolidation test,
triaxial test , permeability test, compaction test, CBR test, dll.
Pemilihan jenis pengujian yang dilakukan sangat tergantung kepada jenis konstruksi yang akan dikerjakan pada lokasi. Penyelidikan tanah dilakukan untuk
mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan untuk konstruksi bangunan, selain itu dari hasil penyelidikan tanah dapat ditentukan perlakuan terhadap tanah agar daya
dukung dapat mendukung konstruksi yang akan dibangun. Dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih alternatif atau jenis pondasi, kedalaman serta dimensi pondasi
yang paling ekonomis tetapi masih aman.
Universitas Sumatera Utara
Jadi penyelidikan tanah sangat penting dan mutlak dilakukan sebelum struktur itu mulai dikerjakan. Dengan mengetahui kondisi daya dukung tanah kita bisa
merencanakan suatu struktur yang kokoh dan tahan gempa, yang pada akhirnya akan memberi rasa kenyamanan dan keamanan bila berada di dalam gedung.
2.2.1 Standard Penetration Test SPT
Standard Penetration Test SPT sering digunakan untuk mendapatkan daya
dukung tanah secara langsung di lokasi. Metode Standard Penetration Test merupakan percobaan dinamis yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan
memasukkan tabung sampel yang berdiameter dalam 35 mm sedalam 305 mm dengan menggunakan massa pendorong palu seberat 63, 5 kg yang jatuh bebas dari
ketinggian 760 mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan tabung sampel sedalam 305 mm dinyatakan sebagai nilai N.
Tujuan dari percobaan Standard Penetration test SPT ini adalah untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah dari pengambilan contoh tanah dengan
tabung sehingga diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap-tiap lapisan kedalaman tanah dan untuk memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah
serta menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasa sulit diambil sampelnya. Percobaan Standard Penetration test SPT ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut : 1. Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor,
split spoon sampler, hammer, dan lain – lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Lakukan pengeboran sampai kedalaman testing, lubang dibersihkan dari kotoran hasil pengeboran dari tabung, segera dipasangkan pada bagian dasar
lubang bor. 3. Berikan tanda pada batang setiap 15 cm dengan total 45 cm.
4. Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan palu seberat 63,5 kg dan ketinggian jatuh 76 cm hingga kedalaman tersebut,
dicatat jumlah pukulan untuk memasukkan penetrasi setiap 15 cm N value;
Contoh : N1 = 10 pukulan15 cm
N2 = 5 pukulan15 cm N3 = 8 pukulan15 cm
Maka total jumlah pukulan adalah jumlah N2 dengan N3 adalah 5 + 8 = 13 pukulan = nilai N. N1 tidak diperhitungkan karena dianggap 15 cm pukulan
pertama merupakan sisa kotoran pengeboran yang tertinggal pada dasar lubang bor, sehingga perlu dibersihkan untuk memperkecil efisiensi
gangguan; 5. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan
dan dibuka. Gambarkan contoh jenis - jenis tanah yang meliputi komposisi, struktur, konsistensi, warna dan kemudian masukkan ke dalam botol tanpa
dipadatkan atau kedalaman plastik, lalu ke core box; 6. Gambarkan grafik hasil percobaan SPT;
Catatan : Pengujian dihentikan bila nilai SPT ≥ 60 untuk 4x interval
pengambilan dimana interval pengambilan SPT = 2 m.
Universitas Sumatera Utara
Uji Standard Penetration Test ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis tanah. Berdasarkan pengalaman yang cukup lama, berbagai korelasi empiris dengan
parameter tanah telah didapatkan. Harga N dari pasir yang diperoleh dari pengujian standard penetration test SPT dan hubungan antara kepadatan relatif dengan sudut
geser dalam dapat dilihat pada Tabel di bawah ini : Tabel 2.1. Hubungan D ,
ϕ dan N dari pasir Peck, Meyerhoff
Nilai N Kepadatan Relatif
�� = �
���
− � �
���
− �
���
Sudut Geser Dalam Menurut
Peck Menurut
Meyerhof 0-4
Sangat Lepas 0,0-0,2
28,5 30
4-10 Lepas
0,2-0,4 28,5-30
30-35 10-30
Sedang 0,4-0,6
30-36 35-40
30-50 Padat
0,6-0,8 36-41
40-45 50
Sangat Padat 0,8-1,0
41 45
Suyono ,Mekanika Tanah Teknik Pondasi,1983
2.3 Penyelidikan Tiang 2.3.1
Pile Driving Analyzer
Pile Driving Analyzer adalah alat untuk mengukur kekuatan sebuah pondasi
selama pemancangan, yang dikembangkan selama tahun 1960an dan diperkenalkan pada tahun 1972. Menurut Coduto dalam Foundation Design Principles and
Practices , pengujian daya dukung pondasi tiang dengan menggunakan alat PDA ini
metodologinya telah distandarisasi dan diuraikan dalam ASTM D4945. Peralatan ini memilikitiga komponen sebagai berikut:
1. Sepasang strain transducers yang diletakkan di dekat kepala tiang,
2. Sepasang accelerometers yang diletakkan di kepala tiang,
3. Sebuah Pile Driving Analyzer PDA.
Universitas Sumatera Utara
Monitor PDA memberikan keluaran yang berasal dari strain transducers dan accelerometers
pondasi tiang pancang, dan data tersebut dievaluasi sebagai berikut: 1. Data strain dikombinasi dengan modulus elastisitas dan luas penampang
tiang, memberikan tekanan vertikal pada tiang. 2. Data acceleration diintegrasikan dengan waktu hasil partikel percepatan
perjalanan gelombang melalui tiang, 3. Data acceleration diintegrasikan dengan waktu hasil perpindahan pondasi
selama pemukulan hammer. Setiap impact atau tumbukan yang diberikan pada ujung atas tiang akan
menghasilkan gelombang tegangan stress wave yang bergerak ke bawah sepanjang tiang dengan kecepatan suara di media materialnya, maka PDA dengan alat
sensornya yang ditempatkan pada tiang bagian atas akan dapat menganalisa gelombang tersebut dan menghitung daya dukung tiang dengan metode Case.
Dalam analisa persamaan gelombang wave equation impact yang diberikan pada kepala tiang adalah simulasinya, maka dengan PDA ini impact tersebut adalah
benar terjadi. Suatu massa hammer ditumbukkan pada kepala tiang untuk menghasilkan
gelombang tegangan keseluruh panjang tiang. Dengan menempatkan sepasang sensor yaitu transducer di bagian atas tiang pada sisi yang berlawanan untuk mencegah
pengaruh lentur tiang, maka pengukuran kecepatan partikel particle velocity sebagai hasil integrasi terhadap besaran percepatan terukur dari accelerometer, serta
pengukuran gaya force sebagai hasil perkalian besaran regangan terukur dari transduser regangan strain transducer dapat dilakukan. Dimana hasil pengukuran
Universitas Sumatera Utara
inilah yang menjadi dasar dalam perhitungan daya dukung pondasi tiang dengan metode Case.
2.3.1.1 Case Method
Case method merupakan cara pengukuran dan interpretasi terhadap pengaruh
tanah, tegangan pada tiang, kondisi integritas tiang dan kinerja hammer dengan menggunakan PDA.
Perhitungan daya dukung tiang Case method berdasarkan pada perambatan gelombang satu dimensi, dengan asumsi bahwa tiang seragam dan ideal plastis maka
dapat diturunkan persamaan sebagai berikut: F
turun
= zv
turun
Keterangan : z = ��
� � , impedansi atau faktor kekakuan dinamis
Untuk tiang dengan impedansi Z pada saat tiang ditumbuk, gelombang tumbukan impact wave menjalar ke bawah downward wave, dimana akan terjadi
juga gaya tekan compression force yang menyebabkan kecepatan kebawah downward particle velocity.
Setelah waktu t = Lc, gelombang akan mencapai ujung tiang pile tip, maka gelombang yang merupakan gelombang tekan compression wave dipantulkan
keatas sebagai gelombang tarik tension wave. Berarti pada ujung tiang gelombang tekan dan tarik saling menghapuskan.
Akan tetapi gelombang pantul yang merupakan gelombang tarik juga akan mendorong partikel pada ujung bawah tiang menjadi dua kali lipat. Untuk
Universitas Sumatera Utara
gelombang tarik, arah kecepatan partikel dan penyebaran gelombang berlawanan, sedangkan pada gelombang tekan arah kecepatan dan penyebaran gelombang sama.
Bila ada tahanan tanah di sepanjang tiang sebesar R, akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
�� =
�
1
+ ��
1
+ �
2
−��
2
2
...............................................................................................2.1 Keterangan :
Rt = tahanan tanah total F
1
= gaya pada waktu t
1
pukulan maksimum F
2
= gaya pada waktu t
2
Prinsip inilah yang dilakukan oleh PDA, yaitu mengukur F
1
, F
2
, V
1
, V
2
, pengukuran dilakukan untuk setiap pukulan yang diberikan. Selain memberikan hasil
perhitungan daya dukung tiang, PDA juga menghasilkan perhitungan dari transfer energi tumbukan yang terekam, menghitung gaya maksimum yaitu gaya tekan
maupun gaya tarik dilokasi penempatan transducer, serta mengukur kondisi global integritas tiang.
2.3.1.2 CAPWAP
Case pile Wave Analysis Program CAPWAP adalah program aplikasi untuk
menganalisa gelombang gaya F dan kecepatan V yang diukur oleh PDA. Program CAPWAP digunakan untuk memperkirakan distribusi dan besarnya gaya perlawanan
tanah sepanjang tiang berdasarkan modelisasi yang dibuat dan memisahkannya menjadi bagian dinamis dan bagian statis.
Program CAPWAP menggunakan model matematis sistem tiang tanah dengan element diskrit massa dan pegas seperti pada analisa persamaan gelombang
Universitas Sumatera Utara
wave equation, namun hanya merupakan fungsi dari pergerakan tiang saja, sedang tanah sendiri adalah pasif. Sehingga parameter tanah yang perlu diketahui adalah
tahanan batas Ru, perpindahan elastis dari tahanan statis quake, faktor redaman tanah Jc.
Analisa CAPWAP dilakukan dengan mencocokkan kurva F dan V simulasi yang karakteristiknya diketahui, dengan kurva hasil redaman PDA secara iterasi
trial and error. Jika belum mendapatkan suatu kecocokan, dapat diiterasi lagi dengan mengubah parameter tanahnya. Jika sudah cocok, artinya model tanah yang
dicari sudah selesai, maka perlawanan tanah Ru dapat dipisah menjadi bagian dinamis dan statis sehingga karakteristik bagian statisnya dapat didefenisikan.
Termasuk hasil dari CAPWAP adalah dengan model tanah sudah dapat disimulasikan untuk setiap elemen tiang yaitu fungsi kedalaman, maka dapat
disimulasikan perilaku sistem tiang tanah di bawah pembebanan yaitu kurva hubungan beban dengan penurunan kepala tiang load-settlement curve.
Kemudian dengan pengetahuan karakteristik hubungan beban dan penurunan dalam setiap elemen, maka daya dukung batas tiang dapat diketahui berdasarkan
penurunan izin vertikal mencapai 2,5 mmblows.
Gambar 2.1. Tampilan Program CAPWAP
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pondasi 2.4.1 Perencanaan Pondasi Tiang
Pada perencanaan pondasi tiang pada umumnya diperkirakan pengaturan tiang – tiangnya terlebih dahulu seperti letaksusunan, diameter dan panjang tiang.
Dalam pengaturan tiang – tiang tersebut perlu diperhatikan beberapa hal berikut : 1. Tiang yang berbeda kualitas bahannya atau tiang yang memiliki diameter berbeda
tidak boleh dipakai untuk pondasi yang sama; 2. Tiang miring dipakai apabila besarnya gaya horizontal yang bekerja pada
kelompok tiang terlalu besar untuk ditampung oleh tiang vertikal; 3. Jarak yang dianjurkan antara tiang dalam satu kelompok adalah antara 0, 60
sampai 2, 0 meter. Pada umumnya gaya – gaya luar yang bekerja pada tiang yaitu pada kepala tiang
yang meliputi berat sendiri bangunan di atasnya, beban hidup, tekanan tanah dan tekanan air. Sedangkan beban yang bekerja pada tubuh tiang yaitu meliputi berat
sendiri tiang, gaya geser negatif pada selimut tiang dan gaya mendatar akibat getaran ketika tiang tersebut melentur.
Gambar 2.2. Beban yang Bekerja pada Kepala Tiang
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Beban yang Bekerja pada Tubuh Tiang
Perencanaan suatu pondasi tiang biasanya dilaksanakan sesuai dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menentukan kriteria perencanaan, seperti beban – beban yang bekerja pada dasar tumpuan poer, parameter tanah, situasi dan kondisi bangunan di
sekitar lokasi, besar pergeseran yang diijinkan dan tegangan ijin dari bahan – bahan pondasi;
2. Memperkirakan diameter, jenis, panjang, jumlah dan susunan tiang; 3. Menghitung daya dukung vertikal tiang tunggal single pile;
4. Menghitung faktor efisiensi dalam kelompok tiang dan daya dukung vertikal yang diijinkan untuk sebuah tiang dalam satu kelompok tiang;
5. Menghitung beban vertikal yang bekerja pada setiap tiang dalam kelompok tiang;
6. Memeriksa beban yang bekerja pada setiap tiang apakah masih dalam batasan daya dukung yang diijinkan. Apabila tidak sesuai, maka perkiraan diameter,
jumlah atau susunan tiang pada prosedur yang kedua harus dihitung kembali kemudian dilanjutkan dengan prosedur berikutnya;
7. Menghitung daya dukung mendatar setiap tiang dalam kelompok;
Universitas Sumatera Utara
8. Menghitung beban horizontal yang bekerja pada setiap tiang dalam kelompok;
9. Menghitung penurunan; 10. Merencanakan struktur tiang.
2.5 Kapasitas Daya Dukung Tiang