Karakteristik Anggota Kelompok Tani

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik Anggota Kelompok Tani

Karakteristik sosial ekonomi anggota kelompok tani Limau Manis yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan GERHAN GN- RHL meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan yang dikelola, suku dan jenis mata pencaharian. Data selengkapnya disajikan pada tabel. Umur Responden Anggota kelompok tani Limau manis yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan GERHAN GN-RHL memiliki umur berkisar antara 24 – 57 tahun. Umur responden termasuk dan usia produktif kerja sampai dengan usia lanjut usia. Distribusi umur responden secara rinci terlihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Umur Responden No Umur Responden Tahun Jumlah Responden Presentase 1 2 3 25 25 – 50 50 1 27 4 3,125 84,375 12.5 Total 32 100 Sumber : Data Primer, 2007 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur terbesar adalah 25 – 50 tahun 84,375 responden. Umur ini merupakan umur produktif kerja dan pada umumnya sudah memiliki tanggung jawab dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Anggota kelompok tani Limau Manis yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan GERHAN GN-RHL tergolong pada Universitas Sumatera Utara usia produktif kerja yaitu antara usia 24 tahun sampai 57 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduknya sebagian besar berpotensi untuk dibina dan dikembangkan agar dapat meningkatkan produktifitasnya, mengingat pada usia produktif seseorang dapat menghasilkan sesuatu secara maksimal Suharjito, 2000. Tingkat pendidikan responden Tingkat pendidikan responden yang dimaksud merupakan pendidikan yang telah diselesaikan responden. Tingkat pendidikan responden cenderung mempengaruhi pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dalam mengelola kawasan hutan, karena pendidikan sangat berhubungan dengan peningkatan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan sikap dalam bertindak. Distribusi tingkat pendidikan responden yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan GERHAN GN-RHL disajikan dalam tabel 6. Tabel 6. Distribusi tingkat pendidikan responden No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Presentase 1 2 3 4 Tidak Sekolah SD SLTP Sederjat SLTA Sederjat 1 22 8 1 3,125 68,75 25 3,125 Total 32 100 Sumber : Data Primer, 2007 Dari tabel 6 di atas diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan GERHAN GN-RHL adalah lulusan SD yaitu sebanyak 22 responden 68,75. Universitas Sumatera Utara Sebanyak 8 responden 25 lulusan SLTP, sedangkan untuk tingkat SLTA sederajat dan tidak sekolah hanya 1 responden 3,125. Dari atas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah yaitu sebanyak 68,75 responden lulusan SD. Menurut Suharjito 2000, pendidikan SD termasuk dalam tingkat pendidikan rendah. Rendahnya tingkat pendidikan responden disebabkan keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat, kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan, kurangnya fasilitas pendidikan dan lain-lain. Tingkat pendidikan responden yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan pandangan mereka terhadap masalah – maslaah kehutanan terutama dalam mengelola kawasan hutan. Dengan karakteristik sosial masyarakat desa sekitar hutan yang demikian merupakan faktor-faktor yang mendorong tingginya tekanan terhadap kawasan hutan Chairizal, 1994. Untuk itu pihak pengelola kawasan hutan Taman Nasional Batang Gadis dan Dinas Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal harus berperan aktif dalam kegiatan peningkatan pola pikir yang positif terhadap pelestarian hutan. Kegiatan tersebut dapat berbentuk penyuluhan-penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, khususnya tentang masalah kehutanan. Luas Lahan yang Dikelola Luas lahan yang dikelola oleh responden merupakan luas lahan yang masih diusahakan oleh responden baik dalam kawasan maupun diluar kawasan yang berupa tanah milik sendiri. Distribusi luas lahan yang dikelola responden didalam kawasan hutan disajikan pada tabel 7. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Distribusi luas lahan yang dikelola responden didalam kawasan Taman Nasional Buffer Zone No Luas Lahan yang Dikelola ha Jumlah Responden Presentase 1 2 3 2 2 – 4 4 29 2 1 90,625 6,25 3,125 Total 32 100 Sumber : Data Primer, 2007 Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tanah kurang dari 2 ha yaitu sebanyak 29 responden 90,625. Ketergantungan masyarakat dengan lahan kawasan ini dapat dilihat dari luasan lahan yang dimiliki responden di luar kawasan hutan lebih sempit jika dibandingkan dengan lahan di dalam kawasan disajikan dalam tabel 8. Tabel 8. Distribusi luas lahan yang dikelola responden lahan milik No Luas Lahan yang Dikelola ha Jumlah Responden Presentase 1 2 3 4 Tidak Memiliki 0,25 0,25 – 0, 50 0,50 10 4 16 2 31,25 12,25 50 6,25 Total 32 100 Sumber : Data Primer, 2007 Berdasarkan tabel 8 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki lahan antara 0,25 – 0,50 ha yaitu sebanyak 16 responden 50. Menurut Mulyadi 1998 luas antara 0,25 – 0,50 ha termasuk kategori luas lahan yang sedang. Pada luasan lahan yang tergolong sedang, petani akan berusaha seoptimal mungkin untuk mengusahakan usaha taninya agar dapat berhasil dan mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. Responden yang memiliki lahan Universitas Sumatera Utara yang luas akan lebih banyak menentukan berbagai jenis tanaman yang akan di tanam, dibandingkan responden yang memiliki lahan yang sempit. Sedangkan distribusi lahan yang dikelola oleh responden disajikan dalam tabel 9. Tabel 9. Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden No Status Lahan Luas Lahan Presentase 1 2 3 Tanah Kawasan TNBG Tanah Milik Sendiri Menyewa 43,5 7,73 0,25 84,49 15,02 0,49 Total 51,48 100 Sumber : Data Primer, 2007 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa status lahan yang dikelola oleh responden sebagian besar adalah lahan dari kawasan Taman Nasional Batang Gadis yang luas 43,5 ha 84,49 tanah marga yang dimiliki oleh responden hanya seluas 7,73 ha 15,02. Sedangkan lahan dengan status menyewa hanya dimiliki oleh 1 responden 0,49. Masyarakat lebih mengutamakan pengelolaan kawasan sendiri dari pada menyewa karena hasil panen akan lebih besar dibandingkan hasil dari tanah sewaan. Berdasarkan observasi di lapangan diketahui bahwa masyarakat desa Limau Manis dalam memanfaatkan kawasan dengan menanam berbagai jenis tanaman. Jenis tanaman yang dimanfaatkan antara lain tanaman pertanian, jenis tanaman perkebunan seperti kopi, coklat dan karet. Suku Masyarakat desa Limau Manis yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan GERHAN GN-RHL memiliki 3 suku yaitu Mandailing, Minang dan Sumando. Suku mencerminkan kebudayaan atau Universitas Sumatera Utara kebiasaan yang dilakukan masyarakat secara turun temurun. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola pikir prilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota, untuk masyarakat tertentu Keesing, 1999. Distribusi disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Distribusi suku responden No Suku Jumlah Responden Presentase 1 2 3 Mandailing Minang Sumando 16 6 10 50 18,75 31,25 Total 32 100 Sumber : Data Primer, 2007 Dari tabel 10 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki suku Mandiling 16 responden 50, kemudian diiikuti suku sumando yang merupakan suku asli Muara Sipongi yaitu sebanyak 10 responden 31,25 dan suku Minang 6 responden 18,75. Mata Pencaharian Responden Mata pencaharian responden merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat atau responden guna mencukupi kebutuhan hidup sehari – hari. Jenis mata pencaharian akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh responden. Distribusi mata pencaharian sampingan responden dapat dilihat pada tabel 11. Universitas Sumatera Utara Tabel 11. Distribusi mata pencaharian sampingan responden No Mata Pencaharian Sampingan Jumlah Responden Presentase 1 2 3 Pedagang Buruh Tani Ojek 3 2 3 37,5 25 37,5 Total 8 100 Sumber : Data Primer, 2007 Berdasarkan tabel 11 diatas, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 32 orang memiliki mata pencaharian sampingan hanya 8 responden 25. Desa Limau Manis merupakan desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Batang Gadis TNBG. Ketergantungan masyarakat Desa Limau Manis terhadap sumber daya hutan dapat dikatakan tinggi. Ketergantungan ini dapat dilihat dari sumber pendapatan utama masyarakat berasal dari hasil-hasil yang diperoleh dari lahan garapan mereka dalam kawasan. Keseluruhan responden memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani. Sebagian besar masyarakat hanya mengandalkan bidang pertanian sebagai sumber pendapatan mereka. Kegiatan bertani dilakukan adalah mengelola tanaman pertanian, tanaman perkebunan dan memelihara ternak. Ketergantungan masyarakat terhadap bidang pertanian ini dapat dilihat dari sedikitnya masyarakat yang memiliki pekerjaan sampingan selain petani yaitu hanya 25 responden. Universitas Sumatera Utara

b. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani

Dokumen yang terkait

Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam Konsolidasi Kehidupan Petani” (Studi Deskriptif Pada Kelompok Tani Museum di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo).

4 130 113

Kelembagaan Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara

3 45 50

Prospek Usaha Penggemukan Sapi di Sumatera Utara (Studi Kasus: PT. Lembu Andalas Langkat, Desa Ara Condong, Kec. Stabat; Kelompok Tani Ingin Giat, Desa Kepala Sungai, Kec. Secanggang; Kelompok Tani Pelita, Desa Stabat Lama, Kec. Wampu, Kab. Langkat)

0 38 117

Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Limau Manis di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing Natal, Prov. Sumatera Utara)

4 51 58

Persepsi dan Peran serta Anggota Kelompok Tani terhadap Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove (Studi Kasus pada Kelompok Tani Hutan Serai Mangrove di Desa Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara)

3 50 90

Evaluasi Hutan Rakyat (Studi Kasus pada Pengelolaan Hutan Rakyat oleh Kelompok Tani Hutan di Desa Puangaja, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara)

2 49 113

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat

21 135 83

Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)¬¬

0 40 106

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang - Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam Konsolidasi Kehidupan Petani” (Studi Deskriptif Pada Kelompok Tani Museum di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo).

0 0 8

Kelembagaan Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 9