Perancangan Fasilitas Kerja di Bagian Produksi PT. Mewah Indah Jaya dengan Menggunakan Macroergonomic Analysis And Design (MEAD)

(1)

PERANCANGAN FASILITAS KERJA DI BAGIAN PRODUKSI

PT. MEWAH INDAH JAYA DENGAN MENGGUNAKAN

MACROERGONOMIC ANALYSIS AND DESIGN (MEAD)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

JOSEPH KRISTANTO 1 0 0 4 0 3 0 3 2

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERANCANGAN FASILITAS KERJA DI BAGIAN PRODUKSI

PT. MEWAH INDAH JAYA DENGAN MENGGUNAKAN

MACROERGONOMIC ANALYSIS AND DESIGN (MEAD)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

JOSEPH KRISTANTO

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Ir. Mangara Tambunan, M.Sc) (Ir. Dini Wahyuni, MT)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

“SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA”

No. : ..……/ H5.2.1.4.1.4/KRK/2014

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan :

- Evaluasi hasil Seminar DRAFT Tugas Sarjana

- Pemeriksaan Terhadap Perbaikan DRAFT Tugas Sarjana

terhadap mahasiswa :

Nama : JOSEPH KRISTANTO

N I M : 100403032

Tempat dan tanggal lahir : MEDAN, 12 DESEMBER 1992

Judul Tugas Sarjana : PERANCANGAN FASILITAS KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. MEWAH INDAH JAYA DENGAN

MENGGUNAKAN MACROERGONOMIC

ANALYSIS AND DESIGN (MEAD)

menetapkan ketentuan-ketentuan berikut sebagai hasil evaluasi :

Dapat menerima perbaikan Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri dan kepada penulisnya diizinkan untuk mengikuti Sidang Sarjana / Ujian Kolokium yang akan diadakan Departemen Teknik Industri FT USU.

Medan, 2015 Tim Pembanding,

Pembanding I, Pembanding II,

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E. Ir. Ukurta Tarigan, MT

Tanggal, Tanggal

Pembimbing I, Pembimbing II, Ketua,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “Perancangan Fasilitas Kerja di Bagian Produksi PT. Mewah

Indah Jaya dengan Menggunakan Macroergonomic Analysis And Design

(MEAD)”

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Penulis juga mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Laporan tugas sarjana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, jurusan teknik industri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Juni 2015 Penulis,


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan nikmat kesehatan dan ilmu kepada penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT. selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang menjadi bekal dalam penulisan tugas sarjana ini.


(6)

5. Kedua orangtua tercinta, Rubinsa Lim dan Agustina yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moral, doa, maupun materil sehingga tugas sarjana ini dapat diselesaikan.

6. Abang dan kakak tercinta, Harris Kristanto dan Winda Dwiastuti yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Sahabat dekat penulis, Melisa yang selalu mendukung penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya.

8. Andy Suryadi, Ridhaul Fuadi, Jennifer dan Loli Andriani yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan tugas akhirnya.

9. Staff pegawai Teknik Industri, Bang Mijo, Bang Ridho, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma, dan Ibu Ani, penulis ingin berterima kasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini. 10.Bapak Teguh selaku Pembimbing Lapangan di PT. Mewah Indah Jaya yang

telah memberikan bantuan berupa waktu, bimbingan, serta informasi dan data selama melakukan penelitian.

11.Teman-teman seperjuangan dalam penelitian Jusco dan Susanto Salim.

12.Sahabat-sahabat terdekat penulis, Putra Jaya, Jusco, Susanto Salim, Calvin Setiawan, Andy, Suryadi, Arie Handoko, Ivana, Lisa Maxel dan Ayu Wintia Azizah yang telah menyemangati penulis untuk menyelesaikan laporannya hingga akhir.

13.Seluruh keluarga Asisten Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, USU, Nashirudin Aziz,


(7)

Willy Ramos, Nadia Comeneci, Gavrilo Jose, Reza Adhi Nugraha, Saryanta Lumbantoruan, Martha Panggabean, Adra Judika Tondang, Rama Fajar Saputra, Loli Andriani, Poppy Wijaya, Marina Dewi, Holongan Simanjuntak, Rian Maulana, Andy Suryadi, Jennifer, Savudan, Tri Yuana, Erin Tania, dan Sarmida Novianna yang telah membantu penulis menyelesaikan laporan tugas akhirnya.

14.Rekan-rekan angkatan 2010 Teknik Industri FT USU yang juga membantu selama penelitian.

15.Seluruh pihak yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xviii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-5 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-6 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-6 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-7

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi PT Neo National... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-2 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-3 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-3


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.4. Proses Produksi ... II-5 2.4.1. Bahan yang digunakan ... II-5 2.4.2 Uraian Proses ... II-6

III LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi ... III-1 3.2. Metode Ergonomi Makro ... III-2 3.3. Macroergonomic Analysis and Design (MEAD) ... III-4 3.4. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... III-11 3.5. Metode Samplimg ... III-12 3.5.1 Probability Sampling ... III-13 3.6. Quality Function Deployment... III-14 3.7. Kuesioner ... III-21 3.7.1. Validitas Data ... III-21 3.7.1.1. Intervalisasi Data... III-22 3.8.1. Reliabilitas Data ... III-23 3.8 Antropometri ... III-25 3.8.1. Definisi Antropometri ... III-25 3.8.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengkuran

Antropometri ... III-26 3.8.3. Antropometri Statis (Struktural) ... III-27 3.8.4. Antropometri Dinamis (Fungsional) ... III-28 3.8.5. Prinsip-prinsip Pengunaan Data Antropometri... III-28 3.8.6. Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri ... III-30


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis Penelitian... IV-1 4.3 Objek Penelitian ... IV-1 4.4 Variabel Penelitian... IV-2 4.5 Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-2 4.6 Instrumen Penelitian ... IV-2 4.7 Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.8 Pengolahan Data ... IV-4 4.9 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Spesifikasi Responden ... V-1 5.1.2. Pengumpulan Data SNQ ... V-1 5.1.3. Penyebaran Kuesioner Semi Terbuka ... V-5 5.1.4. Penyebaran Kuesioner Tertutup ... V-10 5.1.5. Kuesioner Penilaian ... V-14 5.1.6. Data Pengukuran Antropometri ... V-15 5.2 Pengolahan Data ... V-17 5.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... V-17 5.2.1.1. Uji Validitas Data ... V-17 5.2.1.2. Uji Reliabilitas Data ... V-23 5.3.2 Membangun Quality Function Deployment (QFD) ... V-26

5.3.2.1 Menentukan Customer Requirement

(Kebutuhan Pelanggan) ... V-26

5.3.2.2 Menentukan tingkat kepentingan /

Customer Importance (CI) ... V-28 5.3.2.3 Menentukan Karakteristik Teknis Produk ... V-29


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3.2.4 Menetapkan Hubungan antara Karakteristik

Teknis ... V-30

5.3.2.5 Menetapkan Tingkat Hubungan antara

Karakteristik Teknis Produk dengan

Keinginan Konsumen ... V-31 5.3.2.6 Menyusun Matriks Perencanaan/ Planning

Matriks... V-32

5.3.2.7 Membangun Matriks House of Quality

(HoQ) Produk Kursi Kerja ... V-33 5.2.3. Macroergonomic Analysis and Design ... V-38 5.2.4. Pengolahan Data Antropometri ... V-47 5.2.4.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi,

Nilai Maksimum dan Nilai Minimum ... V-47 5.2.4.2. Uji Keseragaman Data... V-48 5.2.4.3. Uji Kecukupan Data ... V-49 5.2.5. Penetapan Data Antropometri... V-51

5.2.5.1. Penetapan Data Antropometri dengan

Prinsip Ekstrim... V-51

5.2.5.2. Penetapan Data Antropometri dengan

Prinsip Disesuaikan ... V-54

5.2.5.3. Penetapan Data Antropometri dengan

Prinsip Rata-rata ... V-54

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Macroergonomic Analysis and Design (MEAD) .... VI-1 6.2. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja... VI-2 6.2.1. Usulan Rancangan Fasilitas Operator Mesin Kecil .... VI-2 6.2.2. Usulan Rancangan Fasilitas Operator Mesin Besar ... VI-4


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.2.3. Perbandingan Fasilitas Kerja Aktual dan Fasilitas

Kerja Usulan ... VI-5 6.3. Usulan Metode Kerja ... VI-7 6.4. Perhitungan Produktivitas ... VI-10 6.5. Perbaikan Keluhan Pekerjaan ... VI-12 6.5.1. Perbaikan Posisi Duduk Operator ... VI-12 6.5.2. Perbaikan dari Hasil Penilaian SNQ ... VI-12

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

1.1. Akar-akar Permasalahan Keluhan Operator ... I-4 2.1. Komposisi Tenaga Kerja PT. Mewah Indah Jaya ... II-3 2.2. Jadwal Kerja Karyawan Bagian Pelat ... II-4 2.3. Jadwal Kerja Karyawan Bagian Injection dan Petugas

Keamanan ... II-4 2.4. Jadwal Kerja Karyawan Bagian Non Produksi... II-4 3.1. Perbandingan antara Mikro Ergonomi dengan Makro

Ergonomi ... III-4 5.1. Rekapitulasi Kuesioner SNQ ... V-2 5.2. Persentase Identifikasi Warna Keluhan Musculoskeletal

Operator ... V-3 5.3. Rekapitulasi Kuesioner Semi Terbuka ... V-8 5.4. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-12 5.5. Pertanyaan pada Kuesioner Penilaian ... V-12 5.6. Rekapitulasi Kuesioner Penilaian ... V-15 5.7. Data Antropometri untuk Perancangan Produk ... V-16 5.8. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ... V-18 5.9. Proporsi dan nilai Z Setiap Skala ... V-19 5.10. Nilai Skala Interval ... V-20 5.11. Skala Interval Kuesioner Tertutup ... V-21 5.12. Uji Validitas Atribut 1 ... V-21 5.13. Hasil Perhitungan Validitas Derajat Kepentingan ... V-23 5.14. Nilai Varians Atribut 1 ... V-24 5.15. Perhitungan Varians Tiap Butir ... V-25 5.16. Customer Requirement (CR) terhadap Proses Perancangan

Kursi Kerja ... V-27 5.17. Customer Importance (CI) terhadap Proses Perancangan


(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL

HALAMAN

5.18. Nilai Importance dan Relative Weight ... V-33 5.19. Bobot Tingkat Kesulitan ... V-34 5.20. Bobot Derajat Kepentingan ... V-35 5.21. Kendali Varians dan Analisis Peran Personel... V-43 5.22. Kriteria Penilaian Bobot Alternatif ... V-45 5.23. Perbandingan Harga Setiap Alternatif... V-46 5.24. Rekapitulasi Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai

Maksimum, dan Nilai Minimum ... V-48 5.25. Uji Keseragaman Data Antropometri Untuk Perancangan

Fasilitas... V-49 5.26. Uji Kecukupan Data ... V-51 5.27. Perhitungan Persentil Dimensi Antropometri Ekstrim Atas ... V-52 5.28. Perhitungan Persentil Dimensi Antropometri Rata-rata... V-55 6.1. Perbandingan Fasilitas Kerja Aktual dengan Fasilitas Kerja

Usulan ... VI-8

6.2. Perbandingan Langkah Metode Kerja Aktual dengan

Metode Kerja Usulan... VI-10 6.3. Hasil Pengukuran Produktivitas Kerja Operator Sebelum

dan Sesudah Perbaikan ... VI-12 6.4. Perbandingan Sudut Duduk Fasiltias Kerja Aktual dan

Usulan ... VI-14 6.5. Identifikasi Keluhan Warna Musculoskeletal Operator ... VI-15


(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Operator PT. Mewah Indah Jaya ... I-3 2.1. Struktur Organisasi PT. Mewah Indah Jaya ... II-2 3.1. Langkah-langkah MEAD ... III-5 3.2. Standard Nordic Questionnaire ... III-12 3.3. House of Quality ... III-15 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian... IV-2 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-5 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6 5.1. Identifikasi Warna Keluhan Musculoskeletal ... V-4 5.2. Hubungan Antar Karakteristik Kursi Kerja ... V-30 5.3. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis Produk

Kursi Kerja ... V-31 5.4. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan

Perkiraan Biaya ... V-36 5.5. QFD Kursi Kerja... V-37 5.6. Proses Kerja Operator Inspeksi ... V-40 5.7. Matriks Variansi Kursi Kerja ... V-42 5.8. Alternatif Perbaikan... V-44 6.1. Rancangan Usulan Kursi Kerja Operator Inspeksi Mesin

Kecil PT. Mewah Indah Jaya ... VI-3 6.2. Rancangan Usulan Meja Kerja Operator Inspeksi Mesin

Besar PT. Mewah Indah Jaya... VI-3 6.3. Proyeksi Dimensi Rancangan Usulan Kursi Kerja Operator

Inspeksi Mesin Kecil PT. Mewah Indah Jaya... VI-4 6.4. Proyeksi Dimensi Rancangan Usulan Meja Kerja Operator

Inspeksi Mesin Kecil PT. Mewah Indah Jaya... VI-4 6.5. Rancangan Usulan Kursi Kerja Operator Inspeksi Mesin


(16)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

6.6. Rancangan Usulan Meja Kerja Operator Inspeksi Mesin

Besar PT. Mewah Indah Jaya... VI-6 6.7. Proyeksi Dimensi Rancangan Usulan Kursi Kerja Operator

Inspeksi Mesin Kecil PT. Mewah Indah Jaya... VI-6 6.8. Proyeksi Dimensi Rancangan Usulan Meja Kerja Operator

Inspeksi Mesin Kecil PT. Mewah Indah Jaya... VI-7 6.9. Simulasi Perbaikan Metode Kerja Mesin Kecil... VI-11 6.10. Simulasi Perbaikan Metode Kerja Mesin Besar ... VI-11 6.11. Produktivitas Operator Inspeksi Mesin Kecil ... VI-13 6.12. Produktivitas Operator Inspeksi Mesin Besar ... VI-13 6.13. Hasil Identifikasi Warna Keluhan SNQ Usulan ... VI-16


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Setiap Bagian pada Struktur Organisasi di PT. Mewah Indah Jaya

2. Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri

3. Peta Kontrol Dimensi Antropometri

4. Kuesioner Semi Terbuka

5. Kuesioner Tertutup

6. Kuesioner Penilaian

7. Kuesioner Wawancara Karakteristik Teknik

8. Kuesioner Wawancara Hubungan Karakteristik Teknik

9. Form Tugas Akhir

10. Surat Penjajakan

11. Surat Balasan Perusahaan 12. Surat Keputusan Tugas Akhir


(18)

ABSTRAK

Macroergonomic Analysis and Design (MEAD) merupakan suatu metode yang berkaitan dengan mendesain, menganalisis, dan mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi sehingga menjadi

efektif dan efisien. Metodologi MEAD dapat memandu

pengumpulan data dan analisis untuk menentukan resiko dan faktor-faktor penyebab permasalahan yang mengarah ke percobaan dengan strategi desain dan intervensi yang baru. Pengamatan dilakukan di PT. XYZ pada bagian inspeksi produk. Operator duduk dengan posisi membungkuk yang disebabkan oleh kursi kerja dan wadah peletekan produk yang rendah. Setelah disebar SNQ maka diperoleh keluhan pada bagian punggung, pinggang dan leher pada operator. Atas dasar tersebut maka dirancang kursi kerja untuk mengurangi keluhan yang ada. Perancangan dilakukan dengan metode Macroergonomic Analysis and Design (MEAD). Variabel dalam perancangan kursi kerja diperoleh dengan menggunakan Quality Function Deployment (QFD) serta gabungan pendapat dari atasan perusahaan dan dimensi kursi kerja diperoleh dari pengukuran antropometri yang dihubungkan dengan mesin kerja yang ada di lantai produksi. Perancangan kursi kerja dan meja kerja akan dibuat dua sesuai dengan mesin kerja yang ada di lantai produksi yaitu mesin besar dan mesin kecil.

Kata Kunci: Macroergonomic Analysis and Design (MEAD), Quality Function Deployment (QFD), Standard Nordic Questionnaire (SNQ), Antropometri


(19)

ABSTRAK

Macroergonomic Analysis and Design (MEAD) merupakan suatu metode yang berkaitan dengan mendesain, menganalisis, dan mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi sehingga menjadi

efektif dan efisien. Metodologi MEAD dapat memandu

pengumpulan data dan analisis untuk menentukan resiko dan faktor-faktor penyebab permasalahan yang mengarah ke percobaan dengan strategi desain dan intervensi yang baru. Pengamatan dilakukan di PT. XYZ pada bagian inspeksi produk. Operator duduk dengan posisi membungkuk yang disebabkan oleh kursi kerja dan wadah peletekan produk yang rendah. Setelah disebar SNQ maka diperoleh keluhan pada bagian punggung, pinggang dan leher pada operator. Atas dasar tersebut maka dirancang kursi kerja untuk mengurangi keluhan yang ada. Perancangan dilakukan dengan metode Macroergonomic Analysis and Design (MEAD). Variabel dalam perancangan kursi kerja diperoleh dengan menggunakan Quality Function Deployment (QFD) serta gabungan pendapat dari atasan perusahaan dan dimensi kursi kerja diperoleh dari pengukuran antropometri yang dihubungkan dengan mesin kerja yang ada di lantai produksi. Perancangan kursi kerja dan meja kerja akan dibuat dua sesuai dengan mesin kerja yang ada di lantai produksi yaitu mesin besar dan mesin kecil.

Kata Kunci: Macroergonomic Analysis and Design (MEAD), Quality Function Deployment (QFD), Standard Nordic Questionnaire (SNQ), Antropometri


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem kerja yang baik merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemajuan perusahaan, dan merupakan kunci utama keberhasilan dalam rangka meningkatkan produktivitas, efisiensi perusahaan, serta dapat mengurangi risiko cidera. Pada mulanya rancangan sistem kerja berawal dari sebuah analisis dalam skala mikro. Seiring dengan perkembangan teknologi serta terjadinya persaingan global di segala aspek, penilaian ergonomi yang bersifat mikro sulit dijalankan bahkan banyak terjadi kegagalan dalam penyelesaian masalah pada lingkungan yang kompleks sehingga diperlukan pendekatan holistik (Purnomo, 2012). Perbaikan sistem kerja yang bersifat makro meliputi perbaikan lingkungan kerja, organisasi kerja perusahaan, alat kerja dan postur kerja. Hendrick dan Kleiner (2001) berpendapat bahwa dalam ergonomi makro kajian yang dibahas meliputi struktur organisasi, interaksi antara orang-orang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja. Menurut Widodo et al. (2012), sebuah sistem kerja harus dapat menjamin keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta mampu memenuhi kebutuhan hidup mendasar. Sistem kerja tidak ergonomis akan menyebabkan penurunan produktivitas dan peningkatan kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat terjadi apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada


(21)

sendi, ligamen dan tendon yang dikenal dengan Musculoskeletal disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal (Tumanggor, et al., 2013).

PT. Mewah Indah Jaya merupakan sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri pembuatan produk berbahan plastik seperti jeriken, toples plastik ataupun celengan plastik. Perusahaan ini beralamat di Jalan Binjai Km. 14, Gang Kenduri Kecamatan Deli Serdang. Perusahaan memiliki beberapa operator yang bekerja di bagian produksi. Operator bertugas untuk menginspeksi langsung hasil produk yang dihasilkan oleh mesin injection moulding di lantai produksi. Mesin produksi dibagi menjadi dua tipe yaitu mesin tipe besar dan tipe kecil. Mesin produksi tipe besar untuk membuat produk dengan ukuran yang besar seperti ember dan jeriken. Mesin produksi tipe kecil membuat produk dengan ukuran kecil seperti toples dan celengan plastik.

Permasalahan terlihat pada posisi duduk operator ketika menginspeksi produk-produk yang dihasilkan mesin injection moulding. Operator duduk dengan postur kerja yang dapat melelahkan operator. Menurut Grandjean, posisi duduk rendah dengan tanpa sandaran dapat memberikan pengaruh ke tulang belakang lebih besar daripada posisi berdiri tegak. Hal ini dapat memberikan pengaruh ke tulang lumbran 3 dan lumbran 4 yang dapat mengakibatkan terjadinya kifosis ataupun lordosis terhadap tulang belakang operator dalam jangka panjang1.

Gambar Operator PT. Mewah Indah Jaya dapat dilihat pada Gambar 1.1.

1


(22)

Gambar 1.1. Operator PT. Mewah Indah Jaya

Untuk melihat seberapa besar keluhan operator dilakukan wawancara tentang fasilitas kursi kerja yang ada di lantai produksi. Dari hasil wawancara, 13 dari 15 operator mengeluh sakit punggung yang disebabkan kursi kerja yang ada. Dari hasil wawancara terdapat permasalahan dari keluhan operator adalah fasilitas kerja tidak memadai, pekerjaan statis terlalu lama, dan kedudukan mesin terlalu tinggi/rendah.

Untuk menentukan seberapa besar pengaruh permasalahan terhadap masalah yang ada maka dilakukan wawancara dengan 2 supervisor bidang


(23)

produksi dan 1 kepala bidang produksi. Hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Penilaian Permasalahan Keluhan Operator

No Akar Permasalahan Responden

1

Responden 2

Responden 3

Rata-rata

1 Fasilitas kerja tidak memadai

60% 65% 60% 61,67%

2 Pekerjaan statis terlalu lama

25% 25% 30% 26,67%

3 Kedudukan mesin

terlalu tinggi/rendah

15% 10% 10% 11,66%

Dari hasil penilaian tersebut, diperoleh fasilitas kerja tidak memadai menjadi akar permasalahan utama dengan nilai lebih dari 50%. Pekerjaan statis yang terlalu lama juga menyebabkan sakit tulang belakang pada operator. Selain itu PT. Mewah Indah Jaya juga memiliki misi yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan kerja terhadap semua personel yang ada di PT. Mewah Indah Jaya. Dengan menggabungkan misi di PT. Mewah Indah Jaya dengan keluhan yang dialami operator maka diusulkan suatu peracangan fasilitas kerja dengan

metode Macroergonomic Analysis and Design (MEAD) sedangkan untuk

memperbaiki pekerjaan statis yang terlalu lama akan diusulkan metode kerja usulan terhadap operator.

Macroergonomic Analysis and Design (MEAD) merupakan suatu metode yang berkaitan dengan mendesain, menganalisis, dan mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi sehingga menjadi efektif dan efisien. Metodologi MEAD dapat


(24)

memandu pengumpulan data dan analisis untuk menentukan resiko dan faktor-faktor penyebab permasalahan yang mengarah ke percobaan dengan strategi desain dan intervensi yang baru. Studi mengenai MEAD telah dilakukan pada UKM Tahu oleh Teguh Aprianto dan Hari Purnomo yang membahas tentang hasil variansi dari MEAD untuk mendesain alat pencetakan dan pengepres tahu. Variansi tersebut digunakan sebagai dasar perbaikan alat yang mengacu pada dimensi tubuh untuk mendapatkan alat yang ergonomis, kemudahan dalam penggunaan alat serta keamanan dalam penggunaannya2.

Studi menggunakan metode MEAD di PT. Mewah Indah Jaya diharapkan dapat mengevaluasi dan memberikan masukan bagi perusahaan dalam perancangan fasilitas yang dapat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan produktivitas operator.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan permasalahan adalah ketidaknyamanan operator terhadap fasilitas kerja yang menyebabkan operator bekerja dengan posisi membungkuk di PT. Mewah Indah Jaya dan dikeluhkan oleh sebagian besar operator sehingga perlu dirancang fasilitas kerja dan metode kerja agar dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas operator.

2


(25)

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah mendapat rancangan fasilitas kerja untuk mengurangi keluhan operator mesin injection moulding dengan menggunakan metode Macroergonomic Analysis and Design serta mendapatkan rancangan metode kerja yang baik yang untuk meningkatkan produktivitas operator di lantai produksi PT. Mewah Indah Jaya.

Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memperoleh kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dalam perkuliahan, menambah pengetahuan dan memperoleh

pengalaman dalam bidang ergonomi dengan cara melihat serta

membandingkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan di lapangan.

2. Laporan penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi evaluasi kerja perusahaan, sehingga dapat mempertahankan hal-hal yang baik dan memperbaiki kekurangan yang ada selama ini.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian hanya dilakukan pada operator yang bekerja di bagian produksi. 2. Kuesioner yang disebarkan untuk melihat keluhan operator adalah Standard

Nordic Questionnaire (SNQ).

Metode Macroergonomic Analysis And Design (MEAD). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Yogyakarta


(26)

3. Penentuan variabel matriks variansi dilakukan dengan menyebar kuesioner semi terbuka.

4. Pengolahan matriks variansi dilakukan dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).

5. Pengukuran produktivitas operator diperoleh dengan menghitung jumlah produk yang diinspeksi per jam.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Operator pada bagian produksi bekerja secara normal

2. Proses produksi berjalan normal selama penelitian

3. Tidak terjadi perubahan kebijakan manajemen selama penelitian

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, berisi ruang lingkup perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja, jam kerja karyawan, dan sistem pengupahan PT. Mewah Indah Jaya.

Bab III Landasan Teori, berisi teori tentang metode Macroergonomic Analysis and Design (MEAD), kuesioner, teknik sampling, uji validitas dan reliabilitas data, ergonomi, kuesioner SNQ, Quality Function Deployment (QFD), dan antropometri.


(27)

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap dalam penelitian yaitu tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis pemecahan masalah.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi pengumpulan data spesifikasi responden, pengumpulan data SNQ, penyebaran kuesioner terbuka, penyebaran kuesioner tertutup, kuesioner penilaian, pengumpulan data antropomoteri yang kemudian dilakukan pengolahan data yaitu uji validitas dan reliabilitas kuesioner, membangun Quality Function Deployment (QFD), Macroergonomic Analysis and Design, mendefinisikan subsistem organisasi, mendefinisikan tipe alat kerja dan menetapkan tingkat kerja yang diinginkan, mendefinisikan proses kerja dan analisa kerja, mendefinisikan variansi aktual dan harapan, membuat matriks variansi, menganalisa peran personel, mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain, menganalisis persepsi dan tanggung jawab stakeholder, mendesain ulang dan menggabungkan subsistem, dan pengolahan data antropometri.

Bab VI, Analisis Pemecahan Masalah, berisi tentang analisis kondisi awal dan analisis kondisi usulan. Analisis kondisi usulan meliputi perbaikan fasilitas kerja, usulan metode kerja serta perhitungan produktivitas operator.

Bab VII, Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

P.T. Mewah Indah Jaya merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan alat-alat rumah tangga. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Susanto dan Bapak Effendi pada tahun 1980 dan berlokasi di daerah Sunggal. Pada tahun 1983 P.T. Mewah Indah Jaya pindah ke Jalan Medan-Binjai KM 14 Gang Kenduri No 86, Deli Serdang, Sumatera Utara.

P.T. Mewah Indah Jaya merupakan usaha keluarga yang turun-temurun. Saat ini, P.T. Mewah Indah Jaya dipimpin oleh anak dari Bapak Effendi yaitu Thomas Effendi.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Mewah Indah Jaya memproduksi barang kebutuhan rumah tangga berbahan plastik. Produk yang dihasilkan dari PT. Mewah Indah Jaya bervariasi dari produk ember, piring, keranjang, kursi, celengan, mangkok dan lainnya.

Produk-produk yang dihasilkan PT. Mewah Indah Jaya dipasarkan di wilayah Sumatera antara lain Medan, Binjai, Pematang Siantar, Rantau Prapat, Tebing Tinggi, Kisaran, Padang, Pekanbaru, dan kota lainnya di Sumatera.


(29)

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Mewah Indah Jaya menggunakan struktur organisasi fungsional dimana wewenang dan kebijakan dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada pelaksana yang mempunyai keahlian khusus. Pembagian atau pemisahan tugas dilaksanakan berdasarkan fungsi-fungsi yang ada pada perusahaan, yaitu bagian produksi, gudang, keuangan, administrasi, dan petugas keamanan. Struktur organisasi PT. Mewah Indah Jaya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Direktur Kabid. Produksi Kabid. Gudang Kabid. Keuangan Kabid. Administrasi Petugas Keamanan Supervisor Injection Supervisor Pelat Supervisor Boker Operator Bagian Injection Operator Bagian Pelat Operator Bagian Boker Karyawan Gudang Karyawan Penjualan Karyawan Pemasaran Keterangan: Lini Fungsional

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Mewah Indah Jaya

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada struktur organisasi di PT. Mewah Indah Jaya dapat dilihat pada Lampiran 1.


(30)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Tenaga kerja pada PT. Mewah Indah Jaya terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja outsourcing. Tenaga kerja tetap meliputi kepala bidang, staf dan supervisor. Tenaga kerja outsourcing yaitu operator yang bekerja di lantai produksi. Perusahaan tidak secara langsung mengadakan kontrak kerja kepada tenaga kerja outsourcing melainkan kepada pihak yang menjadi perusahaan penyalurnya. Alokasi tenaga kerja di PT. Mewah Indah Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja PT. Mewah Indah Jaya

No Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Kepala Bidang Produksi 2

3 Kepala Bidang Gudang 2

4 Kepala Bidang Keuangan 2

5 Kepala Bidang Administrasi 1

6 Petugas Keamanan 3

7 Supervisor Bagian Injection 2

8 Supervisor Bagian Pelat 1

9 Supervisor Bagian Daur Ulang 1

10 Karyawan Gudang 10

11 Karyawan Penjualan 5

12 Karyawan Pemasaran 10

13 Operator 25

Total 65

Pembagian jam kerja tenaga kerja pada PT. Mewah Indah Jaya adalah sebagai berikut:


(31)

1. Operator bagian pelat

Jadwal kerja operator bagian pelat terdiri dari satu shift kerja yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jadwal Kerja Karyawan Bagian Pelat

Hari Kerja Jam Kerja (WIB) Jam Istirahat (WIB)

Senin-Sabtu 08.00-16.00 12.00-13.00

2. Supervisor injection, operator injection, dan petugas keamanan

Jadwal kerja bagian injection dan petugas keamanan terdiri dari tiga shift kerja yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jadwal Kerja Karyawan Bagian Injection dan Petugas Keamanan

Hari Kerja Shift Jam Kerja (WIB) Jam Istirahat

(WIB)

Senin-Sabtu

1 07.00-15.00 12.00-13.00

2 15.00-23.00 18.00-19.00

3 23.00-07.00 03.00-04.00

3. Karyawan non produksi.

Jadwal kerja untuk karyawan non produksi dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Jadwal Kerja Karyawan Non Produksi

Hari Kerja Jam Kerja (WIB) Jam Istirahat

(WIB)

Senin-Jumat 08.00-12.00 12.00-13.00

14.00-17.00


(32)

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya.

Sistem pengupahan di PT. Mewah Indah Jaya didasarkan pada kategori tenaga kerja. Upah tenaga kerja outsourcing diberikan setiap dua minggu sekali. Besarnya upah ditentukan berdasarkan jumlah hari kerja. Upah tenga kerja tetap diberikan secara bulanan sesuai dengan tingkat jabatan. Selain upah pokok yang diberikan kepada karyawan, perusahaan juga memberikan tunjangan dan fasilitas antara lain:

1. Upah lembur

Upah lembur diberikan kepada tenaga kerja yang bekerja melebihi jam kerja normal. Lembur biasanya dilakukan untuk mengganti operator yang tidak dapat hadir pada salah satu shift kerja dan ketika perusahaan sedang memerlukan tenaga kerja untuk mengejar jumlah produk yang harus diselesaikan.

2. Tunjangan Hari Raya (THR)

THR diberikan pada tenaga kerja pada hari besar keagamaan. 3. Cuti

Cuti diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerjanya sebanyak 12 hari setiap tahunnya. Perusahaan juga memberikan cuti melahirkan selama 3 bulan kepada tenaga kerja wanita.


(33)

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan terdiri dari bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong.

1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk produksi plastik yaitu bijih plastik. Bahan baku bijih plastik dipasok dari PT. Chandra Petrochemical Tbk, PT. Bintang Terang, dan PT. Sempurna. Bahan baku yang digunakan bermacam-macam yaitu polyethylene, polypropylene dengan variasi warna, dan cacahan dari produk plastik bekas yang akan didaur ulang kembali.

2. Bahan tambahan

Bahan tambahan yang digunakan antara lain: a. Zat pewarna untuk mewarnai bahan baku b. Label, berupa merek produk.

c. Plastik dan kardus untuk proses pengemasan.

3. Bahan Penolong

Bahan penolong yang digunakan PT. Mewah Indah Jaya dalam proses produksinya yaitu air. Air ini digunakan dalam proses pencucian cacahan plastik.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Bahan baku yang digunakan PT Mewah Indah Jaya untuk produk plastik ada 2 jenis yaitu bahan baku yang dipasok oleh supplier yang berupa bijih plastik


(34)

dan bahan baku yang berasal dari produk plastik yang cacat. Daur ulang memerlukan beberapa proses pengolahan terlebih dahulu sebelum menjadi bahan baku siap pakai, yaitu:

1. Pencacahan

Pada tahap ini bahan baku daur ulang dicacah menjadi berukuran lebih kecil lagi untuk memudahkan dalam proses pemanasan di dalam mesin injection moulding. Proses ini dilakukan dengan mesin crusher di bagian daur ulang. 2. Pencucian dan penyaringan

Pada tahap ini cacahan bahan baku dimasukkan ke dalam bak pencucian dengan proses pencucian sebanyak empat tahap. Proses pencucican ini dilakukan secara manual oleh operator di bagian daur ulang. Proses ini bertujuan untuk memisahkan kotoran yang menempel pada bahan. Bahan baku yang bersih akan terapung di air, sedangkan kotoran yang sebelumnya menempel pada bahan baku akan mengendap di bawah air. Bahan baku yang terapung disaring secara manual menggunakan saringan.

3. Penjemuran

Hasil penyaringan bahan baku merupakan bahan baku yang masih dalam keadaan basah. Bahan baku yang dimasukkan ke dalam mesin harus dalam keadaan kering sehingga perlu dilakukan proses pengeringan dengan penjemuran dibawah sinar matahari.

Bahan hasil daur ulang yang siap pakai dan bahan baru selanjutnya diproses sebagai berikut:


(35)

1. Pencampuran warna

Tahap pencampuran warna dimulai dengan memasukkan bahan baku dan zat pewarna ke dalam mesin mixer warna. Hasil dari proses ini adalah bahan baku yang sesuai dengan warna produk yang akan diproduksi. Proses pencampuran warna ini dilakukan apabila warna bahan baku tidak sesuai dengan warna produk yang akan diproduksi.

2. Pencetakan

Tahap ini dilakukan pada mesin injection molding dan mesin blow molding. Bahan baku dimasukkan ke dalam mesin melalui hopper. Pada mesin terjadi proses pemanasan untuk mengubah wujud bahan baku dari cacahan/butiran padat menjadi cairan. Bahan baku yang telah mencair kemudian diinjeksikan ke cetakan dan dihasilkan produk dengan bentuk yang sesuai dengan cetakan. Cetakan produk dapat diganti atau diubah sesuai dengan bentuk produk yang akan diproduksi.

3. Inspeksi

Inspeksi dilakukan dengan melihat dan meratakan pinggiran hasil produk injection moulding yang tidak rata dengan menggunakan pisau.

4. Perakitan

Tahap ini merupakan tahapan untuk sebagian produk yang memerlukan proses perakitan seperti ember.

5. Pengemasan

Tahap pengemasan terdiri dari proses penempelan label dan pembungkusan produk.


(36)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.3 Istilah ergonomi lebih dikenal sebagai Human Factors Engineering atau Human Engineering. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatan, batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin karena akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu

kehayatan (kedokteran dan biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan

kemasyarakatan (sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari akibat-akibat (dampak) dari jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya, maka pengetahuan yang dipelajari akan berkaitan dengan teknologi seperti Biomekanika, Antropometri Teknik, Teknologi Produksi, Lingkungan Fisik (temperatur, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.

3

Wignjosoebroto, Sritomo. 2001. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Bandung : Guna Widya. Hal: 54-55


(37)

Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal. Dengan demikian disiplin ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem pula.

3.2. Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods)

Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali diperkenalkan oleh Hal W. Hendrick pada tahun 1980. Cabang ergonomi ini muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi kecepatan perkembangan organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya kelemahan dalam mikro ergonomi.

Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang dibahas dalam makro ergonomi adalah struktur organisasi, interaksi antara orang-orang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja. Dengan kata lain, ergonomi hanya melihat dari tingkat pekerjaan, namun makro ergonomi melihat dari tingkat pekerjaan dan juga tingkat organisasi.4


(38)

Hendrick mendeskripsikan ergonomi dalam sebuah seri dari tiga generasi:

a. Generasi pertama

Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan, dan karakteristik perseptual dalam merancang dan mengaplikasikan sistem antar manusia dan mesin. Hal ini meliputi control, display, penyusunan ruang kerja dan lingkungan kerja.

b. Generasi kedua

Generasi ini ditandai ketika beralihnya perhatian para ahli dengan berkembangnya sistem komputer. Disini para ahli ergonomi menekankan penelitian pada bagaimana manusia menerima, mempersepsikan, mengolah, dan menyimpulkan data dan informasi. Hendrick menjelaskan bahwa generasi kedua meningkatkan penekanan pada pengembangan dan aplikasi penggunaan sistem antar teknologi dan pengguna.

c. Generasi ketiga

Generasi ini ditandai dengan masuknya unsur eksternal yaitu organisasi dan sistem sosioteknik ke dalam ergonomi. Generasi ini menekankan perhatian pada aspek penerapan pengetahan tentang individu dan organisasi pada perancangan, implementasi dan penggunaan teknologi baru. Atau dengan kata lain, generasi ketiga fokus pada mikro ergonomi, atau keseluruhan organisasi sistem kerja dan berkonsentrasi pada pengembangan dan aplikasi dari teknologi dihubungkan dengan organisasi.

4

Hal W. Hendrick, 2002, Macroergonomics Theory, Methods, and Applications. Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey. Hal. 6


(39)

Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah. Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataanya keduanya saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Perbandingan antara Mikro Ergonomi dengan Makro Ergonomi

Karakteristik Ergonomi Makro Ergonomi

Tingkat bahasan Mikro Makro

Unit kerja Tugas, sub-tugas Divisi kerja

Tujuan Mengoptimalkan pekerja Mengoptimalkan sistem

kerja

Fokus Perincian Peninjauan secara luas

Alat Pengukuran Umumnya mengukur

secara fisik seperti : luas, tenaga, luminasi, desibel, waktu

Umumnya organisasional dan mengukur

subejektivitas seperti jumlah orang, rentang kendali, perilaku dan moral

Sejarah Penelitian 27-47 tahun 10-12 tahun

Sejarah Aplikasi 17-27 tahun 8-9 tahun

Aplikasi Keahlian Anatomi, psikologi,

psikologi persepsi, teknik industri

Organisasi, psikologi organisasi

3.3. Macroergonomic Analysis And Design (MEAD)

MEAD merupakan suatu metode yang berkaitan dengan mendesain, menganalisis, dan mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi sehingga menjadi


(40)

efektif dan efisien5.Tahapan pada Macroergonomic Analysis and Design dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Langkah-langkah MEAD

a. Pengamatan dan Analisis Lingkungan

Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah pengamatan pada sistem keseluruhan, subsistem lingkungan, dan organisasi dari sistem tersebut. Untuk menilai varian antara yang telah ditetapkan dan yang dipraktikan, diperlukan identifikasi misi, visi, prinsip, dan kriteria target yang ditetapkan dalam sistem tersebut.

5


(41)

Dalam mengamati sistem secara keseluruhan hal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasikan tempat kerja dimana sistem berjalan dan prosesnya termasuk batasan yang ada. Detail dari misi sistem ini dapat berupa input, output, proses, supplier, customer, intenal control, dan mekanisme feedback. Selain itu batasan yang dimaksud dapat berupa batasan throughput, territorial, sosial, dan waktu. Dalam pengamatan lingkungan, organisasi dan major stakeholder diperlukan identifikasi dan evaluasi ekspetasi organisasi, entitas diluar batasan (external environmet), dan konflik yang ada.

b. Tipe Sistem dan Analisis Performansi

Performa dari sistem yang diamati di tahap sebelumnya dievaluasi pada tahap ini. Key performance criteria yang berkaitan dengan tujuan organisasi dan posisi teknikal diperinci pada tahap ini. Untuk mengukur performa dari sistem yang berjalan, diperlukan data specific standarized performance criteria untuk menentukan jenis pengukuran proses kerja.

Performa organisasi dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan seven performance criteria atau pengelompokan ukuran, yang terdiri dari efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas, quality of work life, inovasi dan profabilitas atau budgetabilitas (Sink and Tuttle, 1989). Kriteria efisiensi berfokus pada input atau utilisasi sumber daya. Efektivitas berfokus untuk melihat apakah hal dilakukan sesuai tujuan. Produktivitas didefiniskan melalui output/input. Inovasi berpacu pada perubahan kreatif pada proses atau produk sehingga menghasilkan peningkatan performa. Untuk organisasi yang tidak bertuju an


(42)

untuk profit, Sink and Tuttle (1989) memperkenalkan budgetabilitas atau pengeluaran relatif pada budget untuk menggantikan kriteria profitabilitas. c. Menentukan proses kerja teknis dan analisis tugas

Unit operasi adalah kelompok langkah-langkah yang membentuk suatu kerja dan mengikat langkah lainnya dengan batasan teritorial, teknologi, dan temporal. Unit operasi sering diidentifikasi dari perbedaan subproduk dan biasanya membutuhkan tiga sampai lima belas pekerja. Selain itu, unit operasi bisa diidentifikasi berdasarkan pembagian proses (Hendrick and Kleiner, 2002). Untuk tiap unit operasi atau departemen, dilakukan identifikasi terhadap tujuan, input, transformasi, dan output. Aliran kerja dari proses transformasi (mengkonversikan input menjadi output) dibuat dengan bentuk flow chart, termasuk aliran material, workstation, dan batasan fisik atau imajiner. Pada sistem linear, output dari satu langkah merupakan input dari langkah selanjutnya. Pada sistem nonlinear, langkah-langkah dilakukan secara paralael atau berulang-berulang. Dengan begitu, unit operasi akan teridentifikasi. Selain itu, diidentifikasi pula fungsi dan subfungsi (contoh: tugas) dari sistem tersebut.

d. Pengumpulan Data Varians

Pada tahap ini dianalisis data yang sudah diperoleh pada langkah-langkah sebelumnya untuk mengidentifikasi kelemahan, penyimpangan ataupun permasalahan lain yang dapat menyebabkan penurunan kinerja sistem kerja ataupun mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan adanya gap antara keinginan pekerja dengan pemilik.


(43)

e. Membuat matriks variansi

Key variance adalah varian-varian yang secara signifikan mempengaruhi kriteria performa dan saling berinteraksi dengan varian lainnya, sehingga menghasilkan compound effect. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menampilkan interrelasi diantara varian-varian pada proses kerja sehingga dapat ditentukan varian mana yang mempengaruhi varian lainnya.

Pada variance matrix, setiap kolom mewakili setiap varian. Sehingga setiap sel mewakili hubungan dari dua varian. Sel yang kosong mengartikan bahawa tidak ada hubungan antara kedua varian tersebut.

Varian dipertimbangkan sebagai “key” jika varian tersebut secara signifikan mempengaruhi kuantitas produksi, kualitas produksi, biaya operasi (alat, material mentah, overtime, dan lain-lain), biaya sosial (ketidakpuasan, keamanan, dan lain-lain), atau bila varian tersebut memiliki hubungan dengan varian lain (matriks).

f. Kontrol varians dan analisis peran

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menemukan bagaimana varian yang ada dapat dikendalikan dan apakah personel yang bertanggung jawab terhadap pengendalian varian ini membutuhkan dukungan. Konten pada key variance control table ini terdiri dari: unit operasi dimana varian akan dikendalikan dan dikoreksi; siapa yang bertanggung jawab; aktivitas kendali apa yang sedang dilakukan; interfaces, alat, atau teknologi apa yang dibutuhkan untuk mendukung kontrol tersebut dan komunikasi, informasi, keahlian khusus, atau pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mendukung pengendalian tersebut.


(44)

Role” dari pekerja merupakan perilaku aktual dari seorang pekerja dalam menjalankan suatu jabatan atau pekerjaan dalam hubungannya dengan orang lain.

Pada role network, tanggung jawab sebuah peran dalam mengendalikan varian diidentifikasi. Dengan mengidentifikasi suatu peran utama dalam sebuah lingkungan, peran lainnya akan dapat diidentifikasi dan ditempatkan pada suatu diagram yang berhubungan dengan peran utama. Panjang garis penghubung pada diagram dapat bervariasi bergantung pada frekuensi dan kepentingan dari hubungan atau interaksi antar peran, dimana garis yang lebih pendek mewakili interaksi yang lebih dekat. Panah satu arah mengindikasi komunikasi satu arah, sedangkan panah dengan dua arah mengindikasi interaksi dua arah. Role network dibuat untuk mengidentifikasi tujuan dari

mengendalikan varians, adaptasi pada fluktuasi jangka pendek,

pengintegrasian aktivitas untuk mengatur konflik internal dan mendukung interaksi yang mulus diantara pekerja dan tugas; pengembangan jangka panjang pada pekerja dalam pengetahuan, keahlian dan motivasi.

g. Perancangan organisasi, joint dan fungsi

Dalam mengalokasikan fungsi dan tugas pada manusia dan mesin atau komputer dapat dimulai dengan mengulas data pengamatan lingkungan untuk memeriksa kendala pada lingkungan (Clegg et al, 1989). Dalam mengembangkan kebutuhan dapat menggunakan empat kategori kriteria: technical feasibility; kesehatan dan keamanan; kebutuhan operasional (fiskal,


(45)

informal, performa); dan karakteristik fungsi (kritikal, tidak dapat diprediksi, psikologis).

Pada perubahan teknikal, desain dengan mengutamakan manusia dibutuhkan dalam membantu operator untuk mencegah atau mengontrol key variances, berupa interface, sistem informasi, job aids, process control tools, teknologi yang lebih fleksibel, perancangan ulang stasiun kerja dan sistem penanganan, atau mekanisme terintegrasi. Selanjutnya dilakukan penentuan pengetahuan atau keahlian yang dibutuhkan pada key variances dan isu yang nyata. Setelah membuat key variance control table pada tahap sebelumnya, selanjutnya perubahan sistem personel direkomendasikan untuk mencegah atau mengendalikan key variances. Hal ini berujung pada penentuan pengetahuan atau keahlian khusus yang didapatkan melalui pelatihan teknikal, formal courses,workshop, atau pembelajaran jarak jauh.

h. Analisis persepsi dan tanggung jawab

Varians dapat diatur melalui pelatihan dan seleksi serta technological support. Terdapat dua role network yang beroperasi: yang dibutuhkan dan yang dipersepsikan. Semua varian diantara dua role network tersebut dapat dikurangi melalui parcipatory ergonomics, pelatihan, komunikasi, interface design, atau tool design.

i. Perancangan sistem pendukung dan interface

Pada tahap sebelumnya proses kerja telah dianalisis dan didesain bersama, selanjutnya dibutuhkan perancangan ulang subsistem dari pendukung internal organisasi. Tujuannya adalah untuk menentukan sejauh mana suatu subsistem


(46)

yang diberikan berdampak pada sistem produk sociotechnical; sifat varians; sejauh mana varians dikendalikan; dan sejauh mana tugas harus diperhitungkan dalam desain ulang peran beroperasi di unit subsistem pendukung. Selain audit alokasi fungsi, interface antara subsistem harus diperiksa dan didesain ulang pada saat ini. Lingkungan fisik internal dirancang secara ergonomis untuk mendukung kesejahteraaan manusia, keamanan, dan keefektivitasan. Untuk mengetahui apakah ada perubahan lingkungan dalam bentuk fisik yang mendukung peningkatan dapat dilakukan dengan melakukan penilaian pada analisis teknikal dan personel varian.

j. Implementasi, iterasi dan improvement

Tahap ini mengimplementasi perubahan proses kerja, perancangan interface, dan alokasi fungsi.

3.4. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Melalui Standard Nordic Questionnaire seperti pada Gambar 3.3. dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh SNQ maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja6.

6

Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Harapan Press: Surakarta, hal 129.


(47)

Gambar 3.2. Standard Nordic Questionnaire

3.5. Metode Sampling

Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data.


(48)

Sampling ialah proses penarikan sampel melalui mekanisme tertentu melalui mana karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Secara garis besar metode penarikan sampel dapat diklasifikasi atas dua bagian yaitu7:

1. Probability Sampling 2. Nonprobability Sampling

3.5.1. Probability Sampling

Dalam probability sampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditarik menjadi anggota dari sampel

1. Simple Random Sampling

Simple random sampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.

2. Systematic Sampling

Systematic sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dari populasi dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random diantara nomor 1 hingga n.

3. Stratified Random Sampling

Stratified random sampling menentukanstrata elemen dalam populasi menjadi perhatian sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada.

4. Cluster Sampling

7


(49)

Cluster sampling digunakan dengan multi stage, misalnya penelitian tentang pola hidup pada nasabah bank di suatu propinsi dilakukan.

5. Area Sampling

Area sampling digunakan dengan pengambilan sampel berdasarkan perbedaan lokasi geografis dari populasi.

3.6. Quality Function Deployment

The House of Quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam desain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment (QFD)8

The House of Quality memperlihatkan struktur untuk mendesain dan membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam membangun HoQ adalah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih penting dari pelanggan. Adapun komponen penting dalam menyusun QFD-The House of Quality dapat dilihat pada Gambar 3.4.

8

Lou Cohen, Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, (USA : Addison-Wesley Publishing Company, 1995), h :11-13


(50)

A

Customer Needs and Benefits

D

Relationships

- What do the customer requirement mean to the manufaktur

- Where are the interactions between relationships

F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets

B Planning Matrix

- Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal

- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight

- Normalized Raw Weight C

Technical Response (Technical Requirement)

E Technical Correlations

Gambar 3.4. House of Quality

Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut (Lou Cohen, 1995) : 1. Customer need and benefits

Customer need and benefit berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara mengetahui suara pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pelanggan untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun saran pelanggan, dan dapat juga dilakukan dengan pembagian kuesioner.


(51)

2. Planning matrix

Planning matrix merupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak dicapai.

3. Technical response

Technical response merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang (voice of developer).

4. Relationship

Relationship menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD. Hubungan tersebut diperoleh dari wawancara dengan produsen pembuat atau perancang produk yang dapat bersifat kuat, moderat, dan lemah atau tidak ada hubungannya.

5. Technical corelation

Technical corelation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif cukup kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubungannya.


(52)

6. Technical matrix

Technical Matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmark untuk tujuan pengembangan kualitas produk.

Prosedur penggunaan matriks HoQ adalah9 :

a. Diidentifikasi keinginan responden (customer requirements).

Keinginan responden (Customer Requirements) dibuat ke dalam bentuk atribut. Hal itu dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner terbuka

b. Diidentifikasi tingkat kepentingan(customer importance).

Tingkat kepentingan konsumen (customer importance) yang dibuat dalam bentuk penilaian. Penilaian diperoleh dari modus hasil penyebaran kuesioner tertutup.

c. Menentukan karakteristik teknis produk.

Karakteristik teknis produk diperoleh dari hasil wawancara dengan para ahli yang mengerti dan memahami produk yang diteliti. Karakteristik teknis yang digunakan pada umumnya bersifat kuantitatif.

d. Menetapkan hubungan antar karakteristik teknis

Hubungan antar karakteristik teknis dibuat dalam bentuk skala hubungan. Tahapan ini digunakan untuk dianalisis apakah antara karakteristik teknis tersebut terdapat hubungan yang positif (saling mempengaruhi) atau negatif

(saling bertolak belakang). Simbol-simbol yang digunakan untuk


(53)

V : tingkat hubungan positif kuat : 4

√ : tingkat hubungan positif sedang : 3

x : tingkat hubungan negatif sedang : 2

o : tingkat hubungan negatif kuat : 1

e. Menetapkan tingkat hubungan karakteristik teknis produk dengan keinginan konsumen.

Tingkat hubungan karakteristik teknis dengan keinginan konsumen dibuat dengan menggunakan relation matrix. Keterangan simbol-simbol yang digunakan relation matrix untuk penilaian tingkat hubungan yakni :

Nilai 0 : Tidak ada hubungan sama sekali

Nilai 1 : Hubungan lemah

Nilai 3 : Hubungan sedang

Nilai 9 : Hubungan kuat

f. Menyusun matriks perencanaan (planning matrix).

Menyusun matriks perencanaan (planning matrix) berfungsi untuk memperoleh informasi nilai kompetitif dari atribut kebutuhan responden yang dibuat dalam bentuk titik jual (sales point). Titik jual adalah kontribusi suatu customer requirement terhadap daya jual produk/jasa. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari:

1 = Tidak jual Rendah 1.2 = Titik jual Menengah 1.5 = Titik jual Tinggi

9


(54)

Titik jual ditentukan dengan melakukan diskusi atau wawancara terhadap orang yang ahli dalam bidang tersebut.

g. Perhitungan Bobot Kepentingan (Importance Weight)

Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut proses perakitan yang dihitung dengan rumus:

Importance Weight = CIi x Rij Keterangan: CI = Customer Importance

Rij = Hubungan antara CR dengan karakteristik teknis h. Perhitungan bobot kepentingan relatif (relative weight)

Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut dihitung dengan rumus:

Relative Weight =

i. Membangun matriks house of quality (HoQ)

Matriks HoQ sering disebut dengan istilah rumah kendali mutu. Ukuran kinerja dari HoQ diperoleh berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan dan perkiraan biaya. Perhitungan ketiga aspek tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini:

1) Penentuan tingkat kesulitan

Tingkat kesulitan ditentukan dari hubungan karakteristik teknis. Perhitungan dibuat dengan mengartikan semua bobot nilai hubungan kemudian membagi bobot dari tiap-tiap karaktertistik teknik dengan

Importance Weight atribut ke-i


(55)

jumlah bobot tadi. Selanjutnya, tingkat kesulitan diberikan berdasarkan rentang persentase yang diperoleh. Tingkat kesulitan dihitung dengan rumusan :

Tingkat Kesulitan =

2) Penentuan derajat kepentingan

Nilai derajat kepentingan dihitung dengan menghitung terlebih dahulu total bobot untuk masing-masing hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis. Selanjutnya, derajat kepentingan dihitung dengan rumusan :

%

100

Atribut

dengan

Teknis

tik

Karakteris

Bobot

Total

Atribut

dengan

Teknis

tik

Karakteris

Tiap

Bobot

x

3) Perkiraan biaya

Dasar dalam penentuan nilai perkiraan biaya adalah faktor tingkat kesulitan. Kedua variabel ini memiliki hubungan yakni : semakin sulit suatu karakteristik teknik dibuat, akan semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Perkiraan biaya dinyatakan dalam persentase dan dipengaruhi berbagai pertimbangan dari si perancang sendiri. Perkiraan biaya dihitung dengan rumusan :

Perkiraan biaya =

100

%

Kesulitan

Tingkat

Total

Atribut

Kesulitan

Tingkat

Derajat Kepentingan

Bobot Tiap Karakteristik Teknis


(56)

3.7. Kuesioner

Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya.10

Perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of quetions), cara pengukuran yaitu mengkatagorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner tersebut.

3.7.1. Validitas Data

Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. 11 Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Beberapa literatur membedakan validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrumen pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.

10

Sukaria Sinulingga, Op Cit hal 178-179. 11


(57)

Salah satu cara yang umum yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ialah melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi

dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang

dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut :

Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y X = skor variabel independen X Y = skor variabel independen Y

3.7.1.1. Intervalisasi Data

Angket yang digunakan dengan model skala likert memiliki opsi dari favourable hingga unfavourable yang diwujudkan dengan opsi sangat setuju hingga sangat tidak setuju. 12 Skala ini memiliki model summated ratings, maka sebenarnya skor subyek pada setiap pernyataan merupakan rating yang berarti data yang diperoleh bersifat ordinal. Dengan demikian, bagi sebuah teknik statistik yang membutuhkan data dengan skala interval, maka harus dilakukan proses intervalisasi data agar datanya menjadi interval (Idrus, 2007: 115-116).

Terkait dengan proses intervalisasi data tersebut, Sitepu dalam (Minarso, 2007: 19), mengungkapkan bahwa cara meningkatkan skala ukur ordinal menjadi tingkat interval adalah dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI), yaitu suatu metode untuk mentransformasikan dari skala ordinal menjadi

12


(58)

data berskala interval. Langkah-langkah untuk melakukan tranformasi data adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil jawaban responden, untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan jawaban.

b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi setiap pilihan jawaban.

c. Berdasarkan proporsi tersebut, untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

d. Untuk setiap pertanyaan, tentukan nilai batas Z pada setiap pilihan jawaban.

e. Hitung scale value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban:

Keterangan:

Density at lower limit : kepadatan batas bawah Density at upper limit : kepadatan batas atas Area under upper limit : daerah dibawah batas atas Area under lower limit : daerah dibawah batas bawah

f. Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut :

Score transformasi = scale value + scale value minimum + 1


(59)

Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut.13 Terdapat dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen.

Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tersebut artinya jika instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama maka dikatakan stabilitas instrumen tersebut cukup baik. Konsistensi internal instrumen memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan.

Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode. Untuk pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest reliability dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interitem consistency reliability dan split-half reliability. Salah satu alat test yang sering digunakan dalam pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach.

13


(60)

Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah :

              

t b k k r 2 2 1 1

dimana,

k = jumlah butir pertanyaan 2b = varians butir pertanyaan 2t = varians total butir pertanyaan

3.8. Antropometri

3.8.1. Definisi Antropometri

Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”

yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia14. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Tempat kerja yang baik dalam artian sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia dapat diperoleh apabila ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut sesuai dengan tubuh manusia dan hal-hal yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia dipelajari dalam antropometri.

14


(61)

3.8.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21 tahun, sedangkan wanita 17 tahun. Meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun (wanita). Setelah itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

2. Jenis Kelamin (Sex)

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.


(62)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi Tubuh

Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu pengukuran dimensi struktur tubuh dan pengukuran dimensi fungsional tubuh.

5. Cacat Tubuh

Cacat tubuh dapat mempengaruhi perubahan dimensi antropometri. Data antropometri ini diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat, misalnya kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.

6. Tebal/Tipisnya Pakaian yang Dikenakan

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda -beda dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.

7. Kehamilan (Pregnancy)

Kondisi semacam ini jelas mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusu terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

3.8.3. Antropometri Statis (Struktural)

Istilah lain dari pengukuran tubuh dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna) dikenal dengan antropometri statis. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi


(63)

tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th dan 95-th persentil. Contoh antropometri statis adalah posisi tubuh saat duduk orang duduk di kursi.

3.8.4. Antropometri Dinamis (Fungsional)

Antropometri dinamis adalah pengukuran yang dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Berbeda dengan antropometri statis yang mengukur tubuh dalam posisi tetap/statis, maka cara pengukuran kali ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalm posisi yang dinamis. Antropometri dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Contoh antropometri dinamis adalah perancangan kursi mobil dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan persneling, pedal dan juga jarak antara kepala dengan atap maupun dashboard harus menggunakan data antropometri dinamis.


(64)

3.8.5. Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim Di sini rancangan produk dibuat agar memenuhi 2 sasaran produk, yaitu: a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya. b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas

dari populasi yang ada).

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara:

a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90 -th, 95-th atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah yaitu 1-th, 5-th, 10-th persentil) dari distribusi data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam penetapan jarak


(65)

jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antar rentang ukuran tertentu.

Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya dapat digeser maju/mundur dari su dut sandarannya pun dapat berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai 95-th persentil.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

3.8.6. Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri

Jenis pengukuran antropometri statis biasanya dilakukan dalam dua posisi yaitu posisi berdiri dan duduk di kursi. 15 Alat ukur yang harus digunakan untuk

15


(66)

mengukur antropometri adalah antropometer. Terdapat beberapa dimensi tubuh yang akan diukur yaitu:

1. Posisi duduk samping

a. Tinggi Duduk Tegak (TDT)

Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan membentuk sudut siku-siku.

b. Tinggi Siku Duduk (TSD)

Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

c. Tinggi Popliteal (TPo)

Diukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha. d. Pantat Popliteal (PP)

Subjek duduk tegak, diukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

2. Posisi duduk menghadap ke depan a. Lebar Pinggul (LP)

Subjek duduk tegak, diukur jarak horisontal dari bagian terluar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.


(1)

pada Tabel 6.5. Dari hasil SNQ, terjadi perbaikan keluhan pekerjaan terutama di bagian sakit yaitu pinggang, punggung, dan leher. Hasil rancangan usulan memberikan kenyamanan terhadap operator sehingga operator dapat bekerja dengan lebih nyaman dan dapat meningkatkan produktivitasnya.

Tabel 6.5. Identifikasi Warna Keluhan Musculoskeletal Operator Warna Keterangan

Tidak Sakit Agak Sakit Sakit

Sangat Sakit


(2)

Gambar 6.13. Hasil Identifikasi Warna Keluhan SNQ Usulan


(3)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu fasilitas kerja usulan yang berupa kursi kerja dan meja kerja untuk operator inspeksi di PT. Mewah Indah Jaya. Kursi kerja usulan memiliki spesifikasi berbentuk kursi kaki tetap, bahan rangka dari kayu, bahan sandaran dari kain, bahan alas dari kain, warna rangka coklat, warna sandaran biru, warna alas biru, daya tahan kursi minimal 3 tahun dan fungsi tambahan sebagai wadah peletakan produk.

Dimensi kursi kerja mesin besar memiliki spesifikasi yang hampir sama dengan kursi mesin kecil dengan perbedaan pada tinggi kaki kursi yaitu 89,5 cm pada kursi mesin besar dan 40,3 cm untuk kursi mesin kecil. Meja kerja mesin besar memiliki spesifikasi yang hampir sama dengan meja kerja mesin kecil dengan perbedaan pada tinggi kaki meja yaitu 117,5 cm pada meja mesin besar dan 62,8 cm pada meja mesin kecil.

Pada metode kerja usulan, operator mengangkat keranjang yang berisikan produk ke meja untuk diinspeksi. Hal tersebut dapat menghilangkan aktivitas membungkuk yang terjadi pada kondisi aktual karena wadah peletakan produk berada di lantai. Keluhan operator yang mengeluh pada bagian punggung, pinggang dan leher juga telah berkurang setelah terjadinya perbaikan fasilitas kerja. Hal ini bisa dilihat dari hasil SNQ perbaikan. Produktivitas operator PT. Mewah Indah Jaya meningkat dari 125 unit per jam menjadi 135 unit per jam


(4)

untuk operator mesin besar dan 300 unit per jam menjadi 320 unit per jam untuk operator mesin kecil.

7.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu:

1. Penelitian sejenis maupun penelitian selanjutnya disarankan agar dapat mempertimbangkan fasilitas lain selain kursi kerja.

2. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang produk yang akan dirancang sebelum merancang produk tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia Suzianti, 2013. Macroergonomic Approach for Improving the Municipal Waste Management System in Jakarta

Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk. Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Grandjean, Etienne. 1988. Fitting the task to the Man. Edisi Empat. London: Taylor and Francis

Hendrick, Hal W. 2002. Macroergonomics Theory, Methods and Applications. Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey.

Kleiner, Brian M. 2005. Macroergonomics: Analysis and Design of Worksystems. Department of Industrial and Systems Engineering

Lou Cohen, 1995. Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, Addison-Wesley Publishing Company, USA

Nely,eprints.undip.ac.id/40974/3/BAB_III.doc

Sritomo Wignjosoebroto. 2001. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Bandung : Guna Widya

Sukaria Sinulingga, 2013, Metode Penelitian, Edisi ke 2, USU Press: Medan


(6)

DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Tarwaka, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Harapan Press: Surakarta

Teguh Aprianto, 2013, Desain Pencetak Dan Pengepres Tahu Pada UKM Tahu Menggunakan Metode Macroergonomic Analysis And Design (MEAD)