Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)¬¬

(1)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

PENENTUAN JENIS TANAMAN DAN TINGKAT

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP GERAKAN

NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

(Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung

Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)

SKRIPSI

Oleh:

JENNY VERAWATI SIBURIAN 041201007 / MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

PENENTUAN JENIS TANAMAN DAN TINGKAT

PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP GERAKAN

NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

(Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung

Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)

Oleh

Jenny Verawati Siburian 041201007/ Manajemen Hutan

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(3)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Judul Skripsi : Penentuan Jenis Tanaman dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi

Hutan dan Lahan (Studi kasus Pada Masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)

Nama : Jenny Verawati Siburian

Nim : 041201007

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut., M.Sc

DR. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S

Nurdin Sulistiyono, S.Hut., M.Si Ketua Anggota

Mengetahui :


(4)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

ABSTRAK

JENNY VERAWATI SIBURIAN. PENENTUAN JENIS TANAMAN DAN

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir). Dibawah bimbingan PINDI PATANA dan NURDIN SULISTYONO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat dan penentuan prioritas jenis tanaman pada kegiatan Gerhan di Dusun Sitao-Tao, Kabupaten Samosir. Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di Dusun Sitao-Tao dalam kegiatan Gerhan termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan metode AHP, jenis tanaman yang diprioritaskan menurut keempat responden ahli dalam penelitian ini adalah beringin (Ficus benjamina). Kendala yang dihadapi dalam kegiatan Gerhan di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit yaitu perlakuan yang salah terhadap bibit dalam proses pengangkutan maupun perbanyakan bibit yang mengakibatkan banyak tanaman yang mati, keterlambatan pemberian upah, adanya pihak yang bertindak merugikan dan kegiatan evaluasi kerja yang belum dilakukan secara maksimal.

Kata Kunci: Gerhan, Tingkat Partisipasi Masyarakat, Jenis Tanaman yang Diprioritaskan


(5)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

ABSTRACT

JENNY VERAWATI SIBURIAN. DETERMINING THE TYPE OF

PLANTS AND LEVEL OF COMMUNITY PARTICIPATION

MOVEMENT AGAINTS NATIONAL FOREST AND LAND REHABILITATION (case studies on communities in the area of Forest Protected Pusuk Buhit kabupaten Samosir). Under supervision of Pindi Patana and Nurdin Sulistiyono.

This study aimed to identify socio-economic community, the level of community participation and the determination of the type of plant that will be prioritized in Gerhan activities in the Sitao-Tao’s village, Samosir’s Religion. Research conducted with purposively methods sampling and Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Analysis method used is descriptive analysis.

Result of research indicate that the level of community participation in the Sitao-Tao’s village in Gerhan activities are include in the medium category. Based on the method of AHP, the priority of plant species is beringin (Ficus benjamina). Obstacles faced in the activities in the forest area Gerhan Protected Pusuk Buhit that is the wrong treatment of the seeds in the process of transposition and multipation of seeds resulted in many plants that die, the delay of wages, the parties act harmful activities and the evaluation work that has not made the most of.

Keyword: Gerhan, level of community participation, determinitation of the type of plant will be prioritized.


(6)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

RIWAYAT HIDUP

Jenny Verawati Siburian dilahirkan di Binjai, Sumatera Utara pada tanggal 14 Mei 1986, anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda M. Siburian (almarhun) dan Ibunda D. Sidauruk. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 9 Binjai, pada tahun 2001 lulus dari SLTPN 3 Binjai, pada tahun 2004 lulus dari SMU St. Thomas 4 Binjai, dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departeman Kehutanan, Program Studi Manajemen Hutan.

Selama kuliah penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Taman Nasional Batang Gadis, Mandailing Natal pada bulan Juni 2006, dan melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani KPH Kedu Selatan Unit I Jawa Tengah, pada bulan Juni sampai Agustus 2008.

Penulis melakukan penelitian dari bulan November 2008 dengan judul “Penentuan Jenis Tanaman dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Studi Kasus pada Masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk BuhitKabupaten Samosir)”, di bawah bimbingan Pindi Patana, S.Hut., M,Sc dan Nurdin Sulistyono, S.Hut., M.Si.


(7)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penentuan Jenis Tanaman dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)”.

Pada kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ayahanda M. Siburian (almarhum), Ibunda D. Sidauruk, saudara-saudara Penulis Togap Siburian dan Hengki Siburian serta keluarga besar Penulis atas segala cinta, doa dan dukungannya.

2. Bapak Pindi Patana, S.Hut., M.Sc dan Bapak Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si selaku Komisi Pembimbing atas kesabaran dan waktu yang diluangkan dalam memberikan bimbingan, saran untuk penyelesaian skripsi.

3. Ketua Departemen Kehutanan, Ketua Program Studi Manajemen Hutan dan seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Kehutanan atas segala bantuannya.

4. Bapak Kepala Desa Tanjung Bunga serta anggota masyarakat, atas segala bantuannya selama pelaksanaan penelitian.

5. Seluruh teman-teman khususnya stambuk 2004, untuk kebersamaan, kekompakan, bantuan dan semangatnya yang senantiasa Penulis terima selam ini.


(8)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Penulis berharap semoga bantuan dan kerjasama yang baik ini dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa dan somoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Agustus 2009


(9)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian... 3

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Pemikiran ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat ... 5

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) ... 6

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) ... 8

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 10

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

Populasi dan Sampel Penelitian ... 12

Pengumpulan Data ... 13

Pengolahan Data ... 14

KONDISI UMUM Kabupaten Samosir... 19

Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Masyarakat ... 25

Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 30

Penentuan Jenis Tanaman yang Diprioritaskan ... 36

Kendala-Kendala Gerhan di Areal Penanaman ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 51

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(10)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 4

2. Langkah metode AHP ... 18

3. Vektor prioritas untuk kriteria. ... 45


(11)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Nilai Random Consistency Index (IR) untuk penentuan Consistency

Ratio (CR) ... 17

2. Data kawasan hutan register dan inlijving di Kabupaten Samosir... 21

3. Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan register .... 22

4. Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan inlijving .. 22

5. Luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir ... 22

6. Kegiatan penghjiauan dan reboisasi kawasan hutan di Kabupaten Samosir ... 23

7. Distribusi responden berdasarkan umur ... 25

8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan... 26

9. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sampingan ... 27

10.Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam Kawasan hutan ... 29

11.Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik ... 29

12.Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden ... 30

13.Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program Gerhan ... 31

14.Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerhan ... 32

15.Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi Program Gerhan ... 34

16.Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat ... 36

17.Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) ... 37

18.Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) ... 38

19.Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) ... 39

20.Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria ... 42

21.Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria, sub kriteria dan alternatif ... 43


(12)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Contoh kuisioner tingkat partisipasi ... 55

2. Contoh kuisioner penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan ... 58

3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Dusun Sitao-Tao yang terlibat Gerhan... 66

4. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan Gerhan ... 67

5. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan Gerhan ... 68

6. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam evaluasi kegiatan Gerhan ... 69

7. Pemberian nilai kriteri, sub kriteria dan alternatif masing-masing Tim Ahli (TA) ... 70

8. Penentuan prioritas tanaman Gerhan berdasarkan metode AHP ... 74

9. Vektor prioritas berdasarkan kombinasi nilai dari keempat responden ahli ... 79

10.Dokumentasi penelitian ... 85

11.Surat keterangan selesai penelitian ... 89


(13)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 Pasal 1 ayat (3), Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kemudian dalam pasal 6 dijelaskan bahwa kawasan hutan memiliki 3 fungsi pokok yakni fungsi konservasi, lindung dan produksi. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pengaturan ini dimaksudkan, agar hutan lindung tetap terjaga dengan baik (Dephutbun, 1999).

Namun pada kenyataannya, hutan dalam fungsi lindung mengalami kerusakan yang sangat parah. Salah satu faktor penyebab kerusakannya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan tersebut mengakibatkan penurunan luas hutan dan keanekaragaman hayati yang awalnya tersedia dalam jumlah yang sangat besar. Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor alamiah ataupun buatan. Dari dampak yang timbul, kebakaran hutan merupakan kerusakan yang bersifat eksplosif. Artinya kerusakan selama kebakaran, terjadi dengan cepat dan sangat luas.

Kebakaran hutan yang terjadi belakangan ini menjadikannya masalah yang sangat penting untuk dicari solusinya. Secara langsung ataupun tidak langsung,


(14)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Indonesia bahkan negara lainnya telah mengalami dampak dari kebakaran hutan. Oleh karenanya perlu adanya suatu usaha ataupun tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan terutama akibat kebakaran.

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang telah dilakukan di beberapa wilayah di Indonesa diharapkan dapat mengembalikan fungsi dan produktivitas sumberdaya alam yang telah hilang. Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk menanggulangi bencana alam yang telah banyak terjadi selama ini. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) atau yang biasa disebut juga Gerhan dapat dikatakan menjadi sebuah produk yang dihasilkan dari kesadaran berbagai pihak terhadap kondisi yang terjadi saat ini.

Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit dengan luas 1.003 Ha, terletak di 2 kecamatan yakni Kecamatan Pagururan dan Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir. Kawasan hutan tersebut merupakan salah satu areal hutan yang dalam kondisi kritis akibat kebakaran yang terjadi dan dianggap perlu untuk dilakukan rehabilitasi. Oleh karenanya, tahun 2008 ini akan dilakukan program Gerhan dengan luasan kerja sekitar 300 Ha.

Mengingat bahwa Gerhan menjadi kepentingan nasional maka kegiatan tersebut diarahkan sebagai gerakan berskala nasional yang terencana dan terpadu yang melibatkan berbagai pihak terkait tidak hanya pemerintah ataupun swasta tetapi juga masyarakat luas. Faktor penting yang menentukan keberhasilan Gerhan adalah partisipasi masyarakat seperti proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Gerhan. Keikutsertaan masyarakat tersebut lebih ditekankan agar mereka yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga hutan. Oleh karenanya, mengetahui tingkat


(15)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

partisipasi masyarakat yang berada di sekitar kegiatan Gerhan dianggap sangat perlu.

Dalam kegiatan Gerhan, tanaman yang digunakan terdiri dari beberapa jenis. Mengetahui jenis tanaman yang tepat sebagai tanaman yang diprioritaskan untuk digunakan dalam kegiatan rehabilitasi lahan tersebut juga merupakan hal yang penting untuk diketahui. Dua hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian ini.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit?

2. Jenis tanaman apa yang diprioritaskan dalam kegiatan Gerhan tersebut? 3. Kendala apa saja yang terdapat dalam kegiatan Gerhan di areal penanaman?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengukur tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit

2. Mengetahui jenis tanaman yang diprioritaskan dalam kegiatan Gerhan tersebut 3. Mengetahui kendala-kendala Gerhan di areal penanaman


(16)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam kegiatan rehabilitasi yang akan dilakukan agar dapat berhasil sesuai harapan bersama.

Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. Kerusakan Hutan

Mengetahui jenis tanaman yang diprioritaskan

Wawancara berdasarkan kuisioner yang

disediakan Gerhan

Tingkat partisipasi masyarakat Wawancara

berdasarkan kuisioner yang

disediakan

Rekomendasi Lahan kritis Kebakaran Hutan


(17)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.


(18)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi Masyarakat

Sesuai dengan keahliannya masing-masing, para ahli memberikan defenisi partisipasi. Menurut Sukanto dalam Purba (2003), partisipasi adalah setiap proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam sosial tertentu. Partisipasi sosial (masyarakat) adalah derajat partisipasi individu atau anggota masyarakat dalam kehidupan sosial atau kehidupan masyarakat.

Menurut Mubyarto dalam Purba (2003), mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya suatu program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan sendiri. Sedangkan menurut Uphoff, Cohen dan Goldsmith dalam Purba (2003), mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan orang dalam jumlah yang banyak dalam situasi atau kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan mereka, misalnya pendapatan, keamanan dan kemandirian.

Lebih lanjut, Uphoff, Cohen dan Goldsmith dalam Purba (2003), menjelaskan bahwa terdapat empat jenis partisipasi, yaitu:

1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan (decision making) 2. Partisipasi dalam pelaksanaan (implementation)

3. Partisipasi dalam mendapatkan keuntungan (benefit) 4. Partisipasi dalam evaluasi (evaluation)

Keempat jenis partisipasi tersebut di atas menunjukkan satu set kegiatan pembangunan yang terintegrasi.


(19)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Margono dalam Purba (2003) menyatakan bahwa tanpa peran serta masyarakat, program pembangunan dinilai tidak berhasil. Partisipasi masyarakat desa sekitar hutan lebih lanjut akan menyebabkan keterlibatan masyarakat dalam mengikuti perubahan menjadi lebih nyata. Adanya partisipasi masyarakat menunjukkan adanya hubungan yang positif antara anggota masyarakat desa sekitar hutan di dalam mencapai keberhasilan dari tujuan yang diharapkan dan adanya perasaan ikut memiliki.

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)

Dalam UU RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, dinyatakan bahwa rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi hutan dan lahan dapat diimplementasikan pada semua kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional (Dehutbun, 1999).

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai (DAS). Rehabilitasi mengambil posisi dalam mengisi kesenjangan antara sistem perlindungan yang tidak dapat mengimbangi hasil dengan sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahan. Sistem RHL dicirikan oleh komponen sebagai berikut:

1. Komponen obyek rehabilitasi hutan dan lahan 2. Komponen teknologi


(20)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Sistem RHL tersebut merupakan sistem yang terbuka, yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dengan penggunaan hutan dan lahan. Dengan demikian, pada prinsipnya RHL diselenggarakan atas inisiatif bersama para pihak. Ini berbeda dengan penyelenggaraan RHL, selalu melalui inisiatif pemerintah dan menjadi beban tanggungan pemerintah. Dengan kata lain, ke depannya RHL dilaksanakan oleh masyarakat dengan kekuatan utama dari masyarakat sendiri (Fathoni, 2003).

Peranan rehabilitasi lahan tidak akan mempunyai arti apa-apa apabila tidak disertai dengan pemecahan masalah-masalah lainnya seperti masalah sosial ekonomi penduduk pedesaan dan sebagainya. Karena itu peningkatan daya dukung lingkungan, merupakan salah satu cara pemecahan agar reboisasi dan penghijauan bisa berhasil dengan baik. Menurut Sumarwoto dalam Alrasyid dan Heryati (2002) telah menyarankan dikembangkannya pola mozaik, yang terdiri dari hutan, sawah/ladang dan pekarangan. Pola seperti ini sangat cocok untuk daerah pegunungan, karena selain dapat menaikkan daya dukung lingkungan, hutan dan pekarangan juga akan mempunyai efek hidro-orologi yang aditif. Hutan di daerah pegunungan terutama mempunyai fungsi tata air dan pengawetan tanah dengan mencegah adanya erosi dan banjir. Untuk keperluan ini sebaiknya dipilih jenis yang asli di daerah bersangkutan. Di daerah yang kering sebaiknya tidak ditanam jenis-jenis yang besar evapotraspirasinya, sehingga air banyak tersimpan dalam tanah dan dilepaskan sebagai mata air untuk daerah di bawahnya. Pada tanah-tanah yang curam yang terdapat di daerah rendah, karena mempunyai fungsi yang sama, sebaiknya dipergunakan jenis asli yang berakar dalam (Alrasyid dan Heryati, 2002).


(21)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)

Menurut Prakosa dalam Napitupulu et al (2008), dijelaskan bahwa pengurangan laju deforestasi selama ini telah banyak dilakukan, namun demikian laju deforestasi masih terus meningkat. Salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi laju degradasi lahan dan hutan adalah mencanangkan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) dan selanjutnya disebut Gerhan. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan merupakan gerakan moral secara nasional untuk menanam pohon di setiap kawasan hutan dan lahan kosong sebagai komitmen bangsa untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Napitupulu et al, 2008).

Program GNRHL ditetapkan berdasarkan SK Menko Kesra No. 18/KEP/MENKO/KESRA/X/2003 tanggal 3 Oktober 2003. Tujuan dari pembentukkan program tersebut adalah untuk mewujudkan perbaikan lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat (Nugroho, 2004).

Menurut Nugroho (2004), untuk mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup GNRHL mencakup 2 kegiatan pokok, yaitu:

1. Kegiatan pencegahan kerusakan lingkungan melalui sosialisasi kebijakan perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan penegakan hukum.

2. Kegiatan penanaman hutan dan rehabilitasi yang meliputi: penyediaan bibit, penanaman, pembuatan bangunan konservasi tanah, penyusunan rencana dan rancangan kegiatan, pengembangan kelembagaan, dan pembinaan.


(22)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada saat ini sedang berlangsung, namun demikian keberhasilannya masih perlu terus ditingkatkan melalui berbagai upaya pendukung. Banyak faktor yang dapat mendukung keberhasilan Gerhan seperti tersedianya bibit berkualitas, kondisi tanah yang sesuai untuk tanaman, waktu penanaman yang tepat dan pemeliharaan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mengkaji kondisi tanah dan memilih jenis yang sesuai (site matching) tumbuh di lokasi peruntukan (Napitupulu et al, 2008).

Dalam kegiatan Gerhan, pemilihan jenis merupakan salah satu kegiatan utama dalam penanaman. Kegiatan ini sesungguhnya termasuk dalam praktek silvikultur, namun mengingat banyak aspek lingkungan yang terlibat, maka aspek ekologi sangat menentukan keberhasilannya. Persyaratan ekologis pada dasarnya adalah mengkombinasikan antara persyaratan ekologis jenis terpilih dengan faktor-faktor ekologis lahan yang yang akan ditanami. Jawaban yang paling tepat untuk hal ini adalah jenis asli, karena jenis-jenis asli setempat adalah jenis terbaik yang sudah beradaptasi dalam waktu cukup lama dan sudah teruji kemampuannya menghadapai gangguan dan hambatan tumbuh dari alam. Prinsip umum yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon yang akan ditanam harus memenuhi tiga prinsip kelayakan, yaitu kelayakan ekologis, ekonomis dan sosial (Onrizal dan Cecep, 2005).

Dalam pelaksanaannya, program Gerhan menghadapi berbagai masalah, seperti tata waktu proyek yang relatif singkat, pemilihan jenis bibit yang belum sesuai dengan karakteristik lahan, lokasi persemaian yang kurang relevan, dan pelaksanaan penanaman yang terkesan asal tanam. Untuk meningkatkan keberhasilan program Gerhan maka di perlukan berbagai strategi rehabilitasi lahan


(23)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

yang diharapkan dapat menjadi masukan dan diimplementasikan dalam program Gerhan ke depan. Dengan begitu, program Gerhan dapat menjadi program percontohan dalam mendukung pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan berkeadilan (Simbolon, 2003).

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Tiryana dan Saleh (2003), AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini dapat menjelaskan suatu keadaan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan cara: a. Membagi-bagi ke dalam bagian-bagiannya

b. Mengatur kembali bagian-bagiannya tersebut ke dalam hierarki

c. Menetapkan suatu nilai numerik untuk setiap peubah tersebut melalui justifikasi penentuan tingkat kepantingannya

d. Melakukan sintesa untuk menentukan peubah mana yang mempunyai prioritas paling tinggi yang harus dikerjakan untuk memperoleh keluaran yang diharapkan

Saat ini AHP banyak diterapkan pada berbagai bidang yang menghendaki adanya pengambilan keputusan multi-kriteria, seperti perenacanaan dan prediksi, alokasi sumberdaya, penyusunan matrik input koefisien, penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki dalam situasi konflik, pengukuran perfomance, dan lain sebagainya. Namun demikian, AHP bukan merupakan suatu “magic formula” atau model yang dapat memberikan jawaban yang paling benar melainkan suatu


(24)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

proses yang dapat membantu pengambil keputusan untuk menemukan jawaban terbaik yang memenuhi tujuan atau sasaran dari permasalahan yang dihadapi.

Dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan metode AHP, ada tiga prinsip yang harus dipahami, yakni:

a. Prinsip penyusunan hierarki (decomposition)

b. Prinsip penetapan prioritas (comparative judgement) c. Prinsip konsistensi logika (logical consistency)

Beberapa keuntungan metode AHP sebagai alat bantu pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Kesatuan, AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk persoalan-persoalan yang tidak terstruktur

b. Kompleksitas, AHP memadukan pendekatan deduktif dan induktif dalam pemecahan persoalan yang kompleks

c. Saling ketergantungan, AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran manusia untuk memilah-milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlaian dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat

d. Pengukuran, AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal yang kuantitatif dan kualitatif untuk menetapkan suatu kualitas

e. Konsistensi, AHP mampu melacak konsistensi logis dari pertimabangan-pertimbangan dalam menetapkan berbagai prioritas

f. Sintesis, AHP menuntun kepada suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan suatu alternatif (Tiryana dan saleh, 2003).


(25)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan Gerhan ini berlokasi di Peabang, Dusun Peabang, Desa Boho, Kecamatan Sianjur Mula-Mula seluas 100 Ha; Sijambur Nabolak, Dusun Sijambur Nabolak, Desa Siogung-Ogung, Kecamatan Pangururan seluas 75 Ha; Harangan Mulop, Dusun Aek Rangat, Desa Siogung-Ogung, Kecamatan Pangururan seluas 75 Ha serta daerah puncak gunung Pusuk Buhit seluas 50 Ha.

Lokasi penelitian ditujukan di Dusun Sitao-Tao, Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai pada Bulan Oktober 2008.

Populasi dan Sampel Penelitian

a. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat

Jumlah penduduk di Dusun Sitao-Tao, Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan adalah 150 KK (Sumber: Kantor Kepala Desa Tanjung Bunga 2008) tetapi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK di Dusun Sitao-Tao Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan yang ikut berpatisipasi dalam kegiatan Gerhan Pusuk Buhit 2008 yakni sebanyak 20 KK. Oleh karena jumlah populasi yang kurang dari 100 KK maka untuk sampel penelitian ini diambil keseluruhan dari jumlah populasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto (1996), bahwa apabila populasinya lebih kecil dari 100 sebaiknya diambil semuanya.


(26)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan memperhatikan umur, pendidikan, luasan lahan, dan mata pencaharian. Menurut Soekartawi (1995), dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Metode purposive sampling ini digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu penelitian.

b.Mengetahui jenis tanaman yang diprioritaskan

Sampel yang digunakan dalam menentukan jenis tanaman yang diprioritaskan dalam kegiatan Gerhan adalah para ahli yang berjumlah 4 orang. Ahli yang dimaksud adalah mereka yang dianggap mengetahui cukup banyak tentang keberadan kawasan hutan lindung Pusuk Buhit yakni Staf Ahli Pengelolaan Hutan Aek Nauli, Staf Ahli Gerhan Dinas Kehutanan Samosir, Tokoh Akademisi dan Ketua Kelompok Gerhan.

Pengumpulan Data a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: 1. Kuisioner

Kuisioner merupakan suatu set pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh sampel dalam penelitian (responden).

2. Wawancara

Wawancara ditujukan kepada respoden dengan melakukan tanya jawab langsung. Tanya jawab juga dilakukan kepada para perangkat desa, petugas


(27)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

pelaksana kegiatan Gerhan, dan pemerintah untuk mendukung kelengkapan dan keakuratan data yang telah diperoleh dari masyarakat (responden).

3. Observasi

Observasi atau survei langsung ke lapangan dilakukan untuk melihat kehidupan responden dan kondisi lahan yang menjadi lokasi kegiatan Gerhan.

4. Studi Pustaka

Studi Pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan berupa data umum yang ada pada instansi Pemerintah Desa, Dinas Kehutanan, Badan Pusat Statistik (BPS) dan lembaga-lembaga lain yang terkait.

Pengolahan Data

a. Karakteristik Masyarakat

Karakteristik masyarakat meliputi umur responden, tingkat pendidikan, luas lahan yang dikelola dan jenis mata pencaharian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner yaitu dengan menentukan persentase masing-masing karakteristik yang dominan kemudian dianalisis secara deskriptif.

b.Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penelitian ini dinilai melalui keterlibatan masyarakat dalam berbagi program kegiatan, seperti partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan tersebut.


(28)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Menurut Daniel (2002), persentase partisipasi dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

P = Persentase partisipasi

ni = Jumlah sampel pada kategori-i (tinggi, sedang atau rendah) N = Jumlah seluruh sampel

Tingkat partisipasi masyarakat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: a. Tingkat partisipasi tinggi berada pada interval skor 66,68 – 100

b. Tingkat partisipasi sedang berada pada interval skor 33,34 – 66,67 c. Tingkat partisipasi rendah berada pada interval skor 0 – 33,33

c. Penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan

Dalam melakukan penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan, digunakan metode AHP. Tahapan-tahapan dalam mengolah data menggunakan metode AHP, antara lain:

1. Penyusunan hierarki permasalahan

Hierarki permasalah yang disusun harus mencerminkan hubungan antara tujuan (goal), kriteria, sub kriteria dan alternatif

2. Pembandingan berpasangan antar kriteria

Pembandingan antar kriteria dilakukan dengan cara: P (%) = ni / N x 100%


(29)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

a. Menentukan kriteria mana yang lebih penting dan seberapa kali lebih penting dibanding kriteria lainnya

b. Menyusunnya dalam bentuk matriks pembandingan berpasangan c. Pembandingan dilakukan dari baris terhadap kolom

3. Penentuan vektor prioritas

Penentuan vektor prioritas dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Membagi setiap elemen pada masing-masing kolom dengan jumlah nilai dari kolom tersebut untuk menormalisasikannya

b. Menjumlahkan hasilnya pada masing baris dan membagi masing-masing jumlah tersebut dengan banyaknya elemen pada setiap baris

4. Penentuan tingkat konsistensi

a. Melihat kembali matriks pembandingan berpasangan antar kriteria (A) dan vektor prioritasnya

b. Mengalikan vektor prioritas tersebut dengan masing kolom dalam matriks A, kemudian menjumlahkannya dalam masing-masing baris

c. Hasil jumlah yang diperoleh di atas dibagi dengan nilai yang sesuai dengan vektor prioritasnya

d. Menghitung nilai rata-rata dari vektor untuk menentukan akar ciri terbesar ( maks)

maka = masing-masing hasil dari point 4c

banyak kolom (n)

e. Menentukan indeks konsistensi (CI= Consistency Indeks) CI = maka – n

n – 1


(30)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

CR = CI

Random Consistency Index

Random Consistency Index = tergantung pada jumlah n

Tabel 1 Nilai Random Consistency Index (IR) untuk penentuan Consistency Ratio (CR)

N RI

1 0,00

2 0,00

3 0,58

4 0,90

5 1,12

6 1,24

7 1,32

8 1,41

9 1,45

10 1,49

11 1,51

12 1,48

13 1,56

14 1,57

15 1,59

g. Membuat kesimpulannya

5. Penentuan prioritas pada tingkat sub kriteria

Pembandingan berpasangan untuk penentuan vektor prioritas sama seperti pada tingkat kriteria

6. Penentuan tingkat konsistensi pada tingkat alternatif

Penentuan tingkat konsistensi pada tingkat alternatif sama seperti pada tingkat kriteria.

7. Sintesis

a. Menentukan matriks prioritas alternatif dari masing-masing kriteria b. Melihat kembali vektor prioritas kriteria (V)


(31)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

c. Mengalikan matriks prioritas alternatif (M) dengan vektor prioritas kriteria (V) untuk memperoleh vektor prioritas alternatif menyeluruh (P)

P = M x V

8. Matriks Gabungan

Matriks gabungan digunakan jika penilaian yang digunakan diperoleh dari beberapa responden (lebih dari 1). Oleh karenanya, untuk mendapatkan hasil rerataan yang akurat, maka digunakan nilai rata-rata geometris. Rata-rata geometris sama dengan akar pangkat banyaknya responden dari hasil kali nilai pakar ke-1 terhadap pakar ke-n. Langkah metode AHP disajikan pada Gambar 2.

Tkt. 1 tujuan utama

Tkt. 2 kriteria

Tkt. 3 sub kriteria

Tkt 4 Alternatif

Gambar 2 Langkah metode AHP.

Aspek ekonomi Aspek Sosial Aspek Ekologi 1. Pemasaran 2. Harga 3.Banyaknya bagian yang dapat dimanfaatkan

1. Kesesuaian Tempat Tumbuh

2. Fungsi Lindung 3. Ketahanan Terhadap

Panas

1. Disukai Masyarakat 2. Kesesuaian dengan

Adat Beringin (Ficus benjamina) Tudak-tudak (Ficus macrophylla) Jabi-jabi (Ficus microcarpa) 1. Ketersediaan Bibit 2. Tingkat Kerusakan Bibit 3. Kemudahan Pemeliharaan Pinus (Pinus merkusii)

penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan

Aspek silvikultur

Hariara (Ficus


(32)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

d.Kendala-kendala GN-RHL di areal penanaman

Semua data tentang kendala-kendala GN-RHL di areal penanaman tersebut akan diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara yang ditujukan kepada tokoh masyarakat, petugas pelaksana kegiatan dan pemerintah terkait.


(33)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir dibentuk dengan Undang-undang No.36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Samosir sebagai Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir dapat menjadi langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera

Kabupaten Samosir (Danau Toba) terletak pada 2° 01’ – 2° 04’ LU dan 87° - 99° BT. Total luas seluruhnya adalah 243.415 Ha yang terdiri dari luas perairan danau toba 110.260 Ha dan luas daratan Pulau Samosir 133.155 Ha. Secara umum, typologi Kabupaten Samosir adalah bergelombang, berbukit dan miring sampai terjal. Dari seluruh wilayah, hanya 8 % yang berwilayah datar (kemiringan 00 – 20) dan terletak pada dataran tinggi (antara 800–1.800 mdpl). Tipe iklim di Kabupaten Samosir adalah tipe E sampai C, hanya dataran Tele

(Kecamatan Harian) yang beriklim basah tipe B

Secara geografis dan administratif, batas-batas Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Simalungun

Sebelah Selatan : Kabupaten Taput dan Humbang Hasundutan Sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat


(34)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Kawasan hutan Kabupaten Samosir tersebar di dua daratan, yaitu daratan Samosir dan daratan Sumatera dengan luas keseluruhan 62.120,16 Ha atau sekitar 0,9% dari luas hutan Sumatera Utara yaitu seluas 7.243.746,66 Ha.

Kawasan hutan yang dimiliki Kabupaten Samosir terdiri dari kawasan hutan register seluas 42.765,11 Ha, kawasan hutan inlijving 11,650.05 Ha serta hutan rakyat seluas sekitar 15.705 Ha. Inlijving adalah Penyerahan tanah masyarakat kepada pemerintah Republik Indonesia untuk dijadikan kawasan hutan negara. Berdasarkan fungsinya, Kabupaten Samosir memiliki kawasan hutan dengan fungsi lindung dan produksi.

a. Hutan Lindung

Luas hutan lindung Kabupaten Samosir sampai tahun 2005 adalah 24,608.84 Ha, yang tersebar di daratan Sumatera sebanyak 81% (19,878.29 hektar) dan daratan Samosir 19% (4,730.55 Ha). Kawasan hutan lindung ini ditetapkan dari kawasan inlijving sekitar 11,650.05 Ha dan kawasan register seluas 12,958.79 Ha.

b. Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi di Kabupaten Samosir adalah seluas 24,688.42 Ha, yang berada di kawasan hutagalung register 41, Kecamatan Harian, dan termasuk ke dalam kelompok daratan Sumatera. Sedangkan hutan produksi terbatas seluas 5,117.90 Ha yang tersebar di kawasan Samosir register 43 dan 81, Kecamatan Ronggur Nihuta dan Palipi.

Berdasarkan data yang ada hingga tahun 2005, kawasan gundul/kritis di kawasan hutan seluas 12,939.75 Ha dan kawasan inlijving seluas 9,320 Ha. Lahan tersebut terdapat di daratan sumatera sebanyak 81 % dan daratan Samosir 19 %.


(35)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Lahan kritis yang terluas terdapat di kecamatan harian dan Sitio-tio masing-masing 10,357.00 Ha dan 3.165,00 Ha. Data kawasan hutan register dan inlijving di Kabupaten Samosir ditampilkan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Data kawasan hutan register dan inlijving di Kabupaten Samosir No . Nama Kawasan Kecamatan Kawasan

Daratan No. Reg

Luas (Ha) Luas Menurut Fungsi Hutan (Ha) Luas Kawasan Gundul/ Kritis Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Lindung

1. Samosir Ronggur Nihuta

Sam 43 1.650,00 - 1.650,00 - 495,00

2. Samosir Tonga

Palipi Sam 81 3.467,90 - 3.467,90 - 1.040,37

3. Harangan Nabolak

Simanindo Sam 64 2.020,00 - - 2.020,00 606,00

4. Hutagalung Harian Sum 41 34.525,00 24.688,42 - 9.836,58 10.357,50 5. Tele Sianjur

Mula-Mula

Sum 80 710,90 - - 710,90 284,36

6. Dairi Sianjur Mula-Mula

Sum 82 391,31 - 391,31 156,52

7. Pusuk Buhit Sianjur Mula-Mula, Pangururan

Sum, Sam

Inj 1.003,00 - - 1.003,00 802,40

8. Hariara Pintu Harian Sum Inj 1.806,25 - - 1.806,25 1.445,00 9. Hasinggahan Sianjur

Mula-Mula

Sum Inj 974,00 - - 974,00 779,20

10 Baniara-Janji Martahan

Harian Sum Inj 1.200,00 - - 1.200,00 960,20

11. Sihotang, Dolok Nauli, Sabulan, Holbung

Pangururan, Sitio-tio

Sum Inj 3.956,25 - - 3.956,25 3.165,00

12. Curaman-Tomok Ambarita

Simanindo Sam Inj 1.196,00 - - 1.196,00 956,80

13. Siharbangan Ronggur Nihuta

Sam Inj 171,25 - - 171,25 137,00

14. Sitatar-Batu Jagar

Palipi Sam Inj 671,90 - - 671,90 537,00

15. Tanjungan Parborasan

Simanindo Sam Inj 224,40 - - 224,40 179,52

16. Parmonangan Sihombing

Simanindo Sam Inj 272,00 - - 272,00 217,60

17 Dolok Panantanan

Palipi Sam Inj 175,00 - - 175,00 140,00

Jumlah 54.415,00 24.688,00 5.117,90 22.259,79 Sumber: Limbong, 2006.

Keterangan:

Sum` : Sumatera Sam : Samosir Inj : Inlijving No. Reg : No. Register


(36)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Pada Tabel 3 dan 4, ditampilkan data tentang luas kawasan hutan berdasarkan keadaaan vegetasi pada kawasan hutan register dan inlijving.

Tabel 3 Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan register No. Nama Kawasan Luas Berdasarkan Vegetasi Jumlah

Hutan Alam

Hutan Pinus

Rimba

1. Daratan Samosir 1.456,07 4.936,49 745,34 7.137,90 2. Daratan

Sumatera

16.089 1.352,90 0 17.441,90 Jumlah 17.545,07 6.289,39 745,34 24.579,80 Sumber: Limbong, 2006.

Tabel 4 Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan inlijving

No. Nama

Kawasan

Luas Berdasarkan Vegetasi Jumlah Hutan

Alam

Hutan Pinus

Rimba 1. Daratan

Samosir

0 3.465,00 125,00 3.590,00 2. Daratan

Sumatera

170 4.887,00 450,00 5.507,00 Jumlah 170 8.352,00 575,00 9.097,00 Sumber: Limbong, 2006.

Pada Tabel 5 ditampilkan data tentang luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir.

Tabel 5 Luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir

No. Kecamatan Luas Hutan (Ha) Persentase (%)

1. Ronggur Nihuta 1.821,25 3,35

2. Harian 37.531,25 68,97

3. Palipi 4.314,80 7,93

4. Pangururan 1.003,00 1,84

5. Sianjur Mula-Mula 2.076,21 3.82

6. Simanindo 3.712,40 6,82

7. Sitio-Tio 3.956,25 7,27

8. Nainggolan 0,00 0,00

9. Onan Runggu 0,00 0,00

Jumlah 54415,16 100,00


(37)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Rencana kegiatan penghijauan dan reboisasi terhadap kawasan hutan yang dalam kondisi kritis yang terdapat di Kabupaten Samosir telah beberapa kali dilakukan mulai tahun 1999 yang terus berlanjut hingga tahun 2003. Namun realisasi kegiatan tersebut tidak tidaklah seperti yang direncanakan. Dalam Tabel 6 di bawah ini, ditampilkan data penghijauan dan reboisasi di kawasan hutan Kabupaten Samosir mulai tahun 1999 hingga 2003.

Tabel 6 Kegiatan penghijauan dan reboisasi kawasan hutan di Kabupaten Samosir Tahun

Penghijauan Reboisasi

Rencana (Ha) Realisasi (Ha) Rencana (Ha) Reboisasi (Ha)

1999/2000 1.000 425 - -

2000/2001 2.000

2001/2002 3.000 - 300 -

2002/2003 4.000 60 500 50

2003/2004 1.302 687 5.105 2.779 Sumber: BPS dan BAPPEDA Kabupaten Samosir, 2003.

Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit

Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan. Dari ke-9 kecamatan tersebut, lokasi kegiatan Gerhan tahun 2008 yang terpusat di Kawasan Hutan Pusuk Buhit berada di 2 kecamatan yakni Kecamatan Sianjur Mula-Mula dan Kecamatan Pangururan.

Kecamatan Sianjur Mula-Mula memiliki luasan wilayah sekitar 140,24 Km2. Secara geografis dan administratif, batas-batas Kecamatan Sianjur Mula-Mula adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Silalahi Sabungan Kabupaten Dairi Sebelah Selatan : Kecamatan Harian

Sebelah Barat : Kecamatan Harian dan Kabupaten Dairi Sebelah Timur : Kecamatan Pangururan


(38)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Kecamatan Pangururan memiliki luasan wilayah sekitar 121,43 Km2. Secara geografis dan administratif, batas-batas Kecamatan Pangururan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Simanindo Sebelah Selatan : Kecamatan Palipi

Sebelah Barat : Kecamatan Sianjur Mula-Mula Sebelah Timur : Kecamatan Ronggar Nihuta

Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit ditata batas pada tahun 2000. Kawasan ini telah dilakukan beberapa kali kegiatan reboisasi yakni pada tahun 1990/1991 dan pada tahun 2002/2003. Namun pada kenyataannya, kegiatan reboisasi yang telah dilakukan hingga tahun 2003 kurang berhasil akibat terjadinya kebakaran. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Sianjur Mula-Mula dan Pangururan yang didominasi petani, memanfaatkan kawasan hutan Pusuk Buhit yang kosong dan landai untuk ditanami kopi dan tanaman musiman lainnya (Limbong, 2006).


(39)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Masyarakat

Umur Responden

Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan program Gerhan. Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan luas lahan yang dikelola.

Rata-rata umur responden antara 29 – 58 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur, ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan umur

No. Kelompok Umur

(tahun)

Frekuensi Proporsi (%)

1. 20 – 30 4 20

2. 31 – 40 6 30

3. 41 – 50 8 40

4. > 51 2 10

Jumlah 20 100

Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa kelompok umur terbanyak yang berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan di kawasan hutan lindung Pusuk Buhit adalah 41 – 50 tahun (40 %). Menurut Mantra (2004), bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang dalam usia produktif yakni 25 – 64 tahun. Hal itu berarti, umur responden yang pada umumnya telah memiliki tanggung jawab dalam mencukupi kebutuhan keluarga, berada pada usia produktif sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak untuk merencanakan suatu kegiatan.


(40)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Namun, pertambahan umur nantinya juga akan menunjukkan kemampuan fisik seseorang dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu secara maksimal. Pada umur tertentu, seseorang dapat bekerja dan mencapai titik optimal kemudian dengan bertambahnya umur maka kemampuan seseorang juga akan menurun. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada umumnya telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP (75 %). Meskipun begitu, masih terdapat responden yang hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD (5 %) dan sisanya tingkat SLTA (20 %). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan, selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Proporsi (%)

1. SD 1 5

2. SMP 15 75

3. SLTA 4 20

Jumlah 20 100

Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden tidak rendah karena hanya ada 1 responden saja yang tingkat pendidikan SD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharjito (2000), yang mengatakan bahwa pendidikan SD termasuk dalam tingkat pendidikan rendah.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyerap sebuah informasi dan melakukan perubahan dan pengembangan terhadap suatu kegiatan. Oleh karenanya, tingkat pendidikan secara tidak langsung juga memberi pengaruh terhadap keberhasilan program Gerhan yang dilaksanakan


(41)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djamali (2000), yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan sejalan dengan tingkat produktivitas dan efesiensi kerja. Di Dusun Sitao-Tao hanya terdapat 1 sekolah yakni sekolah tingkat dasar atau yang biasa disebut SD. Sedangkan untuk sekolah tingkat SMP dan SMA harus menuju ke Desa Tanjung Bunga atau ke Pangururan (ibukota kabupaten). Kondisi ini menyebabkan masyarakat usia sekolah, khususnya yang melanjut ke tingkat SMP dan SMA, malas untuk bersekolah karena jarak sekolah yang sangat jauh dari rumah dan memilih untuk berdiam diri di rumah ataupun membantu orang tua ke ladang. Namun kondisi tersebut berbeda dengan pemikiran para orang tua di dusun tersebut. Mereka sangat bersemangat menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi dengan harapan dapat merubah nasib dan kualitas hidup pada masa mendatang.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian responden merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada umumnya, mata pencaharian utama responden adalah petani (100 %) dengan pekerjaan sampingan yakni pedagang (85 %) dan wiraswasta (5 %). Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sampingan, ditunjukkan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sampingan No. Jenis Mata Pencaharian Frekuensi Proporsi (%)

1. Pedagang 17 85

2. Wiraswasta 1 5

3. Tidak mempunyai pekerjaan sampingan

2 10

Jumlah 20 100


(42)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Dusun Sitao-Tao dibuka pada tahun 1960 dan awalnya termasuk wilayah yang cukup subur dan terkenal dengan penghasil kopi. Petani kopi di Dusun Sitao-Tao hampir 99 % dari jumlah penduduknya atau mencapai keseluruhan masyarakat yang tinggal di dusun tersebut. Jenis tanaman yang dominan dibudidayakan oleh para responden adalah kopi robusta (Coffea robusta). Selain tanaman kopi, responden juga menanam tanaman musiman seperti cabai, singkong, tomat, dan beberapa tanaman musiman lainnya. Kondisi tanah yang subur dan hasil panen yang baik, menarik perhatian banyak masyarakat dari berbagai kecamatan bahkan kabupaten lainnya untuk mengelola lahan di daerah tersebut. Sistem pengelolaan yang biasa digunakan oleh masyarakat pendatang adalah ladang berpindah. Kebiasaan ini menyebabkan bertambahnya jumlah lahan yang terdegradasi dan bahkan menyebabkan kebakaran akibat pembukaan lahan dengan cara dibakar.

Melihat kondisi tersebut, mengandalkan pendapatan hanya dari bertani dirasa tidak cukup lagi oleh masyarakat termasuk para responden dalam penelitian ini. Jarak yang tidak begitu jauh antara Dusun Sitao-Tao menuju pusat pasar di kota Pangururan, menarik perhatian responden untuk melakukan pekerjaan sampingan sebagai pedagang dengan menjual langsung hasil panen ke pasar ataupun berjualan jenis barang lainnya. Aktivitas ini memunculkan peluang kerja baru bagi masyarakat yakni dengan melakukan penyewaan angkutan untuk membawa penumpang serta barang dagangan dari tempat tinggal mereka menuju ke pasar.

Pasar Pangururan merupakan pasar pekan yang dibuka setiap hari Rabu. Saat seperti itu, para petani dari berbagai polosok dusun akan berdatangan dengan


(43)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

membawa serta hasil panen mereka untuk dijual di pasar. Kebiasaan ini disebut juga dengan istilah maronan.

Luas Lahan yang dikelola

Luas lahan yang digarap atau dikelola oleh responden tidak keseluruhannya adalah milik responden. Kekurangan lahan garapan menjadi alasan responden untuk menggarap lahan di dalam kawasan hutan di sekitar tempat tinggal mereka. Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan, ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10 Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan

No. Luas Lahan (Ha) Frekuensi Proporsi (%)

1. < 0,5 0 0

2. 0,5 – 1 15 75

3. > 1 5 25

Jumlah 20 100

Berdasarkan data Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar responden mengelola lahan yang berada di kawasan hutan dengan luasan 0,5 – 1 Ha (75 %). Luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan berbeda dengan luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik. Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik, ditunjukkan pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik

No. Luas Lahan (Ha) Frekuensi Proporsi (%)

1. < 0,4 6 30

2. 0,4 – 0,8 12 60

3. > 0,8 2 10

Jumlah 20 100

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kehutanan, diketahui bahwa 300 Ha kebun kopi yang dibudidayakan oleh masyarakat di Dusun


(44)

Sitao-Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Tao masuk ke dalam kawasan hutan. Luas kebun kopi tertinggi yang dimiliki masyarakat Dusun Sitao-Tao per KK adalah 2 Ha, sedang adalah 0,4 Ha dan terendah adalah 0,2 Ha. Responden dalam penelitian ini termasuk petani kopi dengan luasan kebun kopi berkategori sedang.

Berdasarkan Tabel 10 dan 11, dapat diketahui bahwa status lahan yang dikelola oleh responden dibedakan menjadi 3 yakni lahan di kawasan hutan dan lahan milik sendiri. Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden, ditunjukkam pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12 Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden

No. Status Lahan Luas lahan (Ha) Proporsi (%)

1. Kawasan hutan 20,2 68,9

2. Milik sendiri 9,1 31,1

Jumlah 29,3 100

Berdasarkan data pada Tabel 12, diketahui bahwa lahan yang banyak dimanfaatkan oleh responden adalah pada kawasan hutan (68,9 %) sedangkan untuk lahan garapan yang dimiliki sendiri seluas 9,1 ha (31,1 %). Tidak adanya status lahan yang disewa dikarenakan seluruh masyarakat yang tinggal di Dusun Sitao-Tao memiliki lahan sendiri meski hanya dalam luasan yang rendah. Sedangkan para pendatang yang melakukan ladang berpindah di daerah tersebut biasanya dengan memanfaatkan lahan milik saudara yang merupakan penduduk asli Dusun Sitao-Tao yang tidak dikelola. Namun akhirnya, peladang berpindah tersebut mencoba meluaskan lahan garapannya hingga ke kawasan hutan.

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Dusun Sitao-Tao merupakan akses tercepat dan termudah menuju ke areal penanaman Gerhan di lokasi Peabang. Kondisi jalan yang sudah cukup baik,


(45)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

menjadi alasan mengapa pelaksana Gerhan selalu melewati dusun ini untuk menuju ke lokasi Peabang. Oleh karena itu pula, pelaksana Gerhan merekrut sebagian tenaga kerja dari Dusun Sitao-Tao untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan ini.

Tingkat partisipasi masyarakat yang dinilai dalam penelitian ini adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Gerhan.

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Gerhan

Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program Gerhan

No. Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)

1. Tinggi 66,68 – 100 1 5

2. Sedang 33,34 – 66,67 10 50

3. Rendah 0 – 33,33 9 45

Jumlah 20 100

Tingkat partisipasi responden dalam perencanaan program Gerhan tersebut dapat dinilai dari keaktifan responden dalam setiap pertemuan yang diadakan, serta pengajuan ide-ide tentang perencanaan program Gerhan yang dilaksanakan atau bahkan pemberian sumbangan berupa materi jika ada. Berdasarkan data pada Tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program Gerhan yang berkategori tinggi ada sebanyak 1 orang (5 %) atau lebih rendah dibandingkan kategori sedang (50 %) dan rendah (45 %). Hal ini terjadi karena masyarakat sendiri merasa sudah paham dengan apa yang akan dilakukan nantinya sehingga jarang ikut dalam pertemuan yang diadakan.


(46)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Sebagian lainnya, jarang mengikuti pertemuan tersebut karena bertepatan dengan jam kerja mereka sehingga hanya mengharapkan informasi dari masyarakat lain yang ikut dalam pertemuan.

Pada umumnya, pertemuan yang diadakan tidak dilakukan secara rutin. Interaksi antara pelaksana program dengan masyarakat yang terjadi juga tidak secara langsung melainkan dijembatani oleh seseorang yang biasa disebut sebagai ketua kelompok kerja. Pelaksana program menunjuk salah seorang penduduk yang dianggap mampu untuk memimpin sekaligus mengawasi kelompok kerja dalam kegiatan Gerhan. Hal ini terjadi karena lokasi kegiatan Gerhan untuk waktu pelaksanaan yang sama, tidak terpusat di satu tempat saja meski masih dalam kawasan hutan lindung Pusuk Buhit. Meskipun begitu, ada beberapa kali diadakan pertemuan antara masyarakat dengan pelaksana program yakni saat pengenalan program gerhan, perekrutan pekerja, hingga kegiatan penyuluhan.

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Gerhan

Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 14.

Tabel 14 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan

No. Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)

1. Tinggi 66,68 – 100 12 60

2. Sedang 33,34 – 66,67 8 40

3. Rendah 0 – 33,33 0 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan data pada Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan yang berkategori tinggi ada sebanyak 12 orang (60 %) atau lebih tinggi dibandingkan kategori


(47)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

sedang (40 %). Hal ini dikarenakan kegiatan dalam pelaksanaan merupakan kegiatan inti dalam program Gerhan. Selain karena merupakan kegiatan inti, tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Gerhan dirangsang oleh keuntungan yang akan diperoleh masyarakat. Sistem upah yang diberlakukan dalam program Gerhan tersebut berdasarkan luasan lahan yang akan menjadi tanggung jawab seorang pekerja dari persiapan, hingga penanaman dengan besaran upah Rp 600.000/Ha.

Bentuk rencana kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari 3 bagian yakni:

1. Kegiatan persiapan, dilaksanakan pada Bulan Maret hingga Bulan Agustus tahun 2008. Kegiatan ini mencakup pengangkutan bibit dari Dinas Kehutanan ke lokasi dekat areal penanaman, pembuatan pondok penanaman, pembuatan papan nama, pembersihan areal penanaman dan pembuatan jalur tanam.

2. Kegiatan Penanaman dilaksanakan pada Bulan September hingga Bulan November tahun 2008. Kegiatan ini mencakup pembuatan lubang tanam, pemasangan ajir, dan penanaman. Kegiatan penanaman dilakukan pada musim hujan dimaksudkan agar kebutuhan bibit terhadap air tercukupi.

3. Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan pada Bulan Januari tahun 2009. Kegiatan ini mencakup pemeliharaan tanaman tahun pertama dan kedua.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, kelompok kerja sebelumnya telah diberi pelatihan dan diberitahu tentang beberapa hal penting seperti teknik pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam, hingga penanaman.

Khusus untuk daerah puncak gunung Pusuk Buhit (50 Ha), jenis tanaman yang dipilih adalah beringin(Ficus benjamina), jabi-jabi (Ficus microcarpa),


(48)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

hariara (Ficus sycomorus )dan tudak-tudak (Ficus macrophylla). Semua jenis tanaman ini merupakan hasil pembibitan masyarakat yang ikut berpartisipasi. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Gerhan

Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi program Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi program Gerhan

No. Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)

1. Tinggi 66,68 – 100 1 5

2. Sedang 33,34 – 66,67 19 95

3. Rendah 0 – 33,33 0 0

Jumlah 20 100

Kegiatan evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan Gerhan yang telah dilaksanakan dan mengidentifikasi kendala-kendala yang telah terjadi selama kegiatan dilaksanakan. Evaluasi yang telah dilakukan hanya sebatas pertanggungjawaban para pekerja kepada ketua kelompok kerja tentang kegiatan yang telah dilaksanakan.

Kembalinya kondisi hutan lindung Pusuk Buhit menjadi baik, tidak hanya menjadi keinginan pemerintah tetapi juga menjadi harapan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut. Ketergantungan masyarakat sekitar hutan terhadap keberadaaan hutan tersebut terkait dengan hal kesediaaan air dan kesuburan tanah. Oleh karenanya, masyarakat mengakui meski tidak adanya kelanjutan kerja setelah penanaman, masyarakat bersedia untuk menjaga tanaman yang telah ditanam tersebut.


(49)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Pandangan positif dari masyarakat memberi dampak baik terhadap keberhasilan program Gerhan khususnya nasib tanaman yang telah ditanam Meskipun begitu, sudah seharusnya setiap kegiatan tetap dilakukan evaluasi kerja sebagai bahan koreksi untuk kegiatan yang sama pada masa mendatang.

Evaluasi kerja seharusnya tidak sekedar tentang target bibit yang sudah ditanam dan keberhasilan tumbuhnya saja tetapi juga dampak kegiatan tersebut terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini menjadi penting, karena kegagalan yang sering terjadi dalam program Gerhan khususnya di kawasan hutan lindung Pusuk Buhit disebabkan karena terjadinya kebakaran yang tidak terkendali. Isu yang beredar, kebakaran tersebut sebagian kecil saja yang diakibatkan karena alam sedangkan sebagian besarnya adalah faktor buatan. Faktor buatan yang dimaksud adalah tindakan manusia baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Ketidaksengajaan yang dimaksud adalah api yang tidak terkendali yang disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih memilih membuka lahan baru dengan cara dibakar atau untuk kepentingan pakan ternak. Sedangkan kesengajaan yang dimaksud adalah adanya masyarakat yang sengaja membakar tanaman Gerhan yang telah selesai ditanam yang disebabkan adanya kecemburuan sosial.

Kenyataan di lapangan yang terjadi, kelompok kerja yang dipilih untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan tersebut hampir keseluruhannya berasal dari kecamatan yang berbeda atau bahkan dari kabupaten yang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan hanya 20 orang saja dari Dusun Sitao-Tao yang ikut berpartisipasi. Sedangkan yang lainnya, yang tahu akan hal tersebut, yang


(50)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

bertempat tinggal berbatasan langsung dengan areal penanaman merasa kecewa sehingga tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan.

Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Masyarakat

Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan ditunjukkan pada Tabel 16.

Tabel 16 Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan No. Partisipasi Masyarakat Rata-Rata Kategori

1. Perencanaan 37,19 Sedang

2. Pelaksanaan 77,92 Tinggi

3. Evaluasi 52,5 Sedang

Jumlah 167,61

Rata-rata 55,87 Sedang

Berdasarkan data pada Tabel 16 di atas, diketahui bahwa rata-rata tingkat partisipasi masyarakat terhadap ketiga kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, termasuk dalam kategori sedang. Tingkat patisipasi masyarakat dalam ketiga kegiatan telah termasuk kategori sedang setidaknya diharapkan dapat menjadi jaminan akan kelangsungan dan keberhasilan program Gerhan selanjutnya.

Penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan

Penentuan prioritas jenis tanaman Gerhan berdasarkan metode AHP dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan Software Expert Choice. Pemberian nilai yang dilakukan oleh para responden ahli dibagi atas 3 yakni kriteria, sub kriteria dan alternatif pilihan. Pemberian nilai dilakukan dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang lain. Pemberian nilai dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang lain dalam persentase berdasarkan kriteria, seperti tampak pada Tabel 17.


(51)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Tabel 17 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) Perbandingan

Elemen pembanding

lebih penting

(%)

Elemen pembanding sama dengan elemen yang dibandingkan

(%)

Elemen yang dibandingkan

lebih penting (%) Elemen

pembanding

Elemen yang dibandingkan

Ekonomi Ekologi - - - - 4 100 Ekonomi Sosial 2 50 1 25 1 25 Ekonomi Silvikultur - - - - 4 100 Ekologi Sosial 4 100 - - -

Ekologi Silvikultur 1 25 3 75 - - Sosial Silvikultur - - - - 4 100

Berdasarkan Tabel 17 di atas, diketahui bahwa persentase tertinggi menurut asumsi keempat responden ahli adalah aspek ekologi. Hal ini terlihat jelas dalam Tabel 17, yakni elemen ekologi jika dibandingkan dengan aspek ekonomi dan aspek sosial, aspek ekologi (100%) adalah pilihan tertinggi yang dipilih oleh keempat responden ahli. Begitu pula yang terlihat dengan aspek silvikultur yang dibandingkan dengan aspek ekonomi dan aspek sosial, aspek silvikultur (100%) adalah pilihan tertinggi yang dipilih oleh keempat responden ahli. Oleh karenanya, ketika aspek ekologi dibandingkan dengan aspek silvikultur, tiga dari empat responden ahli menganggap bahwa elemen yang dibandingkan memiliki nilai yang sama, dan hanya satu yang menganggap aspek ekologi lebih tinggi dibandingkan aspek silvikultur.

Pemberian nilai dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang lain dalam persentase berdasarkan sub kriteria, seperti tampak pada Tabel 18.


(52)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Tabel 18 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) Kriteria

Perbandingan Elemen pembanding lebih penting %

Elemen pembanding sama dengan elemen yang dibandingkan % Elemen yang dibanding lebih penting % Elemen pembanding Elemen yang dibandingkan

Ekonomi Pemasaran Harga 1 25 - - 3 75 Bagian

dimanfaatkan

2 50 - - 2 50

Harga Bagian yang dimanfaatkan

4 100 - - - -

Ekologi Kesesuaian tempat tumbuh

Fungsi lindung 2 50 - - 2 50 Ketahanan

panas

2 50 - - 2 50

Fungsi lindung

Ketahanan panas

1 25 1 25 2 50

Sosial Disukai masyarakat

Sesuai dengan adat

1 25 2 50 1 25

Silvikurtur Ketersediaan bibit

Tingkat kerusakan bibit

1 25 2 50 1 25

Kemudahan pemeliharaan

3 75 - - 1 25

Tingkat kerusakan bibit

Kemudahan pemeliharaan

3 75 1 25 - -

Berdasarkan Tabel 18 di atas, diketahui bahwa keempat responden ahli setuju bahwa dalam aspek ekonomi, harga (100%) memiliki nilai pembanding yang tinggi dibandingkan dengan banyaknya bagian yang dapat dimanfaatkan. Para ahli berasumsi bahwa kebutuhan manusia terhadap kayu tetap akan selalu ada meski telah banyak produk alternatif yang ditawarkan sebagai pengganti kayu. Oleh karenanya, aspek ekonomi (harga) yang dimiliki oleh sebatang kayu lebih diutamakan dibandingkan dengan faktor pemasaran (yang tergantung pada tingkat permintaan) yang selalu tersedia dan juga faktor banyaknya bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan (yang tergantung pada jenis tanaman). Sedangkan untuk elemen lainnya dalam setiap aspek, nilai perbandingannya hampir seimbang atau bahkan cenderung sama.


(53)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Pemberian nilai dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang lain dalam persentase berdasarkan alternatif, seperti tampak pada Tabel 19.

Tabel 19 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) Kriteria Sub

kriteria

Perbandingan Elemen pembanding lebih penting % Elemen pembanding sema dengan elemen yang dibandingkan % Elemen yang dibanding lebih penting % Elemen pembanding Elemen yang dibandingkan

Ekonomi Pemasaran

Pinus

Beringin 4 100 - - - - Tudak-tudak 4 100 - - - - Jabi-jabi 4 100 - - - - Hariara 4 100 - - - -

Beringin

Tudak-tudak 1 25 3 75 - - Jabi-jabi 1 25 3 75 - - Hariara 1 25 3 75 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi - - 3 75 1 25 Hariara - - 3 75 1 25 Jabi-jabi Hariara - - 3 73 1 25 Harga

Pinus

Beringin 4 100 - - - - Tudak-tudak 4 100 - - - - Jabi-jabi 4 100 - - - - Hariara 4 100 - - - - Beringin Tudak-tudak 2 50 2 50 - - Jabi-jabi 1 25 3 75 - - Hariara 1 25 3 75 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi - - 2 50 2 50 Hariara - - 2 50 2 50 Jabi-jabi Hariara - - 3 75 1 25 Bagian

yang dimanfaat

Pinus Beringin 4 100 - - - - Tudak-tudak 4 100 - - - - Jabi-jabi 4 100 - - - - Hariara 4 100 - - - - Beringin Tudak-tudak 2 50 2 50 - - Jabi-jabi 2 50 2 50 - - Hariara 2 50 2 50 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi 1 25 2 50 1 25 Hariara 1 25 2 50 1 25 Jabi-jabi Hariara 1 25 2 50 1 25 Ekologi Kesesuaian

tempat tumbuh

Pinus

Beringin 1 25 - - 3 75 Tudak-tudak 1 25 - - 3 75 Jabi-jabi 1 25 - - 3 75 Hariara 1 25 - - 3 75 Beringin Tudak-tudak 1 25 3 75 - -

Jabi-jabi - - 4 100 - - Hariara 1 25 3 75 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi - - 3 75 1 25 Hariara - - 4 100 - - Jabi-jabi Hariara - - 3 75 1 25


(54)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Tabel lanjutan Fungsi lindung

Pinus Beringin - - - - 4 100 Tudak-tudak - - - - 4 100 Jabi-jabi - - - - 4 100 Hariara - - - - 4 100 Beringin Tudak-tudak 2 50 2 50 - -

Jabi-jabi - - 4 100 - - Hariara 1 25 3 75 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi - - 2 50 2 50 Hariara - - 3 75 1 25 Jabi-jabi Hariara 1 25 3 75 - - Ketahanan

terhadap panas

Pinus Beringin - - - - 4 100 Tudak-tudak - - - - 4 100 Jabi-jabi - - - - 4 100 Hariara - - - - 4 100 Beringin Tudak-tudak 1 25 3 75 - -

Jabi-jabi - - 4 100 - - Hariara 1 25 3 75 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi - - 3 75 1 25 Hariara - - 4 100 - - Jabi-jabi Hariara 1 25 3 75 - - Sosial Disukai

masyarakat

Pinus Beringin 3 75 - - 1 25 Tudak-tudak 3 75 - - 1 25 Jabi-jabi 3 75 - - 1 25 Hariara 3 75 - - 1 25 Beringin Tudak-tudak 3 75 1 25 - -

Jabi-jabi 2 50 2 50 - - Hariara 1 25 3 75 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi 1 25 1 25 2 50 Hariara - - 1 25 3 75 Jabi-jabi Hariara 1 25 3 75 - - Kesesuaian

adat

Pinus Beringin 1 25 - - 3 75 Tudak-tudak 1 25 - - 3 75 Jabi-jabi 1 25 - - 3 75 Hariara 1 24 - - 3 75 Beringin Tudak-tudak 1 25 - - 3 75 Jabi-jabi 1 25 - - 3 75 Hariara 1 25 - - 3 75

Tudak-tudak

Jabi-jabi 1 25 3 75 - - Hariara - - 3 75 1 25 Jabi-jabi Hariara 1 25 3 75 - - Silvikultur Ketersediaan

bibit

Pinus Beringin 2 50 - - 2 50 Tudak-tudak 2 50 - - 2 50 Jabi-jabi 2 50 - - 2 50 Hariara 2 50 - - 2 50 Beringin Tudak-tudak - - 2 50 2 50 Jabi-jabi - - 4 100 - - Hariara - - 3 75 1 25

Tudak-tudak

Jabi-jabi 2 50 2 50 - - Hariara 2 50 2 50 - - Jabi-jabi Hariara - - 4 100 - -


(55)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Tabel lanjutan Tingkat kerusakan bibit

Pinus Beringin 2 50 1 25 1 25 Tudak-tudak 2 50 1 25 1 25 Jabi-jabi 2 50 1 25 1 25 Hariara 2 50 1 25 1 25 Beringin Tudak-tudak - - 4 100 - -

Jabi-jabi - - 4 100 - - Hariara - - 4 100 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi - - 4 100 - - Hariara - - 4 100 - - Jabi-jabi Hariara - - 4 100 - - Kemudahan

pemeliharaan

Pinus Beringin 2 50 - - 2 50 Tudak-tudak 2 50 - - 2 50 Jabi-jabi 2 50 - - 2 50 Hariara 2 50 - - 2 50 Beringin Tudak-tudak - - 4 100 -

-Jabi-jabi - - 4 100 - -Hariara - - 4 100 - -

Tudak-tudak

Jabi-jabi - - 4 100 - -Hariara - - 4 100 - -Jabi-jabi Hariara - - 4 100 -

-Berdasarkan Tabel 19 di atas, terlihat adanya kecenderungan jenis tanaman yang dipilh oleh keempat responden ahli berdasarkan aspek yang dimaksud. Pada aspek ekonomi, keempat responden ahli cenderung memilih jenis pinus sebagai tanaman yang diprioritaskan dibanding keempat jenis tanaman lainnya. Sedangkan pada aspek ekologi, keempat responden ahli cenderung memilih jenis beringin dibandingkan dengan pinus dan memiliki nilai perbandingan yang cenderung sama jika dibandingkan dengan tiga jenis tanaman lainnya yang masih satu marga dengan beringin. Sedangkan untuk aspek sosial dan silvikultur, pilihan responden ahli terhadap jenis tanaman hampir merata. Dalam Tabel 19 juga terlihat bahwa, untuk jenis tanaman yang berasal dari marga ficus, nilai perbandingan diantaranya hampir sama ataupun hanya berbeda tidak terlalu tinggi.


(56)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Selanjutnya adalah distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria, seperti tampak pada Tabel 20.

Tabel 20 Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria masing-masing Tim Ahli (TA)

Kriteria Sub kriteria TA 1 TA 2 TA 3 TA 4 Rataan geometris

Vektor prioritas Ekonomi 0,080 0,095 0,114 0,125 0,102 0,104

Pemasaran 0,069 0,637 0,089 0,249 0,177 0,205 Harga 0,687 0,258 0,559 0,594 0,493 0,571 Bagian

yang dimanfaatkan

0,244 0,105 0,352 0,157 0,194 0,225

Ekologi 0,523 0,368 0,411 0,375 0,415 0,423

Kesesuaian tempat tumbuh 0,796 0,105 0,731 0,170 0,319 0,425 Fungsi lindung 0,121 0,258 0,081 0,443 0,183 0,244 Ketahanan panas 0,083 0,637 0,188 0,387 0,249 0,332 Sosial 0,043 0,169 0,064 0,125 0,087 0,089

Disukai masyarakat 0,500 0,833 0,500 0,333 0,513 0,557 Kesesuain adat 0,500 0,167 0,500 0,667 0,409 0,443 Silvikultur 0,354 0,368 0,411 0,375 0,376 0,384

Ketersediaan bibit 0,467 0,709 0,455 0,142 0,382 0,440 Tingkat kerusakan bibit 0,467 0,179 0,455 0,429 0,357 0,411 Kemudahan pemeliharaan 0,066 0,112 0,090 0,429 0,130 0,149

Tabel 20 di atas menunjukkan rata-rata dari nilai pembanding yang telah diberikan oleh responden ahli yang disebut dengan rataan geometris. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini, jumlah respoden ahli yang digunakan lebih dari satu sehingga harus dicari rataan geometrisnya agar diperoleh nilai rata-ratanya. Rataan geometris diperoleh dengan cara mengalikan nilai dari keempat responden ahli kemudian diakarkan dengan pangkat sesuai jumlah responden ahli.

Setelah diperoleh rataan geometris, maka dapat ditentukan vektor prioritasnya dengan cara membagi masing-masing nilai rataan geometris dengan total rataan geometris. Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa aspek ekologi (0,423) memiliki nilai tertinggi atau dengan kata lain merupakan vektor prioritas yang dimaksud dalam penelitian ini.


(1)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.


(2)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Lampran 10. Dokumentasi penelitian

Kawasan hutan Pusuk Buhit


(3)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Lokasi penanaman Gerhan


(4)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.

Lahan yang dikelola masyarakat dengan status lahan dalam kawasan hutan

Lahan yang dikelola masyarakat dengan status lahan milik


(5)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.


(6)

Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.