Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam Konsolidasi Kehidupan Petani” (Studi Deskriptif Pada Kelompok Tani Museum di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo).

(1)

Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Konsolidasi Kehidupan Petani (Studi Deskripsi pada Kelompok Tani Museum Di Desa Raya Kecamatan Berastagi

Kab. Karo)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

DISUSUN OLEH : Wisnu Wadana Pranata Sinaga

Nim. 090901026

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

 


(2)

 

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Konsolidasi Kehidupan Petani” (studi deskriptif pada kelompok tani museum di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo). Berawal dari ketertarikan penulis terhadap kehidupan petani di Desa Raya Tersebut. Untuk menjalankan kegiatan pertanian secara intensif dibutuhkan kemampuan petani yang baik. Salah satu upaya peningkatan kemampuan petani tersebut melalui pemberdayaan kelompok tani. Dengan adanya pemberdayaan kelompok tani maka diharapkan kemampuan petani dapat meningkat dan dapat menjalankan kegiatan pertanian secara intensif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) dan informan dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung kedalam keanggotaan kelompok tani Museum dan penyuluh pertanian di Desa Raya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan yang ada pada kelompok tani museum diantaranya : pemberdayaan bidang ekonomi melalui dana PUAP ( pengembangan usaha agribisnis pedesaan ) yang bertujuan memandirikan anggota kelompok. Pendayagunaan dana PUAP yang diperoleh kelompok tani tersebut dengan dibentuknya kegiatan simpan pinjam pada kelompok tani Museum. Fungsi terbentuknya kegiatan simpan pinjam pada kelompok tani Museum dapat memandirikan petani dan rumah tangga petani secara ekonomi. Pemberdayaan sosial yang bertujuan peningkatan produktivitas pertanian diantaranya terdiri dari kegiatan penyuluh pertanian, pengadaan pupuk subsidi, pelatihan pembuatan pupuk organik/kompos. Dengan adanya pemberdayaan yang ada pada kelompok tani museum dapat meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan aktivitas-aktivitas pertanian dan juga dapat memberikan kehidupan yang lebih baik terhadap petani dan rumah tangga petani.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas segala karunia dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini yang berjudul “ Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Konsolidasi Kehidupan Petani”. Disusun sebagai sabagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Saya juga menyadari kalau penulisan skripsi ini memiliki banyak kekurangan, maka dari itu skripsi ini juga terbuka untuk dikoreksi ataupun dilanjutkan kembali untuk proses yang lebih baik lagi. Dalam penulisan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi dan selaku dosen penguji dalam ujian komperehensif penulis, dimana beliau banyak membimbing dan memberikan masukan-masukan selama perkuliahan dan selama penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. T.Ilham Saladin M.Sp selaku Dosen Wali I yang banyak memberikan masukan-masukan selama perkuliahan, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan yang bapak ajarkan kepada saya.


(4)

4. Ibu Linda Elida, M.Si selaku Dosen Wali II yang banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan ibu. 5. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

mengajarkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan diberi kesehatan kepada bapak.

6. Kepada kedua orang tua saya J. Sinaga dan L. Sinuraya yang telah memberikan dukungan moral dan material dalam menyelesaikan pendidikan saya beserta adik-adik saya yang telah memberikan semangat .

7. Segenap Dosen, Staff dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kepada kak Betty, kak Feni Khairifa yang telah banyak membantu penulis dalam bidang administrasi selama perkuliahan.

8. Kepada segenap anggota kelompok Tani museum yang telah bersedia memberikan waktu luang dan memberikan data-data yang dibutuhkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada teman-teman Sosiologi stambuk 2009 yang selama ini melewatkan waktu perkuliahan bersama-sama, terimakasih atas dukungan dan semangat teman-teman.

10.Kepada senior-senior Sosiologi dan junior-junior Sosiologi yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan


(5)

saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Juli 2014

Wisnu Wadana Pranata Sinaga NIM : 090901026


(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... ii

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Beelakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...6

1.3Tujuan Penelitian ...6

1.4Manfaat Penelitian ...6

1.5Defenisi Konsep ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktural Fungsional Robert K. Merton ...9

2.2 Tinjauan Pemberdayaan Petani ...12

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan ...12

2.2.2 Pendekatan Pemberdayaan ...16

2.2.3 Pemberdayaan Kelompok Tani ...18

2.3 Kelompok ...20

2.4 Gambaran Umum Kelompok Tani...21

2.5 Fungsi Kelompok Tani ...25

2.6 Masyarakat Petani ...26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...28

3.2 Lokasi Penelitian ...28

3.3 Unit Analisis dan Informan ...29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...29

3.5 Interpretasi Data ...31

3.6 Jadwal Kegiatan ...32

3.7 Keterbatasan Penelitian ...32

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...34

4.1.1 Sejarah dan Kondisi Geografis Desa Raya ...34

4.1.2 Kondisi Topografi Desa ...35


(7)

4.1.4 Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi Penduduk ...39

4.1.5 Kondisi Pemerintahan Desa ...41

4.1.6 Sarana dan Prasarana ...43

4.2 Sejarah Kelompok Tani Museum dan Struktur Keanggotaan ...46

4.2.1 Tugas Pengurus Kelompok Tani ...51

4.3 Profil Informan ...53

4.4 Interpretasi Data ...61

4.4.1 Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani Museum ...61

4.4.1.1Pemberdayaan Bidang Ekonomi Melalui PUAP( pengembangan usaha agribisnis pedesaan ). ...62

4.4.1.2Pemberdayaan Bidang Sosial Bertujuan Peningkatan Produktivitas Pertanian ...69

4.4.2 Fungsi Manifest Pemberdayaan Kelompok Tani ...91

4.4.3 Fungsi Laten Pemberdayaan Kelompok Tani ...93

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ...96

Daftar Pustaka ...97 Lampiran ...


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Jadwal Kegiatan ...32

Tabel 4.1 Tabel Peruntukan Lahan/Tanah ...36

Tabel 4.2 Tabel Kepadatan Penduduk Desa Raya Menurut Jenis Kelamin ...36

Tabel 4.3 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Usia ...37

Tabel 4.4 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Agama ...38

Tabel 4.5 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...38

Tabel 4.6 Tabel Struktur Tata Kelola Pemerintahan Desa Raya ...43

Tabel 4.7 Tabel Prasarana Perhubungan/Jalan ...44

Tabel 4.8 Tabel Sarana Pendidikan ...44

Tabel 4.9 Tabel Sarana Peribadatan ...45

Tabel 5.0 Tabel Sarana Kesehatan ...46


(9)

 

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Konsolidasi Kehidupan Petani” (studi deskriptif pada kelompok tani museum di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo). Berawal dari ketertarikan penulis terhadap kehidupan petani di Desa Raya Tersebut. Untuk menjalankan kegiatan pertanian secara intensif dibutuhkan kemampuan petani yang baik. Salah satu upaya peningkatan kemampuan petani tersebut melalui pemberdayaan kelompok tani. Dengan adanya pemberdayaan kelompok tani maka diharapkan kemampuan petani dapat meningkat dan dapat menjalankan kegiatan pertanian secara intensif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) dan informan dalam penelitian ini adalah petani yang tergabung kedalam keanggotaan kelompok tani Museum dan penyuluh pertanian di Desa Raya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan yang ada pada kelompok tani museum diantaranya : pemberdayaan bidang ekonomi melalui dana PUAP ( pengembangan usaha agribisnis pedesaan ) yang bertujuan memandirikan anggota kelompok. Pendayagunaan dana PUAP yang diperoleh kelompok tani tersebut dengan dibentuknya kegiatan simpan pinjam pada kelompok tani Museum. Fungsi terbentuknya kegiatan simpan pinjam pada kelompok tani Museum dapat memandirikan petani dan rumah tangga petani secara ekonomi. Pemberdayaan sosial yang bertujuan peningkatan produktivitas pertanian diantaranya terdiri dari kegiatan penyuluh pertanian, pengadaan pupuk subsidi, pelatihan pembuatan pupuk organik/kompos. Dengan adanya pemberdayaan yang ada pada kelompok tani museum dapat meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan aktivitas-aktivitas pertanian dan juga dapat memberikan kehidupan yang lebih baik terhadap petani dan rumah tangga petani.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mayoritas masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian, sehingga Indonesia merupakan masuk pada kategori negara yang sedang berkembang hingga saat ini. Di negara yang sedang berkembang, umumnya kegiatan perekonomiannya sangat ditujukan oleh sektor pertanian. Sehingga pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor pertanian. Pembangunan yang mendasar pada sektor pertanian sangat dibutuhkan, karena hasil ini dapat meningkatkan mutu makanan penduduk dan kesejahteraan petani

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30351/5/Chapter%20I.pdf).

Sumberdaya manusia memegang peranan sangat penting dalam proses pembangunan pertanian tanpa mengesampingkan faktor-faktor lainnya. Pembangunan pertanian tidak lepas dari andil masyarakat tani yang lebih banyak berdomisili didaerah pedesaan, dimana sektor pertanian menjadi penopang utama sumber kehidupan dan penghidupan bagi mereka. permasalahan yang sangat mendasar dipedesaan kaitannya dengan ketidakberdayaan masyarakat tani itu sendiri baik dari segi kekuasaan terhadap peran, kekuasaan terhadap sumber daya dan kekuasaan terhadap keahlian.

Pada saat ini, kualitas sumber daya manusia yang bekerja pada sektor pertanian masih dapat dikatakan rendah. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka yang masih rendah dan jarang memiliki pengetahuan dalam bidang pertanian yang dapat dikatakan cukup.


(11)

Banyak persoalan yang dihadapi oleh para petani, mulai dari produksi, pemasaran maupun masalah sosial didalam kehidupannya sehari-hari.

Kemampuan yang dimiliki sebagaian masyarakat tani tidak siap dengan segala kebutuhan, dimana segala sesuatu harus tersedia secara cepat dan tepat. Namun inilah kenyataan yang masih terjadi dikalangan petani, sehingga keterbelakangan dan kemiskinan masih menyelimuti kehidupan mereka. hal tersebut bukan oleh kinerja mereka yang belum maksimal, tetapi oleh karena beberapa sebab misalnya terbatasnya kesempatan mereka untuk bisa mengakses informasi tentang pertanian, kurangnya penyuluh-penyuluh tentang bagaimana mengelola lahan serta bercocok tanam yang produktif.

Melihat sejumlah masalah yang sangat kompleks yang sering dihadapi petani tersebut, menuntut adanya upaya-upaya penyuluhan, pengembangan dan pemberdayaan yang tersusun secara sistematis dan terus menerus dikalangan petani. Penyuluh dan pemberdayaan serta pengembangan yang diperoleh disini agar berorientasi pada masalah yang dihadapi petani.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang kondisi miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan (Zubaedi 2013:24) . Tujuan ini meliputi bagaimana membuat masyarakat mampu membangun dirinya sendiri atau berdaya, mampu bekerjasama, mampu mencari dan menangkap informasi, serta mampu mengambil keputusan. Dalam hal ini yang menjadi sasaran pemberdayaan adalah masyarakat tani.


(12)

Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian perlu diberdayakan agar mereka mampu menganalisa masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai sumberdaya yang dimilikinya. Konsep yang digunakan dalam memberdayakan petani melalui konsep kelompok. Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya secara alamiah manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia sekelilingnya. Dengan demikian, hampir dari seluruh waktu dalam kehidupan sehari-hari dihabiskan melalui interaksi dalam kelompok, dapat dikatakan bahwa pada setiap perkembangannya manusia membutuhkan kelompok.

Pemberdayaan kelompok tani/petani merupakan konsep yang dikembangkan untuk memperkuat kemandirian petani. Dimana pemberdayaan kelompok tani meliputi peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani melalui penyuluh dan pelatihan, pengembangan jaringan usaha melalui kerjasama, koordinasi dan komunikasi serta peningkatan peran pembinaan melalui motivasi, fasilitasi dan bimbingan teknis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/KPTS/OT.160/4/2007 tentang pedoman penumbuhan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani, menjelaskan pada tanggal 11 juni 2005 presiden RI telah mencanangkan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan (RPPK) sebagai salah satu triple track strategi dari Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Arah revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan (RPPK) mewujudkan pertanian yang tangguh untuk memantapkan ketahanan pangan,


(13)

peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani

(http://perundangan.deptan.go.id/admin/file/SK-273-07.pdf).

Kelompok tani merupakan kelembagaan (institusi) non-formal dipedesaan yang beranggotakan petani-petani yang mempunyai kepentingan sama, yakni meningkatkan produksi pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya (Kartasapoetra, 1994 :71). Kelompok tani sangat berperan dalam menjembatani dan menterjemahkan program-program pemerintah dibidang peningkatan produksi pertanian. Dengan demikian, pembinaan kelompok tani dipedesaan merupakan hal penting dalam rangka membangkitkan, mengembangkan dinamika dan kemandirian kelompok tani di pedesaan. Dalam hal ini kelompok tani merupakan kumpulan petani-petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya.

Dengan adanya kelompok tani maka akan ada kemudahan petani dalam meyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada bidang pertaniannya, selain itu juga dapat memberikan kelanggengan usaha pada petani serta lebih terorganisir lagi terhadap petani. Sehingga petani dapat lebih kreatif dan mandiri dalam pengelolahan pertanian selain itu juga petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya dengan semaksimal mungkin.

Demikian halnya yang terjadi pada kelompok tani yang berada pada Desa Raya kecamatan Berastagi . Desa Raya dikenal sebagai penghasil produksi bunga krisan


(14)

sehingga ada dikenal dengan istilah “Bunga Raya”. Bunga krisan ini dikenal sebagai tanaman musiman, bunga krisan banyak dijual pada saat-saat hari raya besar keagaaman seperti Hari Raya Idul fitri, Tahun Baru, Natal,paskah dan juga Imlek. Selain tanaman bunga, terdapat juga tanaman jeruk yang terkenal pada desa raya ini, dimana desa raya ini juga terkenal dengan hasil jeruknya mulai dari nasional hingga internasional. Kelompok tani yang terdaftar di Desa Raya sejumlah 16 kelompok tani, dimana kelompok tani yang tertua di desa ini adalah kelompok tani “Museum” dan “Juma Pengki”. Kelompok Tani Museum merupakan salah satu kelompok tani yang tertua di Desa Raya yang masih mampu memperlihatkan eksistensi di desa tersebut. Saat ini kelompok tani Museum memiliki 28 anggota, aktivitas kelompok tani Museum sama halnya seperti kelompok tani yang lain, dimana mereka berkumpul untuk diskusi guna peningkatan produksi pertanian mereka, pemberantasan hama, mendapat penyuluhan dan melakukan sekolah lapangan pengendalian hama terpadu yang diperoleh dari dinas pertanian setempat.

Dengan keberadaan kelompok tani pada daerah tersebut maka diharapkan akan tumbuh rasa keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktifitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya, serta dapat juga mensejahterakan anggota keluarganya. Dalam peningkatan kesejahteraan petani melalui kelompok tani banyak aspek yang harus diperhatikan baik itu produktivitas usaha tani maupun intensitas tanam serta peningkatan akses petani kepasar input sehingga mendatangkan output yang efisien. Hal inilah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya kehidupan warga desa yang hidup melalui pertanian.


(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas,maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah” Bagaimana fungsi pemberdayaan kelompok tani dalam konsolidasi kehidupan petani?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang diharapkan menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa fungsi pemberdayaan kelompok tani dalam konsolidasi kehidupan petani.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk pemberdayaan yang ada pada kelompok tani.

3. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas kelompok tani dalam meningkatkan pengetahuan petani.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan kepada peneliti lain sebagai bahan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini dalam bidang sosiologi tertentu, terutama di bidang sosiologi pedesaan, pemberdayaan masyarakat dan kelompok-kelompok sosial.


(16)

b. Manfaat Praktis

Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah serta melalui pendidikan ini juga dapat menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang sedang diteliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi bagi para kelompok tani serta bagi pemerintah untuk mengetahui efektifitas program yang telah dilaksanakan.

1.5 Defenisi Konsep  

  1. Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaanya.

2. Kelompok adalah satu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi.

3. Kelompok Tani adalah kumpulan petani / perkebun / peternak yang dibentuk kesamaan kondisi lingkungan ( sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban dan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

4. Pemberdayaan suatu proses perubahan pola pikir yang ditandai dengan tumbuhnya kesadaran anggota masyarakat untuk mau memperbaiki kehidupannya dengan menggunakan potensi yang dimilikinya.

5. Konsolidasi adalah sebuah hubungan yang melibatkan orang lain dengan cara saling memberikan andil atau peran yang ia miliki dan mampu menyelesaikan masalah yang majemuk dan bervariatif.


(17)

6. Petani adalah individu yang bekerja disektor pertanian secara menetap yang menjadikan hasil pertaniannya sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan dapat dijual atau dipasarkan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktural Fungsional Robert K Merton

Merton memulai analisa fungsionalnya dengan menunjuk perbendaharaan yang tidak tepat serta beberapa asumsi atau postulat kabur yang terkandung dalam teori fungsionalisme. Merton mengeluh terhadap kenyataan bahwa “ sebuah istilah terlalu sering digunakan untuk melambangkan konsep-konsep yang berbeda-beda, seperti halnya dengan konsep yang sama digunakan simbol dari istilah-istilah yang berbeda”. Paradigma analisa fungsional Merton, mencoba membuat batasan-batasan beberapa konsep analitis dasar dari bagi analisa fungsional dan menjelaskan beberapa ketidakpastian arti yang terdapat di dalam postulat-postulat kaum fungsional. Merton mengutip tiga postulat yang terdapat di dalam analisa fungsional yang kemudian disempurnakannya satu demi satu. Postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai ”suatu keadaan di mana seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu masyarakat adalah ”bertentangan dengan fakta”. Sebagai contoh dia mengutip beberapa kebiasaan masyarakat yabg bersifat fungsional bagi suatu kelompok (menunjang integrasi dan kohesi suatu kelompok) akan tetapi disfungsional bagi (mempercepat kehancuran) bagi kelompok lain. Postulat kedua, yaitu fungsionalisme universal, berkaitan dengan


(19)

postulat pertama. Fungsionalisme universal menganggap bahwa “ seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif”. Sebagaimana sudah kita ketahui, merton memperkenalkan konsep disfungsi maupun fungsi positif. Beberapa perilaku sosial jelas bersifat disfungsional. Merton menganjurkan agar elemen-elemen kultural seharusnya dipertimbangkan menurut kriteria keseimbangan konsekuensi-konsekuensi fungsional ( net balance of functional consequences) yang menimbang fungsi positif terhadap fungsi negatif. Postulat ketiga yang melengkapi trio postulat fungsionalisme. Adalah postulat indispensability . ia menyatakan bahwa “ dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, obyek materil, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan, dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan ( Poloma, 2010: 35-37).

a. Strategi Dasar Analisis Strukturalisme Fungsional

Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Merton ternyata memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan pemikiran pendahulu dan gurunya, yaitu Talcott Parsons. Apabila Talcott Parsons dalam teorinya lebih menekankan pada orientasi subjektif individu dalam perilaku maka Robert K. Merton menitikberatkan pada konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku. Menurut Robert K. Merton konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku itu ada yang mengarah pada integrasi dan keseimbangan (fungsi manifest), akan tetapi ada pula konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku itu yang tidak dimaksudkan dan tidak diketahui ( fungsi laten) . Oleh karena itu, menurut


(20)

pendapatnya konsekuensi-konsekuensi objek dari individu dalam perilaku tersebut ada yang bersifat fungsional dan ada pula yang bersifat disfungsional. Anggapan yang demikian itu merupakan ciri khas yang membedakan antara pendekatan Robert K. Merton dengan pendekatan fungsionalisme struktural yang lainnya. perlu diketahui bahwa Teori Fungsional Taraf Menengah yang ia cetuskan tersebut, merupakan pendekatan yang sesuai untuk meneliti hal-hal yang bersifat kecil atau khusus dan bersifat empiris dalam sosiologi.

b. Disfungsi dan Perubahan Sosial

Menurut Robert K. Merton dinyatakan bahwa konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku dapat bersifat fungsional dan dapat pula bersifat disfungsional. Konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku mampu mengarah pada integrasi dan keseimbangan, sedangkan konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku yang bersifat disfungsional akan memperlemah integrasi. Konsekuensi-konsekuensi objektif yang bersifat disfungsional akan menyebabkan timbulnya ketegangan atau pertentangan dalam sistem sosial. Ketegangan tersebut muncul akibat adanya saling berhadapan antara konsekuensi yang bersifat disfungsional. Dengan adanya ketegangan tersebut maka akan mengundang munculnya struktur dari yang bersifat alternatif sebagai substitusi untuk menetralisasi ketegangan. Perlu diketahui bahwa adanya ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan adanya struktur-struktur baru tersebut akan berarti bahwa konsekuensi objektif yang bersifat disfungsional itu akan mengakibatkan adanya perubahan-perubahan sosial. Di samping itu disfungsi juga akan menyebabkan timbulnya anomie dan masalah sosial. Kenyataan tersebut juga mengandung arti timbulnya


(21)

struktur-struktur baru, yang pada hakikatnya menunjukkan adanya perubahan sosial yang mengarah pada perbaikan tatanan dalam masyarakat.

2.2Tinjauan Pemberdayaan Petani 2.2.1 Pengertian Pemberdayaan

Banyak pengertian pemberdayaan yang dikemukakan oleh para ahli, semua pengertian tersebut mengarah pada bagaimana meningkatkan taraf hidup masyarakat agar lebih sejahtera. Pemberdayaan harus menjadi tujuan program pengembangan masyarakat. Pemberdayaan atau empowerment, berasal dari kata daya (power). Daya dalam arti kekuatan, dalam kamus bahasa diartikan sebagai berkontribusi waktu, tenaga, usaha melalui kegiatan kegiatan yang berkenan dengan perlindungan-perlindungan hukum, memberikan seseorang atau sesuatu kekuatan atau persetujuan melakukan sesuatu, menyediakan seseorang dengan sumber daya, otoritas dan peluang untuk melakukan sesuatu, membuat sesuatu menjadi mungkin dan layak.

Makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas dengan sumberdaya, kesempatan, keahlian dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas (sumardjo, 2008; chozin et al., 2009; Suharto, 2005). Diperlukan kapasitas masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan secara mandiri. Untuk maksud tersebut disamping diperlukan peluang, kesempatan dan kewenangan juga kemampuan, yang kesemuanya memerlukan proses yang disebut sebagai pemberdayaan (empowerment). Dilihat dari aspek manusia sebagai aktor utama proses pembangunan, maka pemberdayaan juga dapat berarti proses untuk mengaktualisasikan agar dapat


(22)

terpenuhi kehidupan sesuai harkat dan martabat manusia, didalamnya terkandung tiga nilai yaitu kelestarian hidup, harga diri dan kebebasan (Soetomo, 2006: 403).

Secara konseptual pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya. Pemberdayaan harus menjadi tujuan dari semua pembangunan masyarakat. Pengembangan masyarakat, bagaimanapun, dapat memiliki tujuan pemberdayaan lebih sederhana. Setiap peningkatan pemberdayaan untuk bagian yang lebih kurang beruntung dari masyarakat akan membantu untuk membawa masyarakat yang lebih adil secara sosial, dan pemberdayaan anggota masyarakat lokal berbasis struktur untuk diletakkan ditempat. Demikian pula, setiap srategi yang memperkuat struktur yang menentang pemberdayaan mungkin justru melemahkan dari pada memperkuat kegiatan masyarakat. Bila dilihat lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber / daya untuk mencari nafkah.

Untuk memahami proses pemberdayaan secara lebih proporsional, Korten ( 1987 : 7) merumuskan pengertian power sebagai kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan pengambilan keputusan. Pembangunan itu sendiri ditafsirkan sebagai upaya membangun power oleh suatu masyarakat, antara lain dalam bentuk peningkatan kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan. Dengan demikian, power


(23)

dapat digambarkan sebagai sumber daya dan hasil dari proses pembangunan itu sendiri. Berdasarkan pemikiran tersebut, power dalam proses pembangunan dapat diartikan sebagai penguasaan atau control terhadap sumber daya, pengelolaan sumber daya dan hasil serta manfaat yang diperoleh. Menurut Korten, memahami power tidak cukup dari dimensi distributif, tetapi juga dari dimensi generative. Dalam dimensi distributif, berdasarkan terminologi personal, power dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Sebagai dasar pemahaman pengertian pemberdayaan dalam pembangunan, power dalam dimensi generatif justru lebih penting. Suatu kelompok hanya akan memperoleh tambahan atau peningkatan power dengan mengurangi power kelompok lain. Apabila mengikuti pandangan bahwa dalam proses pembangunan dikenal dengan adanya 3 stakeholders yaitu, Negara, Swasta, dan Masyarakat, maka dalam paradigma pembangunan konvensional peranan negara paling dominan dibanding dua stakeholders yang lain. Dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat, komposisi peranan tersebut diharapkan lebih imbang dan proporsional. Hal itu dapat dilakukan dengan mengurangi peranan negara disatu pihak dan meningkatkan peranan masyarakat di pihak lain (Soetomo 2006:405).

Menurut Jim Ife, konsep pemberdayaan memiliki hubungan erat dua konsep pokok yakni: konsep power (daya) dan konsep disadvantaged (ketimpangan). Pengertian pemberdayaan dapat dijelaskan dengan menggunakan empat perspektif yaitu : perspektif pluralis, elitis, strukturalis dan post-strukturalis ( Zubaedi, 2013: 25) .

a. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif pluralis adalah suatu proses untuk menolong individu dan kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung agar mereka dapat bersaing secara lebih efektif dengan


(24)

kepentingan-kepentingan lain. Upaya pemberdayaan yang dilakukan adalah menolong mereka dengan pembelajaran, menggunakan keahlian dalam melobi, menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politik dan memahami bagaimana bekerjanya sistem (aturan main). Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar dapat bersaing secara wajar sehingga tidak ada yang menang atau kalah. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok atau individu bagaimana bersaing didalam peraturan (how to compate within the rules).

b. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif elitis adalah suatu upaya untuk bergabung dan memengaruhi kalangan elite seperti para pemuka atau tokoh masyarakat, pejabat, orang kaya, dan lain-lain, membentuk aliansi dengan elite, melakukan konfrontasi dan mengupayakan perubahan pada kalangan elite. Upaya ini dilakukan mengingat masyarakat menjadi tak berdaya karena adanya power dan kontrol yang kuat dari para elite terhadap media, pendidikan, partai politik, kebijakan publik, birokrasi, dan parlemen. c. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektid strukturalis adalah suatu

agenda perjuangan yang lebih menantang karena tujuan pemberdayaan dapat dicapai apabila bentuk-bentuk ketimpangan strukutral deliminasi. Umumnya, masyarakat menjadi tidak berdaya lantaran adanya sebuah struktur sosial yang mendominasi dan menindas mereka, baik karena alasan kelas sosial, gender, rasa tau etnik.


(25)

d. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif post-strukturalis adalah suatu proses yang menantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan lebih ditekankanpada aspek intelektualitas ketimbang aktivitas atau praktis.

2.2.2 Pendekatan Pemberdayaan

Pada umumnya ada 2 pendekatan dalam pmberdayaan masyarakat, yaitu pendekatan tradisional ( top-down) dan pendekatan transformatif (bottom-Up), kedua pendekatan ini mempunyai asumsi, perencanaan, orientasi, pelayanan dan implikasi sosial yang berbeda(Yunus, M.2008.pemberdayaan anggota kelompok tani silayur. Fak.Dakwah UIN Kalijaga. Tidak dipublikasikan) .

a. Pendekatan Tradisional ( Top-Down)

Pendekatan tradisional dalam strategi pemberdayaan masyarakat, pada dasarnya bertolak dari asumsi bahwa keterbelakangan masyarakat adalah disebabkan karena pengetahuan mereka lemah, tidak memiliki etos kerja dan tidak kreatif. Bertolak dari asumsi ini massyarakat khususnya masyarakat desa cenderung hanya dijadikan ajang dari pelaksanaan program-program pemerintah. Model pendekatan ini menyebabkan ketergantungan masyarakat pada birokrasi-birokrasi sentralistik yang memiliki daya serap terhadap sumber daya yang sangat besar, namun tidak memiliki kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan lokal dan karenanya secara otomatis telah mematikan inisiatif masyarakat lokal untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.


(26)

Oleh karena dalam pendekatan tradisional ini peran sentral dipegang oleh birokrasi pemerintah, maka model pendekatan ini justru pemerintahlah yang dilayani oleh masyarakat, bukan sebaliknya. Akibatnya terbentuklah manusia teknis, pasif, tidak kritis dan sangat bergantung dengan uluran tangan dari atas yang sesungguhnya dapat menjadi suatu kondisi yang menyimpan konflik laten (Yunus, M. 2008. pemberdayaan anggota kelompok tani silayur. Fak.Dakwah UIN Kalijaga. Tidak dipublikasikan).

Sebagai akibat lebih lanjut akan sulit tercipta proses pembangunan yang berkelanjutan, karena masyarakat akan melakukan aktivitas selama ada program dari luar, apabila program dari luar tersebut berhenti mereka juga berhenti dan menunggu turunnya program-program berikutnya ( Soteomo, 2006: 393).

b. Pendekatan Transformatif (Bottom-Up)

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa masyarakat tidak maju bukan karena mereka bodoh, melainkan karena tekanan, penindasan atau paksaan struktural. Esensi yang terkandung dalam pemberdayaan masyarakat menurut pendekatan transformatif pada hakikatnya tidak sekedar membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, tetapi lebih dari itu sehingga mereka dapat mengatasi permasalahan mereka sendiri (Yunus, M.2008.pemberdayaan anggota kelompok tani silayur. Fak.Dakwah UIN Kalijaga. Tidak dipublikasikan).

Lebih dari itu, melalui pendekatan ini potensi dan sumberdaya yang ada dapat lebih diaktualisasikan, karena pada dasarnya masyarakat lokal sendiri lebih


(27)

tahu dan lebih mengenal pula bagaimana pengelolaan dan pendayagunaan secara proporsional sehingga tidak menganggu keseimbangan lingkungan hidup, karena mereka sudah belajar melakukannya dari generasi kegenerasi. Dalam pendekatan ini sumber daya sosial atau sering disebut juga dengan energi sosial atau modal sosial dianggap sebagai faktor yang tidak kalah pentingnya.Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah, terlembagakannya mekanisme pengelolaan pembangunan secara lebih mandiri dan bersifat swakelola. Dengan cara ini lebih memungkinkan dilaksanakannya aktivitas membangun oleh masyarakat atas prakarsa dan kreatifitas dari dalam dan tidak menunggu instruksi atau program dari luar ( Soetomo 2006 : 398). 2.2.3 Pemberdayaan Kelompok Tani

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa ditempatkan pada proses pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan. Dengan demikian masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama dalam bentuk dan menambah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek atau sektor-sektor kehidupan manusia, dimensi kemasyarakat yang meliputi jangkauan dari materil hingga non-materil, dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran yakni dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat.


(28)

Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka. Pemberdayaan petani adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara mandiri mampu mengembangkan diri dalam melakukan usaha secara berkelanjutan ( Puspita, Dyah Ratna. 2012. Pemberdayaan Petani Melalui Gapoktan. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Tidak dipublikasikan.)

Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan masyarakat berserta institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat. Untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.

Untuk itu pemberdayaan ekonomi rakyat berarti menuju kepada terbentuknya kemandirian petani yang berperilaku efisien, modern dan berdayasaing tinggi. perilaku efisien artinya berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana produksi secara tepat guna atau berdaya guna. Berperilaku modern artinya mengikuti dan terbuka terhadap perkembangan dan inovasi serta perubahan yang ada. Sedangkan berdaya saing tinggi mampu berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana produksi atas dasar memperhatikan mutu hasil kerjanya. Gagasan pemberdaayaan ekonomi rakyat adalah


(29)

merupakan upaya mendorong dan melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Beberapa strategi pemberdayaan masyarakat petani menuju kemandirian petani, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :

a. Memulai dengan tindakan mikro dan lokal

Petugas pemberdayaan atau pendamping masyarakat tani seyogyanya diberikan kebebasan untuk mengembangkan pendekatan dan cara yang sesuai dengan rumusan tuntutan kebutuhan setempat atau lokal diwilayah tugasnya masing-masing.

b. Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal.

Karena masing-masing daerah potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga berbeda antar daerah.

c. Membangun kembali kelembagaan masyarakat.

Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi muculnya kelembagaan sosial, ekonomi dan budaya yang benar-benar diciptakan oleh masyarakat sendiri. Misalnya lumbung desa dan organisasi lokal. ( Puspita, Dyah Ratna. 2012. Pemberdayaan Petani Melalui Gapoktan. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Tidak dipublikasikan.)

2.3 Kelompok

Hidup manusia selalu tergantung dengan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok


(30)

sosial didalam kehidupan manusia, karena manusia tidak dapat hidup secara mandiri. Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga dari padanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka (Narwoko,2007:23).

Dengan kata lain, setiap kumpulan individu tidak dapat disebut kelompok sosial selama belum memenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini:

1. Setiap individu merupakan bagian dari kesatuan sosial.

2. Terdapat hubungan timbal balik diantara individu-individu yang tergabung dalam kelompok.

3. Adanya faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan mereka yang tergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, dan lain sebagainya.

4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. 5. Bersistem dan berproses

2.4 Gambaran Umum Kelompok Tani

Berdasarkan proses pembentukannya, dikenal kelompok formal dan kelompok informal. Pembentukan kelompok formal pada umumnya mengikuti pedoman atau aturan - aturan tertentu, memiliki struktur yang jelas yang dapat menggambarkan kedudukan dan peran masing - masing yang menjadi anggotanya dan dinyatakan secara tertulis. Kelompok informal sering kali pembentukannya tanpa melalui prosedur atau ketentuan -


(31)

ketentuan tertentu, struktur dan pembagian tugasnya tidak diatur secara jelas dan umumnya tidak dinyatakan secara tertulis.

Pembentukan kelompok tani di indonesia pada umumnya beragam, dari mulai terbentuk karena berawal dari kepentingan bersama dari sekelompok orang atau petani yang ingin mencapai tujuan berasama sampai dengan kelompok yang sengaja dibentuk dengan tujuan agar dapat dikembangkan sebagai sarana belajar bagi anggotanya (Syamsu, 2011).

Selanjutnya Mardikanto (1993: 435) mengemukakan bahwa kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang – orang tani atau yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.

Adapun ciri-ciri kelompok tani tersebut adalah :

a. Merupakan kelompok kecil yang efektif (± 20 orang) untuk bekerja sama dalam :

1. Belajar teknologi usaha tani

2. Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya. 3. Berproduksi dan memelihara kelestarian sumber daya alam.

4. Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama.

b. Anggota adalah petani yang berada didalam lingkungan pengaruh seorang kontak tani.

c. Memiliki minat dan kepentingan yang sama, terutama dalam bidang usaha tani.


(32)

d. Para anggotanya biasanya memiliki kesamaan antara lain tradisi atau kebiasaan, domisili, lokasi usaha tani, status ekonomi, bahasa pendidikan dan usia.

e. Bersifat informal artinya :

1. Kelompok tersebut terbentuk atas dasar keinginan, kemufakatan mereka sendiri.

2. Memiliki peraturan, sanksi, tanggungjawab meskipun tidak tertulis. 3. Ada pembagian tugas atau kerja meskipun bukan dalam pengurus.

4. Hubungan antara anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat solidaritas.

Menurut Mardikanto (1996 :435) adapun beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain sebagai berikut :

a). Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok,

b). Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antara petani,

c). Semakin cepatnya proses perembesan (diffuse) penerapan inovasi (teknologi) baru,

d). Semakin naiknya kemampuan rata – rata pengembalian hutang (pinjaman) petani,


(33)

e). Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun produk yang dihasilkannya, dan

f). Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Kelompok tani biasanya dipimpin oleh seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan mufakat diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua kelompok tani sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompok yaitu sekretaris kelompok, bendahara kelompok, serta seksi – seksi yang mendukung kegiatan kelompoknya. Seksi – seksi yang ada disesuaikan dengan tingkat dan volume kegiatan yang akan dilakukan. Masing - masing pengurus dan anggota kelompok tani harus memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan dimengerti oleh setiap pemegang tugasnya. Selain itu juga kelompok tani harus memiliki dan menegakkan peraturan - peraturan yang berlaku bagi setiap kelompoknya dengan sanksi - sanksi yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah anggota kelompok tani berkisar antara 10 - 25 orang anggota.

Kelompok tani merupakan kelembagaan (institusi) non-formal dipedesaan yang beranggotakan petani-petani yang mempunyai kepentingan yang sama, yakni meningkatkan produksi pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya ( Kartasapoetra, 1994: 71).

Setiap kelompok tani pada dasarnya memiliki fungsi untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan demi tercapainya peningkatan produksi usaha tani masing – masing.


(34)

Kesadaran untuk berkelompok dapat timbul apabila masalah yang dihadapi anggota masyarakat sama.

2.5Fungsi Kelompok Tani

Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok tani menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. Para anggota terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar kekeluargaan.

Kartasapoetra (1994 :48) mengemukakan bahwa kelompok tani berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan keterampilan serta gotong-royongan berusaha tani para anggotanya. Fungsi tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan pembelian secara bersama.

2. Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. 3. Mengusahakan kegiatan pemberantasan atau pengendalian hama dan penyakit

secara terpadu.

4. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang menunjang usahataninya.

5. Guna memantapakan cara bertani dengan menyelenggarakan demonstrasi cara bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang dilakukan bersama penyuluh.


(35)

6. Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya kualitas yang terbaik, beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar terwujudnya harga yang seragam.

Secara umum penjelasan diatas merupakan fungsi manifest dari sebuah kelompok tani, sedangkan fungsi laten dari sebuah kelompok tani diantaranya :

1. Secara tidak langsung dimana interaksi antar sesama anggota kelompok tani semakin intens, sehingga muncul rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama anggota.

2. Sarana dimana petani dapat melakukan aktivitas perekonomian seperti simpan pinjam antar anggota.

3. Ilmu pengetahuan petani semakin meningkat.

2.6Masyarakat Petani

Masyarakat petani secara umum sering dipahami sebagai suatu kategori sosial yang seragam dan bersifat umum.Artinya, sering tidak disadari adanya diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komunitas petani ini. Sebagai contoh, diferensiasi dalam komunitas petani itu akan terlihat atas perbedaan dalam tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang mereka tanam, teknologi atau alat-alat yang mereka pergunakan, sistem pertanian yang mereka pakai, topografi atau kondisi-kondisi phisik-geografik lainnya. Diantara gambaran-gambaran yang bersifat diferensiatif pada kalangan masyarakat petani pada umumnya, adalah perbedaan para petani bersahaja yang sering juga disebut petani tradisional(termasuk golongan peasant) dan petani modern (termasuk farmer atau agricultural entrepreneur).


(36)

Secara garis besar golongan pertama adalah kaum petani yang masih tergantung dan dikuasai alam karena rendahnya tingkat pengetahuan dan teknologi mereka. Produksi mereka lebih ditujukan untuk sebuah usaha menghidupi keluarga, bukan untuk tujuan mengejar keuntungan(profit oriented). Sebaliknya, farmer atau agricultural entrepreneur adalah golongan petani yang usahanya ditujukan untuk mengejar keuntungan. Mereka menggunakan teknologi dan sistem pengelolahan modern dan menanam tanaman yang laku di pasaran. Mereka mengelola pertanian dalam bentuk agribisnis, agroindustri atau bentuk modern lainnya, sebagaimana umumnya seorang pengusaha yang professional menjalankan usahanya (Raharjo,2004:63).


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip gejala yang ada dalam kehidupan sosial (Bambang Rudito dan Melia Femiola, 2008:78). Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam tentang fungsi pemberdayaan kelompok tani dalam konsolidasi kehidupan petani di Desa Raya Kecamatan Berastagi.

Penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara terperinci karakeristik suatu individu atau kelompok, gejala, fenomena,aksi dan reaksi dan lain-lain yang berhubungan dengan dunia sosial yang merupakan objek penelitian. Penelitian dilakukan tidak semata-mata melihat dan mengobservasi tetapi juga menganalisa, mengkategorikan, memperbandingkan, menafsirkan, dan lain sebagainya.

3. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Raya Kecamatan Berastagi. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah dengan memiliki daerah pertanian yang luas dan hasil pertaniannya sudah mendapat pengakuan dari masyarakat global. Dibalik itu semua terdapat kelompok tani yang terbentuk didaerah tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik memilih Desa Raya sebagai lokasi penelitian.


(38)

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian ( Bungin, 2007:51). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah petani yang tergabung kedalam keanggotaan kedalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN).

3.3.2 Informan

Adapun Informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan Kunci yaitu ketua kelompok tani dan anggota kelompok tani Museum Desa Raya Kecamatan Berastagi.

2. Informan Biasa yaitu Penyuluh Pertanian di Desa Raya. .

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan studi dokumentasi.

3.4.1Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara, baik secara partisipatif maupun dengan cara wawancara mendalam, maka untuk mendapatkan data pokok atau data utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(39)

1. Observasi atau pengamatan, adalah menggunakan indera sebagai alat untuk melihat keseharian manusia dalam melakukan aktivitasnya. Dengan menggunakan metode observasi, peneliti dapat mengindentifikasi dan mengkategorikan dan melihat sejauh mana tingkat gejala yang harus diamati dan perlu untuk diteliti. Kemudian mendapatkan data yang lengkap bekenaan dengan masalah sosial dan kaitannya dengan yang lainnya yang mempunyai nilai bagi kehidupan masyarakat atau kelompok yang diteliti. Adapun objek yang diteliti diamati adalah kegiatan kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan pertanian sehari-hari.

2. Wawancara mendalam, merupakan proses tanya jawab yang dilakukan peneliti kepada orang yang menjadi objek penelitian atau informan secara langsung yang berhubungan suatu masalah khusus dengan teknik bertanya bebas dan berpedoman. Bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang kehidupan sosial atau objek masalah yang akan diteliti yaitu peran serta masyarakat. Wawancara dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang lama bersama informan dilokasi penelitian. Untuk memudahkan pewawancara dalam melakukan tanggung jawab menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder untuk memudahkan peneliti menangkap seluruh informasi yang diberikan informan.


(40)

3.4.2 Data Sekunder 1. Studi Kepustakaan

Data dan informasi yang diperoleh dari studi kepustakaan, hasil penelitian yang sebelumnya, jurnal-jurnal ilmiah, artikel dokumen, dan tulisan-tulisan ain yang menunjang dan berhubungan dengan penelitian ini. Dan ini disebut dengan data sekunder dimana data tersebut diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder yang kita butuhkan ( Bungin, 2008:122)

3.5 Interpretasi Data

Informasi yang didapat dalam catatan lapangan, baik itu dari data primer hasil wawancara maupun dari data yang terkumpul, maka dilakukan analisa data, seluruh data tersebut akan dikelompokkan dan dikategorikan sesuai dengan permasalan yang ada. Lalu data dipisahkan secara kategori dan dicari hubungan yang muncul dari data yang pada akhirnya menghasilkan analisis data yang baik dapat mengungkapkan permasalahan penelitian yang dilakukan. Proses analisis melalui interpretasi data secara kualitatif. Dalam menganalisis harus selalu terkait dengan dengan konsep yang ada di lapangan. Sehingga dari hasil analisis akan tampak kesesuaian dari data yang diperolehnya dengan konsep yang dipelajarinya atau akan berbeda dengan konsep yang telah ada karena masalah sosial akan selalu berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.


(41)

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi X

2 ACC Judul X

3 Penyusuna Proposal Penelitian X X

4 Seminar Proposal Penelitian X

5 Revisi Proposal Penelitian X

6 Penelitian Ke Lapangan X X X

7 Pengumpulan dan Analisis Data X X X X

8 Bimbingan Skripsi X X X X

9 Penulisan Laporan X X X

10 Sidang Meja Hijau X

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Terutama didalam melakukan wawancara mendalam kepada informan. Selain itu kendala lain adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan, hal ini disebabkan kegiatan informan yang sangat padat. Dengan kegiatan informan yang sangat sibuk dalam melakukan aktivitasnya ke ladang, maka peneliti harus mampu melihat waktu yang tepat untuk melakukan


(42)

wawancara dan juga seiring dengan adanya bencana alam pada daerah penelitian sehingga mengendurkan jadwal peneliti.

Terlepas dari permasalahan teknis penelitian dan kendala dilapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi buku atau jurnal yang sedikit dikuasai peneliti. Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan peneliti ini semaksimal mungkin agar data dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.


(43)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah dan Kondisi Geografis Desa Raya

Sebelum tahun 1984 Desa Raya tergabung dalam Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Tahun 1985 sampai 1990 Desa Raya masuk dalam Kecamatan Perwakilan Berastagi. Pada tahun 1991 Kecamatan Perwakilan Berastagi menjadi Defenitif yang secara otomatis desa-desa yang terdapat didalamnya menjadi wilayah Kecamatan Berastagi termasuk Desa Raya. Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat menjadi Kepala Desa Raya sebagai berikut:

1. Cekem Ketaren 2. Luari Ketaren 3. Berngab Sinuhaji 4. Palaren Ketaren 5. Nendeng Purba

6. Salam Maulana Ginting 7. Budiman Ketaren (1996-2002) 8. Hendra Ketaren (2002-2009) 9. Budiman Ketaren ( 2009-2014)


(44)

Desa Raya merupakan salah satu dari 10 Desa/Kelurahan di Wilayah Kecamatan Berastagi yang terletak 2,5 Km kearah Selatan dari Ibukota Kecamatan dan 5 Km kearah Utara Ibukota Kabupaten Karo Kabanjahe. Desa Raya berada disepanjang Jalan Djamin Ginting yang merupakan Jalan Negara sepanjang 3,5 Km. Luas dari wilayah Desa Raya ± 500 Ha yang terdiri dari 7 Dusun.

Adapun batas-batas wilayah Desa Raya adalah sebagai berikut: ‐ Sebelah Utara : Desa Rumah Berastagi

‐ Sebelah Selatan : Desa Sumbul/ Sumber Mufakat ‐ Sebelah Barat : Desa Guru Singa, Desa Kaban ‐ Sebelah Timur : Desa Ajijulu dan Desa Ajijahe

Sumber : Profil Desa Tahun 2010-2014

4.1.2 Kondisi Topografi Desa

Ketinggian atau topografi merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran kegiatan pertanian, sehingga ketinggian merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pertanian. Ketinggian tempat dari permukaan laut berpengaruh terhadap suhu udara, yaitu setiap naik 100 m suhu akan turun rata-rata 0,6 derajat sehingga semakin tinggi suatu tempat mengakibatkan daerah tersebut memiliki suhu rendah.

Desa Raya terletak di dataran tinggi bukit barisan dengan ketinggian 1320 dpl. iklim Desa Raya, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan yang menyolok, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung


(45)

terhadap produktifitas tanaman Hortikultura. Rata-rata suhu harian Desa Raya adalah 16ºC dengan rata-rata curah hujan tahunan 144mm.

Tabel 4.1

Peruntukan Lahan / Tanah

No. Peruntukan Lahan Luas Presentase

1. Persawahan 20 ha 4.00 %

2. Tegalan / Perladangan 342 ha 68.40 % 3. Perumahan / Pemukiman 126 ha 25.20 %

4. Lainnya 12 ha 2.40 %

Jumlah 500 ha 100 %

Sumber : Profil Desa Raya Tahun 2010-2014

Dari data tabel 4.1 peruntukan lahan persawahan seluas 20ha, tegalan/perladangan seluas 342ha, perumahan/pemukiman seluas 126ha, dan untuk lainnya seluas 12 ha. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa peruntukan lahan untuk perladangan yang menjadi prioritas masyarakat desa Raya. Oleh karenanya lahan pertanian yang menjadi dominasi di daerah Desa Raya adalah tanaman Holtikultura bukanlah pertanian sawah.

4.1.3 Kondisi Demografi

Desa Raya terdiri dari 1268 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 5838 jiwa tersebar. Keadaan penduduk sangat beraneka ragam. Ini dapat dilihat dari jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian penduduk.

Tabel 4.2

Kepadatan Penduduk Desa Raya Menurut Jenis Kelamin No Keterangan Jumlah 1. Laki-laki 2.575 jiwa 2. Perempuan 3.263 jiwa 3. Jumlah seluruhnya 5.838 jiwa Sumber: Profil Desa Raya Tahun 2010-2014


(46)

Dari tabel 4.2 dapat dilihat jumlah penduduk perempuan berjumlah 3263 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki berjumlah 2575 jiwa. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah perempuan di Desa Raya lebih mendominasi dibanding jumlah laki-laki.

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia No Kelompok

Umur (Tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 0-1 85 115 200

2. 1-5 200 210 410

3. 5-7 60 70 130

4. 7-12 248 292 540

5. 12-15 100 130 230

6. 16-20 105 133 238

7. 21-25 280 385 665

8. 26-30 400 498 898

9. 31-40 402 555 957

10. 41-50 360 400 760

11. 51-55 210 300 510

12. 56-60 85 105 190

13. 60- keatas 40 70 110

14. Jumlah 2575 3263 5838

Sumber : Profil Desa Raya Tahun 2010-2014

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak menurut usia pada Desa Raya berada pada kelompok umur 21-25 berjumlah 665 jiwa, umur 26-30 berjumlah 898 jiwa, umur 31-40 berjumlah 957 jiwa, umur 41-50 berjumlah 760 jiwa. Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa usia penduduk yang berada di Desa Raya merupakan penduduk yang berusia Produktif dalam bekerja.


(47)

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Menurut Agama No Agama Jumlah

1. Islam 1264

2. Khatolik 368

3. Kristen Protestan 4200

4. Hindu/Budha 6

5. Jumlah 5838

Sumber : Profil Desa Raya Tahun 2010-2014

Dari tabel 4.4 jumlah penduduk yang menganut agama Islam berjumlah 1264 orang, yang menganut agama Khatolik berjumlah 368 orang, yang menganut agama Kristen protestan berjumlah 4200 orang dan yang menganut agama Hindu/Budha berjumlah 6 orang. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk Desa Raya Mayoritas beragama Kristen Prostestan dan Minoritas beragama Hindu/Budha. Walaupun mayoritas agama yang ada pada desa Raya itu agama Kristen protestan, tidak terdapat konflik agama hingga saat ini pada desa tersebut, para penganut agama yang berbeda dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai.

Tabel 4.5

Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Pegawai Negeri Sipil / PNS 261 orang

2. Industri 68 orang

3. Petani 2530 orang

4. Buruh Tani 780 orang

5. Lainnya 200 orang

Jumlah 3839 orang


(48)

Dari tabel 4.5 jumlah penduduk bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil/PNS berjumlah 261 orang, bekerja industri berjumlah 68 orang, sebagai petani berjumlah 2530 orang, sebagai buruh tani berjumlah 780 orang dan lain-lainnya 200 orang. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Raya merupakan sebagai Petani. Hal tersebut disebabkan oleh iklim yang sejuk dan tanah yang subur pada daerah tersebut.

4.1.4 Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi Penduduk

Masyarakat yang tinggal di Desa Raya ini adalah mayoritas suku Karo. Adat-istiadat Karo dilaksanakan saat upacara seperti upacara perkawinan , upacara kematian, masuk rumah baru dll. Adat-istiadat ini juga dapat dilihat dengan adanya tradisi masyarakat dengan nama istilah Kerja Tahun. Ada empat istilah yang digunakan untuk menyebut Kerja Tahun, yaitu: Mahpah, Nimpa Bunga Benih, Merdang Merdem, dan Ngerires.

Pertama, Mahpah. Mahpah berasal dari kata pah-pah, artinya penyet. Pah-pah itu sendiri dibuat dari padi yang telah direbus dan kemudian dikeringkan. Selanjutnya padi yang telah dikeringkan itu digongseng dan ditumbuk sampai penyet. Bentuk pah-pah setelah dibersihkan dengan tampah mirip nasi yang penyet dan keras. Cara menghidangkannya ialah dengan merendamnya dengan air panas sebentar kemudian dicampur dengan kelapa muda parut dan tengguli (gula aren).

Kedua, nimpa bunga benih. Bunga benih adalah sisa benih. Sisa bunga benih ini dibuat atau dikelola menjadi cimpa. Cimpa adalah makanan khas dalam rangkaian Kerja Tahun. Selain cimpa, untuk lauknya diadakan pula pemotongan kerbau atau lembu.


(49)

Ketiga, Merdang merdem. Pesta tahunan merdang merdem hampir sama dengan paraktik pesta tahunan nimpa bunga benih.

Kerja Tahun dilaksanankan setiap bulan Oktober, dimana makna dari Kerja Tahun tersebut adalah petani merayakan pesta panen raya. Kerja Tahun diadakan dalam rangka mengucap syukur atas hasil panen dan warga kampung dalam keadaan sehat, juga untuk mendoakan panen pada tahun berikutnya, supaya hasilnya lebih memuaskan. Selain itu Kerja Tahun termasuk juga sarana untuk mempererat tali kekeluargaan, karena pada saat itu keluarga dan sanak famili di luar suatu kampung diundang. Secara tidak langsung Kerja Tahun berperan juga untuk mempertemukan golongan muda-mudi.

Disana mereka dapat berkenalan satu sama lainnya, dan bahkan ada yang sampai tahap pernikahan. Pada umumnya Kerja Tahun diadakan di setiap kampung, tetapi waktunya tidak diadakan secara bersamaan.

Kerja Tahun mempunyai makna religi, seni dan sosial bagi masyarakat suku karo. Pertama makna religi, Orang Karo sudah mengenal atau percaya bahwa adanya Dibata (Tuhan) sebagai Maha Pencipta segala sesuatu yang ada di alam raya dan dunia jauh sebelum agama-agama monoteis masuk ke Tanah Karo. Menurut kepercayaan tersebut Dibata yang menguasai segalanya itu terdiri dari Dibata Idatas atau Guru Butara Atas yang menguasai alam raya/langit, Dibata Itengah atau Tuan Paduka Niaji yang menguasai bumi atau dunia dan Dibata Iteruh atau Tuan Banua Koling yang menguasai di bawah atau di dalam bumi. Dibata ini disembah agar manusia mendapatkan keselamatan, jauh dari marabahaya dan mendapatkan kelimpahan rezeki. Karena itu masyarakat yang mempunyai kepercayaan demikian melakukan berbagai variasi untuk melakukan penyembahan. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa Kerja Tahun pertama-tama


(50)

merupakan upacara adat Karo untuk bersyukur kepada Dibata atas hasil panen dan sekaligus mendoakan supaya haril panen berikutnya semakin lebih baik. Maka jelaslah bahwa aspek religi ini teraktualisasi dalam kerja tahun atau pesta tahunan.

Kedua makna seni, pada saat kerja tahun, selalu diadakan hiburan dengan menampilkan seni tari dan seni suara. Istilah untuk acara ini adalah guro-guro aron. Pada saat kerja tahun diundang penyanyi tradisional yang dikenal dengan itilah perkolong-kolong. Perkolong-kolong ini akan menari dan menyanyi untuk menghibur masyarakat dan memeriahkan pesta. Acara tampil perkong-kolong ini akan diselingi dengan tarian dan nyanyian muda-mudi setempat. Dalam kerja tahunlah aspek seni Suku Karo teraktualisasi dan mendapatkan tempat.

Ketiga, makna sosial pada saat kerja tahun, sanak famili dari tempat-tempat jauh diundang oleh pihak keluarga yang kampungnya merayakan kerja tahun. Pada saat itulah mereka merekatkan kembali hubungan kekeluargaan bila sebelumnya ada konflik. Bukan hanya sebatas itu saja, Kerja tahun justru semakin memperkuat identitas mereka sebagai satu keluarga (marga).

Masyarakat yang tinggal di Desa Raya selain suku karo ada juga terdiri dari suku Jawa, Mandailing,Nias,Melayu dll. Keadaan masyarakat yang majemuk pada Desa Raya melambangkan bahwa desa tersebut dapat hidup rukun dengan beragam suku bangsa.

4.1.5 Kondisi Pemerintahan Desa

Dalam melaksanakan roda pemerintahan desa, kepala desa tetap menjalin kerja sama yang baik antar unsur pemerintahan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti BPD, LPMD, perangkat desa kepala dusun, RT, RW, tokoh pemuda, tokoh masyarakat,


(51)

tokoh agama baik bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan. Adapun strukur organisasi pemerintahan Desa Raya, diuraikan sebagai berikut :

Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintahan Desa Raya

KADUS 5 KADUS

4 KADUS

3 KADUS

2 KADUS

1

Kaur.Pemerintahan

KADUS 6

Kaur.Umum Kaur.Pembangunan

KADUS 7 Pemegang Kas (PK)

KADES BPD


(52)

Daftar nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.6

Struktur Tata Kelola Pemerintahan Desa Raya

No. Jabatan Nama

1. Badan Permusyawaratan Desa Kiatson Ketaren

2. Kepala Desa Budiman Ketaren

3. Sekretaris Desa Muliyanto Ketaren

4. Pemegang Kas Jhon Raymond Ketaren

5. Ka. Urusan Pemerintahan Hudson Ginting 6. Ka. Urusan Pembangunan Yusnaidi Ketaren

7. Ka. Urusan Umum Junaidi Sembiring

8. Kadus I Mahlon Sembiring

9. Kadus II Karya Ketaren

10. Kadus III Hendri Ketaren

11. Kadus IV Parlindungan Surbakti

12. Kadus V Idaman Sinuhaji

13. Kadus VI Siswanto Ketaren

14. Kadus VII Amos Ketaren

Sumber : Profil Desa Raya Tahun 2010-2014 4.1.6 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan suatu kegiatan pembangunan. Adapun sarana dan prasana yang terdapat di Desa Raya dapat dilihat pada tabel berikut.

1. Prasarana Transportasi dan Infrastruktur

Adapun keadaan prasarana infrastruktur yang terdapat di Desa Raya dapat dilihat pada tabel berikut:


(53)

Tabel 4.7

Prasarana Perhubungan / Jalan

No. Jenis Prasarana / Jalan Panjang (km) Keterangan / Keadaan 1. Jalan Negara 3,5 Hotmix, belum ada parit

2. Jalan Provinsi - -

3. Jalan Kabupaten 0.7 Aspal

4. Jalan Kecamatan - -

5. Jalan Desa 1,0 Aspal, Berlobang-lobang

6. Jalan Usaha Tani 4,8 Perkerasan (LPB Telford)

7. Jalan Usaha Tani 9,5 Jalan Tanah

8. Jalan Usaha Tani 3,5 Jalan Setapak

Jumlah 23,0

Sumber: profil Desa Raya Tahun 2010-2014 2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat pada Desa Raya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Pemilik/ Pengelola Jumlah

1. Pendidikan PAUD Pemerintah 1

2. Pendidikan PAUD Swasta 2

3. Pendidikan TK Pemerintah 1

4. Pendidikan TK Swasta 2

5. Pendidikan Dasar (SD) Pemerintah 2

6. Pendidikan Menengah

Pertama(SMP)


(54)

7. Pendidikan Menengah Atas (SMA) (SMA/ SMK)

Pemerintah 1 8. Pendidikan Menengah Atas

( SMA/SMK)

Swasta 1 9. Perguruan Tinggi AKBID/AKPER Swasta 1

10. Jumlah 12

Sumber : Profil Desa Raya Tahun 2010-2014

Dari data tabel 4.8 diatas bahwa sarana pendidikan yang ada di Desa Raya ini mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK, hingga Perguruan Tinggi Akbid/Akper telah tersedia. Namun tak lantas membuat pelajar yang ada di desa ini hanya melanjutkan pendidikan mereka didesa tersebut. Banyak juga pelajar-pelajar di desa Raya yang melanjutkan pendidikannya diluar desa ini, terutama di kota Medan.

3. Sarana Ibadah

Untuk memenuhi kebutuhan rohani masyarakat di Desa Raya terdapat sarana peribadatan yang terdiri dari 9 unit tempat peribadatan. Secara terperinci dapat kita lihat pada tabel tersebut:

Tabel 4.9

Sarana Peribadatan Desa Raya

No. Jenis Sarana Ibadah Jumlah

1 Mesjid 3

2 Gereja Katolik 1

3 Gereja Protestan 5

Jumlah 9


(55)

Dari data tabel 4.9 dapat dilihat jumlah peribadatan mesjid berjumlah 3 unit, gereja katolik berjumlah 1 unit dan gereja protestan berjumlah 5 unit. Dengan adanya sarana peribadatan tersebut membuat masyarakat dapat melakukan ibadah dengan baik dan tentram dan hidup secara rukun sebagai umat yang berbeda.

4. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Raya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.0

Sarana Kesehatan

No. Sarana dan Prasarana Pemilik/ Pengelola Jumlah

1 Rumah Sakit Umum Swasta 3

2 Polindes / BKIA Swasta/Pemerintah 5

Jumlah 8

Sumber : Profil Desa Raya Tahun 2010-2014

Sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu sarana yang sangat dibutuhkan oleh manusia dimanapun dia berada. Berdasarkan tabel diatas bahwa kebutuhan kesehatan di Desa Raya sangat baik, dimana terdapat 3 rumah sakit umum yang dikelola oleh swasta dan 5 Polindes / BKIA yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.

4.2 Sejarah Kelompok Tani Museum dan Struktur Keanggotaan

Beberapa tahun yang lalu ada seorang pengkabar injil didaerah tanah Karo yang bernama Newman, Newman ini merupakan seorang pengkabar Injil yang sedang mengabarkan Injil ditanah Karo tepatnya Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, untuk mendekatkan diri dengan masyarakat Desa Raya maka sang pengkabar injil tersebut mengusulkan kepada masyarakat Desa Raya untuk membangun sebuah museum


(56)

Karo yang dimana suatu saat nanti akan menjadi saksi sejarah untuk masyarakat desa yang akan datang, dan pada waktu itu bangunan museum Karo yang telah diusulkan oleh sang pengkabar Injil tersebut sudah menghasilkan 3 rumah Adat Karo yang menjadi simbol museum tersebut, namun deklarasi museum kebudayaan Karo tersebut tidak berjalan dengan baik, usulan Newman tersebut untuk mendeklarasikan museum kebudayaan Karo tersebut tidak tercapai. Namun bangunan rumah adat karo tersebut tetap berdiri untuk dijadikan simbol di Desa Raya, dengan adanya rumah adat tersebut maka beberapa petani yang ada di Desa Raya pada saat itu mengusulkan memberi nama kelompok tani mereka menjadi kelompok tani Museum, dengan makna memberi apresiasi kepada sang pengkabar Injil tersebut dengan ide untuk membangun museum kebudayaan Karo. Hingga saat ini nama kelompok tani Museum masih eksis di Desa Raya tersebut, namun pasang surut kegiatan, maupun keaktifan kelompok tani yang ada pada Desa Raya ini bergantung terhadap kepemimpinan kepala daerah tanah Karo. Tepatnya pada tahun 2008 seiring dengan adanya revitalisasi kelompok tani pada Desa Raya, kelompok tani Museum mulai aktif kembali secara struktur diatas koordinasi Gapoktan Desa Raya. Hingga tahun 2014 ini nama kelompok tani Museum masih aktif dan terdaftar sebagai bagian dari Gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Desa Raya.


(57)

Tabel 5.1

Daftar Keanggotaan Kelompok Tani Museum

No Nama

Umur (tahun)

Pendidikan Terakhir

Jabatan

Luas Usaha Tani (Ha)

Padi Jagung Sayuran Jeruk Kopi Cokelat

1 Dahlan Sembiring 52 SMA Ketua I 1

2 Herianto Ketaren 44 S1 Ketua II 1

3 Merga Ginting 50 SMA Sekretaris I 1

4 Rakut Ketaren 42 S1

Sekretaris

II 0,5

5 Jekson Kemit 44 SMA Bendahara I 1

6 M.Sutar 42 SMP

Bendahara

II 0,5

7 Masdi Tarigan 46 SMA Anggota 1


(58)

9 Petrus Tarigan 41 SMA Anggota 0,5

10 Kabul Sinuhaji 43 SMA Anggota 1

11 Sastra Ketaren 41 SMA Anggota 1

12 Suadi 54 SMP Anggota 1

13

Pedoman

Surbakti 52 S1 Anggota 1

14 Lober Hutapea 48 SMP Anggota 0,5

15 Karya Ginting 42 S1 Anggota 1

16 Agus Ginting 40 SMA Anggota 1

17 Bantu Sinulingga 57 SMA Anggota 0,5

18 Tomas Sinulingga 42 SMA Anggota 0,5

19 Senen 55 SMP Anggota 0,5

20 Panji Ginting 55 SMA Anggota 1

21 Abadi Pandia 45 SMA Anggota 1


(59)

23 Kunci Sembiring 60 SMP Anggota 1

24

Surianto

Sembiring 42 SMA Anggota 0,5

25 Marlon Ketaren 43 S1 Anggota 0,5

26 Nelson Sembiring 43 SMP Anggota 0,5

27 Karya Ketaren 43 SMA Anggota 1,5


(60)

4.2.1 Tugas Pengurus Kelompok Tani Museum

a. Tugas Ketua Kelompok Tani

Ketua dianggap sebagai kepala dalam setiap organisasi. Dalam kelompok tani tugas dari ketua kelompok dintaranya bertugas mengkoordinasi dan bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelompok, dengan rincian memimpin rapat pengurus, memimpin rapat anggot, menandatangani surat-menyurat, mewakili kelompok dalam pertemuan dengan pihak lain, dan memimpin pelaksanaan fungsi fungsi management lainnya.

Pada kelompok ini bapak D. Sembiring selaku ketua kelompok tani museum yang mengemban tugas tersebut. Beliaulah yang menjalankan tugas sebagai ketua, dimana beliau tergolong sebagai pemimpin yang sangat aktif dalam segala perkembangan mengenai pertanian di Desa Raya.

“ aku seringkali diajak penyuluh itu ikut keluar kota kadang, walaupun bukan dari kelompok kita yang mengadakan penyuluhan pertanian, jadi semakin ada perbandingan kita sama pertanian orang lain, kayak kemaren aku ke simalungun melihat petani jeruk sana.” ( D. Sembiring)

b. Tugas Sekretaris

Sekretaris bertugas sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan administrasi kegiatan non-keuangan seperti: mencatat segala keputusan penting dalam setiap rapat, menindaklanjuti hasil-hasil rapat, menyampaikan hasil-hasil rapat, membuat undangan kepada anggota jika ada kegiatan.


(61)

Pada kelompok tani museum posisi sekretaris dipegang oleh bapak Merga Ginting dan bapak Rakut Ketaren. bapak Merga Ginting selaku sekretaris I dan bapak Rakut Ketaren selaku sekretaris II. Dimana bapak rakut ketaren sebagai sekretaris I yang bertugas sebagai pengganti bapak Merga Ginting jika ia berhalangan hadir dalam kegiatan diskusi. Kedua bapak tersebut yang menangani tugas dimana beliau harus bertanggung jawab terhadap penyampaian hasil-hasil rapat atau diskusi, penyampaian undangan terhadap seluruh anggota jika akan diadakan pertemuan.

c. Tugas Bendahara

Tugas dari seorang bendahara ialah bertanggungjawab menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan kelompok, seperti mencatat iuran bulanan yang disetor oleh anggota, mencatat pengeluaran yang ada dalam kelompok, mencatat anggota yang akan melakukan peminjaman terhadap kelompok.

Tugas bendahara pada kelompok tani museum dipegang oleh bapak Jekson Kemit dan Bapak M. Sutar, kedua bapak ini bertugas dimana layaknya seorang bendahara yaitu bertanggungjawab menangani seluruh administrasi keuangan kelompok, seperti mencatat iuran bulanan yang disetor oleh anggota. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara oleh bapak Jekson:

“sayakan bendahara dikelompok ini, kerjaan bapak nulis nulis iuran anggota yang kalo mau nyetor iuran bulanan itu, pokoknya bicara uang masuk sama uang keluarlah,namanya juga bendahara”. ( Jekson Kemit )


(62)

4.3 Profil Informan

a. Dahlan Depari (52 tahun)

Peneliti mengadakan wawancara dengan ketua kelompok tani museum yaitu bapak D. Sembiring, sebelumnya peneliti memperkenalkan diri dengan menjelaskan maksud serta tujuan kedatangannya. Peneliti membawa surat izin penelitian serta lampiran proposal skripsi untuk dibaca beliau. Dengan ramah dan sangat antusias beliau memberikan informasi dan membantu peneliti untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Pak Dahlan merupakan ketua kelompok dari kelompok tani Museum . beliau berumur 52 tahun dan memiliki seorang istri yang bernama N.Bangun. Hasil dari buah pernikahan beliau mereka memiliki sepasang anak laki-laki dan sepasang anak perempuan. Dua anaknya telah lulus dari perguruan tinggi, sedangkan yang lain sedang duduk di bangku kuliah dan Sekolah Menengah Atas. Istri dari beliau juga bekerja ke ladang untuk membantu mengerjakan kegiatan pertanian mereka. Beliau memiliki lahan sekitar satu hektar dan beliau Tanami tanaman Jeruk, Dengan bekerja sebagai petani beliau menghidupi keluarganya. Sudah lebih dari 20 tahun beliau bekerja sebagai petani, dimana sejak remaja beliau sudah mendapatkan ilmu bertani dengan membantu orang tua ikut keladang sehingga beliau merupakan petani yang sudah memiliki pengalaman yang melimpah.

Ia memang seseorang yang menikmati profesinya sebagai petani. Terlihat dari kegigihannya bekerja dan ia terlihat senang melakoni pekerjaannya ini. Pendidikan terakhir bapak ini hanya sampai di SMA saja tapi ia terlihat seperti sarjana pertanian yang telah ahli dalam masalah pertanian, ia mengerti banyak mengenai apa saja yang


(63)

dibutuhkan tanaman. Ketika penulis mengikuti bapak ini ke ladang, ia memang fokus dalam bekerja. Dimana beliau sangat teliti dalam merawat tumbuhan jeruk beliau, beliau sangat memperhatikan secara detail mulai dari batang, daun, hingga buah jeruk.

Murah senyum, sederhana dan ramah adalah ciri bapak ini. Pengalamannya di kelompok tani membantu peningkatan cara bertani bapak ini. Ia terbiasa mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas pertanian, namun kelemahan dari pelatihan ini adalah hanya ketua kelompok tani yang ikut atau hanya perwakilan kelompok saja.

“…Kalo pelatihan puasnya aku ngikutinya, cuman kam tau lah pemerintah ini kadang mau ngambil untung, gak semua anggota kelompok boleh ikut, hanya beberapa orang saja.” ( D. Sembiring)

b. Jekson Kemit (44 tahun)

Beliau merupakan seorang bapak yang yang bertubuh tinggi, tegap dan mempunyai hobi memancing. Umur beliau saat ini sekitar 44 tahun, dengan pekerjaan beiau adalah seorang petani. Pendidikan terakhir beliau adalah SLTA. Beliau sudah menikah dengan memiliki tiga orang anak dari hasil pernikahan pak jakson kemit dengan istri tercinta yang bernama I. br Ginting. Istri beliau merupakan seorang petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit pemda di Kabanjahe. Ketiga anak mereka dapat digolongkan kedalam kelompok anak-anak , dimana anak pertama dari beliau masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dan anak kedua serta anak ketiga masih duduk di sekolah dasar. Selama bapak jekson kemit hidup ia mengabdikan hidupnya pada pertanian, karena dengan bakat dan kemampuannya maka ia percaya diri untuk jadi petani. Hal tersebut diyakini pada saat wawancara


(64)

dari kecil saja kami sudah diajak keladang, jadi rasa cinta untuk menanam itu pasti ada, jadi sampe sekarang bapak masih senang bertanilah”.( Jekson Kemit )

Keseharian bapak ini tidak ada bedanya dengan petani-petani yang lain, beliau yang memiliki luas lahan sekitar 1 Ha di kawasan Desa Raya yang dominannya ditanami oleh tanaman jeruk. Tanaman jeruk beliau dapat dikatakan sudah berumur atau sudah tua, oleh karena itu pengalaman dan pengetahuan beliau dalam mengelola pokok jeruk dapat dikatakan sangat baik.

Selain tanaman jeruk yang ada pada ladang bapak ini, beliau juga menanam bunga disekitar halaman rumah beliau, dimana bunga krisan dapat diambil bunganya setiap 2 kali seminggu, dan hasilnya dapat dijual kepasar untuk tambahan uang dapur atau uang belanja keluarga mereka.

Selain memiliki lahan yang ada di Desa Raya, beliau juga memiliki lahan pertanian diwilayah desa Seberaya, yang dapat dikatakan lumayan jauh jarak antara Desa Raya dengan Desa Seberaya, namun jarak tidak menjadi halangan bagi beliau untuk melakukan aktivitas pertanian, setelah beliau melakukan pekerjaan diladang yang berada di Desa Raya, selanjutnya beliau berangkat ke Desa Seberaya untuk melanjutkan / melihat keadaan ladangnya. Begitulah keseheraian beliau dalam bertani. Beliau juga tidak sembarangan dalam mengolah pertaniannya, dari hasil wawancara beliau mengatakan :

“… kita harus senang sama kerja kita, makanya jauhpun ladang bapak, ya dikerjakan, kalo kelompok tani itu lumayan membantu kami petani, karna ada kegiatan penyuluhan pertanian dibuat, jadi kawan-kawan petani juga bertambah ilmunya”.( Jekson Kemit )


(65)

c. Merga Ginting (50 Tahun)

Pak Merga Ginting merupakan salah seorang petani yang bergabung dengan kelompok tani Museum. Beliau memiliki jabatan sebagai pengurus kelompok tani dengan posisi sebagai sekretaris, saat ini beliau berumur sekitar 50 tahun, dengan pendidikan terakhir beliau SMA. Beliau memiliki seorang istri dan 2 anak perempuan serta 1 orang anak laki-laki. Profesi istri beliau adalah seorang ibu rumah tangga, dimana keseharian istri beliau selain sebagai ibu rumah tangga, istri beliau juga selalu membantu pak merga ginting untuk ikut bertani keladang mereka dengan sang suami. Pada lahan pertanian beliau ditanami tanaman buah jeruk. Biasanya petani pada wilayah ini terutama petani yang memiliki lahan pertaniaannya yang ditanami jeruk, dibawah pohon jeruk akan ditanami bunga krisan, dimana bunga krisan ini dapat dirawat secara sederhana dan bunganya dapat dipanen selama 2-3 kali dalam seminggu, jika bunga telah mekar maka petani dapat memutiknya dan menjualnya kepasar, dengan bunga krisan petani dapat terbantu dari segi ekonomi, dimana hasil dari bunga krisan yang dijual tersebut dapat sebagai uang belanja rumah tangga beliau

“kalo bunga krisan ini tambahan buat uang belanja dapur sehari-harilah,karna kalo nunggu panen jeruk kita kan agak lama nak, jadi kami agak terbantu dengan bunga ini, rata-rata petani disini sedikit ada bunga krisan ditanamnya.”(Merga Ginting)

Selain itu penjelasan dari beliau mengenai kelompok tani di Desa Raya ini sangat berguna bagi beliau secara pribadi, dengan adanya kelompok tani Museum memudahkan petani memperoleh pupuk subsidi, maupun obat-obatan / pestisida yang dibutuhkan untuk tanamannya. Selain memperoleh pupuk dan sebagainya, dengan adanya kelompok tani seperti ini, maka memperluas jaringan kerja beliau, bertemu dengan sesama petani yang


(66)

mengolah jeruk dari berbagai daerah terutama didaerah SumateraUtara seperti daerah Simalungun, karena beliau sering mengikuti penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh dinas terkait setempat.

“Kalo pengurus kelompok kayak bapak itu selalu ikut penyuluhan dari dinas, nanti perwakilan pengurus yang membagi ilmu yang didapat dari penyuluhan kami itu, ya kami penguruslah yang diskusi lagi sama anggota kelompok kami.”( Merga Ginting)

d. Karya Ginting (42 Tahun)

Karya Ginting adalah seorang bapak yang memiliki istri seorang seorang bidan desa dan mempunyai dua orang anak dari hasil pernikahan mereka. Beliau memiliki pendidikan terakhir yaitu Sarjana. Beliau bersama keluarga tinggal di PU, PU merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Raya. Beliau memiliki beberapa lahan pertanian yang merupakan warisan yang beliau peroleh dari orang tuanya. Beliau awalnya memiliki tanaman jeruk dari tanaman warisan orang tuanya, namun sedikit demi sedikit tanaman jeruk beliau mulai berkurang karena masa tanamnya sudah mulai habis, dan juga sedikit demi sedikit tanaman jeruk beliau juga dihampiri oleh hama lalat buah, dan saat ini beliau mulai menanam tanaman kopi dibawah tanaman jeruk beliau beserta tanaman muda sebagai tanaman jangka pendek.

Keseharian beliau yang merupakan seorang petani sama halnya dengan petani-petani yang lain yang ada didesa Raya ini, beliau pergi ke ladangnya dan melakukan aktivitas pertaniannya sehari-hari. Selain itu juga, beliau aktif dalam komunitas petani yaitu kelompok tani Museum. Dengan memiliki pendidikan sekelas sarjana, beliau dapat


(67)

dikatakan petani yang sangat berkembang. Selain menggunakan tenaga sendiri untuk mengolah pertaniannya, beliau juga menggunakan pekerja yang disebut “ aron”. Penggunaan aron tersebut digunakan karena beliau juga ingin membantu sesama yang kekurangan pekerjaan. Beliau digolongkan oleh aronnya sebagai orang yang baik, karena beliau bertanggung jawab terhadap aronnya tersebut, dimana beliau mengantar aronnya tersebut jika ingin bekerja diladang beliau, jika aronnya tidak memiliki kendaraan keladang beliau.

Beliau yang tergolong ramah ini sangat mudah bergaul dengan teman sesama petani, beliau sering bertukar pikiran dengan teman-teman sesama petani di warung kopi seberang rumah beliau, dimana keseharian kaum bapak-bapak yang ada pada Desa Raya ini selalu “nongkrong” diwarung kopi pada waktu sore hari sepulang dari ladang. Hal ini sering dilakukan oleh kaum bapak bapak petani yang bertujuan saling bertukar pikiran untuk mengetahui perkembangan sehari-hari baik dari masalah sosial mapun masalah pertanian mereka.

Demikianlah kegiatan diri dari bapak karya ginting tersebut, bapak yang murah senyum dan bersahaja dengan cirri khusus dari beliau. Dan diakhir wawancara beliau juga mengatakan bahwa suatu hari beliau ingin mencalonkan diri di Pileg untuk mengembangkan pertanian tanah Karo, terutama Desa Raya.

e. Suadi/ Pak Unyil

Pak Unyil sapaan akrabnya jika sehari-hari, namun nama asli dari bapak ini adalah bapak Suadi, dan merupakan salah satu anggota kelompok tani museum yang bersuku jawa. Beliau sudah berumur lebih dari setengah abad dengan pendidikan formal


(1)

LAMPIRAN

Gambar 1. Foto bersama ketua kelompok tani (D. Sembiring) setelah melakukan wawancara


(2)

   


(3)

Gambar 4. Foto bersama bapak Suadi yang bersiap akan menyemprot tanaman jeruk


(4)

   

Gambar 6. Bak berukuran besar atau Kolam yang digunakan petani dalam mengantisipasi sistem pengairan pada ladang petani.


(5)

Gambar 8. Pemanfaatan lahan yang digunakan disamping pohon jeruk, dimana dapat ditanami sejenis tanaman seperti cabe, yang dapat panen dalam jangka pendek dan hasilnya membantu perekonomian sehari-hari rumah tangga petani.

    

 

Gambar 9. Wawancara dengan Ibu Ripka Ginting selaku petugas penyuluh pertanian yang bertugas di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.


(6)

   

 

Gambar 10. Alat yang digunakan petani untuk mengantisipasi hama lalat buah pada tanaman jeruk.


Dokumen yang terkait

Kelembagaan Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara

3 45 50

Perubahan Desa Menjadi Kota (Studi Deskriptif di Desa Tembung, Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang)

22 218 93

Dinamika Organisasi Kelompok Tani Di Kabupaten Langkat (Kelompok Tani Kelas Pemula Dan Utama, Desa Kwala Begumit Dan Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)

14 118 86

Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat)

0 11 106

Analisis Hubungan Kinerja Kelompok Tani Dengan Pendapatan Usahatani Petani (Kasus : Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)

6 19 112

Manfaat Program Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Penguatan Aksebilitas Petani (studi Kasus di Kelompok Tani Bina Harapan, Desa Karamatwangi, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut).

0 0 2

Analisis Hubungan Kinerja Kelompok Tani Dengan Pendapatan Usahatani Petani (Kasus : Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)

0 0 13

Analisis Hubungan Kinerja Kelompok Tani Dengan Pendapatan Usahatani Petani (Kasus : Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)

0 0 1

Analisis Hubungan Kinerja Kelompok Tani Dengan Pendapatan Usahatani Petani (Kasus : Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo)

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang - Fungsi Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam Konsolidasi Kehidupan Petani” (Studi Deskriptif Pada Kelompok Tani Museum di Desa Raya Kecamatan Berastagi Kab. Karo).

0 0 8