Tempat dan Waktu Bahan, Peralatan, dan Metode

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan di antaranya : 1. PT. Karya Deli Steelindo Medan, untuk melakukan peleburan dan pengecoran Lay out terlampir 2. Laboratorium Metalurgi, Dep.Teknik Mesin FT USU Medan, untuk melakukan pengujian kekerasan dan metalograpi. 3. Laboratorium Teknik Mesin Polmed Medan, untuk pengujian tarik. 4. Laboratorium Baristand Industri Medan, untuk pembuatan mesin sentrifugal, pembuatan sampel uji tarik, kekerasan dan metalograpi. 3.1.2 Waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama enam bulan.

3.2 Bahan, Peralatan, dan Metode

3.2.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk membuat silinder liner terdiri dari: Universitas Sumatera Utara 1. Bahan baku, terdiri dari besi cor kelabu dan baja 2. Bahan paduan, terdiri dari karbon C, ferro silisium FeSi 75 dan ferro mangan FeMn 75 3. Bahan Penolong terdiri dari slag remover dan inoculant Skrap besi cor kelabu yang digunakan sebagai bahan baku pada penelitian ini adalah skrap besi cor kelabu berupa skrap balik pada saat pembuatan besi cor kelabu jenis FC 300. Skrap ini berasal dari saluran tuang, pengalir, saluran masuk, penambah dan coran yang gagal. Pemilihan bahan ini dilakukan karena komposisi bahan sudah mendekati komposisi yang diinginkan. Skrap baja memiliki kadar karbon yang rendah sehingga apabila pada pengecekan komposisi ternyata kadar karbonnya terlalu tinggi maka skrap baja ditambahkan pada saat peleburan untuk menurunkan kadar karbon dimaksud. Skrap baja ini dapat berasal dari plat-plat baja yang tersisa pada industri karoseri mobil. Bahan paduan seperti karbon C, ferro silisium FeSi 75 , ferro mangan FeMn 75 digunakan untuk menambah kandungan unsur yang berkurang selama proses peleburan. Bahan penolong pada peleburan digunakan untuk mempermudah proses peleburan. Pada saat peleburan berlangsung, timbul terak yang mengapung pada permukaan logam cair. Terak ini terjadi akibat adanya reaksi kimia dari logam cair dengan oksigen yang terdapat pada udara, untuk membuang terak ini digunakan slag Universitas Sumatera Utara remover yang berupa butiran dan ditaburkan di atas logam cair sehingga terak mengumpul dan mudah dikeluarkan. Sebelum penuangan dilakukan proses inokulasi, inokulan yang berupa butiran halus dimasukkan ke dalam dasar ledel kemudian logam cair dituangkan, sehingga inokulan dapat tercampur dengan baik dalam logam cair, inokulan berfungsi untuk membentuk pengintian sehingga karbon memisahkan diri dan membentuk grafit. Bahan inokulan yang diberikan memiliki komposisi C = 0,50 – 0.30 , Si = 45 – 60 , Al = 0,50 – 4,00 dan Mg = 0,40 – 1,50 . Pemakaian bahan inokulan relatif rendah yaitu antara 0,05 sampai dengan 0,60 dari cairan logam yang akan diinokulasi, pada penelitian ini jumlah inokulan yang diberikan adalah 0,1 . Bahan baku dan bahan paduan dilebur dan dijadikan menjadi material yang digunakan untuk membuat bahan silinder liner yaitu besi cor kelabu kelas FC 300 dengan komposisi unsur pemadu yang terdiri dari karbon C = 2,95 - 3,10 , silikon Si = 1,70 – 2,00 , mangan Mn = 0,40 – 0,70 , sulfur S 0,10 , dan phospor P0,20 JIS G.5501. 3.2.2 Peralatan Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah tanur listrik induksi dan mesin cetak sentrifugal mendatar. Tanur listrik induksi digunakan untuk melebur bahan baku dan bahan paduan untuk menghasilkan material FC 300 dan mesin cetak sentrifugal digunakan pada proses pengecoran bahan silinder liner dengan variasi putaran cetakan sebanyak enam variasi. Universitas Sumatera Utara Spesifikasi tanur listrik induksi: Jenis tanur : Tanur listrik induksi Kapasitas : 500 kgmuatan Frekuensi : 1000 HZ Merek : Inductotherm Mesin Cetak Sentrifugal dibuat di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan dengan cara mengadopsi Mesin Cetak Sentrifugal pada pabrik pengecoran HRC Medan dan Tulsa Centrifugal Casting Machines LLC, USA. Mesin ini dilengkapi dengan alat kontrol putaran sehingga pada pembuatan sampel, putaran mesin dapat diatur sesuai dengan putaran yang rencanakan, mesin cetak sentrifugal yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1. Spesifikasi mesin cetak sentrifugal: Tipe : Mendatar Kapasitas : Maksimum 25 kg Putaran Cetakan : 800 sd 1800 rpm Cetakan : Diameter cavity 105 mm, panjang 165 mm Gambar 3.1 Mesin Cetak Sentrifugal Universitas Sumatera Utara Mesin cetak sentrifugal ini digerakkan oleh motor listrik yang dihubungkan dengan V- belt. Cetakan permanen dihubungkan pada salah satu ujung poros dengan sambungan ulir dan pada ujung yang lain dipasang puli dengan sambungan pasak. Puli pada motor listrik dan poros dibuat dengan ukuran yang sama, sehingga putaran motor sama dengan putaran cetakan. Untuk mengatur putaran motor digunakan inverter, dengan mengubah frekwensi arus listrik pada inverter maka putaran motor juga berubah. Pada inverter telah dibuat rangkaian elektronika sedemikian rupa sehingga frekwensi arus listrik sebesar 1 Hz akan memberikan putaran poros motor listrik sebesar 30 rpm. Rumus kecepatan putar motor induksi adalah: .......................................................... 3.1 n m = 1-sf x 60 n m = kecepatan putar motor, rpm s = slip f = frekwensi, Hz p = jumlah pasang kutup Dari rumus 3.1 dapat dilihat bahwa putaran motor adalah fungsi dari frekuensi, sehingga dengan merubah frekwensi maka putaran motor dapat diubah. Universitas Sumatera Utara Daftar peralatan yang digunakan pada penelitian ini ditabelkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar Peralatan No Nama Peralatan Fungsi Parameter 1 Tanur listrik induksi Pencairan logam 2 Timbangan Penimbangan berat bahan. baku, paduan , penolong kg 3 Ladel tuang Pembawa cairan logam, penuangan 4 Sendok-sendok peleburan Peleburan, pembuangan terak 5 Thermocouple Pengukuran suhu logam cair C 6 Cill test Pembuatan spesimen uji komposisi unsur 7 Spectrometer Pengujian komposisi unsur 8 Mesin cetak sentrifugal Pengecoran bahan silinder liner C 9 Burner Pemanaskan cetakan logam C 10 Infrared thermocouple Pengukuran suhu cetakan, logam cair C 11 Tachometer Pengukuran putaran cetakan rpm 12 Mesin gergaji Penyiapan spesimen uji tarik, kekerasan, metalograpi 13 Mesin bubut Pembentukan spesimen uji tarik, kekerasan, metalograpi Standar pengujian 14 Mistar ukur Pengukuran spesimen uji Milimeter 15 Mesin uji tarik Pengujian kuat tarik Pascal 16 Mesin gerinda duduk Penyiapan spesimen uji, kekerasan, metalograpi 17 Mesin amplas Penyiapan spesimen uji, kekerasan, struktur mikro Kehalusan kertas pasir, powder 18 Hardnes terster Pengujian kekerasan BHN 19 Metalurgical microscope Pengamatan struktur mikro Fasa Universitas Sumatera Utara 3.2.3 Metode Sampel uji pada penelitian ini adalah bahan untuk silinder liner mesin diesel Kubota type A70 yang dihasilkan melalui proses pengecoran sentrifugal. Bentuk dan ukuran bahan silinder liner yang dibuat berbentuk silinder berongga dengan ukuran coran sebelum dimesin as-cast, diameter luar D = 105 mm, diameter dalam d = 60 mm dan panjang L = 165 mm. Material yang digunakan pada pembuatan sampel uji ini adalah besi cor kelabu kelas FC 300, dengan berat jenis ρ = 7,2 kgdm 3 dilebur pada tanur listrik induksi. Pengeluaran cairan logam dari tanur listrik induksi dilakukan pada suhu 1450 C, ditampung dengan menggunakan ledel dan dilakukan pengecoran pada mesin sentrifugal dengan suhu 1400 C. Pembuatan sampel uji pada mesin sentrifugal, dilakukan dengan memvariasikan putaran cetakan sebanyak enam variasi, yaitu pada putaran cetakan n 1 = 900 rpm, n 2 = 1100 rpm, n 3 = 1300 rpm, n 4 = 1450 rpm, n 5 = 1600 rpm dan n 6 = 1700 rpm. Dari tiap-tiap sampel uji yang dihasilkan melalui variasi putaran, dibuat spesimen uji tarik, kekerasan dan metalograpi. Data yang diperoleh dari masing- masing pengujian dianalisa dan selanjutnya diambil kesimpulan. 3.2.3.1 Penentuan variasi putaran cetakan Pada umumnya cetakan diputar pada kecepatan yang memberikan gaya sentrifugal sebesar 40 – 60 kali gravitasi pada diameter dalam tuangan Nathan Janco, 1992. Universitas Sumatera Utara Untuk melihat pengaruh putaran terhadap sifat mekanik besi cor kelabu ini dipilih kecepatan putar cetakan di bawah dan di atas kecepatan putar cetakan yang umum digunakan. Pada penelitian ini ditentukan enam variasi kecepatan putar cetakan yang memberikan gaya sentrifugal pada diameter dalam coran sebesar: 20G, 30G, 40G, 50G, 60G dan 70G. Karena bentuk dari silinder liner yang dihasilkan adalah coran yang berbentuk silinder berongga maka volume coran dapat dihitung dengan rumus V = π4 L D 2 – d 2 ................................................................ 3.2 V = volume coran, mm 3 D = diameter luar coran = 105 mm d = diameter dalam coran = 60 mm L = panjang coran = 165 mm Dengan memakai rumus 3.2 diperoleh volume coran V, mm 3 yaitu V = 3.14 4 x 105 2 – 60 2 V = 961723,1 mm 3 atau 0,9617231 dm 3 Berat jenis dari besi cor ρ = 7,2 maka diperoleh berat coran W, adalah W = V x ρ = 0.9617231 x 7,2 = 6,924 kg Massa coran m adalah berat coran dibagi dengan gravitasi, maka diperoleh m = 6,9249.81 = 0,70585 kg Universitas Sumatera Utara Untuk coran silinder liner yang diputar dan memberikan gaya F sebesar 20G pada diameter dalam coran, maka besarnya putaran cetakan n rpm, dapat dihitung dengan menggunakan hukum Newton ke dua dan persamaan 2.8. Dari hukum Newton ke dua F = m a , diperoleh percepatan, a = Fm F = gaya sentrifugal pada 20G = 20 x 91,8 = 196,2 N m = massa coran = 0,70585 kg, maka percepatan adalah, a = 196,20,70585 = 277,96202 mdet 2 Dari rumus 2.8 a = ω 2 r, diperoleh kecepatan sudut ω = √ ar a = percepatan = 277,96202 mdet 2 r = jari-jari coran = 0.03 m ω = √277,962020,03 = 96,256951 raddet. Dari kecepatan sudut ω = 2.π n60, diperoleh putaran cetakan sebesar, n = ω.60 2.π = 96.256951 x 60 2 x 3.14 = 919,6524 rpm, dibulatkan menjadi 900 rpm. Universitas Sumatera Utara Untuk variasi kecepatan putar cetakan yang memberikan gaya sentrifugal pada diameter dalam coran sebesar: 20G, 30G, 40G, 50G, 60G, dan 70G, diperoleh putaran cetakan seperti yang ditunjukan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Variasi Putaran Cetakan Gaya Percepatan Kecepatan Sudut Putaran Cetakan Gaya Sentrifugal F Newton a ms raddet n rpm 20G 196.2 277.96202 96.256951 n1 = 900 30G 294.3 416.94303 117.89021 n2 = 1100 40G 392.4 555.92403 136.12789 n3 = 1300 50G 490.5 694.90504 152.19560 n4 = 1450 60G 588.6 833.88605 166.72193 n5 = 1600 70G 686.7 972.86706 180.08027 n6 = 1700 Pada penelitian ini, pengecoran dilakukan pada cetakan permanen yang ukurannya telah ditentukan yaitu panjang L = 165 mm dan diameter kaviti cetakan D = 105 mm. Pada cetakan ini dicorkan logam cair sebanyak 6,924 kg maka dihasilkan coran yang berbentuk silinder yang memiliki ukuran panjang L = 165 mm, diameter luar D = 105 mm dan diameter dalam d = 60 mm. Jika cetakan diganti dan ukurannya dirubah menjadi lebih pendek atau lebih panjang dengan diameter kaviti cetakan tetap sama, kemudian dilakukan pengecoran dengan menggunakan logam cair dengan bahan dan berat yang sama maka ukuran coran yang dihasilkan akan berbeda. Perubahan ukuran ini diakibatkan oleh perubahan luas kaviti cetakan yang akan diisi oleh logam cair tersebut. Semakin panjang ukuran cetakan yang digunakan maka diameter dalam dari coran akan semakin besar, sehingga tebal coran yang dihasilkan menjadi semakin tipis. Universitas Sumatera Utara Hubungan ukuran coran dengan perubahan panjang cetakan ditunjukkan pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Hasil Perhitungan dari Pengaruh Perubahan Panjang Cetakan Terhadap Putaran Cetakan Panjang L,mm Diameter luar D,mm Diameter dalam d,mm Tebal coran t,mm Gaya sentrifugal pada 20G F,N Percepatan a ms Percepatan sudut ω ,raddet Putaran cetakan n,rpm 155 105 55.87 24.57 196.2 277.96202 99.76 953.07 160 105 58.03 23.48 196.2 277.96202 97.87 935.10 165 105 60.00 22.50 196.2 277.96202 96.26 919.65 170 105 61.79 21.60 196.2 277.96202 94.85 906.21 175 105 63.44 20.78 196.2 277.96202 93.61 894.39 Jika cetakan diganti dan ukurannya diameter kaviti cetakannya dirubah menjadi lebih besar atau lebih kecil dengan panjang tetap, kemudian dilakukan pengecoran dengan menggunakan logam cair dengan bahan dan berat yang sama maka ukuran coran yang dihasilkan akan berbeda. Perubahan ukuran ini diakibatkan oleh perubahan luas kaviti cetakan yang akan diisi oleh logam cair tersebut. Semakin besar diameter kaviti cetakan yang digunakan maka diameter dalam dari coran akan semakin besar sehingga tebal coran yang dihasilkan akan semakin tipis. Hubungan ukuran coran dengan perubahan diameter kaviti cetakan ditunjukkan pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Hasil Perhitungan dari Pengaruh Perubahan Diameter Luar Cetakan Terhadap Putaran Cetakan Panjang L,mm Diameter Luar D,mm Diameter Dalam d,mm Tebal Coran t,mm Gaya Sentrifugal pada 20G F,N Percepatan a ms Percepatan Sudut ω ,raddet Putaran Cetakan n,rpm 165 95 40.00 27.50 196.2 277.96202 117.89 1126.34 165 100 50.74 24.63 196.2 277.96202 104.67 1000.01 165 105 60.00 22.50 196.2 277.96202 96.26 919.65 165 110 68.37 20.81 196.2 277.96202 90.17 861.50 165 115 76.16 19.42 196.2 277.96202 85.44 816.29 Universitas Sumatera Utara 3.2.3.2 Peleburan Untuk menghasilkan besi cor kelabu kelas FC 300 dengan komposisi unsur pemadu yang terdiri dari karbon C = 2,95 - 3,10 , silikon Si = 1,70 – 2,00 , mangan Mn = 0,40 – 0,70 , sulfur S 0,10 , dan phospor P0,20 , dilakukan persiapan peleburan yang meliputi pemilihan bahan baku, peramuan bahan proses peleburan dan pengontrolan suhu. Bahan baku yang digunakan adalah besi cor kelabu dan baja, bahan-bahan ini dipotong sesuai dengan ukuran tanur listrik yang digunakan. Bahan baku harus bersih dari karat, minyak, bekas cat dan kotoran lainnya. Unsur yang terdapat pada bahan baku harus diketahui terlebih dahulu agar dapat dilakukan peramuan terhadap bahan- bahan ini sehingga ketika bahan pengecoran dilebur, komposisi unsurnya sudah mendekati komposisi yang direncanakan. Peramuan bahan dilakukan sebanyak kapasitas tanur untuk sekali peleburan. Bahan baku yang telah diramu dimasukkan ke dalam tanur, dan dilakukan operasi peleburan sampai seluruh bahan mencair. Pada saat logam mencair, timbul terak yang terjadi akibat reaksi pada saat peleburan. Terak ini dibuang secara berkala agar tidak mengganggu operasi peleburan. Pemeriksaan komposisi dilakukan pada saat bahan telah mencair seluruhnya. Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui unsur-unsur apa saja yang masih kurang dan untuk mendapatkan komposisi yang tepat maka dilakukan koreksi yaitu dengan menambahkan bahan paduan sesuai dengan jumlah dari kekurangan tiap-tiap unsur Universitas Sumatera Utara pemadu. Koreksi dapat dilakukan beberapa kali, sampai diperoleh persentase setiap unsur yang berada pada jangkauan komposisi unsur yang telah ditetapkan. Setelah logam mencair dilakukan pengontrolan suhu, untuk menjaga agar suhu yang terjadi tidak terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan kehilangan unsur pemadu yang terlalu besar, pengeluaran logam cair dari tanur tapping dilakukan pada suhu 1450 C dan pengecoran dilakukan pada pada suhu 1400 C. 3.2.3.3 Pengecoran bahan silinder liner pada mesin cetak sentrifugal Bersamaan dengan proses peleburan, persiapan mesin sentrifugal juga dilakukan. Sebelum penuangan pada mesin cetak sentrifugal, dilakukan persiapan yang meliputi pelapisan saluran masuk, pelapisan cetakan dan pemanasan cetakan. Saluran masuk adalah saluran yang terdapat pada mesin cetak sentrifugal yang berfungsi untuk mengalirkan logam cair dari ladel ke dalam cetakan. Saluran masuk dibuat dari plat baja dan dilapisi dengan pasir kwarsa yang dicampur dengan air kaca, kemudian dikeraskan dengan cara meniupkan gas CO 2. Setelah lapisan keras, permukaan saluran ini dilapisi coating dengan bahan zirkon. Cetakan yang digunakan pada pengecoran ini adalah cetakan logam permanent mould, bagian cetakan yang bersentuhan dengan logam cair mould cavity dilapisi coating dengan bahan pelapis zirkon untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara logam cair dengan cetakan sehingga coran mudah dikeluarkan. Pemanasan cetakan dilakukan sebelum pengecoran dimulai, Universitas Sumatera Utara pemanasan ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan panas dari logam cair selama dilakukan pengecoran, cetakan dipanaskan pada suhu sekitar 300 C. Pengecoran pada mesin cetak sentrifugal dilakukan dengan mengisi ladel dengan logam cair dari tanur listik induksi sebanyak 6.9 kg dan menuangkannya ke cetakan yang diputar pada putaran n 1 melalui saluran masuk yang terpasang pada mesin cetak sentrifugal. Setelah satu menit mesin dimatikan dan coran dikeluarkan. Pengecoran berikutnya dilakukan dengan mengubah putaran mesin cetak sentrifugal berturut-turut pada putaran n 2, n 3, n 4, n 5 dan n 6. 3.2.3.4 Prosedur pengoperasian mesin cetak sentrifugal Untuk memperoleh bahan silinder liner dengan pengecoran sentrifugal, dilakukan prosedur sebagai berikut: 1. Pastikan elemen mesin terpasang dengan baik 2. Pastikan instlasi listik tersambung dengan baik 3. Lapisan saluran dilapisi dengan zirkon dan dikeringkan dengan memakai burner 4. Cetakan dilapisi dengan zirkon dan dipanasi pada suhu 300 C 5. Putar cetakan dengan putaran n1 = 900 rpm, yaitu dengan cara mengatur frekuensi arus listrik pada inverter sebesar 30 Hz. frekuensi 1 Hz pada inverter memberikan putaran 30 rpm pada poros motor listrik Universitas Sumatera Utara 6. Isi ladel dengan logam cair sebanyak 6,9 kg dengan suhu 1400 C kemudian masukkan ke dalam cetakan melalui saluran masuk. 7. Biarkan logam cair membeku di dalam cetakan 8. Setelah logam cair membeku, dan pada suhu sekitar 500 C mesin dimatikan. 9. Buka pintu mesin dan keluarkan coran dari dalam cetakan dengan mendorong ejektor, diperoleh sampel 1. 10. Untuk pembuatan sampel 2, 3, 4, 5 dan 6, prosedur 3 sampai 9 diulangi, tetapi dengan merubah prosedur 5 berturut-turut dari putaran cetakan sebesar n 2 = 1100 rpm 36,67 Hz, n 3 = 1300 rpm 43,33 Hz, n 4 = 1450 rpm 48,33 Hz , n 5 = 1600 rpm 53,33 Hz dan n 6 = 1700 rpm 56,67 Hz Bentuk dan ukuran sampel uji berupa silinder berongga ditunjukkan pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Sampel Uji Universitas Sumatera Utara 3.2.3.5 Pembuatan spesimen uji Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengujian tarik, kekerasan dan metalograpi. Dari sampel uji yang berupa silinder berongga, diambil spesimen uji untuk ke tiga jenis pengujian. Spesimen uji diperoleh dengan cara memotong sampel uji sejajar pada arah logitudinal ASTM E 8M-04. Posisi pengambilan spesimen uji dari bahan silinder liner ditunjukkan pada Gambar 3.3. BAGIAN DEPAN BAGIAN BELAKANG SPESIMEN UJI KEKERASAN SPESIMEN STRUKTUR MIKRO SPESIMEN UJI TARIK Gambar 3.3 Posisi Pembuatan Spesimen Uji Spesimen uji tarik dibentuk dengan mesin bubut dengan ukuran sesuai dengan standar DIN 50 109. Pada ke dua ujung spesimen uji dibuat ulir untuk menyambung sistim jepitan pada mesin uji tarik. Bentuk dan ukuran spesimen uji tarik ditunjukkan pada Gambar 3.4. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4 Bentuk dan Ukuran Spesimen Uji Tarik M 16 Spesimen uji kekerasan diambil dari sampel uji dan permukaan uji dibuat segaris dengan diameter ukur spesimen uji tarik, dengan jarak 38 mm dari bagian depan sampel uji. Pengujian kekerasan dilakukan pada spesimen uji di tiga titik yaitu pada bagian diameter luar, tengah dan diameter dalam. Bentuk dan ukuran spesimen uii kekerasan ditunjukkan pada Gambar 3.5. Metode pengujian kekerasan yang dipilih adalah metode Brinel. Angka kekerasan Brinel BHN dinyatakan dengan gaya pembebanan dibagi dengan luas penampang indentasi yang dinyatakan dengan rumus Dieter George E.,1981: ............................................. 3.3 P BHN = πD2 D- √ D 2 – d2 P = Gaya penekanan , kg D = Diameter indentor, mm d = Diameter indentasi, mm Universitas Sumatera Utara Gambar 3.5 Spesimen Uji Kekerasan Spesimen uji metalograpi juga diambil dari sampel uji dengan permukaan uji yang segaris dengan diameter ukur spesimen uji tarik. Permukaan spesimen uji metalograpi dihaluskan dengan cara memolesnya dengan kertas pasir berturut-turut mulai dari kertas pasir yang kasar sampai dengan yang halus. dari sampel uji dengan permukaan uji yang segaris dengan diameter ukur spesimen uji tarik. Permukaan spesimen uji metalograpi dihaluskan dengan cara memolesnya dengan kertas pasir berturut-turut mulai dari kertas pasir yang kasar sampai dengan yang halus. Kertas pasir yang digunakan adalah nomor 120, 240, 340, 400, 600, 800 dan 1000. Setelah proses pemolesan dengan kertas pasir selesai, dilanjutkan pemolesan dengan memakai alumina powder ukuran satu mikron ASTM A 246-67 reaproved,1998, spesimen uji metalograpi ditunjukkan pada Gambar 3.6. Kertas pasir yang digunakan adalah nomor 120, 240, 340, 400, 600, 800 dan 1000. Setelah proses pemolesan dengan kertas pasir selesai, dilanjutkan pemolesan dengan memakai alumina powder ukuran satu mikron ASTM A 246-67 reaproved,1998, spesimen uji metalograpi ditunjukkan pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Spesimen Uji Metalograpi Universitas Sumatera Utara

3.3 Pelaksanaan Penelitian