ANALISIS FREKUENSI DAN LAMA KONSUMSI JAJANAN BERESIKO TERHADAP KEJADIAN SINDROM NEFROTIK
i
ANALISIS FREKUENSI DAN LAMA KONSUMSI JAJANAN
BERESIKO TERHADAP KEJADIAN SINDROM NEFROTIK
SKRIPSI
Oleh :
STELLA EKA SUSANTI
NIM. 08060040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
(2)
ii
ANALISIS FREKUENSI DAN LAMA KONSUMSI JAJANAN BERESIKO TERHADAP KEJADIAN SINDROM NEFROTIK
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh
STELLA EKA SUSANTI NIM. 08060040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012
(3)
iii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS FREKUENSI DAN LAMA KONSUMSI JAJANAN BERESIKO TERHADAP KEJADIAN SINDROM NEFROTIK
SKRIPSI
Disusun Oleh:
STELLA EKA SUSANTI
NIM. 08060040
Diujikan
Pada Tanggal 14 november 2012
Penguji I,
Nurul Aini,S.Kep. Ns., M.Kep Solichati , S.Kep. Ns
NIP.UMM. 112.050.104.19 NIDN.UMM 706098302
Penguji III, Penguji IV,
Yoyok Bekti P, M. Kep, Sp. Kom Tri Lestari M.Kep ,Sp.Mat
NIP.UMM.112.0309.0405 NIP.UMM.112.9311.0303
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
Tri Lestari M.Kep ,Sp.Mat
NIP.UMM.112.9311.0303
Penguji II, nguji
(4)
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : STELLA EKA SUSANTI
Nim : 08060040
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM
Judul Skripsi : Analisis Frekuensi Dan Lama Konsumsi Jajanan Beresiko Terhadap Kejadian Sindrom Nefrotik
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.
Malang, 14 November 2012 Yang Membuat Pernyataan,
Stella Eka Susanti
(5)
v
motto
get going. Move forward. Aim
high. Plan a takeoff. Don’t just
sit on the runway and hope
someone will come along and push
the airplane. It simply won’t
(6)
vi
Persembahan
Persembahan
Alhamdullah... Terimakasih Ya Allah atas limpahan rahmat dan kerunia-Mu, hamba dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ampunilah segala dosan & khilaf Qu ya Allah, semoga hamba slalu di tunjukan jalan yang engkau ridhoi dan diberi kesabaran.
Amiiinnn ya robbal’ alamiin...
Untuk kedua orang tuaku selalu mendukung segala baik doa, support, materi dan semua yang aku butuhkan.
Buat mama, papa, dan dini adikku yang selalu mendoakan kan dan memberikan motivasi hingga skripsi ini berjalan lancar
Buat sahabatq bejat 1 (mita,bunga,mega,nadiadan atika)yang sudah bantuin, mendukung dan mendoakanku… Buat pembimbing ibu Nurul Aini, M.Kes dan Ibu Solichati
S.Kep Ns terimakasih atas semua bimbingan, ilmu, motivasi nya
Terimakasih kepada semua dosen PSIK yang selama ini telah banyak mengajarkan ilmu kepada saya yang nanti akan berguna bagi kehidupan saya yang akan datang
Terimakasih buat semua teman PSIK dan THE CIPIRILLY GANG ,,Luv u All friends…..
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pola Konsumsi Jajanan Pada Anak Penderita Sindrom Nefrotik”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan tulus kepada :
1. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Nurul Aini, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan penelitian ini.
3. Solichati,S.Kep.Ns selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penelitian ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.
5. Direktur dan Perawat kepala ruangan Anak di RSUD Kepanjen dan perawat kepala ruangan anak di RS Malang yang telah membantu saya.
(8)
viii
6. Para responden dan keluarga yang telah bersedia untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.
7. Bapak, Ibu serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, kasih sayang, doa dan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penyusun tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kesehatan khususnya bidang keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Malang,14 November 2012
(9)
ix ABSTRACT
Analysis frequency and duration of risk consume snack toward nephrotic syndrome incident
Stella Eka Susanti1, Nurul Aini2, Solichati3
Nephrotic syndrome is a disease with an uncertain etiology, but nowadays autoimmune has been considered as the etiology of nephrotic syndrome by antigen-antibody reaction. The nephrotic syndrome tends to happened in children due to the snack consumption pattern. Chemical substances such as saccharine, nitrosamine, MSG, rhodamine B, methanol yellow, formalin, borax, acrylamide, and bisphenol A were found in those snacks as a mixture. Kidney is an organ of filtration, reabsorbtion, excretion, and secretion so that the chronic accumulation of chemical substance can lead to a kidney failure.
The design of research is analytic descriptive. Sampling technique in this research is incidental sampling and 24 children as the total sample. Snack frequency and longer dangerous snack consumption are the independent variable and nephritic syndrome is the dependent variable. Chi square analysis is used in the data analysis.
As the result of characteristic analysis with nephrotic syndrome, chiki is the most common snack and reach 81,21%, tempura-permen 75% and cilok 62,5% and then kids non nephritic syndrome, candy-chiki 62%, ice cream 56%, and cilok 50%. In the past, the frequency is often found 50%, rarely 19%, and never 5%, then for kids non nephrotic syndrome is often found 12%, rarely 69%, and never 19% . snack consumption for >3 years is 50% and <3years is 50%, then for kids non nephritic syndrome in >3 years is 56% dand <3 years is 44%. When using chi square testthe result of frequency it found propability value (sig) or P-value <0,05 is 0,031 then Ho reject and H1 accept, so its mean have influence significant. The result of duration it found propability value (sig) or P-value >0,05 is 1000 then Ho accept and H1 reject, so its mean not have influence significant.
Contingency coefficient of frequency 0.407 is low 0,5 it’s mean have weak relation, then
contingency coefficient of duration 0,036 is low 0,5 it’s mean have weak relation.
Keywords : frequency, duration, nephrotic syndrome,kinds
1. Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah Malang 2. Lecturer University of Muhammadiyah Malang
(10)
x INTISARI
Analisis Frekuensi Dan Lama Konsumsi Jajanan Beresiko Terhadap Kejadian Sindrom Nefrotik
Stella Eka Susanti1, Nurul Aini2, Solichati3
Sindrom nefrotik merupakan penyakit yang sebagian besar penyebabnya belum pasti diketahui, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun yaitu merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Sindrom nefrotik sebagian besar banyak terjadi pada anak-anak, hal ini di kaitkan dengan pola konsumsi jajanan yang di konsumsi. Pada makanan jajanan yang dijual oleh pedagang banyak ditemukannya bahan kimia sebagai campuran seperti sakarin, nitrosamine, MSG, rhodamin B, methanol yellow, formalin,boraks, acrylamide dan bisphenol A. ginjal merupakan salah satu organ tempat filtrasi, reabsorbsi, ekresi dan sekresi sehingga bahan kimia yang terakumulasi terus menerus dapat menyebabkan kerusakan.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan sampling insidential dengan jumlah sampel 24 anak. Dengan variable independen adalah frekuensi dan lama konsumsi jajanan beresiko dan dependen sindrom nefrotik. Analisa data yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil karakteristik di dapatkan untuk jenis konsumsi jajanan anak sindrom nefrotik terbesar yaitu chiki 81%, tempura-permen 75%, dan cilok 62% sedangkan pada anak tidak sindrom nefrotik terbesar yaitu permen-chiki 62%, es cream 56%, dan cilok 50%. Frekuensi pada anak sindrom nefrotik yaitu sering 50%, kadang-kadang 19% dan tidak pernah 5% sedangkan tidak sindrom nefrotik nefrotik yaitu sering 12%, kadang-kadang 69% dan tidak pernah 19%. Lama konsumsi yaitu >3 tahun 50% dan <3 tahun 50% sedangkan anak normal yaitu >3tahun 56% dan <3tahun 44%. Menggunakan uji chi square hasil dari frekuensi di dapatkan nilai probabilitas (sig) atau P-value <0,05 yakni 0,031 maka Ho ditolak dan H1 diterima sehingga ada pengaruh yang signifikan. Hasil dari lama di dapatkan dapatkan nilai probabilitas (sig) atau P-value >0,05 yakni 1000 maka Ho diterima dan H1 ditolak sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan. Koefisien kontingensi frekuensi sebesar 0,407 yang berada dibawah 0.5 berarti kekuatan hubungan adalah lemah sedangkan lama sebesar 0,036 yang berada di bawah 0,5 berarti kekuatan hubungan lemah.
Kata Kunci : frekuensi, lama, sindrom nefrotik, jenis
1. Program Studi Ilmu Keperawata, Fakultas Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang 2. Dosen Universitas Muhammadiyah Malang
(11)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv
MOTTO……… ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRACT ... ix
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindrom Nefrotik Pada Anak ... 7
2.2.1 Anatomi Ginjal ... 7
2.1.2 Fisiologi Ginjal……….. . 9
2.1.3 Definisi Sindrom Nefrotik ... 12
(12)
xii
2.1.5 Manifestasi Klinis ... 16
2.1.6 Patofisiologi ... 18
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ... 30
2.1.8 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ... 30
2.1.9 Komplikasi ………. 37
2.1.10 Prognosis ……….. 38
2.2 Makanan Jajanan ... 39
2.2.1 Definisi………... 39
2.2.2 Jenis Makanan Jajanan ... 40
2.2.3 Macam Jajanan Yang Diwaspadai Menyebabkan Sindrom Nefrotik ... 41
2.2.4 Aspek Negatif Jajanan ... 44
2.2.5 Bahan Tambahan Pada Makanan ... 45
2.2.6 Hubungan Antara Jajanan Dengan Kejadian Sindrom Nefrotik ... 48
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangkan Koseptual ... 51
3.2 Hipotesis Penelitian………. 52
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 53
4.2 Populasi dan Teknik Sampling ... 54
4.2.1 Populasi ... 54
4.2.2 Sampel ... 55
4.2.3 Teknik Sampling ... 55
4.3 Variabel Penelitian ... 55
4.4 Definisi Operasional ... 56
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 56
4.6 Instrumen Penelitian ... 57
(13)
xiii
4.8 Analisa Data ... 59
4.8.1 Analisis Univariat ... 60
4.8.2 Uji Chi Square ... 60
4.9 Etika Penelitian... 61
BAB V HASIL PENELITIAN dan ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Sampel ... 63
5.1.1 Umur ... 63
5.1.2 Jenis Kelamin ... 64
5.1.3 Pendidikan ... 64
5.1.4 Riwayat Penyakit ... 65
5.1.5 Jenis Jajanan ... 66
5.2 Hasil Penelitian ... 68
5.2.1 Frekuensi Jenis Jajanan ... 68
5.2.2 Lama Konsumsi Jajanan ... 69
5.3 Hasil Analisa Data ... 69
5.2.1 Uji Chi Square ... 69
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Analisis Univariat ... 72
6.1.1 Usia... 72
6.1.2 Jenis Kelamin ... 73
6.1.3 Riwayat Penyakit. ... 74
6.1.4 Jenis-jenis Jajanan Yang Dikonsumsi ... 75
6.2 Identifikasi Frekuensi Konsumsi Jajanan Beresiko ... 77
6.3 Identifikasi Lama Konsusmsi Jajanan Beresiko………... 78
6.4 Analisis Pengaruh Frekuensi dan Lama Konsumsi Jajanan Beresiko Terhadap Kejadian Sindrom Nefrotik……….. 80
6.5 Keterbatasan Penelitian……….. 82
(14)
xiv BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ... 84 7.2 Saran ... 85
(15)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 56
Tabel 5.1.1 Umur ... 63
Tabel 5.1.2 Jenis Kelamin……… ... 64
Tabel 5.1.3 Pendidikan ... 64
Tabel 5.1.4 Riwayat Penyakit……… ... ………65
Tabel 5.1.5 Jenis Jajanan ... ………67
Tabel 5.2.1 Frekuensi Jenis Jajanan………...68
Tabel 5.2.2 Lama Konsusmsi Jajanan………69
Tabel 5.6 Pengaruh Frekuensi Dan Lama Konsumsi Jajanan Beresiko Terhadap Kejadian Sindrom Nefrotik… ... ………..70
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.1 Anatomi Ginjal ... 8
Gambar 2.1.6 Patofisiologi Sindrom Nefrotik ... 29
Gambar 5.1 Kerangka Konsep ... 51
Gambar 4.1 Kerangka Penelitian ... 53
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujian Menjadi Responden Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Analisis Validitas dan Reabilitas Lampiran 6 Hasil Skoring
Lampiran 7 Hasil Chi Square Lampiran 8 Dokumentasi
(18)
86
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Husein. 2002. Buku Ajar Nefrologi. Jakarta : EGC
Annngrahini, MS. 2008. Keamanan Pangan Kaitannya Dengan Penggunaan Bahan Tambahan
Dan Kontaminan. Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada
Anne, K. 10 bahan kimia makanan berbahaya. diakses 3 februari 2012. (http://www.anneahira.com/bahan-kimia-makanan.htm,)
Ardhiyan. Bahaya makanan jajanan di sekitar kita. Diakses tanggal 2 maret 2012. (http://pondokibu.com/bahaya-makanan-jajanan-di-sekitar-kita.html)
Azwar, Saifuddin. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Badan POM. 2011. Informasi pangamanan bahan berbahaya jajanan anak sekolah. Jakarta Baliwati, Y. F., Khomsan A. dan Dwiriani, C. M. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi.
Jakarta : Penebar Swadaya
Behrman, kliegman, Arvin. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Ed 15. Jakarta : EGC Budisuari. 2010. Hubungan pola makan dan kebiasaan menyikat gigi dengan kesehatan gigi
dan mulut (karies) di indonesia. Pusat penelitian dan pengembangan system dan
kebijakan kesehatan
Blais, Kathleen, Koenig, dkk. 2007. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep & Perspeltif. Jakarta: EGC
Constantinescu, A.R. 2000. Predisting first-year relapses in children with nephritic syndrome. Cotran, R.S. 1995. Buku Ajar Patologi II. ed 4. Jakarta: EGC
Danar, Nanung. Zat berbahaya pada makanan. diakses tanggal 2 maret 2012. (http://www.kibar-uk.org/2012/03/09/zat-berbahaya-dalam-makanan/)
Fu,M,et al. 2007. Association between unhealthful eating patterns and unfavorable overall scholl
performance. Journal of the American dietetic Assn
Guhardja, dkk . 1993. The Role of Street Foods in Household Food Consumption: A
Survey in Bogor. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
Gunawan, AC. 2006. SN: pathogenesis & penatalaksanaan. Jakarta : Cermin dunia kedokteran
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta : EGC
Habibi, Halim. 2011. Hubungan lama paparan bising dengan kejadian kurang pendengaran
(19)
87
Hartono, Rudy. 2006. Studi penggunaan bahan tambahan makanan pada makanan jajanan di
kota makasar. Gizi politeknik kesehatan makassar
Haslina. 2004. Nilai Gizi, Daya Cerna Protein dan Daya Terima Patilo sebagai Makanan
Jajanan yang di Perkaya dengan Hidrolisat Protein Ikan Mujair. Program Pascasarjana
Magister Gizi Masyarakat Universitas Diponegoro.
Hudayat, Aziz A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Hudayat, Aziz A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
Kehidupan (5th ed) (Istiwidayanti dan Soedjarwo, penerjemah). Jakarta : Erlangga
Kusumawadhani, Trully. 2004. Pemberian Diet Formula Tepung Ikan Gabus Pada Penderita
Sindrom Nefrotik. Fakultas Kedokteran Universita Diponegoro.
Irianto, K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya
Iswaranti. Widjajarta M.,dan Februhartanty J. Jajanan di Indonesia Berkualitas Buruk. Diakses tanggal 28 Agustus 2007. (http://www.republika.co.id.)
Junquieira, L.C & Carneiro. 2007. Histologi dasar Ed. 11. Jakarta : EGC
Kusmayadi A dan Sukandar D. 2009. Food Safety and Its Application in Daily Life to
Prevent Dangers of Consuming Unsafe Foods and Promote SPFS Farmer’s Health. Diakses
28 april 2012 (http://database.deptan.go.id/saims-indonesia/index.php?files) Lee, T.A., Sci, B.H. and Counsel. 2005. The food from hell: food colouring. The Internet
Journal of Toxicology. Vol 2: (2) China: Queers Network Research.
Moehjie S. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Mudjajanto, E S. 2006. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional. Jakarta : Kompas Natadisastra, Djaenudin & Agoes, Ridad. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari
Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta : EGC Noer. 2003. Nefrologi Anak. Jakarta : EGC
Nuraini, Heny. 2007. Memilih & Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal. Jakarta : Qultum Media
Purnomo, Ananto. 2006. Usaha Kesehatan Sekolah Di Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Bandung : CV. Yrama Widya
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit ed 6. Jakarta: EGC
Rafif. 2010. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan serta permasalahannya. Diakses 21 oktober 2012. (http://www.placeschool.com)
(20)
88
Rendle, John., dkk. 1994. Ikhtisar penyakit anak ed 6. Jakarta : binarupa aksara
Rippe, B. 2003. What is the role of albumin in proteinuric glomerulipathies?. Nephrology Dialisis Transplantation, 19(1) : 1-5
Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi ed 7. Jakarta : EGC
Robbins dan kumar. 1995. Buku ajar patologi ed 4. Jakarta : EGC
Ruchiyat, Andriyana. 2007. Hubungan antara hygiene perorangan, frekuensi konsumsi dan
sumber makanan jajanan dengan diare. Fakultas kedokteran universitas gadjah muda
Rudolph, Abraham M.dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta : EGC Schwartz, William M. 2005. Pedoman klinis pediatric. Jakarta : EGC
Sitorus, L. 2007. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Sekolah Dasar Tentang Makanan dan Minuman ynag Mengandung Bahan Tambahan Makanan pada Sekolah Dasar di
Kecamatan Medan Denai. Skripsi FKM USU. Medan
Sudoyono, Aru W.dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing
Sugiyatmi, Sri. 2006. Analisis faktor-faktor risiko pencemaran bahan toksik boraks dan pewarna pada makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar kota semarang. Program pasca sarjana universitas Diponegoro Semarang
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Steyn, Nella. 2011. Factors kidney disease which influence the consumption of street foods and fast
food. Nutrition journal
Trestiati, Mela. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak
SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung).
Tesis.Pascasarjana Fakultas Kesehatan Lingkungan, Bandung.
Wachyu. Awas, Makanan Jajanan Anak Mengandung Bahan Berbahaya. diakses tanggal 13 April 2012. (http://www.scribd.com/wcymotz/d/86624018-SINDROM-NEFROTIK)
Wardle J. Eating Behavior and Obesity. Obes. Rev. 2007
Wirya, Wila. 2002. Buku Ajar Nefrologi Anak Ed 2. Jakarta : FKUI
Yuliarti, N. 2007. Awas bahaya dibalik lezatnya makanan. Yogyakarta : Andi
Zakaria, F.R.1996. Sintesis Senyawa Radikal dan Elektrofil Dalam dan Oleh Komponen
Pangan. Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan. Pusat Studi Pangan
(21)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat seiring waktu. Data hasil survei sosial ekonomi nasional yang dilakukan oleh badan pusat statistik (1999) menunjukkan bahkan persentase pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999 (Mudjajanto, 2006). Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, menurut Rachmawati (2001) ternyata makanan jajanan masih beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun bahan kimia. Banyak jajanan yang tidak memenuhi syarat keamanan pangan sehingga membahayakan kesehatan jutaan anak sekolah dasar.
Iswaranti dan Februhartanti (2007) mengemukakan, makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari pencemaran mikrobiologi dan tidak melebihi ambang batas zat kimia. Bila terjadi hal seperti itu, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Seperti halnya dengan salah satu zat kimia yang sering ditemukan yaitu Rhodamin B pada makanan dapat mempengaruhi organ-organ tubuh termasuk ginjal karena sifat toksik zat ini dapat
(22)
2
menimbulkan kerusakan pada organ dan membuat perubahan permeabilitas glomerolus.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Palangkaraya menemukan jajanan anak mengandung bahan berbahaya. Setelah mengambil 21 sample dari 7 tempat yang berbeda disekolah-sekolah, mereka menemukan kandungan Rhodamin B pada beberapa makanan. Zat ini sangat berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi karena bersifat racun. Pemakaian secara berkala akan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Sample yang diambil oleh BPOM diantaranya contong es krim warna merah, tempura, sosis, mi goreng tusuk, pentol/bakso, pentol goreng, es potong warna merah, puding warna merah, kue terang bulan, kolang-kaling kuning, mutiara merah, roti warna kuning, cendol, dan sirop warna merah. Dua orang siswa di Kelurahan Ampah Kota Kecamatan Dusun Tengah positif menderita Nefrotik Sindrom yang menyerang ginjal. Belum bisa dipastikan bahwa penyakit yang diderita akibat dari mengkonsumsi makanan yang mengandung Rhodamin B namun di curigai bahwa ada kaitannya kejadian sindrom nefrotik dengan jajanan yang sering di konsumsi anak (Wachyu, 2010).
Sindroma nefrotik (SN) merupakan kumpulan gejala-gejala yang
terdiri dari proteinuria massif (≥ 40 mg/m2
LPB/jam atau rasio protein/keratin pada urine sewaktu > 2 mg/mg atau dipstick ≥ 2+), hipoalbuminemia (≤ 2,5 gr/dL), edema, dan dapat disertai hiperkolesterolemia (250 mg/uL) (Alatas,2002). Penyebab primer sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun. Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja namun
(23)
3
penyakit ini banyak ditemukan pada anak- anak usia 1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan anak perempuan (Gunawan, 2006).
Angka kejadian Sindrom Nefrotik pada anak tidak diketahui pasti, namun laporan di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 kasus per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun (Husein, 2005). Menurut Raja Syeh angka kejadian kasus sindroma nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk (Republika, 2005). Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD kepanjen di dapatkan bahwa penderita sindrom nefrotik pada tahun 2010-2011 terdapat 3 anak sedangkan di RS kota Malang di dapatkan data pada tahun 2010 terdapat 16 anak, 2011 terdapat 21 anak dan 2012 ditemukan 1 anak yang pernah rawat inap di ruang anak.
Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa beberapa jajanan yang di konsumsi anak-anak bisa mengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi ginjal dan dimana adanya kejadian sindrom nefrotik yang bisa
mempengaruhinya sehingga penulis ingin mencari tahu bagaimana “analisis pola konsumsi jajanan anak penderita sindrom nefrotik.”
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan masalah: bagaimana pengaruh antara frekuensi dan lama konsumsi jajanan beresiko terhadap kejadian sindrom nefrotik
(24)
4
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh frekuensi dan lama konsumsi jajanan beresiko terhadap kejadian sindrom nefrotik
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik jenis-jenis jajanan yang dikonsumsi anak sindrom nefrotik dan yang tidak sindrom nefrotik
b. Mengidentifikasi frekuensi konsumsi jajanan anak sindrom nefrotik dan yang tidak sindrom nefrotik
c. Mengidentifikasi lama mengkonsumsi jajanan anak sindrom nefrotik dan yang tidak sindrom nefrotik
d. Menganalisis pengaruh frekuensi dan lama konsumsi jajanan beresiko terhadap kejadian sindrom nefrotik.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Orang tua atau masyarakat
Sebagai bahan masukan orang tua anak sindrom nefrotik dalam meningkatkan kesehatan kaitannya tentang pola konsumsi makanan anak dengan sindrom nefrotik.
b. Bagi Peneliti
Menambah ilmu, pengalaman, dan pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang pola konsumsi makanan anak dengan sindrom nefrotik.
(25)
5
c. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Ilmu Keperawatan serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan kesehatan Anak.
d. Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kegiatan penyuluhan-penyuluhan atau pemberian pendidikan kesehatan tentang pola konsumsi makanan anak dengan sindrom nefrotik.
1.5. Keaslian Penelitian
Berdasarkan dari hasil kajian pustaka, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian tentang Analisis Pola Konsumsi Jajanan Pada Anak Sindrom Nefrotik sebagai berikut :
1. La Ode Sumarlin (2008), yaitu “identifikasi pewarna sintetis pada produk yang
beredar di Jakarta dan ciputat”. Pengambilan sampel di berbagai lokasi di empat
wilayah Jakarta. Identifikasi zat pewarna sintetis pada analisa kualitatif menggunakan metode kromatografi kertas. Terdapat sampel yang mengandung zat pewarna yaitu sampel es limun botol/orange dan sampel permen merah. Konsentrasi tetrazine yang terdapat pada sampel permen kuning dan mie basah ternyata melebihi batas maksimum.
2. Indrie Ambarsari (2007), yaitu “penerapan standar penggunaan pemanis buatan pada
produk pangan”. Evaluasi penerapan standar pemanis buatan dilakukan dengan
cara melakukan penelusuran informasi berdasarkan keterangan yang tercantum pada kemasan produk pangan. Hasil pengamatan di lapangan
(26)
6
menunjukkan bahwa masih banyak produk pangan yang belum mencantumkan dosis/takaran bahan pemanis yang digunakan. Dari sejumlah produk pangan yang digunakan sebagai sampel, beberapa juga diketahui menggunakan lebih dari satu jenis bahan pamanis buatan yaitu pada produk minuman, permen karet, permen dan kembang gula.
3. Sri Sugiyatmi (2006), yaitu “analisis faktor-faktor risiko pencemaran bahan toksik boraks dan pewarna pada makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar kota
semarang tahun 2006”. Penelitian ini menggunakan penelitian observational
research. Dari hasil penelitian ini beberapa jenis makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar kota semarang, terutama berwarna merah, merah muda, kuning dan hijau tercemar bahan toksik.
(1)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat seiring waktu. Data hasil survei sosial ekonomi nasional yang dilakukan oleh badan pusat statistik (1999) menunjukkan bahkan persentase pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999 (Mudjajanto, 2006). Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, menurut Rachmawati (2001) ternyata makanan jajanan masih beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun bahan kimia. Banyak jajanan yang tidak memenuhi syarat keamanan pangan sehingga membahayakan kesehatan jutaan anak sekolah dasar.
Iswaranti dan Februhartanti (2007) mengemukakan, makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari pencemaran mikrobiologi dan tidak melebihi ambang batas zat kimia. Bila terjadi hal seperti itu, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Seperti halnya dengan salah satu zat kimia yang sering ditemukan yaitu Rhodamin B pada makanan dapat mempengaruhi organ-organ tubuh termasuk ginjal karena sifat toksik zat ini dapat
(2)
menimbulkan kerusakan pada organ dan membuat perubahan permeabilitas glomerolus.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Palangkaraya menemukan jajanan anak mengandung bahan berbahaya. Setelah mengambil 21 sample dari 7 tempat yang berbeda disekolah-sekolah, mereka menemukan kandungan Rhodamin B pada beberapa makanan. Zat ini sangat berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi karena bersifat racun. Pemakaian secara berkala akan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Sample yang diambil oleh BPOM diantaranya contong es krim warna merah, tempura, sosis, mi goreng tusuk, pentol/bakso, pentol goreng, es potong warna merah, puding warna merah, kue terang bulan, kolang-kaling kuning, mutiara merah, roti warna kuning, cendol, dan sirop warna merah. Dua orang siswa di Kelurahan Ampah Kota Kecamatan Dusun Tengah positif menderita Nefrotik Sindrom yang menyerang ginjal. Belum bisa dipastikan bahwa penyakit yang diderita akibat dari mengkonsumsi makanan yang mengandung Rhodamin B namun di curigai bahwa ada kaitannya kejadian sindrom nefrotik dengan jajanan yang sering di konsumsi anak (Wachyu, 2010).
Sindroma nefrotik (SN) merupakan kumpulan gejala-gejala yang terdiri dari proteinuria massif (≥ 40 mg/m2
LPB/jam atau rasio protein/keratin pada urine sewaktu > 2 mg/mg atau dipstick ≥ 2+), hipoalbuminemia (≤ 2,5 gr/dL), edema, dan dapat disertai hiperkolesterolemia (250 mg/uL) (Alatas,2002). Penyebab primer sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun. Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja namun
(3)
penyakit ini banyak ditemukan pada anak- anak usia 1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan anak perempuan (Gunawan, 2006).
Angka kejadian Sindrom Nefrotik pada anak tidak diketahui pasti, namun laporan di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 kasus per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun (Husein, 2005). Menurut Raja Syeh angka kejadian kasus sindroma nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk (Republika, 2005). Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD kepanjen di dapatkan bahwa penderita sindrom nefrotik pada tahun 2010-2011 terdapat 3 anak sedangkan di RS kota Malang di dapatkan data pada tahun 2010 terdapat 16 anak, 2011 terdapat 21 anak dan 2012 ditemukan 1 anak yang pernah rawat inap di ruang anak.
Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa beberapa jajanan yang di konsumsi anak-anak bisa mengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi ginjal dan dimana adanya kejadian sindrom nefrotik yang bisa mempengaruhinya sehingga penulis ingin mencari tahu bagaimana “analisis pola konsumsi jajanan anak penderita sindrom nefrotik.”
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan rumusan masalah: bagaimana pengaruh antara frekuensi dan lama konsumsi jajanan beresiko terhadap kejadian sindrom nefrotik
(4)
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh frekuensi dan lama konsumsi jajanan beresiko terhadap kejadian sindrom nefrotik
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik jenis-jenis jajanan yang dikonsumsi anak sindrom nefrotik dan yang tidak sindrom nefrotik
b. Mengidentifikasi frekuensi konsumsi jajanan anak sindrom nefrotik dan yang tidak sindrom nefrotik
c. Mengidentifikasi lama mengkonsumsi jajanan anak sindrom nefrotik dan yang tidak sindrom nefrotik
d. Menganalisis pengaruh frekuensi dan lama konsumsi jajanan beresiko terhadap kejadian sindrom nefrotik.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Orang tua atau masyarakat
Sebagai bahan masukan orang tua anak sindrom nefrotik dalam meningkatkan kesehatan kaitannya tentang pola konsumsi makanan anak dengan sindrom nefrotik.
b. Bagi Peneliti
Menambah ilmu, pengalaman, dan pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang pola konsumsi makanan anak dengan sindrom nefrotik.
(5)
c. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Ilmu Keperawatan serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan kesehatan Anak.
d. Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kegiatan penyuluhan-penyuluhan atau pemberian pendidikan kesehatan tentang pola konsumsi makanan anak dengan sindrom nefrotik.
1.5. Keaslian Penelitian
Berdasarkan dari hasil kajian pustaka, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penelitian tentang Analisis Pola Konsumsi Jajanan Pada Anak Sindrom Nefrotik sebagai berikut :
1. La Ode Sumarlin (2008), yaitu “identifikasi pewarna sintetis pada produk yang beredar di Jakarta dan ciputat”. Pengambilan sampel di berbagai lokasi di empat wilayah Jakarta. Identifikasi zat pewarna sintetis pada analisa kualitatif menggunakan metode kromatografi kertas. Terdapat sampel yang mengandung zat pewarna yaitu sampel es limun botol/orange dan sampel permen merah. Konsentrasi tetrazine yang terdapat pada sampel permen kuning dan mie basah ternyata melebihi batas maksimum.
2. Indrie Ambarsari (2007), yaitu “penerapan standar penggunaan pemanis buatan pada produk pangan”. Evaluasi penerapan standar pemanis buatan dilakukan dengan cara melakukan penelusuran informasi berdasarkan keterangan yang tercantum pada kemasan produk pangan. Hasil pengamatan di lapangan
(6)
menunjukkan bahwa masih banyak produk pangan yang belum mencantumkan dosis/takaran bahan pemanis yang digunakan. Dari sejumlah produk pangan yang digunakan sebagai sampel, beberapa juga diketahui menggunakan lebih dari satu jenis bahan pamanis buatan yaitu pada produk minuman, permen karet, permen dan kembang gula.
3. Sri Sugiyatmi (2006), yaitu “analisis faktor-faktor risiko pencemaran bahan toksik boraks dan pewarna pada makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar kota
semarang tahun 2006”. Penelitian ini menggunakan penelitian observational research. Dari hasil penelitian ini beberapa jenis makanan jajanan tradisional yang dijual di pasar-pasar kota semarang, terutama berwarna merah, merah muda, kuning dan hijau tercemar bahan toksik.