PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA KELAS VII MTS SWASTA IRA MEDAN.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA MTs SWASTA IRA MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
DINA MAULINA ADNANI
NIM : 8136171018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i ABSTRAK
DINA MAULINA ADNANI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-efficacy Siswa Kelas VII MTs Swasta IRA Medan. Tesis. Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa, (2) Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa, dan (3) Mengetahui perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa. Ujicoba dilakukan pada siswa kelas VII MTs Swasta IRA Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan perangkat pembelajaran Thiagarajan, Semmel dan Semmel, yaitu model four-D yang telah dimodifikasi dan rancangan dalam ujicoba menggunakan one group pretest-postest design. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: (1) Perangkat pembelajaran berbasis masalah praktis untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-efficacy siswa. Dapat dilihat dari komponen-komponen: (a) Keterlaksanaan pembelajaran dengan kattegori baik; (b) Respon siswa dengan kategori sangat positif; (c) kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan kategori baik. (2) Perangkat pembelajaran berbasis masalah efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-efficacy siswa. Dapat dilihat dari komponen-komponen: (a) aktivitas siswa berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran; (b) kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada kriteria batasan keefektifan dan (c) respon siswa berada diatas 80 %. (b) Ketuntasan belajar siswa secara Klasikal adalah 83,33% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu mencapai skor >75. (3) Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-efficacy dengan menggunakan Perangkat pembelajaran berbasis masalah. Untuk nilai rerata kemampuan berpikir kritis matematis meningkat dari 2,71 menjadi 3,00 dan nilai rerata self-efficacy meningkat dari 3,21 menjadi 3,32.
Kata kunci : perangkat pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, kemampuan berpikir kritis matematis, self-efficacy.
(7)
ii ABSTRACT
DINA MAULINA ADNANI. The development of Problem Based Learning Tool for Enhancing Critical Thinking Ability Mathematical and Self-efficacy of MTs of Swasta IRA Medan. Thesis. Education Mathematics Graduate Program, State University of Medan, 2015. The purpose of this study was to: (1) Determine the practicality of learning tools developed with problem based learning model to enhance the critical thinking skills of mathematical and Self-efficacy of students, (2) Determine the effectiveness of learning tools developed with problem based learning model to improve critical thinking skills mathematical and Self-efficacy of students, and (3) Knowing the developed learning tools can enhance critical thinking skills and self-efficacy mathematical students. Experiments conducted on students of class VII MTs of Private IRA Medan. This type of research is the development of research development model learning device Thiagarajan, Semmel and Semmel, the four-D models that have been modified and the design of the trials using a one-group pretest-posttest design. The results show that: (1) The practical problem-based learning to improve critical thinking skills and self-efficacy mathematical students. Can be seen from the components: (a) Keterlaksanaan kattegori good learning; (b) The response of students categorized as very positive; (c) the ability of teachers to manage learning in both categories. (2) The effective problem-based learning to improve critical thinking skills and self-efficacy mathematical students. Can be seen from the components: (a) the activity of the students are at the criteria limits the effectiveness of learning; (b) the ability of teachers to manage learning are at the limits effectiveness criteria and (c) the student's response is above 80%. (3) Classical Mastery learning students is 83.33% of students who take the learning is able to achieve a score of> 75. (3) Improvement of critical thinking skills and self-efficacy mathematically using problem-based learning device. For the average value of critical thinking skills mathematical increased from 2,71 to 3,00 and a mean value of self-efficacy increased from 3,21 into 3,32. Keywords: learning device, model of problem-based learning, critical thinking skills mathematical, self-efficacy.
(8)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-efficacy Siswa MTs Swasta IRA Medan”.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini
2. Bapak Dr. Kms. M. Amin Fauzi, M.Pd, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, dan Bapak Dr. Edi Surya, M.Si dan selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika
(9)
iv
4. Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini
5. Kepala MTs Swata IRA Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
6. Ayahanda Drs. Adnan MH., Ibunda Sri Yani,S.Pd.I, abang dan adik yang telah memberikan rasa kasih sayang, perhatian doa, dan dukungan moril maupun materil sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini 7. Sahabat-sahabat tercinta dikmat A-1.
8. Semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan dari Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
Dina Maulina Adnani NIM. 8136171018
(10)
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... ... v
DAFTAR TABEL. ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. ... 1
1.2 Identifikasi Masalah. ... 16
1.3 Batasan Masalah. ... 17
1.4 Rumusan Masalah ... 18
1.5 Tujuan Penelitian ... 18
1.6 Manfaat Penelitian. ... 19
BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1Kerangka Teoretis ... 21
2.1.1 Hakikat Belajar Matematika ... . 21
2.1.2 Hasil Belajar Matematika ... 24
2.1.3 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 26
2.1.4 Kemampuan Self-efficacy ... 33
2.1.5 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 43
2.1.6 Keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-efficacy dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 51
2.1.7 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 52
2.1.8 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 58
(11)
vi
2.1.10 Keefektifan Pembelajaran ... 74
2.1.11 Aktivitas Belajar Siswa ... 77
2.1.12 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 80
2.2Penelitian yang Relevan ... 83
2.3Kerangka Konseptual ... 85
2.4Definisi Operasional ... 90
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 92
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 92
3.3 Subyek dan Objek Penelitian... 93
3.4 Prosedur dan Rancangan Penelitian ... 93
3.4.1 Prosedur Penelitian ... 93
3.4.2 Rancangan Uji coba ...101
3.5 Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ...102
3.6 Analisis Data ...115
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...128
4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...128
4.1.1.1 Tahap Pendefinisian ...128
4.1.1.2 Tahap Perancangan ...133
4.1.1.3 Tahap Pengembangan ...141
4.1.1.4 Tahap Penyebaran ...179
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...179
4.3 Keterbatasan Penelitian ...185
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...187
5.2 Saran ...190
(12)
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 50
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan guru mengelola Pembelajaran ... 82
Tabel 3.1 Kisi-kisiLembarValidasi RPP ... 104
Tabel 3.2 Kisi-kisiLembarValidasi Buku Siswa ... 105
Tabel 3.3 Kisi-kisiLembarValidasi LKS ... 107
Tabel 3.4 Kisi-kisiInstrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 109
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 109
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Self-efficacy ... 110
Tabel 3.7 Skor Alternatif Jawaban Skala Self-efficacy ... 111
Tabel 3.8 Kategorisasi Penilaian Angket Self-efficacy ... 111
Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 116
Tabel 3.10 Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 119
Tabel 3.11 Validitas Pernyataan Kemampuan Self-efficacy ... 120
Tabel 3.12 Kriteria Pencapaian Waktu Ideal Aktivitas Siswa ... 123
Tabel 3.13 Pedoman Penskoran Angket Respon Siswa ... 124
Tabel 3.14 Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 125
Tabel 3.15 Kriteria Nilai Ketuntasan ... 126
Tabel 4.1 Sub Topik danJenis Kegiatan Setiap Pertemuan ... 132
Tabel 4.2 Sub Topik danTujuan Pembelajaran Setiap Pertemuan ... 133
Tabel 4.3 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Aritmatika Sosial ... 134
Tabel 4.4 Daftar Nama Validator ... 142
Tabel 4.5 Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 145
Tabel 4.6 Hasil Validasi Angket Self-efficacy ... 145
Tabel 4.7 Analisis Kepraktisan pada Uji Coba ... 148 Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
(13)
viii
Ujicoba I ... 149
Tabel 4.9 Tingkat Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Hasil Postes Ujicoba I ... 150
Tabel 4.10 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Ujicoba I ... 151
Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Angket Self-efficacy Siswa pada Ujicoba I ... 152
Tabel 4.12 Kategori Angket Self-efficacy Siswa pada Ujicoba I ... 152
Tabel 4.13 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa pada Ujicoba I ... 154
Tabel 4.14 Persentase Aktivitas Siswa pada Ujicoba I ... 156
Tabel 4.15 Hasil Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I ... 160
Tabel 4.16 Revisi Buku Siswa ... 164
Tabel 4.17 Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Ujicoba II ... 165
Tabel 4.18 Tingkat PenguasaanKemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Hasil Postes Ujicoba II ... 166
Tabel 4.19 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada Ujicoba II ... 167
Tabel 4.20 Deskripsi Hasil Angket Self-efficacy Siswa pada Ujicoba II ... 168
Tabel 4.21 Kategori Angket Self-efficacy Siswa pada Ujicoba II ... 168
Tabel 4.22 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa ... 170
Tabel 4.23 Persentasi Aktivitas Siswa pada Ujicoba II ... 173
Tabel 4.24 Hasil Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba II ... 176
(14)
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahapan Pendefinisian dalam Model 4-D ... 62
Gambar 2.2 Tahapan Perancangan dalam Model 4-D ... 63
Gambar 2.3 Tahapan Pengembangan dalam Model 4-D ... 64
Gambar 2.4 Tahapan Penyebaran dalam Model 4-D ... 65
Gambar 3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 94
Gambar 4.1 Cover Buku Siswa ... 137
Gambar 4.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 138
Gambar 4.4 Peta Konsep Aritmatika Sosial ... 139
(15)
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada
Hasil Postes Ujicoba I ... 150 Diagram 4.2 Persentasi Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis pada Ujicoba I ... 151 Diagram 4.3 Diagram Persentasi Aktivitas Siswa pada Ujicoba I ... 159 Diagram 4.4 Diagram Nilai Rerata Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran pada Ujicoba I ... 161 Diagram 4.5 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
pada Hasil Postes Ujicoba II ... 166 Diagram 4.6 Persentasi Ketuntasan Klasikal Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa pada Ujicoba II ... 167 Diagram 4.7 Diagram Persentasi Aktivitas Siswa pada Ujicoba II ... 175 Diagram 4.8 Diagram Nilai Rerata Kemampuan Guru Mengelola
(16)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Perangkat Pembelajaran
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 194
B. Buku Siswa (BS) ... 210
C. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 231
D. Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 245
a. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 245
b. Soal Tes Hasil Belajar ... 246
c. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar ... 248
E. Angket Self-efficacy ... 250
a. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 250
b. Soal Tes Hasil Belajar ... 251
Lampiran II. Hasil Validasi dan Nama Validator A. Hasil Validasi RPP ... 252
B. Hasil Validasi BAS ... 253
C. Hasil Validasi LKS ... 254
D. Hasil Validasi Tes Berpikir Kritis Matematis ... 255
E. Hasil Validasi Angket Self-efficacy ... 255
F. Nama-nama Validator ... 256
Lampiran III. Hasil Ujicoba Instrumen A. Reliabilitas Soal Tes Berpikir Kritis Matematis ... 258
B. Reliabilitas Angket Self-efficacy ... 260
C. Temuan Hasil Pengamatan Pra Penelitian Keterkaitan Perangkat Pembelajaran ... 262
D. Temuan Hasil Pengamatan Penelitian Keterkaitan Perangkat Pembelajaran ... 265
Lampiran IV. Data Hasil Ujicoba I A. Data Hasil Postes Berpikir Kritis Matematis ... 267
B. Data Hasil Angket Self-efficacy ... 269
(17)
xii Lampiran V. Data Hasil Ujicoba II
A. Data Hasil Postes Berpikir Kritis Matematis ... 271
B. Data Hasil Angket Self-efficacy ... 273
C. Data Hasil Angket Respon Siswa ... 274
D. Rekapitulasi Hasil Keterbacaan ... 275
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Sumber Daya Manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu adalah sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna memenuhi kebutuhannya dan menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang dinamis.
Masykur dan Fathani (2007:43) mengatakan bahwa, Ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya akan semakin terus berkembang, untuk itu jika kita tidak ingin ketinggalan dibanding negara lain maka penguasaan matematika yang kuat sejak dini merupakan suatu solusinya, sebab matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.
Sejalan dengan pendapat di atas, Wheatley (1991:7) menyatakan bahwa, “Mathematics is the key to opportunity.” Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Bagi seorang siswa, keberhasilan mempelajari matematika akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warganegara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu negara, matematika
(19)
2
akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan pola kehidupan manusia, atau matematika adalah bagian dari hidup manusia, sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan sehari-hari.
Pentingnya penguasaan matematika bagi peserta didik tidak sejalan dengan kualitas penguasaan atas matematika. Hasil belajar matematika siswa sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan, seperti yang diungkapkan oleh Hadi (2005:10) walaupun sekolah-sekolah di tanah air sudah mempunyai pengalaman cukup lama dalam menerapkan mata pelajaran matematika ternyata hasil yang dicapai masih jauh dari memuaskan. Selanjutnya Hasratuddin (2013:119) mengungkapkan bahwa dilihat dari hasil belajar matematika siswa tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjut Tingkat Atas selalu di bawah bidang studi lain.
Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar siswa melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Fenomena tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator hasil belajar antara lain ditunjukkan dengan rendahnya prestasi siswa pada skala internasional seperti yang dilaporkan oleh Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS, 1999) dan temuan sejumlah penelitian. TIMSS melaporkan bahwa peringkat matematika Indonesia yang pesertanya SMP kelas satu adalah tahun 1999 peringkat 34 dari 38
(20)
3
peserta, tahun 2003 peringkat 34 dari 45 peserta, serta pada tahun 2007 Indonesia berada pada urutan ke 36 dari 48 negara dengan skor 397. Data ini menunjukkan bahwa siswa kita kurang mampu menyelesaikan masalah matematika (TIMSS, 2007).
Rendahnya prestasi matematika juga terjadi di MTs Swasta IRA Medan yang akan menjadi tempat penelitian berlangsung. Hal ini tercermin dari hasil try
out UAN pada 25-27 Februari 2013 yang diadakan oleh BT/BS BIMA. Terlihat
bahwa dari 58 siswa kelas IX peserta try out, hanya 2 orang yang mendapat nilai 5,00 dan selebihnya dengan nilai rata-rata 3,84.
Mempelajari matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses berpikir. Hal tersebut bertalian erat dengan karakteristik matematika sebagai suatu ilmu dan human activity (Freudenthal, 1973:35) yaitu bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Aktivitas dan proses berpikir akan terjadi apabila seorang individu berhadapan dengan suatu situasi atau masalah yang mendesak dan menantang serta dapat memicunya untuk berpikir agar diperoleh kejelasan dan solusi atau jawaban terhadap masalah yang dimunculkan dalam situasi yang dihadapinya.
Mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar siswa mampu dan terbiasa menghadapi berbagai permasalahan di sekitarnya. Menurut Fachrurazi (2011:77) penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa untuk mengatasi berbagai permasalahan
(21)
4
masa mendatang di lingkungannya. Untuk itu dalam proses belajar mengajar guru tidak boleh mengabaikan penguasaan kemampuan berpikir kritis siswa.
Orang yang berpikir kritis matematis akan cenderung memiliki sikap yang positif terhadap matematika, sehingga akan berusaha menalar dan mencari strategi penyelesaian masalah matematika. Sabandar (2005:45) menyatakan bahwa berpikir kritis matematis adalah kemampuan untuk melibatkan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan, dan mengevaluasi situasi matematis.
Menurut Sabandar (2006:34), berpikir kritis matematis merupakan dasar dari tiga pola berpikir tingkat tinggi yang lainnya seperti berpikir kreatif, logis dan reflektif dimana berpikir kritis matematis perlu dikuasai terlebih dahulu untuk mencapai kemampuan-kemampuan berpikir lainnya. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis matematis sangat penting bagi siswa karena dengan keterampilan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya.
Namun kebiasan berpikir kritis ini belum ditradisikan di sekolah-sekolah. Seperti yang diungkapkan kritikus Jacqueline dan Brooks (Santrock, 2007:19), sedikit sekolah yang mengajarkan siswanya berpikir kritis. Sekolah justru mendorong siswa memberi jawaban yang benar daripada mendorong mereka memunculkan ide-ide baru atau memikirkan ulang kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada. Terlalu sering para guru meminta siswa untuk menceritakan kembali, mendefinisikan, mendeskripsikan, menguraikan, dan mendaftar daripada menganalisis, menarik kesimpulan, menghubungkan, mensintesakan, mengkritik,
(22)
5
menciptakan, mengevalusi, memikirkan dan memikirkan ulang. Akibatnya banyak sekolah meluluskan siswa-siswa yang berpikir secara dangkal, hanya berdiri di permukaan persoalan, bukannya siswa-siswa yang mampu berpikir secara mendalam.
Berdasarkan fakta dari penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti di MTs Swasta IRA Medan kelas VII (3-4 November 2014), diperoleh informasi bahwa hasil tes berpikir kritis matematis siswa terhadap 30 orang siswa, yang dilakukan oleh peneliti masih tergolong rendah. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa MTs hanya 60 kalau dalam skala 0-100, nilai ini dalam kategori kurang. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis matematis siswa tingkat MTs masih belum memuaskan, dimana diberikan soal berpikir kritis matematis pada materi Aritmatika Sosial sebagai berikut :
“Sebuah toko elektronik memberikan diskon sebesar 10% untuk semua jenis barang jika dibayar secara tunai. Iwan melihat harga jam tangan sebelum diskon di etalase seharga Rp75.000,- dan dikenakan pajak penjualan sebesar 5%. Iwan ingin membeli jam tangan tersebut tetapi dia hanya mempunyai uang sebesar Rp65.000,-. Cukupkah uang Iwan untuk membeli jam tangan tersebut?”.
Dari penelitian awal yang dilakukan peneliti, diperoleh indikator kemampuan berpikir kritis untuk 30 siswa terdapat; hanya 3 siswa yang mampu mengidentifikasi (menjelaskan konsep), 2 siswa yang mampu menggeneralisasi (menghubungkan konsep), 2 orang siswa yang mampu menganalisis (memeriksa dan mengevaluasi), dan 1 siswa yang mampu memecahkan masalah. Permasalahan mengenai kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa pada soal di atas dapat dilihat dari hasil jawaban siswa berikut :
(23)
6
Gambar 1.1 Proses jawaban tes berpikir kritis matematis siswa
Dari hasil yang diperoleh, gambar 1.1 menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi (menjelaskan konsep) yang diketahui dan unsur-unsur yang ditanya, menggeneralisasi (menghubungkan konsep) yang diketahui dari soal tersebut, analisis (memeriksa dan mengevaluasi) yang digunakan siswa tidak terarah dan menggunakan strategi yang salah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa MTs Swasta IRA masih rendah.
Selain kemampuan berpikir kritis matematis, fokus penelitian lainnya merupakan salah satu aspek keaktifan yaitu Self-efficacy. Bandura (2006:24) mendefinisikan Self-efficacy sebagai keyakinan orang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk sebagai latihan atas peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Kemampuan tersebut diukur berdasarkan level (tingkat kesulitan masalah), strength (ketahanan) dalam menyelesaikan masalah, generality (keluasaan) bidang masalah yang diberikan.
Individu dengan self-efficacy tinggi memiliki komitmen dalam
(24)
7
strategi yang dilakukan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1997:131), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa individu dengan self-efficacy tinggi berarti juga memiliki kemampuan berpikir kritis.
Ungkapan diatas diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Pajares (1997:11) melaporkan bahwa dengan self-efficacy yang tinggi, maka pada umumnya seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil melampaui latihan-latihan matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran tersebut yang tercermin dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Self-efficacy yang tinggi juga akan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa, sebab rasa kepercayaan yang penuh dalam menyelesaikan masalah dan cepat menghadapi masalah salah satu cara menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu menurut Pajares (2002:12) self-efficacy juga dapat membuat seseorang lebih mudah dan lebih merasa mampu untuk mengerjakan soal-soal matematika yang dihadapinya, bahkan soal matematika yang lebih rumit atau spesifik sekalipun.
Pajares (2002:13) mengungkapkan bahwa gambaran lain mengenai peranan self-efficacy bagi seorang siswa misalnya, akibat metode mengajar dengan hanya berpatok pada teori dan pembelajaran di kelas, tidak jarang membuat siswa merasa cepat bosan ketika diberikan materi pelajaran. Akibatnya motivasi untuk lebih mengerti dan menguasai materi matematika itu sendiri otomatis akan menurun. Matematika hanya dianggap sebagai sebuah kewajiban
(25)
8
untuk dipelajari karena tercantum dalam kurikulum akademik, tanpa ada pemaknaan lebih dalam lagi tentang matematika itu sendiri serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain kurangnya motivasi dari dalam diri siswa, pengalaman-pengalaman terdahulu yang kurang menyenangkan dari proses pembelajaran matematika yaitu kurangnya dorongan kepada siswa untuk memunculkan ide-ide baru atau menumbuhkan kemampuan berpikir kritis matematis, baik dialami oleh siswa secara langsung maupun tidak langsung, juga mempengaruhi persepsi siswa tentang pelajaran matematika. Jika siswa berpendapat tidak menyenangi matematika, maka siswa akan menjadi enggan untuk mempelajari matematika lebih giat dan memiliki prestasi yang lebih tinggi.
Mengingat pentingnya self-efficacy siswa, maka hendaknya self-efficacy ini ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Ketercapaian self-efficacy matematika siswa dapat diketahui dengan melakukan observasi proses pembelajaran matematika dan skala self-efficacy, disini peneliti melihat ketercapaian self-efficacy siswa dengan skala self-efficacy. Self-efficacy siswa dalam penelitian ini diartikan sebagai kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya dalam merepresentasikan dan memecahkan suatu masalah matematika. Artinya ketika siswa diberikan suatu masalah matematika ia dapat menyatakan/meyakini dirinya tentang kemampuannya dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Dari pernyataan di atas, maka dugaan sementara bahwa rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis matematis dan kurangnya self-efficacy siswa, tidak terlepas dari dan bagaimana guru mengajar serta minat dan respon siswa terhadap matematika itu sendiri. Dari hasil wawancara peneliti terhadap siswa MTs Swasta
(26)
9
IRA Medan (26 November 2014), baik selama proses pembelajaran maupun perbincangan di luar kelas, diketahui bahwa siswa menganggap mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi siswa, matematika merupakan pelajaran yang sulit dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa memberikan alasan bahwa soal-soal tersebut tidak sama yang diajarkan guru saat belajar di kelas, sehingga siswa kurang berminat dan termotivasi untuk belajar matematika.
Hasil pengamatan awal peneliti terhadap aktivitas belajar siswa di kelas VII MTs swasta IRA (26 November 2014), terlihat siswa hanya menjadi pendengar saja, sedikit tanya jawab, mencatat dari papan tulis, mengerjakan latihan yang diberikan guru dan hasilnya ditulis di papan tulis serta jawaban siswa yang benar diterima saja tanpa ada penjelasan terhadap hasil yang diperoleh kepada teman lain.
Pengamatan (26 November 2014) juga dilakukan terhadap guru (Asrar Aspia manurung) dalam melakukan proses pembelajaran, terlihat bahwa guru menyampaikan materi yang ada dalam buku paket, memberikan informasi pengertian konsep secara langsung dengan cara mendiktekan kepada siswa, memberikan contoh penerapan rumus-rumus matematika, mengerjakan latihan-latihan dan langkah-langkah penyelesaian soal serta kurang mengaitkan fakta real dalam kehidupan nyata dengan persoalan kehidupan nyata dengan persoalan matematika. Pembelajaran yang terjadi di kelas cenderung berpusat pada guru (teacher oriented) dan tidak berorientasi pada membangun konsep matematika
(27)
10
dari siswa sendiri serta tidak melatih siswa untuk memecahkan masalah matematika secara matematis.
Selain fenomena-fenomena di atas, peneliti juga mendapati bahwa guru yang mengajar matematika di sekolah tersebut menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif (yang tertulis di RPP) namun belum diimplementasikan dengan baik dan benar, akibatnya proses pembelajaran masih tetap berorientasi pada guru tersebut. Kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dan mengimplementasikannya perlu ditingkatkan demi perubahan yang lebih baik terhadap hasil ataupun prestasi belajar siswa.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Dalam PBM siswa dituntut untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, menemukan informasi yang relevan dari sumber yang tersembunyi, mencari berbagai cara (alternatif) untuk mendapatkan solusi, dan menemukan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (1997:33) yang menyatakan bahwa:
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir kritis, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Trianto (2009: 94) menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah
(problem-based instruction) memiliki tujuan: 1) membantu siswa
(28)
11
belajar peranan orang dewasa yang otentik, dan 3) menjadi pelajar yang mandiri. Berdasarkan ke dua pendapat di atas, jelaslah bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, sehingga siswa itu dengan sendirinya dapat menemukan bagaimana konsep itu terbentuk, dan pada akhirnya siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut.
Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa maka salah satu cara adalah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut Nur, M. (2008:54) menyatakan, Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan kreatif, keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Berarti apabila siswa menggunakan model PBM pada proses belajar mengajar salah satu karakteristiknya adalah masalah ditemukan terlebih dahulu.
Hal ini didukung oleh teori Bruner berpendapat dalam Nur M. (2000:30) bahwa seorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Murid membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan. Hal ini berbeda dengan proses belajar mengajar yang biasa dilakukan pada umumnya yaitu masalah disajikan setelah pemahaman konsep, prinsip dan keterampilan.
(29)
12
Penggunaan masalah-masalah kontekstual dalam model pembelajaran berbasis masalah menjadikan pembelajaran tersebut lebih bermakna. Ibrahim dan Nur M. (2008:30) menyampaikan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah merupakan model belajar yang mengorgansisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah, melalui pengajuan situasi kehidupan nyata yang otentik dan bermakna, yang mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri, dengan menghindari jawaban sederhana, serta memungkinkan adanya berbagai macam solusi dari situasi tersebut.
Dalam penerapan model PBM ini, siswa tidak hanya melakukan kegiatan kognitif saja tapi secara bersama-sama mereka mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotornya. Jadi dengan menerapkan Model PBM, siswa akan lebih bebas dalam menuangkan ide-idenya tanpa ada ketakutan akan kesalahan dari apa yang dibuat. Selain itu, dari sintaks model PBM yang dikemukakan Ibrahim dan Nur (2000:13) yaitu proses orientasi, mengorganisasi, membimbing penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis dan mengevaluasi. Terlihat bahwa dari sintaks model PBM berkaitan dengan indikator kemampuan berpikir kritis yang ingin dicapai berupa: mengidentifikasi, menggeneralisasi, menganalisis dan memecahkan masalah . Sehingga jelas bahwa model PBM dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif Piaget (Nur M., 2008:40), anak usia SMP (12-15 tahun) belum sepenuhnya dapat berpikir abstrak, dalam pembelajarannya kehadiran benda-benda konkrit masih diperlukan. Meski begitu harus pula mulai dikenalkan benda-benda semi konkrit. Namun pada level SMP
(30)
13
ini, anak sudah mulai dapat menangkap maksud dari suatu permasalahan secara lebih jelas, mempertimbangkan, mengajukan dugaan, dan menganalisa secara sederhana keterkaitan antar subjek permasalahan. Di sinilah peran berpikir kritis bagi anak usia SMP tersebut, yang dalam hal ini mengacu pada pendapat Piaget (mengenai ciri-ciri kemampuan kognitif anak pada level SMP), telah dapat diterapkan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 (2007:134) mengemukakan bahwa Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan, baik yang sengaja dikembangkan atau yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengalaman dan praktik yang memungkinkan terjadinya belajar. Sumber belajar dapat berupa narasumber, buku, media non-buku, teknik dan lingkungan. Buku ajar untuk siswa, buku pedoman guru dan lembar kegiatan siswa merupakan sumber belajar yang harus ada agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan.
Dapat disimpulkan bahwa, salah satu sumber belajar yang dibutuhkan adalah buku pelajaran yang mendukung peningkatan prestasi matematika siswa. Khususnya tentang kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa diperlukan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah. Walaupun buku ajar ini dibutuhkan tetapi pada kenyataannya perangkat pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa masih sedikit dan jarang ditemukan.
Oleh karena itu, guru yang profesional harus mampu meramu, merancang dan menemukan perangkat pembelajaran yang memudahkan siswanya dalam
(31)
14
proses belajar. Misalnya dengan penggunaan media gambar dalam mendeskripsikan konsep matematika, di samping akan mengkonkritkan materi matematika yang bersifat abstrak, juga dapat menambah daya penguatan (inforcement) serta dapat membangkitkan keinginan dan minat baru serta rangsangan belajar (Hamalik,2003:43).
Suhadi (2007:24) mengemukakan bahwa “Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.” Dari uraian tersebut dapatlah dikemukanan bahwa perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Adapun serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas berupa : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Perangkat pembelajaran itu harus lengkap dan bagus dimiliki seorang guru sehingga dalam melakukan proses pembelajaran, diharapkan proses pembelajaran akan berjalan secara maksimal.
Selanjutnya Suhadi (2007:25) mengemukakan bahwa, pembelajaran matematika yang menggunakan perangkat pembelajaran yang menarik akan membantu siswa dalam mengerjakan atau menganalisa persoalan yang ada. Selama itu, kita ketahui bahwa dalam pembelajaran matematika di kelas bersifat konvesional. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru, tetapi dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dirancang dengan menarik, siswa dapat mengembangkan cara belajarnya menjadi lebih baik.
(32)
15
Pernyataan ini diperkuat oleh Hamalik (2003:77), ia mengemukakan bahwa pemakaian perangkat pembelajaran yang menarik dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, perangkat pembelajaran juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi yang lebih banyak. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mencoba mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-efficacy.
Berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif Piaget, anak usia SMP (12-15 tahun) belum sepenuhnya dapat berpikir abstrak, dalam pembelajarannya kehadiran benda-benda konkrit masih diperlukan. Meski begitu harus pula mulai dikenalkan benda-benda semi konkrit. Namun pada level SMP ini, anak sudah mulai dapat menangkap maksud dari suatu permasalahan secara lebih jelas, mempertimbangkan, mengajukan dugaan, dan menganalisa secara sederhana keterkaitan antar subjek permasalahan. Di sinilah peran berpikir kritis bagi anak usia SMP tersebut, yang dalam hal ini mengacu pada pendapat Piaget (mengenai ciri-ciri kemampuan kognitif anak pada level SMP), telah dapat diterapkan.
(33)
16
Sehingga untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa, pada penelitian ini dikembangkan perangkat pembelajaran berbasis masalah pada materi aritmatika sosial untuk siswa kelas VII SMP/MTs, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal tes kemampuan berpikir kritis matematis dan self-efficacy.
Hal ini yang membangkitkan semangat penulis untuk melakukan penelitian tersebut, yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematis dan self-efficacy siswa. Dengan mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada serta tuntutan era globalisasi dan kurikulum, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Self-Efficacy Siswa MTs Swasta IRA Medan Tahun Ajaran
2014/2015.
1.2. Identifikasi Masalah
1.2.1 Perangkat pembelajaran matematika masih kurang maksimal. Tidak adanya perangkat pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran berbasis masalah yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
1.2.2 Sulitnya guru membuat perangkat pembelajaran berbasis masalah.
1.2.3 Kurang efektif guru dan siswa dalam menerapkan perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah di MTs.
(34)
17
1.2.4 Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dengan karakteristik materi pelajaran dan metode mengajar, model atau pendekatan yang kurang bervariasi.
1.2.5 Siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
1.2.6 Kemampuan self-efficacy siswa terhadap masalah selengkapnya masih rendah.
1.2.7 Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat kurang.
1.2.8 Guru menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif (yang tertulis di RPP) namun belum di implementasikan dengan baik dan benar.
1.2.9 Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.
1.2.10 Kurangnya respon siswa pada saat pembelajaran di kelas.
1.2.11 Sebagian besar kemampuan guru mengelola pembelajaran belum sesuai dengan harapan.
1.3. Batasan Masalah
Berbagai masalah yang terindentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks, serta cakupan materi matematika yang sangat banyak. Agar penelitian ini lebih fokus, maka masalah yang mendesak untuk ditemukan solusinya melalui penelitian ini adalah :
(35)
18
penelitian adalah siswa kelas VII semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.3.2 Perangkat yang dikembangkan berupa Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
1.3.3 Model Pembelajaran berbasis masalah (PBM)
1.3.4 Kemampuan berpikir kritis pada siswa MTs Swasta IRA Medan.
1.3.5 Kemampuan Self-efficacy pada siswa MTs Swasta IRA Medan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy?
1.4.2 Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy?
1.4.3 Bagaimana perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa MTs Swasta IRA?
1.5.Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
(36)
19
kemampuan berpikir kritis dan self-efficacy siswa MTs Swasta IRA. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :
1.5.1 Mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa.
1.5.2 Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa.
1.5.3 Mengetahui perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy siswa.
1.6.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan yang menjadi masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis dan Self-efficacy matematika siswa, selain itu penelitian diharapkan juga dapat memberikan sumbangan sebagai berikut :
1.6.1 Manfaat bagi Kepala Sekolah
Memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya mengefektifkan pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
(37)
20
Memberikan informasi tentang dukungan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan kemampuan berpir kritis matematis dan self-efficacy siswa dalam proses pembelajaran matematika
1.6.3 Manfaat bagi siswa
Diharapkan dapat memperluas wawasan siswa tentang cara belajar matematika untuk meningkatkan kemampuan matematikanya, khususnya dalam memahami materi Aritmatika Sosial, sehingga siswa berperan aktif dalam belajar matematika dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator. 1.6.4 Manfaat bagi peneliti
(38)
187
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis ditinjau dari kriteria keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran. Ketiga kriteria ini dibahas sebagai berikut:
a. Untuk menentukan kepraktisan perangkat pembelajaran sesuai model Pembelajaran Berbasis Masalah, peneliti meminta pertimbangan para ahli dan guru, serta berdasarkan hasil pengamatan dua pengamat dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran berbasis masalah dengan pencapain keterlaksanan pada kategori tinggi. Pada ujicoba I terdapat rerata realisasi keterlaksanaan perangkat sebesar 72,5 dengan kategori tinggi dan pada ujicoba I terdapat rerata realisasi keterlaksanaan perangkat sebesar 88,75 dengan kategori sangat tinggi. b. Respon siswa yaitu apabila diperoleh lebih besar atau sama dengan 80%
respon positif siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pada uji coba I rerata total respon positif siswa sebesar 91,06%, sedangkan pada uji coba II rerata total respon positif siswa sebesar 94,79% sehingga kriteria ini telah tercapai.
(39)
188
c. Untuk keseluruhan rerata nilai kemampuan guru mengelola pembelajaran pada setiap tahapan pembelajaran adalah 3,37 dengan kategori baik.
2. Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi kriteria efektif. Kriteria efektif ditinjau dari kriteria ketercapaian ketuntasan belajar siswa, aktivitas siswa, kemampuan guru mengelola pembelajaran dan respon siswa. Keempat kriteria ini dibahas sebagai berikut:
a. Ketercapaian ketuntasan belajar siswa yaitu apabila lebih dari atau sama dengan 85% siswa dinyatakan telah memiliki kemampuan berpikir kritis dengan skor rerata paling kecil 2,67 (kategori tuntas). Pada uji coba 1 terdapat 13 siswa tuntas (43,33%) sedangkan pada uji coba 2 terdapat 27 siswa tuntas (90%) sehingga kriteria ini telah tercapai.
b. Respon siswa yaitu apabila diperoleh lebih besar atau sama dengan 80% respon positif siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pada uji coba I rerata total respon positif siswa sebesar 91,06%, sedangkan pada uji coba II rerata total respon positif siswa sebesar 94,79% sehingga kriteria ini telah tercapai.
b. Untuk keseluruhan rerata nilai kemampuan guru mengelola pembelajaran pada setiap tahapan pembelajaran adalah 3,37 dengan kategori baik.
c. Aktivitas siswa selama kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan. Pada uji coba 1 terdapat satu kategori aktivitas yang presentasenya tidak memenuhi yaitu kategori aktivitas siswa membaca buku siswa dan LKS. Sedangkan pada uji coba 2 seluruh aktivitas siswa
(40)
189
telah berada pada interval toleransi waktu ideal yang ditetapkan sehingga kriteria ini telah tercapai.
3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-efficacy siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah pada materi aritmatika sosial dilihat dari rata-rata pencapaian kemampuan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada uji coba I sebesar 2,71 meningkat menjadi 3,00 pada uji coba II. Dan rata-rata pencapaian self-efficacy siswa pada uji coba I sebesar 3,21 meningkat menjadi 3,32 pada uji coba II.
(41)
190
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Para guru agar dapat menggunakan instrumen dan perangkat pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif pembelajaran.
2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini hanya diujicobakan pada 1 sekolah, disarankan kepada para guru agar perangkat pembelajaran berbasis masalah ini dapat diujicobakan ke sekolah-sekolah yang lebih banyak lagi, agar cakupan dan kualitas perangkat pembelajaran ini dapat terpenuhi.
3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran yang sama dengan penelitian ini, disarankan untuk meminimalisir kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam penelitian.
4. Peneliti menyarankan kepada pembaca dan para praktisi pendidikan untuk dapat melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan menambahkan kemampuan-kemampuan matematika lainnya seperti penalaran, komunikasi, representasi dan pemecahan masalah.
5. Kelemahan pengembangan perangkat menggunakan model 4-D yaitu tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas.
(42)
191
DAFTAR PUSTAKA
Akker, V. D. 2007. An Introductional to Educational Design Research,
Proceeding of seminar conducted at the East China Nornal University,
Shanghai (PR China) November 23-26.
Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi
Aksara
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York, Mc
Graw-Hill Companies, Inc.
____________ 2001. Instruction to Teach. Fifth Edition. New York: McGraw
Hill Companies
____________ 2008. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Jilid Dua. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.)
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arsyad, A. 2000. Media Pengajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Bandura, A. 1995. Self Efficacy in Changing Societies. Cambridge: Cambridge
University Press. (www.gobooke.com)
__________1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.
Freeman and Company.
__________2006. Self Efficacy. Cambridge: Cambridge University Press. Bisa
diunduh di www.gobooke.com.
Cabrera, G.A. 1992. A Framework for Evaluating the Teaching of Critical Thinking. Dalam R.N Cassel (ed). Education. 113 (1). 59-63.
Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
Eggen, P. D., dan Kauchak. 1988. Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills. New Jersey: Prentice Hall.
Ennis, R, H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edisi Khusus. No. 1 Agustus 2011
(43)
192
Fisher, A. 2007. Berpikir Kritis (Sebuah pengantar). Jakarta: Erlangga.
Freudenthal, H. 1973. Mathematics as an educational task. Dordrecht, The
Netherlands : Reidel.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya,
Banjarmasin: Tulip
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.
Hasratuddin. 2013. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika, Paradikma Vo. 6 Nomor 2. Desember 2013. ISSN 1978-8002
Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya,
Unesa-University Press.
Johnson, E. B. 2010. Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.
Joyce, B. & Marsha W. 1996. Models og Teaching,Fifth Edition. USA:Allyn and
Bracon A Simon & Scuster Company.
Khabibah. 2006. Pengembangan Model pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Surabaya:
Disertasi. Tidak dipubliksikan. Doktoral Universitas Negeri Surabaya. Liberna, H. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi System Persamaan Linier Dua Variable, Jurnal Formatif 2(3) 1990-197, ISSN 2088-351X
Masykur, M., dan Fathani, A. H. 2007. Mathematical Intelligence. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Mudhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
National Council of Teachers of Mathematics. 1991. Professional Standar for
Teaching Mathematics. Reston, VA : NCTM.
Nieveen, N. 1999. Prototyping to reach product quality. In Jan Van den Akker,
R.M Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & Tj. Plomp. Design approaches and tools in education and training. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer
Academic Publisher.
______,2007. An Introductional to Educational Design Research, Proceeding of seminar conducted at the East China Nornal University, Shanghai (PR
(44)
193
Nur, M. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains
dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa.
Pajares, F. 1997. Current Direction in Self-efficacy Research. Greenwich, CT: JAI
Press
Rusman.2010.Model-model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru.Bandung:Rajawali Pers.
Rusman, K. D., dan Riyana, C. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.
Sabandar, J. 2005. Pendekatan Konflik Kognitif pada Pembelajaran Matematika
dalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif.
Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional, FMIPA UNPAD, 27 Agustus
__________ 2006. Pertanyaan Tantangan dalam Memunculkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Artikel
Ilmiah. Bandung:UPI Jurnal Pendidikan No.2 Thn XXV.
Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Schunk, D.H. (1981). “Modelling and Attributional Effect on Children Achievement: A Self-Efficacy Analysis”. Journal of Educational Psychology. 73, 93-105.
Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model pembelajaran matematika Berdasarkan
Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi. Tidak
dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
Siswono, T. 1999. Metode Pemberian Tugas Pengajuan Soal (problem Posing) dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Perbandingan di MTsN Rungkut Surabaya. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPS
Universitas Negeri Surabaya.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology, Theories and Practice. Fourth
Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.
_________ 2000. Educational Psychology, Theories and Practice. Sixth Edition.
(45)
194
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (konstatasi keadaan masa kinimenuju harapan masa depan). Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Depdiknas.
_______ 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wawasan Pendidikan
dan Pembudayaan Penalaran, (Media Pendidikan Matematika Nasional),
N0. 4 Th.3, Surabaya, IKIP Surabaya.
Somakim. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik. Bandung: PPS UPI. Disertasi tidak
diterbitkan.
Suhadi. 2007. Petunjuk Perangkat pembelajaran, Surakarta : Universitas
Suherman, E., dkk., (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
JICA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat konstruktivis dalam pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Syahbana, A, 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Edumatica. 2 (2)
Thiagarajan, S. Semmel, D.S. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington:
Central for Innovation on Teaching The Handicapped.
TIMSS. (1999). International versions of the background questionnaires. TIMSS
International Study Center: boston College, Chestnut Hill, MA, June 1999.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media Group.
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta : PT. Leuser Cita
Pustaka.
Usman, U. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. PT Rosda
Karya. Bandung.
Wheatley, Grayson H (1991). Mathematics Learning. Journal Constructivist Perspective on Science and of Science Education, New York: John Wiley
(1)
telah berada pada interval toleransi waktu ideal yang ditetapkan sehingga kriteria ini telah tercapai.
3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan self-efficacy siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah pada materi aritmatika sosial dilihat dari rata-rata pencapaian kemampuan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada uji coba I sebesar 2,71 meningkat menjadi 3,00 pada uji coba II. Dan rata-rata pencapaian self-efficacy siswa pada uji coba I sebesar 3,21 meningkat menjadi 3,32 pada uji coba II.
(2)
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Para guru agar dapat menggunakan instrumen dan perangkat pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif pembelajaran.
2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini hanya diujicobakan pada 1 sekolah, disarankan kepada para guru agar perangkat pembelajaran berbasis masalah ini dapat diujicobakan ke sekolah-sekolah yang lebih banyak lagi, agar cakupan dan kualitas perangkat pembelajaran ini dapat terpenuhi.
3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran yang sama dengan penelitian ini, disarankan untuk meminimalisir kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam penelitian.
4. Peneliti menyarankan kepada pembaca dan para praktisi pendidikan untuk dapat melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan menambahkan kemampuan-kemampuan matematika lainnya seperti penalaran, komunikasi, representasi dan pemecahan masalah.
5. Kelemahan pengembangan perangkat menggunakan model 4-D yaitu tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Akker, V. D. 2007. An Introductional to Educational Design Research, Proceeding of seminar conducted at the East China Nornal University, Shanghai (PR China) November 23-26.
Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi
Aksara
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York, Mc
Graw-Hill Companies, Inc.
____________ 2001. Instruction to Teach. Fifth Edition. New York: McGraw
Hill Companies
____________ 2008. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh.
Jilid Dua. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arsyad, A. 2000. Media Pengajaran, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Bandura, A. 1995. Self Efficacy in Changing Societies. Cambridge: Cambridge
University Press. (www.gobooke.com)
__________1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.
Freeman and Company.
__________2006. Self Efficacy. Cambridge: Cambridge University Press. Bisa
diunduh di www.gobooke.com.
Cabrera, G.A. 1992. A Framework for Evaluating the Teaching of Critical
Thinking. Dalam R.N Cassel (ed). Education. 113 (1). 59-63.
Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SMP. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
Eggen, P. D., dan Kauchak. 1988. Strategies for Teacher Teaching Content and
Thinking Skills. New Jersey: Prentice Hall.
Ennis, R, H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edisi Khusus. No. 1 Agustus 2011
(4)
Fisher, A. 2007. Berpikir Kritis (Sebuah pengantar). Jakarta: Erlangga.
Freudenthal, H. 1973. Mathematics as an educational task. Dordrecht, The
Netherlands : Reidel.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya,
Banjarmasin: Tulip
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.
Hasratuddin. 2013. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika,
Paradikma Vo. 6 Nomor 2. Desember 2013. ISSN 1978-8002
Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya,
Unesa-University Press.
Johnson, E. B. 2010. Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.
Joyce, B. & Marsha W. 1996. Models og Teaching,Fifth Edition. USA:Allyn and
Bracon A Simon & Scuster Company.
Khabibah. 2006. Pengembangan Model pembelajaran Matematika dengan Soal
Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Surabaya: Disertasi. Tidak dipubliksikan. Doktoral Universitas Negeri Surabaya. Liberna, H. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi System Persamaan
Linier Dua Variable, Jurnal Formatif 2(3) 1990-197, ISSN 2088-351X
Masykur, M., dan Fathani, A. H. 2007. Mathematical Intelligence. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Mudhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
National Council of Teachers of Mathematics. 1991. Professional Standar for
Teaching Mathematics. Reston, VA : NCTM.
Nieveen, N. 1999. Prototyping to reach product quality. In Jan Van den Akker,
R.M Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & Tj. Plomp. Design approaches
and tools in education and training. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publisher.
______,2007. An Introductional to Educational Design Research, Proceeding of
seminar conducted at the East China Nornal University, Shanghai (PR China)
(5)
Nur, M. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa.
Pajares, F. 1997. Current Direction in Self-efficacy Research. Greenwich, CT: JAI
Press
Rusman.2010.Model-model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme
Guru.Bandung:Rajawali Pers.
Rusman, K. D., dan Riyana, C. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.
Sabandar, J. 2005. Pendekatan Konflik Kognitif pada Pembelajaran Matematika
dalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional, FMIPA UNPAD, 27 Agustus
__________ 2006. Pertanyaan Tantangan dalam Memunculkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Artikel Ilmiah. Bandung:UPI Jurnal Pendidikan No.2 Thn XXV.
Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Schunk, D.H. (1981). “Modelling and Attributional Effect on Children
Achievement: A Self-Efficacy Analysis”. Journal of Educational
Psychology. 73, 93-105.
Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model pembelajaran matematika Berdasarkan
Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
Siswono, T. 1999. Metode Pemberian Tugas Pengajuan Soal (problem Posing)
dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Perbandingan di MTsN Rungkut Surabaya. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPS Universitas Negeri Surabaya.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology, Theories and Practice. Fourth
Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.
_________ 2000. Educational Psychology, Theories and Practice. Sixth Edition.
(6)
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (konstatasi keadaan masa kinimenuju harapan masa depan). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas.
_______ 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wawasan Pendidikan
dan Pembudayaan Penalaran, (Media Pendidikan Matematika Nasional), N0. 4 Th.3, Surabaya, IKIP Surabaya.
Somakim. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy
Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik. Bandung: PPS UPI. Disertasi tidak diterbitkan.
Suhadi. 2007. Petunjuk Perangkat pembelajaran, Surakarta : Universitas
Suherman, E., dkk., (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
JICA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat konstruktivis dalam pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Syahbana, A, 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Edumatica. 2 (2)
Thiagarajan, S. Semmel, D.S. Semmel, M. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.
TIMSS. (1999). International versions of the background questionnaires. TIMSS
International Study Center: boston College, Chestnut Hill, MA, June 1999.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media Group.
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta : PT. Leuser Cita Pustaka.
Usman, U. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. PT Rosda
Karya. Bandung.
Wheatley, Grayson H (1991). Mathematics Learning. Journal Constructivist
Perspective on Science and of Science Education, New York: John Wiley and Sons Publishers. 75 (1): 9-12.