Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.)

(1)

EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI MIKROORGANISME DARI BIJI KARET DAN MANFAATNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KARET (Hevea brassiliensis Muell Arg.)

SKRIPSI

OLEH :

DITA AMELIA NOVARIZA/ 100301039 AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN


(2)

EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI MIKROORGANISME DARI BIJI KARET DAN MANFAATNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

KARET (Hevea brassiliensis Muell Arg.)

SKRIPSI

OLEH :

DITA AMELIA NOVARIZA/ 100301039 AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

Judul Skripsi :.Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.)

Nama : Dita Amelia Novariza

Nim : 100301039

Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.,Sc.Ph.D Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

Dita Amelia Novariza. 2015. Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.), dibimbing oleh Lahmuddin Lubis dan Suzanna Fitriany Sitepu. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mikroorganisme dari biji karet untuk mencegah patogen benih dan bermanfaat bagi pertumbuhan karet. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium proteksi dan rumah kaca Balai Penelitian Sungei Putih pada bulan September sampai Desember 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah

mikroorganisme hasil eksplorasi biji karet sehat, yaitu M0 (kontrol), M1 (Trichoderma sp.(a)), M2 (Trichoderma sp.(b)), M3 (Aspergillus sp.),

M4 (Rhizopus sp.), M5 (Isolat BBK(a)), dan M6 (Isolat BBK(b)).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroorganisme hasil eksplorasi biji karet sehat berpengaruh sangat nyata terhadap parameter daerah hambatan terhadap mikroorganisme dari biji sakit, kecepatan berkecambah, panjang akar dan bobot akar, serta berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 1 dan 2 MST. Hasil terbaik untuk menghambat patogen benih di laboratorium adalah Aspergillus sp. yaitu 81,27%. Hasil terbaik untuk kecepatan berkecambah dan tinggi tanaman adalah Trichoderma sp.(b) yaitu 5,75 hari dan 28,90 cm. Hasil

terbaik untuk panjang akar adalah Trichoderma sp.(a) yaitu 35,10 cm, sedangkan

untuk bobot akar adalah Aspergillus sp. yaitu 4,91 g. Trichoderma sp.(a),

Trichoderma sp.(b), dan Aspergillus sp. selain berpotensi sebagai agens biokontrol

patogen benih dengan cara seed coating, juga berpotensi sebagai stimulator pertumbuhan dan pupuk biologis yang dapat meningkatkan kualitas tanaman pertumbuhan karet.

Kata kunci : karet, mikroorganisme antagonis, seed coating, patogen benih, stimulator pertumbuhan


(5)

ABSTRACT

Dita Amelia Novariza. 2015. Exploration and Characterization of Microorganisms from Rubber Seed and Plant Growth Benefits Of Rubber (Hevea brassiliensis Muell. Arg.), supervised by Lahmuddin Lubis and Suzanna Fitriany Sitepu. The object of this study are to explore the microorganisms from rubber seed to prevent seed pathogens and beneficial to the growth of rubber. The research was conducted in the protection laboratory and greenhouse Sungei Putih Research Center from September to December 2014. This study used a completely randomized design non factorial with 7 treatments and 4 replications. The treatments used are microorganisms exploration of healthy rubber seed, ie M0 (control), M1 (Trichoderma sp.(a)), M2 (Trichoderma sp.(b)), M3 (Aspergillus sp.), M4 (Rhizopus sp.), M5 (Isolates BBK(a)), and M6 (isolates BBK(b)).

The results showed that microorganisms exploration of healthy rubber seed very significant effect on parameters inhibiting zone against microorganisms from sick seeds, germination rate, root length and root weigth, and the real effect on plant height parameter 1 and 2 WAP. The best results to inhibit seed pathogens in the laboratory is Aspergillus sp. at 81.27%. The best results for speed germinate and plants height are Trichoderma sp.(b) at 5.75 days and 28.90 cm. The best results for the length of the root is Trichoderma sp.(a) is 35.10 cm, and for the root weight is Aspergillus sp.. Trichoderma sp.(a), Trichoderma sp.(b), and Aspergillus sp. besides potential as biocontrol agents pathogenic seed by way of seed coating, also has potential as a growth stimulator and biological fertilizer which can improve the quality of the rubber plant growth.

Keywords: rubber plant, antagonistic microorganisms, seed coating, seed pathogens, growth stimulator


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Desember 1991 dari ayah Ngatimin dan ibu Sunarsih. Penulis merupakan putri tunggal.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 18 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian masuk bersama (UMB). Penulis memilih minat Hama dan Penyakit Tumbuhan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai asisten praktikum di Laboratorium Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu, dan pengurus pengajian Nahdatul Syuban (NS).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III, Kebun Labuhan Haji dari tanggal 18 Juli sampai 22 Agustus 2013.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Eksplorasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Karet dan Manfaatnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada komisi pembimbing, Ir. Lahmuddin Lubis, MP. sebagai ketua dan Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si. sebagai anggota serta Dr. Radite Tistama sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan teknologi benih karet.

Medan, Maret 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Mikroorganisme Antagonis ... 8

Pelapisan Benih dengan Mikroorganisme ... 11

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Sterilisasi Alat ... 15

Pembuatan Media PDA dan NA ... 15

Sporulasi Biji Karet ... 15

Isolasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Sehat dan Biji Sakit ... 16

Uji Mikroorganisme Hasil Eksplorasi ... 17

a. Uji pada Patogen Benih ... 17

b. Uji pada Biji Karet ... 17

Parameter Pengamatan ... 18

Observasi Visual Karakterisasi Mikroorganisme ... 18

Persentase Daerah Hambatan Mikroorganisme dari Biji Sehat Terhadap Mikroorganisme dari Biji Sakit (%) ... 18

Kecepatan Berkecambah (hari) ... 19


(9)

Panjang Akar (cm) ... 19 Bobot Akar (g) ... 19 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 20 Pembahasan ... 23 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 32 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal. 1. Hasil observasi visual karakter mikroorganisme dari biji karet sehat ... 20 2....Rataan daerah hambatan mikroorganisme dari biji karet sehat terhadap

mikroorganisme dari biji karet sakit (%) ... 23 3.,,,Rataan kecepatan berkecambah biji karet dengan peberian seed coating

mikroorganisme dari biji karet sehat pada beberapa stadia (hari) ... 26 4.,,,Rataan tinggi tanaman karet 1-4 MST dengan pemberian seed coating

mikroorganisme dari biji karet sehat (cm) ... 27 5.,,,Rataan panjang akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating

mikroorganisme dari biji karet sehat (cm) ... 29 6. ..Rataan bobot akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Stadia perkecambahan biji karet ... 7 2. Daerah hambatan mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji karet sehat

terhadap mikroorganisme dari biji sakit... 24 3. Akar bibit tanaman karet 4 MST ... 30


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Penelitian ... 35

2. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 1 HSI ... 36

3. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 2 HSI ... 37

4. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 3 HSI ... 38

5. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia bintang ... 39

6. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia pancing ... 40

7. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia jarum .... 41

8. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 1 MST ... 42

9. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 43

10. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 44

11. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 45

12. Data pengamatan dan sidik ragam panjang akar ... 46

13. Data pengamatan dan sidik ragam bobot akar ... 47


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brassiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa

non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah (Damanik et al., 2010).

Luas areal perkebunan karet Indonesia baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar pada tahun 2012 adalah 3.486.800 ha, dengan produksi total mencapai 2.943.410 ton (BPS, 2012). Kondisi ini masih perlu ditingkatkan dikarenakan permintaan akan kebutuhan karet yang semakin meningkat. Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan karet maka diperlukan teknologi dalam pengusahaan karet.

Salah satu komponen teknologi terpenting dalam pengusahaan karet adalah benih karena kualitas maupun kuantitas benih secara langsung akan mempengaruhi produktivitas perkebunan karet. Karena itu tersedianya benih karet berkualitas baik dalam jumlah yang cukup merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan perusahaan (Charloq, 2004).

Hasil penelitian Djaafar et al. (2001) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemunduran viabilitas benih adalah aktifitas mikroorganisme dalam penyimpanan. Cendawan-cendawan yang merusak benih berasal dari komoditi sebelum dan sesudah panen, selama distribusi dan penyimpanan. Diperkirakan bahwa cendawan tersebut berasal dari tanah atau kondisi lingkungan selama penyimpanan. Kerusakan benih yang disebabkan oleh


(14)

cendawan selama penyimpanan akan menyebabkan penurunan daya kecambah benih.

Keberadaan patogen pada benih akan memberikan dampak yang meluas terhadap pertanaman di lapang bahkan mengakibatkan epidemi penyakit karena benih merupakan sumber penyebaran patogen (Ilyas, 2001).

Oleh karena itu, penyediaan benih yang bebas patogen dan berdaya tumbuh baik sangat penting dilakukan. Pengendalian serangan patogen pada benih dapat dilakukan pelapisan pada benih (seed coating) dengan menggunakan mikroorganisme antagonis. Mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat menekan, menghambat atau memusnahkan mikroba lainnya. Dengan demikian, mikroba antagonis berpeluang untuk digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian mikroba penyebab penyakit tanaman (Hanudin et al., 2010).

Mikroba endofit merupakan mikroorganisme yang tumbuh dalam jaringan tumbuhan. Mikroba endofit dapat diisolasi dari jaringan akar, batang dan daun, dan yang paling umum ditemukan adalah dari jenis fungi. Mikroba endofit dapat melindungi tumbuhan inang dari serangan patogen dengan senyawa yang dikeluarkan oleh mikroba endofit. Senyawa yang dikeluarkan mikroba endofit berupa senyawa metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif dan dapat berfungsi untuk membunuh patogen (Prihatiningtias dan Wahyuningsih, 2006).

Nassar et al. (2005) menyatakan bahwa sejenis PGP ditemukan dari isolat jamur Williopsis saturnus, endofit akar jagung, mampu menghasilkan indole-3-acetic acid (IAA) dan asam indole-3-piruvat (IPYA) secara in vitro dalam media kimia. Jamur ini dipilih diantara 24 jamur endofit yang diisolasi dari permukaan akar jagung dan dievaluasi potensinya untuk menghasilkan IAA dan untuk


(15)

meningkatkan pertumbuhan jagung di bawah gnotobiotic dan kondisi rumah kaca. Hasil penelitian terbukti dilihat dari peningkatan bobot kering akar, panjang akar, dan tunas yang menunjukkan peningkatan yang signifikan (P <0,05) pada bibit tanaman jagung dibandingkan dengan bibit tanaman jagung perlakuan kontrol.

Malfanova (2013) menambahkan bahwa berbagai bakteri endofit telah menunjukkan kemampuan memproduksi Plant Growth Promotion (PGP). PGP langsung dihasilkan oleh endofit sebagian besar digunakan untuk penyediaan nutrisi penting bagi tanaman dan produksi atau pemroses fitohormon. Sementara itu, efek biokontrol bakteri endofit telah lama diketahui. Biokontrol bakteri pada patogen dapat didasarkan pada beberapa mekanisme yang meliputi antibiosis, CNN (kompetisi untuk nutrisi dan niche) dan ISR (induksi resistensi sistemik). Sejauh ini, peran ISR pada kemampuan biokontrol yang dihasilkan oleh endofit yang telah dikonfirmasi pada tanaman. Hal ini diketahui dengan pengamatan mikroskopik bakteri endofit dalam tanaman, di mana mereka menyebabkan perubahan morfologi yang terkait dengan ISR dan mengurangi gejala penyakit di lokasi dimana endofit itu sendiri tidak ada.

Pelapisan benih (seed coating) merupakan proses pembungkusan benih dengan zat tertentu (Bakhtiar, 2010). Penggunaan coating sangat efektif dalam industri benih, karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya simpan, mengurangi resiko tertular penyakit dari benih disekitarnya, dan dapat digunakan sebagai pembawa zat aditif, misalnya antioksidan, anti mikroba,

repellent, mikroba antagonis, zat pengatur tumbuh dan lain lain (Sukarman dan Seswita, 2012).


(16)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang eksplorasi mikroorganisme antagonis pada biji karet sebagai pelapisan pada benih karet yang tidak hanya dapat mencegah serangan patogen benih tetapi juga bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman karet.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mikroorganisme antagonis dari biji karet untuk mencegah patogen benih dan bermanfaat bagi pertumbuhan karet.

Hipotesis Penelitian

Mikroorganisme antagonis pada biji karet berpotensi sebagai seed coating patogen benih dan meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman karet.

Kegunaaan Penelitian

− Untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Setyamidjaja (1993), klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg

Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).

Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Di beberapa kebun karet, ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun


(18)

utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan Sigit, 2005).

Bunga pada tajuk dengan membentuk mahkota bunga pada setiap bagian bunga yang tumbuh. Bunga berwarna putih, rontok bila sudah

membuahi beserta tangkainya. Bunga terdiri dari serbuk sari dan putik (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005). Biji karet tergolong biji rekalsitran dengan sifat-sifat yaitu, biji tidak pernah kering di pohon, tetapi akan merekah dan jatuh dari pohon setelah masak dengan kadar air sekitar 35%, biji tidak tahan kekeringan dan tidak mempunyai masa dormansi, dan biji akan mati bila kadar air sampai di bawah nilai titik kritis yaitu 12%, biji tidak dapat dikeringkan karena akan mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat disimpan pada kondisi lingkungan kering, viabilitas atau daya tumbuh biji cepat menurun walaupun dipertahankan dalam kondisi lembap, dan daya simpannya umumnya singkat, dalam proses konservasi, biji dipertahankan dalam keadaan lembap (kadar air 32-35%), biji dengan kadar air 32-35%, jika disimpan pada suhu di bawah 0oC akan mengalami pembekuan sel, dan kisaran suhu


(19)

penyimpanan biji karet yang baik adalah 7 - 10oC, karena

pada kondisi ini belum mengalami pembekuan sel (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Biji karet memiliki daya kecambah baik adalah biji yang masih dalam keadaan segar. Artinya, baru jatuh dari pohonnya atau paling lambat empat hari setelah jatuh. Tidak disarankan menggunakan biji-biji yang dikumpulkan pada hari pertama pengumpulan karena tidak diketahui kapan biji-biji tersebut jatuh. Pada pengumpulan hari pertama bisa jadi biji-biji tersebut sudah jatuh pada beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sebelumnya, sehingga sudah tidak segar lagi (Damanik et al., 2010).

Untuk benih karet yang berkualitas baik (kesegaran 90%), waktu yang diperlukan sejak benih dikecambahkan sampai terbentuk stadia jarum adalah 21 hari. Masing- masing stadium kecambah memerlukan waktu yang relative pendek sejak biji dideder, yaitu stadia segitiga 5 hari, stadia bintang 7-8 hari, stadium pancing 10-15 hari, dan stadia jarum 15-21 hari. Selanjutnya, kecambah akan menjadi stadium berdaun dan makin lama akan menjadi tanaman seedling kecil (Indraty, 2010).

a b c

Gambar 1. Stadia perkecambahan biji karet (a: stadia bintang, b: stadia pancing, c: stadia jarum)


(20)

Mikroorganisme Antagonis

Pengendalian hayati dengan menggunakan mikroorganisme merupakan pendekatan alternatif yang perlu dikaji dan dikembangkan, sebab relatif aman serta bersifat ramah lingkungan. Telah banyak dilaporkan beberapa mikroorganisme antagonis memiliki daya antagonisme yang tinggi terhadap patogen tanaman dan dapat menekan perkembangan patogen tular tanah (soil borne pathogen) (Soenartiningsih et al., 2011).

Mikroorganisme dalam satu ekosistem dapat terjadi berbagai kemungkinan ada yang dapat melakukan sinergisme, satu mikroorganisme dengan yang lainnya saling berinteraksi positif dan menimbulkan penyakit yang lebih parah pada tanaman yang diserangnya, ada yang bersifat antagonis yaitu satu mikroorganisme menekan mikroorganisme yang lain sehingga kerusakan tanaman dapat dikurangi dan ada juga yang bersifat adaptif mikroorganisme satu dengan yang lainnya tidak saling mempengaruhi (Nasahi, 2010).

Aktivitas antagonis dapat melalui beberapa cara, yang paling umum adalah produksi metabolit sekunder, kompetisi, dan parasitisme langsung. Tetapi mekanisme lain terlibat seperti induksi resistensi yang kadang- kadang berkaitan dengan pengurangan aktivitas enzim patogen (Mari dan Guizzardi, 1998).

Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma


(21)

diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida,yang berperan mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman. Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiporus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsi (Herlina dan Dewi, 2010).

Trichoderma koningii dan Gliocladium sp. merupakan kompetitor yang kuat di daerah rhizosfer pada perakaran dan merupakan jamur antagonis yang sering digunakan dalam pengendalian patogen tular tanah (Bruehl, 1987).

Hasil penelitian Contreras-Cornejo et al. (2009) menunjukkan spesies Trichoderma termasuk kelas jamur yang hidup bebas bermanfaat bagi tanaman yang umum di rhizosfer. Mereka menyelidiki peran auksin dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan Arabidopsis (Arabidopsis thaliana) di pembibitan dalam menanggapi inokulasi dengan Trichoderma virens dan Trichoderma atroviride dengan mengembangkan sistem interaksi tanaman-jamur. Tipe liar bibit Arabidopsis diinokulasi dengan baik T. virens atau T. atroviride menunjukkan karakteristik-auksin terkait fenotipe, termasuk peningkatan produksi biomassa dan merangsang perkembangan akar lateral. Ketika tumbuh di bawah kondisi steril, T. virens menghasilkan senyawa-auksin terkait indole-3-acetic acid, indole-3-asetaldehida, dan indole-3-etanol.

Cendawan Aspergillus niger memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen karena memproduksi enzim hidrolitik seperti lipase, protease, selulase, pektinase. Cendawan A. niger juga menghasilkan enzim


(22)

ekstraseluler diantaranya enzim kitinase, α-amilase, ß-amilase, glukoamilase, katalase, laktase, invertase (Ratnasari et al., 2014)

Hasil penelitian Maningsih dan Anas (1996) menunjukkan jamur Aspergillus niger dapat meningkatkan kelarutan P dari AlPO4 sebesar 135% dan

dapat meningkatkan P larut pada tanah Ultisol sebesar 30.4% dibandingkan kontrol. Indikasi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan jamur yang mempunyai spektrum lebar dalam melarutkan beberapa bentuk senyawa P yang ada di dalam tanah.

Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam beberapa kegiatan pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin, pembentukan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman melawan efek nitrogen, merangsang perkembangan akar, meningkatkan kualitas hasil tanaman, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik et al., 2011).

Mikroorganisme yang bersifat antagonis dapat langsung menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi dengan patogen-patogen terhadap makanan atau tempat, menginduksi proses ketahanan dalam inang serta langsung berinteraksi dengan patogen (Nasahi, 2010).

Kriteria keefektifan hasil uji antagonisme secara in vitro dalam screening

dilihat dari terbentuk atau tidaknya zona hambatan, yaitu zona bening diantara patogen dan agens antagonis. Terbentuknya zona hambat menandakan bahwa agens biokontrol memproduksi suatu senyawa antimikrobial baik berupa enzim, toksin maupun antibiotik. Antibiotik merupakan suatu substansi yang dihasilkan oleh organisme hidup yang dalam konsentrasi rendah dapat menghambat atau membunuh organisme lainnya. Antibiotik digolongkan sebagai metabolit


(23)

sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme antagonis dalam jalur metabolisme (Maria, 2002).

Pelapisan Benih dengan Mikroorganisme

Pelapisan benih merupakan proses pembungkusan benih dengan zat tertentu, yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan kinerja benih pada waktu benih dikecambahkan, melindungi benih dari gangguan atau pengaruh kondisi lingkungan selama dalam penyimpanan atau dalam rantai pemasaran, mempertahankan kadar air benih, menyeragamkan ukuran benih, dalam meningkatkan efisiensi pemakaian alat penanaman benih sehingga dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis benih dan meningkatkan ketelitian pada waktu penanaman secara langsung (direct seeding), memudahkan penyimpanan benih dan mengurangi dampak kondisi tempat penyimpanan, serta memperpanjang daya simpan benih (Bakhtiar, 2010).

Perlakuan benih dengan mikroba yang menguntungkan dapat membantu dalam mengontrol serangan dan kerusakan oleh penyakit, meningkatkan efisiensi serapan hara tanaman, meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain itu perlakuan benih dengan mikroba dapat menurunkan tingkat keracunan logam berat pada tanaman (Danapriatna, 2009).

Penggunaan coating sangat efektif dalam industri benih, karena dapat memperbaiki penampilan benih, meningkatkan daya simpan mengurangi resiko tertular penyakit dari benih disekitarnya, dan dapat digunakan sebagai pembawa zat aditif, misalnya antioksidan, anti mikroba, repellent, mikroba antagonis, zat pengatur tumbuh dan lain lain. Perlakuan benih merupakan salah satu metode


(24)

yang murah dan aman untuk mengendalikan patogen tular benih (Sukarman dan Seswita, 2012).

Organisme antagonis dapat diaplikasikan secara langsung pada buah- buahan, dan satu jenis sistem aplikasi seperti pencucian, penyemprotan, ataupun pencelupan telah secara nyata mengurangi pembusukan pada beberapa jenis buah. Umumnya mikroba antagonis ini diisolasi dari permukaan tanaman, yang mana keberadaan mikroba antagonis yang secara alami ini akan membuat mereka lebih berhasil karena kemampuan mereka mengkoloni dan beradaptasi terhadap lingkungan (Yulia dan Widiantini, 2007).


(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi dan Rumah Kaca Balai Penelitian Sungei Putih yang berada pada ketinggian ± 80 meter diatas

permukaan laut dan dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Desember 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet klon PB260 yang berasal dari Balai Penelitian Sungei Putih, PDA (Potato Dextrose Agar) untuk media pertumbuhan jamur dan NA (Nutrient Agar) untuk media pertumbuhan bakteri, aquades, alkohol 96%, klorox 0,2%, reagen methyl blue, safranin, etil alkohol, dan kristal violet, cling wrap dan parafilm, aluminium foil, aquades, dan media tanam tanah, pasir, dan kompos.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, erlenmeyer, tabung reaksi, haemocytometer, kaca preparat, autoklaf, oven, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), mikroskop, jarum ose, kotak tray dan kawat kerangka sporulasi, bak kecambah, polibag, cangkul, gembor, meteran dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah mikroorganisme hasil eksplorasi biji karet yang sehat yaitu:

M0 : Air steril (tanpa mikroorganisme) M1 : Trichoderma sp.(a)


(26)

M3 : Aspergillus sp. M4 : Rhizopus sp.

M5 : Bakteri isolat BBK(a)

M6 : Bakteri isolat BBK(b)

Ulangan diperoleh dari: t(r-1) ≥ 15

7(r-1) ≥ 15 7r – 7 ≥ 15 7r ≥ 22 r ≥ 3,14 r = 4

Banyak ulangan adalah : 4 Jumlah tanaman keseluruhan : 28

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yij = μ + Ti + Σij Keterangan:

Yij = data yang disebabkan pengaruh perlakuan pada taraf ke- i dan ulangan

oooooooike- j

μ = nilai tengah umum

Ti = efek yang sebenarnya dari perlakuan pada taraf ke- i


(27)

Pelaksanaan Penelitian Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat dimulai dengan mencuci bersih semua alat yang akan digunakan seperti petridis, erlenmeyer, gelas ukur, jarum ose dan lainnya. Semua alat yang telah dicuci kemudian direndam selama 15 menit didalam larutan chlorox 0,2% kemudian ditiriskan hingga kering. Alat yang telah kering dibungkus menggunakan kertas kemudian diautoklaf pada suhu 121º C dengan tekanan 1 bar selama 30 menit. Pada tahap selanjutnya alat dikeluarkan dari autoklaf kemudian dioven pada suhu 60º C.

Pembuatan Media PDA dan NA

Kentang sebanyak 250 g dikupas dan dipotong dadu kecil, kemudian direbus dalam 1 liter aquades, hingga mendidih selama 20 menit, lalu disaring dengan kertas saring. Dimasukkan dekstrosa 20 g dan 20 g agar, aduk hingga homogen, lalu ditutup dengan kapas dan disterilisasi dalam autoklaf bertekanan 1 bar suhu 121o C selama 30 menit. Media PDA kemudian dituang ke dalam cawan petri, dan dibiarkan dingin hingga memadat.

NA dibuat dengan cara menimbang yeast ekstrak sebanyak 2 g, pepton sebanyak 5 g, NaCl sebanyak 8 g, agar 15 g, dilarutkan dalam 1 liter aquades kemudian dipanaskan hingga larut sempurna. Langkah selanjutnya dilakukan sterilisasi dan penuangan seperti media PDA.

Sporulasi Biji Karet

Biji karet dipecahkan cangkangnya dan dipisahkan antara yang sehat dan yang sakit melalui pengamatan secara visual. Biji karet yang sehat kemudian disterilisasi permukaan dengan menggunakan alkohol 70% selama ± 5 menit,


(28)

selanjutnya menggunakan natrium hipokorit 1% selama ± 1 menit, kemudian

dibilas sebanyak dua kali dengan aquades steril selama 1 menit (Zakaria et al., 2010). Selanjutnya biji disporulasikan pada kotak tray yang diberi

kerangka penyangga dan tisu serta lapisan aquades tipis dibawahnya selama 3 hari untuk memancing pertumbuhan jamur. Hal yang sama juga dilakukan pada biji karet yang sakit.

Isolasi dan Karakterisasi Mikroorganisme dari Biji Sehat dan Biji Sakit Biji karet hasil sporulasi dipisahkan antara yang terinfeksi mikroorganisme dengan yang tidak terinfeksi. Isolasi dilakukan dengan sterilisasi permukaan pada bji yang akan diisolasi. Isolasi dilakukan pada media PDA. Setelah jamur tumbuh dan berkembang pada media, jamur dipisahkan berdasarkan pengamatan visual kemudian dipindahkan ke media baru untuk dibuat biakan murninya. Sedangkan bakteri yang tumbuh dan berkembang pada media dipisahkan berdasarkan pengamatan visual kemudian dipindahkan ke media NA untuk dibuat biakan murninya.

Proses karakterisasi mikroorganisme dilakukan berdasarkan ciri-ciri dan karakter morfologis secara makroskopis (visual) dengan mengamati warna, bentuk, perkembangan dan luas pertumbuhan mikroorganisme. Secara mikroskopis dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan panduan buku H.L. Barnett (1972) pada jamur. Pada bakteri dilakukan pengujian gram dengan menetesi kaca preparat steril dengan aquades kemudian dipanaskan pada nyala api bunsen, kemudian dibuat olesan tipis isolat bakteri. Kemudian preparat ditetesi kristal violet, dibiarkan 30 detik dan dicuci dengan aquades mengalir hingga preparat bening, lalu dikeringanginkan. Selanjutnya preparat ditetesi etil alkohol,


(29)

dibiarkan 20 detik dan dicuci dengan aquades mengalir, lalu dikeringanginkan. Pada tahap akhir preparat ditetesi safranin, dibiarkan 30 detik dan dicuci dengan aquades mengalir, lalu dikeringanginkan. Preparat kemudian diamati dibawah mikroskop. Bakteri gram positif berwarna biru atau ungu sedangkan bakteri gram negative berwarna merah atau merah muda.

Uji Mikroorganisme Hasil Eksplorasi a. Uji pada Patogen Benih

Pengujian daya antagonis jamur dilakukan dengan metode biakan ganda (dual culture) yaitu dengan cara mengambil masing- masing jamur biakan murni patogen dan jamur antagonis hasil eksplorasi menggunakan cock borer diameter 4 mm. Kemudian diinokulasikan pada cawan petri yang berisi media PDA secara berhadapan dengan jarak 30 mm. Kemudian diamati dan diukur jari- jari pertumbuhan jamur serta daerah hambatnya. Pada bakteri dilakukan dengan mencampurkan suspensi bakteri dengan kerapatan 109 kedalam media PDA kemudian diinokulasikan jamur patogen ditengah media tersebut.

b. Uji pada Biji Karet

Biakan murni dari mikroorganisme hasil eksplorasi diencerkan dengan kerapatan 109 untuk bakteri dan 106 untuk jamur menggunakan aquades. Suspensi kemudian dimasukkan kedalam wadah untuk dilakukan perendaman biji karet didalamnya. Biji karet yang sehat disterilisasi permukaannya kemudian dilakukan sporulasi selama ± 3 hari. Biji karet hasil sporulasi yang tidak terinfeksi mikroorganisme dipisahkan untuk direndam didalam suspensi mikroorganisme selama 15 menit dengan harapan mikroorganisme dapat


(30)

berfungsi sebagai seed coating (pelapis biji) sehingga diperoleh biji yang bebas dari patogen benih.

Selanjutnya biji dikecambahkan pada bak kecambah yang berisi pasir steril selama 21 hari untuk melihat stadia perkecambahan biji karet. Setelah 21 hari, kecambah dipindahkan ke polibag yang berisi media tanam tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Tanaman kemudian diamati pertumbuhannya selama 1 bulan.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan penyiraman dan penyiangan setiap pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan kondisi tanaman di rumah kaca.

Parameter Pengamatan

Observasi Visual Karakterisasi Mikroorganisme

Karakterisasi pada mikroorganisme yang terbawa benih hasil isolasi dari biji yang terserang penyakit dan biji yang sehat dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis dibawah mikroskop.

Persentase Daerah Hambatan Mikroorganisme dari Biji Sehat Terhadap Mikroorganisme dari Biji Sakit (%)

Persentase daerah hambatan (inhibiting zone) diamati dan diukur setiap hari hingga hari ketiga setelah inokulasi kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Inhibiting Zone (IZ) =R1−R2

R1 × 100%

Keterangan :


(31)

R1 = jari- jari patogen yang menjauhi antagonis (mm) R2 = jari- jari patogen yang mendekati antagonis (mm) (Fokkema, 1978).

Kecepatan Berkecambah (hari)

Biji yang telah berkecambah diamati stadia perkecambahannya setiap hari. Stadia perkecambahan biji karet terdiri dari stadia bintang, pancing, dan jarum. Pengamatan pada stadia perkecambahan dilakukan maksimal selama 21 hari. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur setiap minggu selama 1 bulan. Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran dari atas permukaan tanah hingga tajuk tanaman tertinggi.

Panjang Akar (cm)

Pada umur 4 MST, tanaman dicabut beserta akar kemudian dibersihkan. Tanaman dipotong pada bagian leher akar. Panjang akar diukur dari leher akar sampai ujung akar lateral terpanjang.

Bobot Akar (g)

Pengamatan bobot akar dilakukan dengan menimbang akar tanaman yang telah dibersihkan mulai dari leher akar sampai ujung akar lateral terpanjang dengan timbangan analitik.


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji karet sehat berpengaruh sangat nyata pada parameter daerah hambatan terhadap mikroorganisme dari biji sakit, kecepatan berkecambah, panjang akar dan bobot akar, serta berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 1 dan 2 MST.

Observasi Visual Karakterisasi Mikroorganisme

Berdasarkan hasil eksplorasi pada biji karet sehat diperoleh 4 isolat jamur dan 2 isolat bakteri. Sehingga secara keseluruhan didapat 6 isolat yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Hasil observasi visual karakter mikroorganisme dari biji karet sehat

No. Genus

Ciri- ciri Kecepatan

isolat memenuhi cawan petri

(hari) Makroskopis Mikroskopis

1. Trichoderma sp.(a)

Koloni berwarna hijau tua. Permukaan koloni kasar menyerupai kapas.

Konidiofor panjang bercabang banyak.

Konidia hialin bersel

satu.

3

2. Trichoderma sp.(b)

Koloni berwarna hijau Konidiofor bercabang


(33)

berserak, warna bawah kekuningan. Permukaan koloni seperti beludru.

banyak. Konidia

berbentuk bulat telur.

3. Aspergillus sp.

Koloni berwarna hijau dengan tepi berwarna putih. Permukaan koloni kasar.

Konidia bersel satu dan

berbentuk bulat. Konidiofor tegak lurus

dan panjang.

3

4. Rhizopus sp.

Koloni berwarna putih berangsur keabu-abuan. Permukaan koloni kasar berserat.

Konidia bulat telur memiliki selubung.. Konidiofor tegak lurus dan panjang.

5

5. Isolat BBK(a)

Koloni berwarna krem, permukaan koloni cekung, tepi koloni tidak

rata. Bentuk koloni menyebar (motil).

Bakteri bersifat gram positif.


(34)

6. Isolat BBK2

Koloni berwarna coklat, permukaan koloni cembung, tepi koloni rata. Menghasilkan endospora.

Bakteri bersifat gram npositif.

Sedangkan hasil isolasi pada biji karet sakit diperoleh 1 jamur yang dominan. Jamur ini kemudian akan dijadikan jamur patogen pada uji antagonis.

Persentase Daerah Hambatan Mikroorganisme dari Biji Sehat Terhadap Mikroorganisme dari Biji Sakit (%)

Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa nilai daerah hambatan mikroorganisme dari biji karet sehat berpengaruh sangat nyata terhadap mikroorganisme dari biji karet sakit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Genus : Penicillium sp.

Ciri makroskopik: Koloni berwarna serbuk

abu- abu kehitaman.

Tepi koloni berwarna lebih muda.

Ciri mikroskopik: Konidiofor pendek. Konidia hialin, berbentuk bulat, bersel

satu.

Kecepatan isolat memenuhi cawan petri


(35)

Tabel 2. Rataan daerah hambatan mikroorganisme dari biji karet sehat terhadap mikroorganisme dari biji karet sakit (%)

Perlakuan Daerah hambatan (%)

1 HSI 2 HSI 3 HSI

P X M1 43.63 a 56.88 b 69.44 ab P X M2 50.50 a 65.20 a 80.11 a P X M3 39.53 ab 74.33 a 81.27 a P X M4 9.11 b 10.27 c 11.39 d P X M5 47.13 a 72.70 a 26.85 d P X M6 53.78 a 73.43 a 48.35 c

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa mikroorganisme dari biji karet sehat menghambat perkembangan mikroorganisme dari biji karet sakit secara in vitro. Hal ini dapat terlihat dari data pengamatan persentase daerah hambatan 1 HSI menunjukkan bahwa perlakuan M6 (isolat BBK(b)) berbeda nyata dengan

perlakuan M4, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, yaitu M1, M2, M3, dan M5. Sedangkan pada data pengamatan 2 dan 3 HSI menunjukkan bahwa perlakuan M2 (Trichoderma sp.(b)) dan M3 (Aspergillus sp.) berberda

nyata dengan perlakuan M4, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya seperti diatas.

Pada data pengamatan rataan daerah hambatan mikroorganisme dari biji sehat terhadap mikroorganisme dari biji sakit (Tabel 2) 1 HSI menunjukkan bahwa perlakuan M6 (isolat BBK(b)) berbeda nyata dengan perlakuan M4

(Rhizopus sp.). Ini dikarenakan sifat bakteri yang umumnya cepat berkembang pada media buatan, sehingga pertumbuhan patogen dapat secara cepat terhambat. Umumnya perkembangan bakteri dalam media buatan berkisar antara 12-20 jam.

Data pengamatan rataan daerah hambatan mikroorganisme dari biji sehat terhadap mikroorganisme dari biji sakit (Tabel 2) 2 dan 3 HSI menunjukkan


(36)

bahwa perlakuan M2 (Trichoderma sp.(b)) dan M3 (Aspergillus sp.) berbeda nyata

dengan perlakuan M4 (Rhizopus sp.). Ini karena pertumbuhan Trichoderma sp.(b)

dan Aspergillus sp. yang cukup cepat pada media buatan sehingga mampu menghambat pertumbuhan cendawan lain. Ini menunjukkan bahwa Trichoderma sp.(b) danAspergillus sp. berpotensi sebagai cendawan antagonis. Hal

ini sesuai dengan literatur Nasahi (2010) yang menyatakan bahwa mikroorganisme yang bersifat antagonis dapat langsung menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi dengan patogen-patogen terhadap makanan atau tempat, selanjutnya Ratnasari et al. (2014) menyatakan bahwa cendawan Aspergillus niger memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen karena memproduksi enzim hidrolitik seperti lipase, protease, selulase, pektinase.

P X M1

(P: Penicillium sp., M1: Trichoderma sp.(a))

P X M2

(P: Penicillium sp., M2: Trichoderma sp.(b))

P X M3


(37)

P X M5

(P: Penicillium sp., M5: Isolat BBK(a))

P X M6

(P: Penicillium sp., M6: Isolat BBK(b))

Gambar 2. Daerah hambatan mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji karet sehat terhadap mikroorganisme dari biji sakit

Pada Gambar 2 terlihat bahwa mikroorganisme pada perlakuan M1, M2, M3, M5 dan M6 dapat menekan perkembangan cendawan patogen. Sementara pada perlakuan M4, cendawan Rhizopus sp. tidak mampu menekan perkembangan cendawan patogen. Ini menunjukkan bahwa mikroorganisme pada perlakuan M1, M2, M3, M5 dan M6 berpotensi sebagai agens antagonis, tetapi tidak pada perlakuan M4. Hal ini sesuai dengan literatur Nasahi (2010) yang menyatakan bahwa satu mikroorganisme dengan yang lainnya ada yang bersifat antagonis yaitu satu mikroorganisme menekan mikroorganisme yang lain sehingga kerusakan tanaman dapat dikurangi dan ada juga yang bersifat adaptif mikroorganisme satu atau yang lainnya tidak saling mempengaruhi.

Pada Gambar 2 terlihat bahwa mikroorganisme dari biji sehat pada beberapa perlakuan membentuk zona hambatan berwarna putih pada pertemuan antara mikroorganisme dari biji sehat dan mikroorganisme dari biji sakit. Ini karena mikroorganisme dari biji sehat sebagai agens antagonis mengahasilkan zat atau senyawa yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme dari biji sakit. Hal ini sesuai dengan literatur Maria (2002) yang menyatakan bahwa kriteria keefektifan hasil uji antagonisme secara in vitro dalam screening dilihat dari


(38)

agens antagonis. Terbentuknya zona hambat menandakan bahwa agens biokontrol memproduksi suatu senyawa antimikrobial baik berupa enzim, toksin maupun antibiotik.

Kecepatan Berkecambah (hari)

Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan berkecambah biji karet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan kecepatan berkecambah biji karet dengan pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat pada beberapa stadia (hari)

Perlakuan Kecepatan berkecambah stadia (hari) Bintang Pancing Jarum M0 6.75 a 9.75 a 10.75 a M1 2.75 d 4.75 d 5.75 d M2 2.50 d 4.50 d 5.75 d M3 3.25 c 5.00 d 6.00 d M4 6.00 b 7.75 b 8.75 b M5 2.50 d 6.25 c 8.50 bc M6 2.75 cd 5.50 cd 6.25 d

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa pemberian seed coating mikroorganisme mempercepat stadia perkecambahan. Hal ini dapat terlihat dari data pengamatan pada ketiga stadia perkecambahan biji karet menunjukkan bahwa perlakuan M0 (tanpa mikroorganisme) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yang diberi perlakuan seed coating mikroorganisme. Ini dikarenakan tidak adanya aktifitas mikroorganisme pada perlakuan M0 yang dapat membantu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Danapriatna (2009) yang menyatakan bahwa perlakuan benih dengan mikroba yang menguntungkan dapat


(39)

meningkatkan efisiensi serapan hara tanaman, meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Data pengamatan rataan kecepatan perkecambahan (Tabel 3) pada ketiga stadia perkecambahan menunjukkan bahwa kecepatan perkecambahan tercepat adalah pada perlakuan M2 (Trichoderma sp.(b)) dengan nilai rataan 5,75 hari

hingga biji siap dipindahtanamkan. Ini dikarenakan cendawan Trichoderma sp.(b)

selain berpotensi sebagai agens antagonis, juga dapat berpotensi sebagai perangsang tumbuh atau stimulator pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Herlina dan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman.

Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan analisis sidik ragam pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat berpengaruh nyata pada tinggi tanaman karet 1 dan 2 MST. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan tinggi bibit tanaman karet 1-4 MST dengan pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat (cm)

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST

M0 19.88 c 20.68 d 24.48 29.00 M1 22.50 c 23.78 d 29.50 33.45 M2 27.98 a 28.90 a 30.05 37.45 M3 26.70 ab 27.83 ab 29.18 38.80 M4 19.03 c 20.33 d 22.53 29.15 M5 24.63 c 25.83 cd 27.75 36.55 M6 25.93 bc 27.65 bc 28.73 37.38 Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama

menyatakan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%


(40)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan M2 (Trichoderma sp.(b)) berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya pada pengamatan tinggi tanaman 1-2 MST. Perlakuan M2 juga memiliki tinggi tanaman tertinggi pada 1-3 MST. Sedangkan pada data pengamatan tinggi tanaman 4 MST terlihat bahwa tinggi tanaman tertinggi ada pada perlakuan M3.

Pada data pengamatan rataan tinggi tanaman (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan M2 (Trichoderma sp.(b)) menghasilkan tanaman tertinggi yang

berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada pengamatan tinggi tanaman 1-2 MST. Perlakuan M2 juga memiliki tinggi tanaman tertinggi pada 1-3 MST. Ini dikarenakan cendawan Trichoderma sp.(b) selain berpotensi sebagai agens

antagonis, juga berpotensi sebagai pupuk bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Herlina dan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp.

Data pengamatan rataan tinggi tanaman (Tabel 4) pada 4 MST menunjukkan bahwa perlakuan M3 (Aspergillus sp.) memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi. Ini dikarenakan spesies cendawan Aspergillus sp. memiliki kemampuan melarutkan P di dalam tanah dimana salah satu fungsi unsur P untuk tanaman adalah berperan dalam pembelahan sel sehingga berpengaruh juga terhadap tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Maningsih dan Anas (1996) menunjukkan jamur Aspergillus niger dapat meningkatkan kelarutan P dari AlPO4 sebesar 135% dan dapat meningkatkan P larut pada tanah Ultisol sebesar


(41)

bahwa di dalam tubuh tanaman, fosfor memberikan peranan yang penting dalam beberapa kegiatan pembelahan sel.

Panjang Akar (cm)

Berdasarkan analisis sidik ragam pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat berpengaruh sangat nyata pada panjang akar tanaman karet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan panjang akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat (cm)

Perlakuan Panjang akar

(cm)

M0 19.70 e

M1 35.10 a

M2 28.25 bc

M3 28.83 b

M4 21.28 e

M5 25.05 de

M6 26.30 cd

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa pemberian seed coating mikroorganisme dapat memperbaiki struktur panjang akar. Hal ini dapat terlihat dari data pengamatan panjang akar tanaman yang menunjukkan bahwa perlakuan M1 (Trichoderma sp.(a)) menghasilkan akar terpanjang (35.10 cm) yang berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya. Ini dikarenakan spesies cendawan Trichoderma sp.(a) selain berpotensi sebagai agens antagonis juga berpotensi sebagai pupuk

biologi yang baik bagi daerah perakaran tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Herlina dan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp., selanjutnya Bruehl (1987) Trichoderma koningii dan


(42)

Gliocladium sp. merupakan kompetitor yang kuat di daerah rhizosfer pada perakaran dan merupakan jamur antagonis yang sering digunakan dalam pengendalian patogen tular tanah.

Gambar 3. Akar bibit tanaman karet 4 MST (M0: kontrol, M1: Trichoderma sp.(a),

M2: Trichoderma sp.(b), M3: Aspergillus sp., M4: Rhizopus sp., M5:

Isolat BBK(a), dan M6: Isolat BBK(b))

Pada Gambar 3 terlihat bahwa akar bibit tanaman karet pada perlakuan M2 (Trichoderma sp.(b)) memiliki akar lateral yang pertumbuhannya cukup baik

dibanding perlakuan lainnya. Ini dikarenakan spesies jamur Trichoderma sp. mampu menghasilkan senyawa auksin yang berguna dalam pembentukan akar lateral. Hal ini sesuai dengan literatur Contreras-Cornejo et al. (2009) yang menyatakan spesies Trichoderma termasuk kelas jamur yang hidup bebas bermanfaat bagi tanaman yang umum di rhizosfer. Tanaman yang diinokulasikan T. virens atau T. atroviride menunjukkan karakteristik auksin terkait fenotipe, termasuk peningkatan produksi biomassa dan merangsang perkembangan akar lateral.

Bobot Akar (g)

Berdasarkan analisis sidik ragam, pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat berpengaruh sangat nyata pada bobot akar tanaman karet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.


(43)

Tabel 6. Rataan bobot akar bibit tanaman karet dengan pemberian seed coating mikroorganisme dari biji karet sehat (cm)

Perlakuan Bobot akar

(g)

M0 2.04 e

M1 3.99 cd

M2 4.42 bc

M3 4.91 a

M4 2.60 e

M5 2.63 e

M6 4.54 ab

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa pemberian seed coating mikroorganisme mampu meningkatkan bobot akar tanaman karet. Hal ini dapat dilihat dari data pengamatan bobot akar tanaman yang menunjukkan bahwa perlakuan M3 (Aspergillus sp.) menghasilkan bobot akar terbaik (4.91 g) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan M6 (Isolat BBK(b)) namun berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya. Ini dikarenakan spesies cendawan Aspergillus sp. memiliki kemampuan melarutkan P di dalam tanah dimana salah satu fungsi unsur P untuk tanaman adalah berperan dalam pembelahan sel sehingga berpengaruh juga terhadap tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Maningsih dan Anas (1996) menunjukkan jamur Aspergillus niger dapat meningkatkan kelarutan P dari AlPO4 sebesar 135% dan dapat meningkatkan P larut pada tanah Ultisol sebesar

30.4% dibandingkan kontrol, selanjutnya Damanik et al. (2011) menyatakan bahwa di dalam tubuh tanaman, fosfor memberikan peranan yang penting dalam beberapa kegiatan pembelahan sel.


(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji karet sehat berpengaruh sangat nyata pada parameter daerah hambatan terhadap mikroorganisme dari biji sakit, kecepatan berkecambah, panjang akar dan bobot akar, serta berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 1 dan 2 MST.

2. Hasil identifikasi dari jamur hasil eksplorasi adalah M1: Trichoderma sp.(a),

M2: Trichoderma sp.(b), M3: Aspergillus sp., dan M4: Rhizopus sp.. Hasil

karakterisasi bakteri hasil eksplorasi adalah M5: isolat BBK(a) memiliki koloni

berwarna krem dengan permukaan rata, tepi koloni tidak rata dan bersifat menyebar (motil) dan M6: isolat BBK(b) memiliki koloni berwarna coklat

dengan permukaan cembung, tepi koloni rata dan menghasilkan endospora. Kedua bakteri bersifat gram positif.

3. Perlakuan Trichoderma sp.(a), Trichoderma sp.(b), Aspergillus sp. selain

berpotensi sebagai agens biokontrol patogen benih dengan cara seed coating, juga berpotensi sebagai stimulator pertumbuhan dan pupuk biologis yang dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman karet.

Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan mikroorganisme hasil eksplorasi dari biji karet sehat ini, baik sebagai agen biokontrol patogen benih maupun sebagai perangsang tumbuh tanaman karet.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Y. 2010. Penerapan Bifertilizer Coated Seed pada Benih Tumbuh Mandiri untuk Mendukung Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Balai Pengkajian Bioteknologi, Tangerang.

BPS. 2012. Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (ribu ton), 2000-2012, Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton), 1995 - 2013**, Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman, 2000-2012, Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), 1995 - 2013**. Diakses dari

Barnett, H. L. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. 3rd Edition Burgess Publishing Company. Minneapolis, Minnesota.

Basuki dan Tjasadihardja, A. 1995. Warta Pusat Penelitian Karet. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. CV. Monora, Medan. 14(2): 91-92.

Bruehl, G. W. 1987. Soilborne Plant Pathogens. Macmillan Publ. Co, New York. Charloq. 2004. Upaya Peningkatan Ketahanan Simpan Dua Variasi Benih Karet

(Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Dikupas Melalui Pemberian Polyethylene Glycol. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Contreras-Cornejo, H.A., L. Macias-Rodriguez, C. Cortes-Penagos, dan J. Lopez-Bucio. 2009. Trichoderma viirens, A Plant Beneficial Fungus, Enhances Biomass Production and Promotes Lateral Root Growth Through An Auxin-Dependent Mechanism in Arabidopsis. US National Library of Medicine National Institutes of Health. 149(3): 1579-92.

Damanik, S., M. Syakir., dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Puat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.

Danapriatna, N. 2009. Pengaruh Perlakuan Benih dengan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian, Universitas Islam 45, Bekasi.

Djaafar, T. F., E. S. Rahayu, dan S. Rahayu. 2001. Kontaminasi Kapang Selama Penyimpanan Benih Jagung dan Hubungannya dengan Daya Kecambah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 10(2):46-49.

Fokkema, D. W. 1978. Theories of Literature in the Twentieth Century. C. Hurst & Corporation, London.


(46)

Hanudin, E. Sutrya., S. Miharja dan I. Sanusie. 2010. Mikroba Antagonis Sebagai Agen Pengendali Hayati Pengendali Penyakit Tanaman. Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur.

Herlina, L. dan P. Dewi. 2010. Penggunaan Kompos Aktif Aktif Trichoderma harzianum dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Cabai. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Ilyas, S. 2001. Mutu Benih. Studium General di Faperta Universitas Tanjungpura. Pontianak, 21 April 2001. Hal: 1-8.

Indraty, I.S. 2010. Mengenal Teknologi Baru untuk Pengembangan Hutan Karet. Balai Penelitian Getas, Salatiga. Hal: 12-14.

Malfanova, N.V. 2013. Endophytic Bacteria with Plant Growth Promoting and Biocontrol Abilities. Leiden University Repository. Hal: 15-37.

Maningsih, G. dan I. Anas. 1996. Peranan Aspergillus niger dan Bahan Organik dalam Transformasi P Anorganik Tanah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. Badan Litbang Pertanian. Puslittanak. 14(1): 31-36.

Mari, M. dan M. Guizzardi. 1998. The Postharvest Phase: Emerging Technologies for the Control of Fungal Disease. J. Phytoparasitica. 26(1): 59-66.

Maria, P. D, 2002. Eksplorasi dan Uji Antagonisme Bakteri Rhizosfer Tanah dan Endofit Akar untuk Pengendalian Penyakit Layu (F. oxysporum f. sp.

cubense) pada Pisang (Musa paradisiaca). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet. Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nasahi, C. 2010. Peran Mikroorganisme dalam Pertanian Organik. Universitas Padjajaran, Bandung.

Nassar, A.H., K.A. El-Tarabily, dan K. Sivasithamparam. 2005. Promotion of Plant Growth by An Auxin-Producing Isolate of the Yeast Williopsis saturnus Endophytic in Maize (Zea mays L.) Roots. J. Biology and Fertility of Soils. 42(2): 97-108.

Prihatiningtias, W. dan M.S.H. Wahyuningsih. 2006. Prospek Mikroba Endofit Sebagai Sumber Senyawa Bioaktif. Makalah. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


(47)

Ratnasari, J. D., Isnawati, dan E. Ratnasari. 2014. Uji Antagonis Cendawan Agens Hayati terhadap Cendawan Cercospora musae Penyebab Penyakit Sigatoka secara In Vitro. J. Lentera Bio. 3(2): 129-135.

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. Soenartiningsih, M.S. Pabbage, dan N. Djaenuddin. 2011. Penggunaan Inokulum

Antagonis (Trichoderma dan Gliocladium) dalam Menekan Penyakit Busuk Pelepah pada Jagung. Balai Penelitian Serealia. Dalam Seminar Nasional Serealia.

Sukarman dan D. Seswita. 2012. Pengaruh Lokasi Penyimpanan dan Pelapisan (Coating) Benih dengan Pestisida Nabati Terhadap Mutu Benih Rimpang Jahe. Bul. Littro. 23(1): 1-10.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Karet. CV. Nuansa Aulia, Bandung.

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2009. Pengoahan Biji Karet untuk Bibit. Balai Penelitian Sembawa, Palembang.

Yulia, E. dan E. Widiantini. 2007. Potensi Bakteri Antagonis Filoplen Daun Mangga dalam Menekan Penyakit Atraknosa Buah Mangga (Mangifera indica L.). J. Agrikultura. 18(1): 53-59.

Zakaria, L., A.S. Yaakop, B. Salleh, dan M. Zakaria. 2010. Endophytic Fungi From Paddy. J. Tropical Life Sciences Research. 21 (1):101-107.


(48)

Lampiran 1. Bagan Penelitian

U1 U2 U3 U4

U

M2

M3

M1

M5

M0

M6

M2

M3

M0

M5

M1

M6

M0

M6

M5

M3

M2

M1

M5

M2

M0

M4

M1

M6

M4


(49)

Lampiran 2. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 1 HSI

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P X M1 21.70 50.00 57.10 45.70 174.50 43.63 P X M2 27.60 64.20 37.50 72.70 202.00 50.50 P X M3 16.60 52.90 63.60 25.00 158.10 39.53 P X M4 9.09 7.14 7.69 12.50 36.42 9.11 P X M5 50.20 51.80 41.10 45.40 188.50 47.13 P X M6 58.80 66.60 35.20 54.50 215.10 53.78 Total 183.99 292.64 242.19 255.80 974.62 243.66 Rataan 30.67 48.77 40.37 42.63 40.61

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 10919.70 1819.95 9.10 ** 2.57 3.81

Galat 21 4199.46 199.97

Total 27 15119.16

FK 33924.43

KK 34.82

Uji Jarak Duncan

SY 7.07 -11.68 17.68 21.15 24.15 27.17 30.23

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 LSR 0.05 20.79 21.85 22.48 22.98 23.33 23.55

Perlakuan M4 M3 M1 M5 M2 M6

Rataan 9.11 39.53 43.63 47.13 50.50 53.78

a


(50)

Lampiran 3. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 2 HSI

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

P X M1 33.30 68.10 66.60 59.50 227.50 56.88 P X M2 33.30 78.50 61.50 87.50 260.80 65.20 P X M3 58.00 73.30 88.30 77.70 297.30 74.33 P X M4 10.00 6.25 6.66 18.18 41.09 10.27 P X M5 65.80 68.40 80.00 76.60 290.80 72.70 P X M6 66.50 68.40 81.10 77.70 293.70 73.43 Total 266.90 362.95 384.16 397.18 1411.19 352.80 Rataan 44.48 60.49 64.03 66.20 58.80

Daftar Sidik Ragam

SK Db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 24044.75 4007.46 25.20 ** 2.57 3.81

Galat 21 3339.80 159.04

Total 27 27384.55

FK 71123.47 KK 21.45

Uji Jarak Duncan

SY 6.31 -8.27 37.40 45.15 52.21 52.62 53.33

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 LSR 0.05 18.54 19.48 20.05 20.49 20.81 21.00

Perlakuan M4 M1 M2 M5 M6 M3

Rataan 10.27 56.88 65.20 72.70 73.43 74.33

a

b


(51)

Lampiran 4. Data pengamatan dan sidik ragam persentase daerah hambatan 3 HSI

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1.00 2.00 3.00 4.00

P X M1 57.14 75.00 62.70 82.90 277.74 69.44 P X M2 55.55 92.60 77.50 94.80 320.45 80.11 P X M3 59.37 88.80 90.90 86.00 325.07 81.27 P X M4 12.50 6.66 7.50 18.90 45.56 11.39 P X M5 21.80 3.40 57.80 24.40 107.40 26.85 P X M6 40.20 62.20 38.80 52.20 193.40 48.35 Total 246.56 328.66 335.20 359.20 1269.62 317.41 Rataan 41.09 54.78 55.87 59.87 52.90

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 26558.96 4426.49 23.00 ** 2.57 3.81

Galat 21 4040.74 192.42

Total 27 30599.70

FK 57569.11 KK 26.22

Uji Jarak Duncan

SY 6.94 -9.00 5.42 26.29 46.90 57.22 58.17

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 LSR 0.05 20.39 21.43 22.06 22.54 22.89 23.10

Perlakuan M4 M5 M6 M1 M2 M3

Rataan 11.39 26.85 48.35 69.44 80.11 81.27

a

b c


(52)

Lampiran 5. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia bintang

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 7 6 7 7 27 6.75

M1 2 3 3 3 11 2.75

M2 3 3 2 2 10 2.5

M3 3 4 3 3 13 3.25

M4 6 6 6 6 24 6

M5 2 3 3 2 10 2.5

M6 3 2 3 3 11 2.75

Total 26 27 27 26 106 26.5

Rataan 3.71 3.86 3.86 3.71 3.79

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 77.71 12.95 54.40 ** 2.57 3.81

Galat 21 5.00 0.24

Total 27 82.71

FK 401.29 KK 12.89 Uji Jarak Duncan

SY 0.24 1.78 1.75 1.97 1.96 2.44 5.19 5.93

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36 LSR 0.05 0.72 0.75 0.78 0.79 0.81 0.81 0.82

Perlakuan M2 M5 M1 M6 M3 M4 M0

Rataan 2.50 2.50 2.75 2.75 3.25 6.00 6.75

a b

c


(53)

Lampiran 6. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia pancing

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 10 9 10 10 39 9.75

M1 4 6 5 4 19 4.75

M2 5 4 5 4 18 4.5

M3 6 5 4 5 20 5

M4 7 9 8 7 31 7.75

M5 5 6 7 7 25 6.25

M6 5 7 5 5 22 5.5

Total 42 46 44 42 174 43.5

Rataan 6.00 6.57 6.29 6.00 6.21

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 87.71 14.62 20.47 ** 2.57 3.81

Galat 21 15.00 0.71

Total 27 102.71

FK 1081.29 KK 13.60

Uji Jarak Duncan

SY 0.42 3.26 3.44 3.66 4.13 4.86 6.34 8.33

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36 LSR 0.05 1.24 1.31 1.34 1.37 1.39 1.41 1.42

Perlakuan M2 M1 M3 M6 M5 M4 M0

Rataan 4.50 4.75 5.00 5.50 6.25 7.75 9.75

a b

c


(54)

Lampiran 7. Data pengamatan dan sidik ragam kecepatan berkecambah stadia jarum

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 11 10 11 11 43 10.75

M1 5 7 6 5 23 5.75

M2 6 5 6 6 23 5.75

M3 7 6 5 6 24 6

M4 8 10 9 8 35 8.75

M5 9 9 8 8 34 8.5

M6 6 7 6 6 25 6.25

Total 52 54 51 50 207 51.75

Rataan 7.43 7.71 7.29 7.14 7.39

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 91.93 15.32 29.93 ** 2.57 3.81

Galat 21 10.75 0.51

Total 27 102.68

FK 1530.32

KK 9.68

Uji Jarak Duncan

SY 0.36 4.70 4.64 4.86 5.09 7.32 7.56 9.55

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36 LSR 0.05 1.05 1.11 1.14 1.16 1.18 1.19 1.20

Perlakuan M1 M2 M3 M6 M5 M4 M0

Rataan 5.75 5.75 6.00 6.25 8.50 8.75 10.75

a

b

c


(55)

Lampiran 8. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 1 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 13.5 21.8 20.9 23.3 79.5 19.875

M1 31.3 21 19.6 18.1 90 22.5

M2 28 27.7 28 28.2 111.9 27.975

M3 30.3 19.8 33.8 22.9 106.8 26.7

M4 14.4 22.8 19.6 19.3 76.1 19.025

M5 21.5 25.3 26.7 25 98.5 24.625

M6 25 30 22.5 26.2 103.7 25.925

Total 164 168.4 171.1 163 666.5 166.625 Rataan 23.43 24.06 24.44 23.29 23.80

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 283.73 47.29 2.68 * 2.57 3.81

Galat 21 370.12 17.62

Total 27 653.85

FK 15865.08

KK 17.64

Uji Jarak Duncan

SY 2.10 12.85 13.39 15.82 17.80 19.00 19.71 20.92

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36

LSR 0.05 6.17 6.49 6.68 6.82 6.93 6.99 7.05

Perlakuan M4 M0 M1 M5 M6 M3 M2

Rataan 19.03 19.88 22.50 24.63 25.93 26.70 27.98

a

b


(56)

Lampiran 9. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 14.4 22.3 21.7 24.3 82.7 20.675

M1 32.9 21.5 21.2 19.5 95.1 23.775

M2 29.3 29.3 29 28 115.6 28.9

M3 31.2 20.5 35.3 24.3 111.3 27.825

M4 15.5 24.2 20.9 20.7 81.3 20.325

M5 22.7 26.3 28 26.3 103.3 25.825

M6 26.7 31.2 24.7 28 110.6 27.65

Total 172.7 175.3 180.8 171.1 699.9 174.975 Rataan 24.67 25.04 25.83 24.44 25.00

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 6 291.82 48.64 2.69 * 2.57 3.81

Galat 21 380.09 18.10

Total 27 671.91

FK 17495.00

KK 17.02

Uji Jarak Duncan

SY 2.13 14.07 14.10 17.01 18.91 20.63 20.74 21.75

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36

LSR 0.05 6.25 6.57 6.76 6.91 7.02 7.08 7.15

Perlakuan M4 M0 M1 M5 M6 M3 M2

Rataan 20.33 20.68 23.78 25.83 27.65 27.83 28.90

a

b

c


(57)

Lampiran 10. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 26.2 23 22.9 25.8 97.9 24.475

M1 35.2 28.2 31.5 23.1 118 29.5

M2 29.7 29.5 31.8 29.2 120.2 30.05

M3 31.4 22.6 38 24.7 116.7 29.175

M4 16.6 24.5 25 24 90.1 22.525

M5 23.6 26.8 30.3 30.3 111 27.75

M6 27.3 32.5 26.1 29 114.9 28.725

Total 190 187.1 205.6 186.1 768.8 192.2 Rataan 27.14 26.73 29.37 26.59 27.46

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 6 195.04 32.51 2.00 tn 2.57 3.81

Galat 21 340.51 16.21

Total 27 535.55

FK 21109.05


(58)

Lampiran 11. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 26.7 30.3 23.2 35.8 116 29

M1 41 34.6 32 26.2 133.8 33.45

M2 36.5 36 39.3 38 149.8 37.45

M3 44.2 31.8 48 31.2 155.2 38.8

M4 21.2 35.2 31 29.2 116.6 29.15

M5 38 33.8 42 32.4 146.2 36.55

M6 37.6 37.1 33.6 41.2 149.5 37.375

Total 245.2 238.8 249.1 234 967.1 241.775 Rataan 35.03 34.11 35.59 33.43 34.54

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 398.50 66.42 2.26 tn 2.57 3.81

Galat 21 615.97 29.33

Total 27 1014.47

FK 33402.94


(59)

Lampiran 12. Data pengamatan dan sidik ragam panjang akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 20.7 16.9 23.7 17.5 78.8 19.70

M1 33.2 35.2 38.5 33.5 140.4 35.10

M2 21.7 32.1 29.8 29.4 113 28.25

M3 23.8 29 28.2 34.3 115.3 28.83

M4 28.7 16.8 18.8 20.8 85.1 21.28

M5 29.1 23 22.3 25.8 100.2 25.05

M6 27.3 22.2 28.9 26.8 105.2 26.30

Total 184.5 175.2 190.2 188.1 738 184.5 Rataan 26.36 25.03 27.17 26.87 26.36

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 631.87 105.31 7.38 ** 2.57 3.81

Galat 21 299.58 14.27

Total 27 931.45

FK 19451.57

KK 14.33

Uji Jarak Duncan

SY 1.89 14.15 15.44 19.04 20.16 22.02 22.54 28.75

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36

LSR 0.05 5.55 5.84 6.01 6.14 6.23 6.29 6.35

Perlakuan M0 M4 M5 M6 M2 M3 M1

Rataan 19.70 21.28 25.05 26.30 28.25 28.83 35.10

a

b

c

d


(60)

Lampiran 13. Data pengamatan dan sidik ragam bobot akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 1.3 2.14 2 2.7 8.14 2.04

M1 4.77 3.54 4.68 2.95 15.94 3.99

M2 4.1 4.69 3.97 4.93 17.69 4.42

M3 4.92 4.46 5.45 4.79 19.62 4.91

M4 1.54 3.4 2.07 3.39 10.4 2.60

M5 2.39 2.26 3.16 2.71 10.52 2.63

M6 4.43 4.06 5.32 4.35 18.16 4.54

Total 23.45 24.55 26.65 25.82 100.47 25.12

Rataan 3.35 3.51 3.81 3.69 3.59

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 31.20 5.20 12.78 ** 2.57 3.81

Galat 21 8.55 0.41

Total 27 931.45

FK 360.51

KK 18

Uji Jarak Duncan

SY 0.32 1.10 1.61 1.62 2.95 3.37 3.48 3.83

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36 LSR 0.05 0.94 0.99 1.01 1.04 1.05 1.06 1.07

Perlakuan M0 M4 M5 M1 M2 M6 M3

Rataan 2.04 2.60 2.63 3.99 4.42 4.54 4.91

a

b

c

d

e


(61)

Lampiran 14. Foto Penelitian Foto Tanaman Karet 4 MST


(1)

Lampiran 9. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 14.4 22.3 21.7 24.3 82.7 20.675

M1 32.9 21.5 21.2 19.5 95.1 23.775

M2 29.3 29.3 29 28 115.6 28.9

M3 31.2 20.5 35.3 24.3 111.3 27.825

M4 15.5 24.2 20.9 20.7 81.3 20.325

M5 22.7 26.3 28 26.3 103.3 25.825

M6 26.7 31.2 24.7 28 110.6 27.65

Total 172.7 175.3 180.8 171.1 699.9 174.975 Rataan 24.67 25.04 25.83 24.44 25.00

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 6 291.82 48.64 2.69 * 2.57 3.81

Galat 21 380.09 18.10

Total 27 671.91

FK 17495.00

KK 17.02

Uji Jarak Duncan

SY 2.13 14.07 14.10 17.01 18.91 20.63 20.74 21.75

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36

LSR 0.05 6.25 6.57 6.76 6.91 7.02 7.08 7.15

Perlakuan M4 M0 M1 M5 M6 M3 M2

Rataan 20.33 20.68 23.78 25.83 27.65 27.83 28.90

a

b

c


(2)

Lampiran 10. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 26.2 23 22.9 25.8 97.9 24.475

M1 35.2 28.2 31.5 23.1 118 29.5

M2 29.7 29.5 31.8 29.2 120.2 30.05

M3 31.4 22.6 38 24.7 116.7 29.175

M4 16.6 24.5 25 24 90.1 22.525

M5 23.6 26.8 30.3 30.3 111 27.75

M6 27.3 32.5 26.1 29 114.9 28.725

Total 190 187.1 205.6 186.1 768.8 192.2 Rataan 27.14 26.73 29.37 26.59 27.46

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 195.04 32.51 2.00 tn 2.57 3.81

Galat 21 340.51 16.21

Total 27 535.55

FK 21109.05


(3)

Lampiran 11. Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 26.7 30.3 23.2 35.8 116 29

M1 41 34.6 32 26.2 133.8 33.45

M2 36.5 36 39.3 38 149.8 37.45

M3 44.2 31.8 48 31.2 155.2 38.8

M4 21.2 35.2 31 29.2 116.6 29.15

M5 38 33.8 42 32.4 146.2 36.55

M6 37.6 37.1 33.6 41.2 149.5 37.375

Total 245.2 238.8 249.1 234 967.1 241.775 Rataan 35.03 34.11 35.59 33.43 34.54

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 398.50 66.42 2.26 tn 2.57 3.81

Galat 21 615.97 29.33

Total 27 1014.47

FK 33402.94


(4)

Lampiran 12. Data pengamatan dan sidik ragam panjang akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 20.7 16.9 23.7 17.5 78.8 19.70

M1 33.2 35.2 38.5 33.5 140.4 35.10

M2 21.7 32.1 29.8 29.4 113 28.25

M3 23.8 29 28.2 34.3 115.3 28.83

M4 28.7 16.8 18.8 20.8 85.1 21.28

M5 29.1 23 22.3 25.8 100.2 25.05

M6 27.3 22.2 28.9 26.8 105.2 26.30

Total 184.5 175.2 190.2 188.1 738 184.5 Rataan 26.36 25.03 27.17 26.87 26.36

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 631.87 105.31 7.38 ** 2.57 3.81

Galat 21 299.58 14.27

Total 27 931.45

FK 19451.57

KK 14.33

Uji Jarak Duncan

SY 1.89 14.15 15.44 19.04 20.16 22.02 22.54 28.75

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36

LSR 0.05 5.55 5.84 6.01 6.14 6.23 6.29 6.35

Perlakuan M0 M4 M5 M6 M2 M3 M1

Rataan 19.70 21.28 25.05 26.30 28.25 28.83 35.10

a

b

c

d


(5)

Lampiran 13. Data pengamatan dan sidik ragam bobot akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

M0 1.3 2.14 2 2.7 8.14 2.04

M1 4.77 3.54 4.68 2.95 15.94 3.99

M2 4.1 4.69 3.97 4.93 17.69 4.42

M3 4.92 4.46 5.45 4.79 19.62 4.91

M4 1.54 3.4 2.07 3.39 10.4 2.60

M5 2.39 2.26 3.16 2.71 10.52 2.63

M6 4.43 4.06 5.32 4.35 18.16 4.54

Total 23.45 24.55 26.65 25.82 100.47 25.12

Rataan 3.35 3.51 3.81 3.69 3.59

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 6 31.20 5.20 12.78 ** 2.57 3.81

Galat 21 8.55 0.41

Total 27 931.45

FK 360.51

KK 18

Uji Jarak Duncan

SY 0.32 1.10 1.61 1.62 2.95 3.37 3.48 3.83

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 2.94 3.09 3.18 3.25 3.30 3.33 3.36 LSR 0.05 0.94 0.99 1.01 1.04 1.05 1.06 1.07

Perlakuan M0 M4 M5 M1 M2 M6 M3

Rataan 2.04 2.60 2.63 3.99 4.42 4.54 4.91

a

b

c

d

e


(6)

Lampiran 14. Foto Penelitian Foto Tanaman Karet 4 MST