Analisa Fluidity Pengujian Tarik

dari dalam cetakan, kaviti cetakan dibuat tirus dua derajat sehingga diameter coran yang dihasilkan lebih besar pada bagian depan yaitu pada bagian saluran masuk. Data ukuran sampel ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Ukuran Sampel Uji Diameter Luar mm Tebal mm Sampel Uji Depan Belakang Diameter Dalam mm Panjang mm Depan Belakang Berat kg 1 110 100 64 165 23 18 6.2 2 110 100 63 165 23.5 18.5 6.3 3 110 100 60 165 25 20 6.6 4 110 100 61 165 24.5 19.5 6.5 5 110 100 60 165 25 20 6.6 6 110 100 62 165 24 19 6.4

4.1 Analisa Fluidity

Analisa fluidity ini dilakukan untuk melihat kemampuan logam cair mengalir mengisi cetakan secara teoritis. Fluidity ini sangat tergantung pada komposisi dan temperatur logam cair ketika dilakukan penuangan. Dari hasil pengujian spectrometer diketahui komposisi logam cair adalah C = 3,03 , Si = 1,77 , Mn = 0,77 , S = 0,01 dan P = 0,01 . Dengan mensubtitusikan persentase unsur ke dalam rumus 2.1, diperoleh faktor komposisi CF adalah: CF = C + ¼ x Si + ½ x P = 3.03 + ¼ x 1.77 + ½ x 0.01 = 3,48 Universitas Sumatera Utara Setelah CF diketahui maka fluidity dihitung dengan menggunakan rumus 2.2, dari data penelitian diperoleh panjang cetakan L = 165 mm, dan temperatur penuangan T = 1400 C 2552 F, maka diperoleh fluidity sebesar: Fluidity = 14,9 x CF + 0,05T - 155 = 14,9 x 3,48 + 0,05 x 2552 - 155 = 24,41 inci = 620 mm Karena fluidity lebih besar dari panjang cetakan maka logam cair dapat dengan mudah mengalir ke dalam cetakan.

4.2 Pengujian Tarik

Spesimen uji tarik dibuat dari sampel bahan silinder liner yang dihasilkan dari setiap variasi putaran cetakan. Spesimen uji tarik diperoleh dengan cara memotong sampel uji sejajar pada arah logitudinal dan dibentuk sesuai dengan satandar DIN 50 109. Bentuk spesimen uji ditunjukkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Spesimen Uji Tarik Universitas Sumatera Utara Pengujian tarik dilakukan di Politeknik Negeri Medan dengan memakai mesin uji tarik digital merek Tarno Grocky, kapasitas 100.000 kN. Data hasil pengujian tarik ditunjukkan pada Tabel 4.3. Pada pembentukan spesimen uji tarik, diameter uji berada pada bagian diameter tengah dari bahan silinder liner, sehingga hasil uji kuat tarik dari setiap spesimen uji adalah kekuatan tarik dari bahan silinder liner pada bahagian diameter tengah. Tabel 4.3 Data Hasil Uji Tarik φ A F mak Kuat Tarik No Putaran Cetakan rpm mm mm 2 N Nmm 2 1 900 9.9 76,94 23481,80 305.20 2 1100 10,0 78,50 24316,90 309.77 3 1300 10,0 78,50 25202,50 321.05 4 1450 10,0 78,50 26037,50 331.69 5 1600 10,0 78,50 27657,00 352.32 6 1700 10,0 78,50 28365,50 361.34 Dari data hasil uji tarik dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara kuat tarik dengan putaran cetakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. 305 310 321 332 352 361 250 270 290 310 330 350 370 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 Putaran cetakan rpm K u at t ar ik N m m 2 Gambar 4.3 Grafik Kuat Tarik Vs Putaran Cetakan Universitas Sumatera Utara Dari gafik hubungan antara kuat tarik dan putaran cetakan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semakin besar putaran cetakan yang diberikan pada pembuatan silinder liner, kuat tarik yang dihasilkan juga semakin besar. Meningkatnya kekuatan tarik ini sangat erat hubungannya dengan struktur yang terjadi pada bahan silinder liner. Putaran cetakan yang lebih tinggi akan memberikan tekanan yang lebih besar pada coran ketika coran tersebut membeku, sehingga kerapatan butir menjadi semakin kecil, kerapatan butir yang kecil akan memberikan kekuatan tarik yang lebih besar. Ketika cetakan berputar maka logam cair juga akan ikut berputar di dalam cetakan sampai pembekuan terjadi. Berputarnya logam cair di dalam cetakan maka gaya sentrifugal juga akan bekerja pada setiap partikek-partikel logam cair tersebut. Partikel yang memiliki densiti yang lebih besar akan bergerak menuju diameter luar dan partikel yang densitinya lebih kecil akan terdesak ke arah diameter dalam dari coran. Ketika bahan baku dilebur, dapat bercampur dengan bahan pengotor misalnya seperti terak dan gas yang terserap masuk ke dalam logam cair, unsur-unsur ini memiliki densiti yang lebih kecil dari densiti logam. Ketika logam cair berputar di dalam cetakan, unsur pengotor ini akan terdesak keluar pada bagian diameter luar coran, sehingga logam cairan menjadi lebih bersih dan ketika terjadi pembekuan diperoleh coran yang bebas dari unsur pengotor sehingga kuat tarik dari coran ini meningkat. Kuat tarik dari spesimen uji yang paling kecil diperoleh dari putaran cetakan yang paling rendah dan kuat tarik spesimen yang paling besar diperoleh dari putaran Universitas Sumatera Utara cetakan yang paling tinggi. Pada putaran cetakan 900 rpm, kuat tarik spesimen adalah 305 Nmm 2 dan pada putaran cetakan 1700 rpm, kuat tarik spesimen adalah 361 Nmm 2 . Jika dibanding dengan kuat tarik material FC 300, kuat tarik minimum adalah 300 Nmm 2 JIS G 5501, maka seluruh bahan silinder liner yang dihasilkan pada setiap variasi putaran cetakan pada penelitian ini telah memenuhi persyaratan minimum untuk material FC 300. Untuk material FC 350, kuat tarik minimum adalah 350 Nmm 2 , sedangkan pada penelitian ini kuat tarik bahan silinder liner pada putaran cetakan 1600 rpm adalah 352 Nmm 2 , maka silinder liner yang dihasilkan pada putaran 1600 rpm sudah masuk kategori FC 350. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan persyaratan kuat tarik minimum untuk FC 300, maka pembuatan bahan silinder liner dengan pengecoran sentrifugal mendatar pada penelitian ini dapat dipilih putaran cetakan antara 900 rpm sampai dengan 1450 rpm. Universitas Sumatera Utara 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 0. 000 0. 005 0. 010 0. 015 0. 020 0. 025 0. 030 0. 035 0. 040 0. 045 0. 050 STRAIN STR E SS N m m 2 900 rpm 1100 rpm 1300 rpm 1450 rpm 1600 rpm 1700 rpm Gambar 4.4 Grafik Tegangan Vs Regangan Gambar 4.4 menggambarkan hubungan antara tegangan dengan regangan dari bahan silinder liner yang dihasilkan pada putaran cetakan 900, 1100, 1300, 1450, 1600, dan 1700 rpm Karakteristik umum dari material yang mengalami beban tarik dapat diklasifikasikan bersifat liat ataupun getas tergantung pada kemampuan material tersebut dapat atau tidak mengalami deformasi plastis. Material yang getas akan patah pada batas elastis. Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa material sebelum patah sedikit mengalami deformasi plastik, oleh karenanya material ini termasuk material yang getas. Untuk keamanan pemakaian material, timbulnya tegangan harus berada pada batas yang aman yaitu pada tegangan kerja di bawah tegangan yang mengakibatkan material patah. Pada pemakaian statis, perhitungan tegangan kerja Universitas Sumatera Utara untuk material yang getas didasarkan pada tegangan maksimum ultimate strenght dan untuk material yang liat didasarkan pada tegangan luluh yield strength.

4.3 Pengujian Kekerasan