Studi Penerapan Macroergonomic Analysis And Design (MEAD) di PT. Agri First Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Gunani, Sri. 2001. Analisis Ergonomi Terhadap Rancangan Fasilitas Kerja Pada
Stasiun Kerja Dibagian Skiving Dengan Antropometri Orang Indonesia
(Studi Kasus Di Pabrik Vulkanisir Ban). ITS: Surabaya.
Hal W. Hendrick, 2002, Macroergonomics Theory, Methods, and Applications.
Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey.
Isa Halim. 2011. A Review On Health Effects Associated With Prolonged
Standing In The Industrial Workplaces. Universiti Teknikal Malaysia
Melaka, Hang Tuah Jaya
Rositaningrum, Alfia. 2014. Analisa Implementasi Ergonomi Makro Terhadap
Keuntungan Perusahaan (Studi Kasus : Merpati Maintenance Facility
Juanda -Surabaya). ITS: Surabaya
Sinulingga, Sukaria. 2010, Manajemen dan Rekayasa Produktivitas, Medan: USU
Stanton, Naville. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods.
New York: CRC Press LLC.
Taghipour, Mohammad. 2015. Analysing the Effects of Physical Conditions of the
Workplace on Employee’s Productivity (Including Case Study). Islamic
Azad University: Iran
Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas, Harapan Press: Surakarta

Wignjosoebroto, Sritomo. 2001. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Bandung :
PT. Guna Widya

Universitas Sumatera Utara

BABBIIIB
TINJAUANBPUSTATAB

3.1.

ErgonomiB

B

Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu

Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian
ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya1. Istilah ergonomi lebih dikenal sebagai
Human Factors Engineering atau Human Engineering. Disiplin ergonomi secara

khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam
berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatan, batas kemampuan
baik

jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan

keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software).
Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan
yang multidisiplin karena akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari
ilmu kehayatan (kedokteran dan biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan
kemasyarakatan (sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari
akibat-akibat (dampak) dari jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan
produk -produknya, maka pengetahuan yang dipelajari akan berkaitan dengan

Wignjosoebroto, Sritomo. 2001. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Bandung : Guna Widya. Hal:
54-55

1


III-1

Universitas Sumatera Utara

III-2

teknologi seperti Biomekanika, Antropometri Teknik, Teknologi Produksi,
Lingkungan Fisik (temperatur, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.
Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu
pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia
dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu
rancangan sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal. Dengan demikian
disiplin ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem
dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem
pula.
3.2.

PengertianBErgonomiBMakroB
Ergonomi makro adalah suatu subdisiplin ergonomi yang fokus mengkaji


mengenai perancangan sistem kerja (Hendrick & Kleiner, 2002)2. Suatu sistem
pekerjaan terdiri atas personil yang saling berinteraksi dengan perangkat keras dan
lunak. Suatu sistem pekerjaan melibatkan dua atau lebih individu yang bekerja
bersama untuk mencapai suatu tujuan umum dalam suatu organisasi. Subdisiplin
ergonomi juga berkaitan dengan teknologi yang lain. Makroergonomi telah
dikenal sebagai subdisiplin ergonomi yang terkait dengan hubungan manusia,
organisasi dan teknologi. Makroergonomi merupakan sesuatu yang terintegrasi
karena mencakup pengetahuan, metode, dan peralatan dari sistem sosio-teknik,
psikologi industri, rancang-bangun sistem, ergonomi fisik, dan ergonomi teori.
Dalam pelaksanaannya, makroergonomi menghadirkan suatu relung berharga
Hal W. Hendrick, 2002, Macroergonomics Theory, Methods, and Applications. Lawrence
Erlbaum Associates, New Jersey. Hal. 5-6.

2

Universitas Sumatera Utara

III-3

yang tidak satupun dari area ini yang terabaikan. Sebagai ilmu pengetahuan,

makroergonomi mengarahkan untuk mengembangkan suatu pemahaman sistem
pekerjaan, perilaku, atau personil yang saling berinteraksi dengan perangkat keras
atau lunak di dalam lingkungan fisik internal, lingkungan eksternal, dan struktur
organisasi serta proses agar menjadi lebih baik.
Pendekatan makroergonomi merupakan suatu proses pemecahan yang
sistemik yang selanjutnya dilakukan pengkajian secara holistik dan melalui lintas
disiplin ilmu serta melakukan pelibatan komponen atau pihak terkait dengan
desain. Lebih jelasnya sistemik diartikan semua faktor yang diasumsikan
mempengaruhi proses perancangan sistem kerja dan diperkirakan dapat
menimbulkan masalah harus diperhitungkan dengan cara memasukkan kaidah
ergonomi dalam setiap tahap perancangan desain. Pemecahan masalah dilakukan
secara holistik yang menekankan bahwa semua faktor yang terkait atau yang
diperkirakan terkait dengan masalah yang ada harus dipecahkan secara proaktif
dan menyeluruh. Pendekatan holistik dalam intervensi ergonomi menekankan cara
berpikir dan bertindak dalam melakukan perbaikan dengan menggunakan
teknologi tepat guna. Penerapan pendekatan holistik memungkinkan terjadinya
proses tawar menawar untuk mendapatkan suatu perbaikan kondisi kerja yang
memenuhi keenam kriteria teknologi tepat guna dengan risiko dan dampak
seminimal mungkin. Pendekatan interdisipliner menekankan bahwa proses
pemecahan masalah dalam suatu sistem dibutuhkan para ahli dari berbagai

disiplin ilmu. Selain keterlibatan terkait dengan lintas disiplin ilmu pendekatan
makroergonomi juga menggunakan partisipasipan (ergonomi partisipasi). Wilson

Universitas Sumatera Utara

III-4

dan Haines (1998) mendefinisikan ergonomi partisipasi adalah proses
perencanaan dan pengendalian dari sejumlah aktivitas yang melibatkan operator
dengan pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam mempengaruhi proses
dan hasil untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian ergonomi partisipasi merupakan proses pemecahan
masalah ergonomi dalam suatu sistem dengan melibatkan pihak terkait dari proses
perencanaan sampai pada implementasi. Penerapan ergonomi partisipasi terbukti
dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dalam program pelatihan
melalui workshop di berbagai negara (Kawakami,2004).
3.3.

MetodeBErgonomiBMakroB(Macroergonomic Methods)B
Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali


diperkenalkan oleh Hal W. Hendrick pada tahun 1980. Cabang ergonomi ini
muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi
kecepatan perkembangan organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya
kelemahan dalam mikro ergonomi.
Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi
memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang
dibahas dalam makro ergonomi adalah struktur organisasi, interaksi antara
orangorang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja.
Dengan kata lain, ergonomi hanya melihat dari tingkat pekerjaan, namun
makro ergonomi melihat dari tingkat pekerjaan dan juga tingkat organisasi.
Hendrick mendeskripsikan ergonomi dalam sebuah seri dari tiga generasi
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

III-5

a.


Generasi pertama
Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan,
dan karakteristik perseptual dalam merancang dan mengaplikasikan sistem
antar manusia dan mesin. Hal ini meliputi control, display, penyusunan
ruang kerja dan lingkungan kerja.

b.

Generasi kedua
Generasi ini ditandai ketika beralihnya perhatian para ahli dengan
berkembangnya sistem komputer. Disini para ahli ergonomi menekankan
penelitian pada bagaimana manusia menerima, mempersepsikan, mengolah,
dan menyimpulkan data dan informasi. Hendrick menjelaskan bahwa
generasi kedua meningkatkan penekanan pada pengembangan dan aplikasi
penggunaan sistem antar teknologi dan pengguna.

c.

Generasi ketiga
Generasi ini ditandai dengan masuknya unsur eksternal yaitu organisasi dan

sistem sosioteknik ke dalam ergonomi. Generasi ini menekankan perhatian
pada aspek penerapan pengetahan tentang individu dan organisasi pada
perancangan, implementasi dan penggunaan teknologi baru. Atau dengan
kata lain, generasi ketiga fokus pada mikro ergonomi, atau keseluruhan
organisasi sistem kerja dan berkonsentrasi pada pengembangan dan
aplikasi dari teknologi dihubungkan dengan organisasi.
Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah.

Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataanya keduanya

Universitas Sumatera Utara

III-6

saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini
dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:
TabelB3.1.BPerbandinganBantaraBMikroBErgonomiBdenganBMakroBErgonomiB
TarakteristikBBB
Tingkat bahasan
Unit kerja

Tujuan
Fokus
Alat Pengukur
Sejarah Penelitian
Sejarah Aplikasi
Aplikasi Keahlian

MikroBErgonomiB
Mikro
Tugas, sub-tugas
Mengoptimalkan pekerja
Perincian
Umumnya mengukur
secara fisik seperti : luas,
tenaga, luminasi, desibel,
waktu
27-47 tahun
17-27 tahun
Anatomi, psikologi,
psikologi persepsi, teknik

industri

MakroBErgonomiB
Makro
Divisi kerja
Mengoptimalkan sistem kerja
Peninjauan secara luas
Umumnya organisasional dan
mengukur subejektivitas seperti
jumlah orang, rentang kendali,
perilaku dan moral
10-12 tahun
8-9 tahun
Organisasi, psikologi
organisasi

Sumber : Hal W. Hendrick, 2002, Macroergonomics Theory, Methods, and Applications.Lawrence
Erlbaum Associates, New Jersey.

3.4.

Macroergonomic Analysis And DesignB(MEAD)B
MEAD merupakan

suatu

metode yang berkaitan dengan mendesain,

menganalisis, dan mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi sehingga menjadi
efektif dan efisien.3 Tahapan pada Macroergonomic Analysis and Design dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
a. Pengamatan dan Analisis Lingkungan
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah pengamatan pada sistem
keseluruhan, subsistem lingkungan, dan organisasi dari sistem tersebut. Untuk
menilai varian antara yang telah ditetapkan dan yang dipraktikan, diperlukan

3

Ibid. Hal 68-82

Universitas Sumatera Utara

III-7

identifikasi misi, visi, prinsip, dan kriteria target yang ditetapkan dalam sistem
tersebut.
Dalam mengamati sistem secara keseluruhan hal yang perlu dilakukan adalah
mengidentifikasikan tempat kerja dimana sistem berjalan dan prosesnya
termasuk batasan yang ada. Detail dari misi sistem ini dapat berupa
input, output, proses, supplier, customer, internal control, dan mekanisme
feedback. Selain itu batasan yang dimaksud dapat berupa batasan throughput,
territorial, sosial, dan waktu. Dalam pengamatan lingkungan, organisasi
dan major stakeholder diperlukan identifikasi dan evaluasi ekspetasi
organisasi, entitas diluar batasan (external environmet), dan konflik yang ada.

GambarB3.1.BLangkah-langkahBMEADB
B

Universitas Sumatera Utara

III-8

b. Tipe Sistem dan Analisis Performansi
Performa dari sistem yang diamati di tahap sebelumnya dievaluasi pada tahap
ini. Key performance criteria yang berkaitan dengan tujuan organisasi
dan posisi teknikal diperinci pada tahap ini. Untuk mengukur performa dari
sistem yang

berjalan, diperlukan data specific standarized performance

criteria untuk menentukan jenis pengukuran proses kerja.
Performa organisasi dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan seven
performance criteria atau pengelompokan ukuran, yang terdiri dari efisiensi,
efektivitas, produktivitas, kualitas, quality of work life, inovasi dan profabilitas
atau budgetabilitas (Sink and Tuttle, 1989). Kriteria efisiensi berfokus pada
input atau utilisasi sumber daya. Efektivitas berfokus untuk melihat apakah hal
sesuai tujuan. Produktivitas didefiniskan melalui output/input. Inovasi
berpacu pada perubahan kreatif pada proses atau produk sehingga
menghasilkan peningkatan performa. Untuk organisasi yang tidak bertujuan
untuk profit, Sink and Tuttle (1989) memperkenalkan budgetabilitas atau
pengeluaran relatif pada budget untuk menggantikan kriteria profitabilitas.
c. Menentukan proses kerja teknis dan analisis tugas
Unit operasi adalah kelompok langkah-langkah yang membentuk suatu kerja
dan mengikat langkah lainnya dengan batasan teritorial, teknologi, dan
temporal. Unit operasi sering diidentifikasi dari perbedaan subproduk dan
biasanya membutuhkan tiga sampai lima belas pekerja. Selain itu, unit operasi
bisa diidentifikasi berdasarkan pembagian proses (Hendrick and Kleiner,
2002). Untuk tiap unit operasi atau departemen, dilakukan identifikasi

Universitas Sumatera Utara

III-9

terhadap tujuan, input, transformasi, dan output. Aliran kerja dari proses
transformasi (mengkonversikan input menjadi output) dibuat dengan bentuk
flow chart, termasuk aliran material, workstation, dan batasan fisik atau
imajiner. Pada sistem linear, output dari satu langkah merupakan input
dari langkah selanjutnya. Pada sistem nonlinear, langkah-langkah dilakukan
secara paralael atau berulang-berulang. Dengan begitu, unit operasi akan
teridentifikasi. Selain itu, diidentifikasi pula fungsi dan subfungsi (contoh:
tugas) dari sistem tersebut.
d. Pengumpulan Data Varians
Pada tahap ini dianalisis data yang sudah diperoleh pada langkah
langkah sebelumnya untuk mengidentifikasi kelemahan, penyimpangan
ataupun permasalahan lain

yang dapat menyebabkan penurunan kinerja

sistem kerja ataupun mengidentifikasi hal -hal yang menyebabkan adanya
gap antara keinginan pekerja dengan pemilik.
e. Membuat matriks variansi
Key variance adalah varian-varian yang secara signifikan mempengaruhi
kriteria performa dan saling berinteraksi dengan varian lainnya, sehingga
menghasilkan compound effect. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menampilkan interrelasi diantara varian-varian pada proses kerja sehingga
dapat ditentukan varian mana yang mempengaruhi varian lainnya.
Pada variance matrix, setiap kolom mewakili setiap varian. Sehingga
setiap sel mewakili hubungan dari dua varian. Sel yang kosong mengartikan
bahwa tidak ada hubungan antara kedua varian tersebut.

Universitas Sumatera Utara

III-10

Varian dipertimbangkan sebagai “key” jika varian tersebut secara signifikan
mempengaruhi kuantitas produksi, kualitas produksi, biaya operasi (alat,
material mentah, overtime, dan lain-lain), biaya sosial (ketidakpuasan,
keamanan, dan lain-lain), atau bila varian tersebut memiliki hubungan dengan
varian lain (matriks).
f. Kontrol varians dan analisis peran
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menemukan bagaimana varian yang
ada dapat dikendalikan dan apakah personel yang bertanggung jawab
terhadap pengendalian varian ini membutuhkan dukungan. Konten pada
key variance control table ini terdiri dari: unit operasi dimana varian akan
dikendalikan dan dikoreksi;

siapa yang bertanggung jawab; aktivitas

kendali apa yang sedang dilakukan; interfaces, alat, atau teknologi apa
yang dibutuhkan untuk mendukung kontrol tersebut dan komunikasi,
informasi, keahlian khusus, atau pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk
mendukung pengendalian tersebut.
g. Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain
Dalam mengalokasikan fungsi dan tugas pada manusia dan mesin atau
komputer dapat dimulai dengan mengulas data pengamatan lingkungan untuk
memeriksa

kendala

pada

lingkungan

(Clegg

et

al,

1989).

Dalam

mengembangkan kebutuhan dapat menggunakan empat kategori kriteria:
technical feasibility; kesehatan dan keamanan; kebutuhan operasional (fiskal,
informal, performa); dan karakteristik fungsi (kritikal, tidak dapat diprediksi,
psikologis).

Universitas Sumatera Utara

III-11

Pada perubahan teknikal, desain dengan mengutamakan manusia dibutuhkan
dalam

membantu

operator

untuk

mencegah

atau

mengontrol

key

variances, berupa interface, sistem informasi, job aids, process control
tools, teknologi yang lebih fleksibel, perancangan ulang stasiun kerja dan
sistem penanganan, atau mekanisme terintegrasi. Selanjutnya dilakukan
penentuan pengetahuan atau keahlian yang dibutuhkan pada key variances
dan isu yang nyata. Setelah membuat key variance control table pada
tahap sebelumnya, selanjutnya perubahan sistem personel direkomendasikan
untuk mencegah atau mengendalikan key variances. Hal ini berujung pada
penentuan pengetahuan atau keahlian khusus yang didapatkan melalui
pelatihan teknikal, formal courses, workshop, atau pembelajaran jarak jauh.
h. Analisis persepsi dan tanggung jawab
Varians dapat diatur melalui pelatihan dan seleksi serta technological support.
Terdapat dua role network yang beroperasi: yang dibutuhkan dan yang
dipersepsikan. Semua varian diantara dua role network tersebut dapat
dikurangi

melalui

parcipatory

ergonomics,

pelatihan,

komunikasi,

interface design, atau tool design.
i. Perancangan sistem pendukung dan interface
Pada tahap sebelumnya proses kerja telah dianalisis dan didesain
bersama,

selanjutnya

dibutuhkan

perancangan

ulang

subsistem

dari

pendukung internal organisasi. Tujuannya adalah untuk menentukan sejauh
mana suatu subsistem yang diberikan berdampak pada sistem produk
sociotechnical; sifat varians; sejauh mana varians dikendalikan; dan sejauh

Universitas Sumatera Utara

III-12

mana tugas harus diperhitungkan dalam desain ulang peran beroperasi di
unit subsistem pendukung. Selain audit alokasi fungsi, interface antara
subsistem harus diperiksa dan didesain ulang pada saat ini. Lingkungan fisik
internal dirancang secara ergonomis

untuk mendukung

kesejahteraaan

manusia, keamanan, dan efektivitas sistem. Untuk mengetahui apakah ada
perubahan lingkungan dalam bentuk fisik yang mendukung peningkatan dapat
dilakukan dengan melakukan penilaian pada analisis teknikal dan personel
varian.
j.

Implementasi, iterasi dan improvement
Tahap ini mengimplementasi perubahan proses kerja, perancangan interface,
dan alokasi fungsi.

3.5.

Penilaian ErgonomiB

3.5.1. Standard Nordic QuestionnaireB(SNQ)B
Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengukur keluhan-keluhan otot yang dialami oleh pekerja.
Melalui Standard Nordic Questionnaire seperti pada Gambar 3.2. dapat
diketahui bagian-bagian otot yang mengalami

keluhan dengan tingkat

keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit.
Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh SNQ maka dapat diestimasi jenis
dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.4

Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Harapan
Press: Surakarta, hal 129.
4

Universitas Sumatera Utara

III-13

GambarB3.2.BStandard Nordic Questionnaire
3.5.2. PenilaianBPosturBTerjaBdenganBMetodeBREBAB
REBA dirancang oleh Lynn Mc Atemney dan Sue Hignett (2000) sebagai
sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh
secara keseluruhan5. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh,
kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan atau pegangan.

Stanton, Naville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, (New York: CRC
Press LLC, 2005), h. 76-85.

5

Universitas Sumatera Utara

III-14

Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan sebuah indikasi tingkat risiko dan
tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang harus diambil.
Untuk masing-masing tugas, menilai faktor postur tubuh dengan penilaian
pada masing-masing grup yang terdiri atas dua grup, yaitu:
1.

Grup A, terdiri atas:
a. Batang tubuh (trunk)
b. Leher (neck)
c. Kaki (legs)

2.

Grup B, terdiri atas:
a. Lengan atas (upper arm)
b. Lengan bawah (lower arm)
c. Pergelangan tangan (wrist)
Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan

suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban atau kekuatan dan
coupling.
REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dalam
sebuah pekerjaan:
1.

Keseluruhan bagian badan digunakan.

2.

Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah, atau tidak stabil.

3.

Melakukan sebuah pembebanan seperti: mengangkat benda baik secara rutin
ataupun sesekali.

4.

Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang
dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan.

Universitas Sumatera Utara

III-15

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.
1.

Grup A, terdiri dari :
a.

Batang tubuh (trunk)

GambarB3.3.BPosturBBatangBTubuhB(Trunk)B
Berikut skor penilaian postur batang tubuh (trunk):
TabelB3.2.BPenilaianBBatangBTubuhB(Trunk)B
PergerakanB
Posisi normal
0 - 200 (ke depan dan belakang)
600

b.

SkorB
1
2
3
4

SkorBPerubahanB
+1 jika batang tubuh
berputar/bengkok/bungkuk

Leher (neck)

GambarB3.4.BPosturBTubuhBBagianBLeherB(Neck)B
Berikut skor penilaian postur tubuh bagian leher (neck):B
TabelB3.3.BPenilaianBLeherB(Neck)B

B
B
B
B

PergerakanB
0 - 200
>200- ekstensi

SkorB
1
2

SkorBPerubahanB
+1 jika leher berputar/bengkok

Universitas Sumatera Utara

III-16

c.

Kaki (legs)

B
B
GambarB3.5.BPosturBTubuhBBagianBTakiB(Legs) B
Berikut skor penilaian postur tubuh bagian kaki (legs):B
TabelB3.4BPenilaianBTakiB(Legs)B
PergerakanB

SkorB

Posisi normal/seimbang
(berjalan/duduk)
Bertumpu pada satu kaki lurus

d.

1
2

SkorBPerubahanB
+1 jika lutut antara 30-600
+2 jika lutut >600

Beban (load)

BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB1

2

3

GambarB3.6.BUkuranBBebanB(Load)B
Berikut skor penilaian ukuran beban (load):B
TabelB3.5BPenilaianBBebanB(Load)B
PergerakanB
10 kg

2.

SkorB
0
1
2

SkorBPergerakanB
+1 jika kekuatan cepat

Grup B, terdiri dari:
a. Lengan atas (upper arm)

B
B
GambarB3.7.BPosturBTubuhBBagianBLenganBAtasB(Upper Arm)BB

Universitas Sumatera Utara

III-17

Berikut skor penilaian postur tubuh bagian lengan atas (upper arm):B
TabelB3.6BPenilaianBLenganBAtasB(Upper Arm)BB
PergerakanB
200 (ke depan dan belakang)
>200 (ke belakang) atau 20 - 450
45 - 900
>900

SkorB
1
2
3
4

SkorBPerubahanB
+1 jika bahu naik
+1 jika lengan berputar/bengkok
-1 miring, menyangga berat lengan

b. Lengan bawah (lower arm)

GambarB3.8.BPosturBLenganBBawahBB
Berikut skor penilaian postur lengan bawah (lower arm):B
TabelB3.7BSkorBLenganBBawahBB
PergerakanB
60 - 1000
1000

SkorB
1
2

c. Pergelangan tangan (wrist)

GambarB3.9.BPosturBPergelanganBTanganBB
Berikut skor penilaian postur pergelangan tangan:
B

Universitas Sumatera Utara

III-18

TabelB3.8BSkorBPergelanganBTanganBB
PergerakanB
0-150 (ke atas dan bawah)
>150 (ke atas dan bawah)

SkorB
1
2

SkorBPerubahanB
+1 jika pergelangan tangan
putaran menjauhi sisi tengah

d. Coupling
Skor penilaian coupling adalah sebagai berikut:B
TabelB3.9BCoupling
Baik

Coupling

Sedang
Kurang baik
Tidak dapat diterima

SkorB
TeteranganB
0
Kekuatan pegangan baik
Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling
1
cocok dengan bagian tubuh
Pegangan tangan tidak sesuai walaupun
2
mungkin
Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak
3
ada pegangan atau kopling tidak sesuai
dengan bagian tubuh

B
Skor penilaian aktivitas adalah sebagai berikut:B

TabelB3.10BSkorBAktivitasB
AktivitasB
Postur statik
Pengulangan

SkorB
+1
+1

Ketidakstabilan

3.5.3.

+1

TeteranganB
1 atau lebih bagian tubuh statis/diam
Tindakan berulang-ulang
Tindakan menyebabkan jarak yang besar
dan cepat pada postur (tidak stabil)

PengukuranBAntropometriB

3.5.3.1. DefinisiBAntropometriB
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan
sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia6.
Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan

6

Wignjosoebroto, Op.cit. hlm.60-69.

Universitas Sumatera Utara

III-19

sebagainya) berat dan lain-lain

yang berbeda

satu dengan yang lainnya.

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Tempat kerja yang baik
dalam

artian

sesuai

dengan kemampuan dan keterbatasan manusia dapat

diperoleh apabila ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut sesuai dengan tubuh
manusia dan yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia dipelajari dalam
antropometri.
3.5.3.2. Faktor-faktorByangBMempengaruhiBPengukuranBAntropometriB

B

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan
dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi
ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk
harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai
dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan
oleh A.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa
laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21
tahun, sedangkan wanita 17 tahun. Meskipun ada sekitar 10% yang masih
terus bertambah tinggi sampai usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun
(wanita). Setelah itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan bahkan justru akan
cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai
sekitar umur 40 tahunan.

Universitas Sumatera Utara

III-20

2. Jenis Kelamin (Sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul
dan sebagainya.
3. Suku Bangsa (Etnis)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Posisi Tubuh
Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh.
Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei pengukuran.
Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu pengukuran
dimensi struktur tubuh dan pengukuran dimensi fungsional tubuh.
5. Cacat Tubuh
Cacat tubuh dapat mempengaruhi perubahan dimensi antropometri. Data
antropometri

ini

diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang

cacat, misalnya kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.
6. Tebal/Tipisnya Pakaian yang Dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda dalam
bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
7. Kehamilan (Pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh
(khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

Universitas Sumatera Utara

III-21

3.5.3.3.BBBAntropometriBStatisB(Struktural)B
Istilah lain dari pengukuran tubuh dalam berbagai posisi standar dan
tidak bergerak (tetap tegak sempurna) dikenal dengan antropometri statis.
Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala,
tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya.
Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th dan 95th persentil. Contoh antropometri statis adalah posisi tubuh saat duduk orang
duduk di kursi.
3.5.3.4.BBAntropometriBDinamisB(Fungsional)B
Antropometri

dinamis adalah

pengukuran yang dilakukan terhadap

posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang
berkaitan dengan

kegiatan

yang

harus

diselesaikan.

Hal

pokok

yang

ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan
ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata
yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Berbeda
dengan antropometri statis yang mengukur tubuh dalam posisi tetap/statis, maka
cara pengukuran kali ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan
kerja atau dalm posisi yang dinamis. Antropometri dinamis akan banyak
diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Contoh
antropometri dinamis adalah perancangan kursi mobil dimana di sini posisi
tubuh pada saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan

Universitas Sumatera Utara

III-22

persneling,

pedal

dan juga

jarak antara kepala dengan atap maupun

dashboard harus menggunakan data antropometri dinamis.
3.5.3.5.BBPrinsip-prinsipBPenggunaanBDataBAntropometriB
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai
macam anggota tubuh manusia dalam persentil

tertentu akan

sangat besar

manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan
dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus
diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih
dahulu seperti diuraikan berikut ini:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Di sini rancangan produk dibuat agar memenuhi 2 sasaran produk, yaitu:
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang
diaplikasikan ditetapkan dengan cara:
a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk
umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th
atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada
penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.

Universitas Sumatera Utara

III-23

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
persentil yang paling rendah yaitu 1-th, 5-th, 10-th persentil) dari distribusi
data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam penetapan jarak
jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan

oleh

seorang pekerja.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antar rentang
ukuran tertentu.
Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil
yang mana dalam hal ini letaknya dapat digeser maju/mundur dari sudut
sandarannya pun dapat berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam
ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam
rentang nilai 5-th sampai 95-th persentil.
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia.
Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka
yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat
untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang
memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

Universitas Sumatera Utara

III-24

3.5.3.6.B Langkah-langkahB PenggunaanB AntropometriB dalamB PerancanganBB
UlangB
Berikut langakah-langkah dalam penggunaan konsep antropometri dalam
perancangan produk:
1. Terlebih dahulu ditetapkan bagian tubuh mana yang nantinya akan difungsikan
untuk mengoperasikan rancangan.
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan.
3. Tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan
menjadi target utama pemakai produk tersebut.
4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti.
5. Pilih persentase populasi yang harus diikuti.
6. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya tetapkan
nilai ukurannya dari tabel antropometri yang sesuai.
Dimensi tubuh pengukuran data antropometri dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.5.3.7.BAplikasiBDistribusiBNormalBdalamBPenetapanBDataBAntropometriB
Data antropometri sangat diperlukan agar rancangan suatu produk dapat
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan
pesanan (job order).
Situasi menjadi berubah jika lebih banyak lagi produk standar yang harus
dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul adalah
ukuran siapakah yang digunakan sebagai acuan untuk mewakili populasi yang

Universitas Sumatera Utara

III-25

ada. Karena pastinya ukuran setiap individu akan bervariasi satu dengan populasi
yang menjadi target sasaran produk yang akan dirancang.
Agar permasalahan yang terdapat adanya variasi ukuran sebenarnya akan
lebih mudah dipecahkan jika dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas
dan adjustabel dengan suatu rentang ukuran tertentu. Gambar 3.10. menjelaskan
dalam anthropometi, angka 95 th akan menggambarkan ukuran tubuh manusia
yang terbesar dan 5 th menggambarkan ukuran tubuh manusia yang terkecil.

GambarB3.10.BTurvaBDistribusiBNormalBdenganBPersentilB95-thB
Tabel

3.11.

menunjukkan

pemakaian

nilai-nilai

persentil

yang

diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri.
3.5.4. UjiBTeseragamanBDataB
Uji keseragaman data dimaksudkan untuk menentukan bahwa populasi
data sampel yang digunakan memiliki penyeimbangan yang normal dari rataratanya pada tingkat kepercayaan/signifikansi tertentu7. Pengujian terhadap
keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data-data yang diperoleh
telah berada dalam keadaan yang terkendali atau belum.

http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2850-m_sritomo-ie-akalahRancanganVulkanisi Ban
A.Pawennari.pdf

7

Universitas Sumatera Utara

III-26

TabelB3.11BTabelBPersentilBdanBdaraBPerhitunganBBDalamBDistribusiBNormalB
PersentilB
1-st
2.5-th
5-th
10-th
50-th
90-th
95-th
97.5-th
99-th

PerhitunganB

 - 2.325 X
 - 1.96 X
 - 1.645 X
 - 1.28 X

 + 1.28 X
 + 1.645 X
 + 1.96 X
 + 2.325 X

Suatu data yang berada di dalam batas kendali yaitu BKA (Batas Kendali Atas)
dan BKB (Batas Kendali Bawah) dapat dikatakan dalam keadaan terkendali,
sebaliknya jika suatu data berada di luar BKA dan BKB, maka data tersebut
dikatakan berada dalam keadaan tidak terkendali.
Nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dapat dihitung apabila
nilai standar deviasi telah diketahui. Berikut ini merupakan rumus untuk
menghitung standar deviasi dari suatu kumpulan data.

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung BKA dan
BKB dari suatu kumpulan data.
BKA  x  k

BKB  x  k

dimana :
σ
= standar deviasi
= Data pengamatan
= Nilai rata-rata data
N
= banyak data

Universitas Sumatera Utara

III-27

BKA = batas kendali atas
BKB = batas kendali bawah
k
= tingkat kepercayaan
Setelah nilai batas kontrol atas dan batas kontrol bawah diketahui, maka
data harus diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh nilai data berada di antara
BKB dan BKA. Apabila terdapat data yang lebih kecil dari BKB ataupun data
yang lebih besar dari BKA, maka data tersebut tidak boleh diikut sertakan dalam
proses perhitungan (dieliminasi).
3.5.5. UjiBTecukupanBDataB
Perhitungan uji kecukupan data dimaksudkan untuk menentukan sampel
minimum yang dapat diolah untuk proses selanjutnya. Uji kecukupan data ini
dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah
cukup atau belum. BUji ini memiliki lambang N dan N’. B
Rumus umum :

dimana :
N’ = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan
N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan
Xi = Data pengamatan ( hasil pengukuran )
k = Tingkat kepercayaan
s = Tingkat ketelitian dalam bentuk persen (%)
Jika N (jumlah data yang telah diperoleh) lebih kecil jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah data yang dibutuhkan (N’) berarti data tidak cukup
sehingga diperlukan penambahan data sebanyak N’-N buah. Sebaliknya apabila N
lebih besar daripada N’ berarti data telah cukup.

Universitas Sumatera Utara

III-28

3.5.6. ProduktivitasBHasilBTerjaB
Produktivitas merupakan sebuah ukuran tentang kemampuan satu satuan
input dalam menghasilkan output8. Input ialah sumberdaya produksi seperti
tenaga kerja (labors), bahan (materials), kapital yaitu mesin, peralatan,
perlengkapan, bangunan dan output perusahaan adalah pembentuk penerimaan
(revenues). Produktivitas hasil kerja seseorang atau mesin dapat dilihat dari
banyaknya produk yang dapat diselesaikan dalam satuan waktu. Tujuan mengukur
produktivitas adalah untuk menilai apakah efisiensi produktif telah meningkat
atau menurun.
Bila dalam satuan waktu yang sama ternyata hasil kerja meningkat maka
berarti produktivitas telah meningkat. Penurunan produktivitas suatu input
mungkin diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang lainnya. Misalnya,
mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit waktu
untuk merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan
limbah produksi sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini,
produktivitas tenaga kerja meningkat, tetapi produktivitas penggunaan bahan baku
menurun.

8

Sukaria Sinulingga, 2010, Manajemen dan Rekayasa Produktivitas, Medan: USU, Hal 3

Universitas Sumatera Utara

BABBIVB
METODOLOGIBPENELITIANB
B
4.1.

LokasiBdanBWaktuBPenelitianB
Penelitian dilakukan di PT. Agri First Indtnesia yang berltkasi di Jl. Pulau

Pinang V Nt. 9 Kawasan Industri Medan (KIM) II, Saentis Percut Sei Tuan, Deli
Serdang, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 - Juli 2016.
4.2.

ObjekBPenelitianB
Objek yang diteliti meliputi manusia yaitu tperattr packing, tekntltgi

yaitu desain mesin packing dan lingkungan pada stasiun kerja packing di PT. Agri
First Indtnesia dan memberikan evaluasi untuk meningkatkan kenyamanan
tperattr dengan pendekatan makrt ergtntmi.
4.3.

JenisBPenelitianB
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang ada pada stasiun kerja PT.
Agri First Indtnesia dan memberikan usulan rancangan fasilitas kerja.
Berdasarkan analisis dan jenis data, penelitian ini termasuk dalam penelitian
gabungan karena penelitian ini menggunakan data yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif.

IV-1

Universitas Sumatera Utara

IV-2

4.4.

KerangkaBBerpikirB

B

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah rancangan kerangka

berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis.
Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan
penelitian. Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari
tahapan pada Macroergonomicn Analysisn andn Design (MEAD) dan data yang
diambil dari pengamatan di perusahaan. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat
pada Gambar 4.1. berikut:

GambarB4.1.BKerangkaBBerpikirBPenelitianB

Universitas Sumatera Utara

IV-3

4.5.

VariabelBPenelitianBdanBDefinisiBOperasionalB
Variabel-variabel dan definisi tperasitnal variabel dalam penelitian ini

adalah:
1. Visi, Misi, Prtses Prtduksi dan Struktur Organisasi
Variabel ini menggambarkan sistem trganisasi keseluruhan, subsistem
lingkungan dan trganisasi dari sistem tersebut.
2. Prtduktivitas, Kelelahan, Kesejahteraan dan Kenyamanan Operattr
Variabel ini menggambarkan perftrma perusahaan yang akan dievaluasi.
3. Tujuan, Input, Transftrmasi dan Output
Variabel ini mengidentifikasi prtses kerja, kelemahan, penyimpangan/
permasalahan lain yang mempengaruhi tutput sistem kerja.
4. Kelemahan, Penyimpangan dan Permasalahan
Variabel ini menganalisis variansi/gap antara keinginan tperattr dengan
pemilik.
5. Peran perstnel
Variabel ini menyatakan pendapat tperattr tentang rancangan yang akan
diusulkan.
6. Persepsi dan Tanggung jawab Stakeholder
Variabel ini menyatakan pendapat manager prtduksi dan kepala bagian
packing tentang rancangan yang akan diusulkan.
7. Desain Mesin Packing
Variabel ini menganalisis ukuran mesin packing SinglenSpot dan Carouseln

Universitas Sumatera Utara

IV-4

8. Ptstur Kerja
Variabel ini menyatakan ptstur kerja tperattr yang terbentuk pada saat sedang
bekerja.
9. Dimensi Antrtptmetri
Variabel ini menyatakan dimensi/ukuran tubuh pekerja yang akan digunakan
untuk merancang fasilitas kerja.
4.6.B

MetodeBPengumpulanBDataB
Adapun jenis data yang dikumpulkan terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Data Primer
Data primer adalah data yang dipertleh melalui pengamatan langsung dan
wawancara. Data primer yang dikumpulkan adalah:
a. Data prtduktivitas tperattr
Prtduktivitas tperattr dipertleh dengan cara menghitung jumlah bag yang
di packing per menit. Instrumen yang digunakan yaitu stopwatch.
b. Keluhan tperattr
Dipertleh dengan menggunakan kuisitner SNQ. Mettde yang digunakan
adalah mettde sampling jenuh dimana resptnden yang terpilih adalah
seluruh tperattr packing.
c. Pendapat perstnel
Dipertleh melalui hasil wawancara dengan tperattr packing. Mettde
yang digunakan adalah mettde judgmentnsampling dimana resptnden yang
terpilih adalah kepala bagian packing dan shiftn leadern packing. Instrumen
yang digunakan yaitu kuisitner terbuka.

Universitas Sumatera Utara

IV-5

d. Pendapat Stakeholder
Dipertleh melalui hasil wawancara dengan Manager Prtduksi. Mettde
yang digunakan adalah mettde judgmentnsampling dimana resptnden yang
terpilih adalah Manager Prtduksi. Instrumen yang digunakan yaitu
kuisitner terbuka.
e. Ptstur kerja
Dipertleh dengan cara merekam tperattr packing yang sedang bekerja.
Mettde yang digunakan adalah mettde sampling jenuh dimana resptnden
yang terpilih adalah seluruh tperattr packing. Instrumen yang digunakan
yaitu kamera digital.
f. Data antrtptmetri
Dipertleh dengan melakukan pengukuran dimensi tubuh tperattr packing.
Mettde yang digunakan adalah mettde sampling jenuh dimana resptnden
yang terpilih adalah seluruh tperattr packing. Instrumen yang digunakan
yaitu humannbodynmartin.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia tleh pihak perusahaan sehingga
tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya. Adapun data sekunder
yang dikumpulkan adalah:
a.

Visi dan Misi,
Dipertleh melalui inftrmasi dari pihak HumannRelationship PT. Agri First
Indtnesia.

Universitas Sumatera Utara

IV-6

b. Prtses prtduksi
Dipertleh melalui tperattr PT. Agri First Indtnesia.
c. Struktur trganisasi
Dipertleh dari dtkumen PT. Agri First Indtnesia.
4.7.B

MetodeBPengolahanBDataB
Pengtlahan data dilakukan setelah keseluruhan data yang dibutuhkan

terkumpul, dimana rinciannya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Mendefinisikan subsistem trganisasi, pada tahap ini ditentukan visi dan misi,
ptrses prtduksi, dan struktur trganisasi PT. Agri First Indtnesia.
2. Mendefinisikan tipe fasilitas kerja dan menetapkan tingkat kinerja yang
dibutuhkan, pada tahap ini ditentukan rancangan fasilitas kerja yang
dibutuhkan sesuai dengan penggunanya.
3. Mendefinisikan prtses kerja dan analisis kerja, pada tahap ini diuraikan prtses
kerja pada stasiun kerja yang bermasalah dan menganalisis permasalahan yang
terjadi dengan SNQ.
4. Pengumpulan data varians, pada tahap ini dikumpulkan data-data yang
diperlukan yaitu penilaian ptstur kerja tperattr.
5. Menganalisis peran perstnel, pada tahap ini mengidentifikasi permasalahan
sebelumnya kemudian dihubungkan dengan peran perstnel.
6. Mengaltkasikan fungsi dan penggabungan desain, pada tahap ini ditentukan
alternatif mana yang akan dirancang.
7. Menganalisis persepsi dan tanggung jawab stakeholder, pada tahap ini akan
dianalisis pendapat dari manager prtduksi.

Universitas Sumatera Utara

IV-7

8. Mendesain ulang dan menggabungkan subsistem, pada tahap ini dilakukan
perancangan prtduk sesuai dengan spesifikasi yang dipertleh pada tahap
sebelumnya dengan prinsip antrtptmetri.
Langkah-langkah prtses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut:

GambarB4.2.BLangkahilangkahBProsesBPenelitianB

Universitas Sumatera Utara

BABBVB
PENGUMPULANBDANBPENGELAHANBDATAB
B
5.1.B

PengumpulanBDataB

5.1.1.B VisiBdanBMisiBPerusahaanB

Visi PT. Agri First Indonesia adalah menjadi produsen tepung terigu
dengan kualitas terbaik & mitra terbaik bagi pengguna tepung terigu, dan bersama
sama turut berperan dalam peningkatan dan pembangunan gizi bangsa Indonesia.
Misi PT. Agri First Indonesia:
1. Menjadi produsen tepung terigu dengan kualitas terbaik, halal dan turut
membantu keamanan pangan yang terjamin.
2. Inovasi terus menerus untuk menciptakan produk yang sesuai dengan
perkembangan pasar dan kebutuhan konsumen.
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mengikuti perkembangan,
perubahan dan inovasi tepung terigu di masa sekarang dan akan datang.
4. Membangun gizi bangsa Indonesia dan meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk menggunakan produk pangan yang berkualitas.
Uraian proses produksi dan struktur organisasi PT. Agri First Indonesia
dapat dilihat pada Bab II.
5.1.2.B Standard Nordic QuestionnaireB
B

Kuesioner SNQ diberikan kepada seluruh 12 operator yang bekerja di

bagian packing di PT. Agri First Indonesia. Operator yang bekerja di bagian
packing berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan umur operator berkisar

Universitas Sumatera Utara

dari 20 tahun sampai 30 tahun. Kuesioner ini membagi keluhan rasa sakit pada 28
bagian tubuh manusia menjadi 4 skala yaitu “tidak sakit”, “agak sakit”, “sakit”,
dan “sangat sakit”. Operator diminta untuk mengisi kuesioner SNQ dengan cara
didampingi oleh peneliti yang bertugas menerangkan pertanyaan-pertanyaan di
dalam kuesioner kepada operator.
Penjelasan kategori keluhan yang dirasakan operator saat bekerja adalah
sebagai berikut:
1. Tidak sakit (skor 0), apabila operator tidak merasakan keluhan yang
berarti terhadap bagian tubuh.
2. Rasa agak sakit (skor 1), apabila operator hanya merasakan rasa nyeri sesekali
saja ataupun kesemutan.
3. Rasa sakit (skor 2), apabila operator sering merasakan rasa nyeri ataupun pegal
terhadap bagian tubuh.
4. Rasa sangat sakit (skor 3), apabila operator mengalami rasa pegal dan
nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai).
Rekapitulasi hasil pengumpulan kuesioner SNQ operator packing di PT. Agri
First Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.1.
5.1.3.BB

DataBPosturBKerjaB

B

PT. Agri First Indonesia dalam proses produksinya memiliki dua mesin

packing yaitu Single Spot dan Carousel. Single Spot merupakan mesin packing
tepung dengan satu slot pengisian tepung. Carousel merupakan mesin packing tepung
dengan enam slot pengisian tepung. Postur kerja dari elemen kegiatan packing tepung
terigu yang dilakukan oleh operator bagian packing dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Universitas Sumatera Utara

TabelB5.1.BRakapitulasiBStandard Nordic QuestionnaireB(SNQ)B
NoB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

NamaB
UmurB
KaryawanB
(Tahun)B 0B
Hanifa
20
2
Datar
27
2
Alex
26
1
Eko
26
1
Alamsyah R
35
2
Nilam Wati D
22
1
Deny S
27
1
Surmina
42
1
Reza
26
1
Wati Siregar
27
2
Ahmad Fauzi
26
1
Endi Prayogi
25
2
Sumber: Pengumpulan Data

1B
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1

2B
2
0
1
2
2
0
1
1
1
1
1
2

Keterangan Tabel:
0. Sakit kaku di leher bagian atas
1. Sakit kaku di leher bagian bawah
2. Sakit di bahu kiri
3. Sakit di bahu kanan
4. Sakit lengan atas kiri
5. Sakit di punggung
6. Sakit lengan atas kanan
7. Sakit pada pinggang
8. Sakit pada bokong
9. Sakit pada pantat

3B
2
0
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2

4B
2
0
1
2
1
0
0
1
0
0
1
2

7B
2
2
1
2
3
2
1
1
2
2
1
2

8B
0
0
1
0
3
0
1
0
1
1
1
0

NomorBDimensiBTubuhB
9B 10B 11B 12B 13B 14B 15B 16B 17B 18B 19B 20B 21B 22B 23B 24B 25B 26B 27B
0
1
1
0
0
0
2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
2
1
2
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
2
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
2
2
2
2
1
1
1
1
0
1
1
2
2
3
3
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
2
2
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
2
1
2
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
1
0
1
1
2
0
0
0
0
2
2
2
2
2
2
1
1
0
0
1
1
2
1
2
0
1
0
0
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
0
0
1
1
0
0
0
0
2
2
0
0
2
2
2
2
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
2
2
2
2
3
3
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1

5B
2
0
2
3
2
1
2
2
1
1
1
3

6B
1
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Sakit pada siku kiri
Sakit pada siku kanan
Sakit pada lengan bawah kiri
Sakit pada lengan bawah kanan
Sakit pada pergelangan tangan kiri
Sakit pada pergelangan tangan kanan
Sakit pada tangan kiri
Sakit pada tangan kanan
Sakit pada paha kiri
Sakit pada paha kanan

20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

Sakit pada lutut kiri
Sakit pada lutut kanan
Sakit pada betis kiri
Sakit pada betis kanan
Sakit pada pergelangan kaki kiri
Sakit pada pergelangan kaki kanan
Sakit pada kaki
Sakit pada kaki kanan

Universitas Sumatera Utara

Postur kerja dari elemen kegiatan packing tepung terigu yang dilakukan oleh
operator mesin Single Spot adalah sebagai berikut:
1.

Eperator MesinBSingle SpotB

TabelB5.2.BGerakanBKerjaBEperatorBMesinBSingle SpotB
GerakanB

GambarBGerakanB
KananB

KiriB

Operator sedang
mengambil bag pada
tumpukan bag untuk
diletakkan di
gantungan bagB

Operator sedang
meletakkan bag pada
gantungan bag yang
akan digunakan untuk
diisi tepung

Universitas Sumatera Utara

TabelB5.2.BGerakanBKerjaBEperatorBMesinBSingle SpotB(Lanjutan)B
GerakanB

GambarBGerakanB
KananB

KiriB

Operator sedang
mengisi tepung yang
kemudian dibawa
oleh conveyor untuk
dibawa ke mesin jahitB

Operator sedang
menjahit bag pada
mesin jahit yang
kemudian dibawa
oleh conveyor untuk
diletakkan di atas
pallet

Sumber : Pengumpulan Data

B

Universitas Sumatera Utara

Postur kerja dari elemen kegiatan packing tepung terigu yang dilakukan oleh
operator mesin Carousel adalah sebagai berikut:
2.

EperatorBMesinBCarouselB

TabelB5.3.BGerakanBKerjaBEperatorBMesinBCarousel B
GerakanB

GambarBGerakanB
KananB

KiriB

Operator sedang
mengambil bag pada
tumpukan bag untuk
diletakkan di
gantungan bagB

Operator sedang
meletakkan bag pada
gantungan bag yang
akan digunakan untuk
diisi tepung

Universitas Sumatera Utara

TabelB5.3.BGerakanBKerjaBEperatorBCarousel (Lanjutan)B
GerakanB

GambarBGerakanB
KananB

KiriB

Operator sedang
mengisi tepung dari
slot pertama sampai
yang ke enam
kemudian jatuh satu
persatu ke conveyor
untuk dibawa ke
mesin jahit
B

Operator sedang
menjahit bag pada
mesin jahit yang
kemudian dibawa
oleh conveyor untuk
diletakkan di atas
pallet

Sumber : Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

5.1.4.BB BDataBProduktivitasBKerjaB
B

B Pada p