PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN SELF-EFFICACY SISWA MTS NURUL HIKMAH TINJOWAN.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN SELF EFFICACY
SISWA MTs NURUL HIKMAH TINJOWAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
CANDRA WIDODO
NIM : 8146171013
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
CANDRA WIDODO. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan
Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematik dan Self-efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjowan.
Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED),
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis validitas perangkat pembelajaran
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap
peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa, (2)
Menganalisis kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa, (3) Menganalisis efektivitas
perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang
dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self
efficacy siswa, (4) Menganalisis peningkatan kemampuan penalaran matematik
siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang telah dikembangkan, dan (5) Menganalisis self efficacy
siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan
modifikasi antara model pengembangan 4-D. Tahapan penelitian ini adalah
define, design, developdan disseminate. Dalam penelitian ini disusun perangkat
pembelajaran dan instrumen yaitu : RPP, LAS, buku guru, buku siswa, tes
kemampuan penalaran dan angket Self-efficacy. Uji coba dilakukan pada siswa
kelas VII-A sebanyak 22 orang dan VII-B sebanyak 23 orang di MTs Nurul
Hikmah Tinjowan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Validitas
perangkat pembelajaran menurut tim ahli adalah valid (2) Perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria praktis yaitu validator menyatakan perangkat pembelajaran
dapat digunakan dengan revisi kecil dan Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran diperoleh rata-rata 4,08 berkategori baik (3) Perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria efektif yaitu ketuntasan klasikal mencapai 91,3%, respon siswa
terhadap pembelajaran diperoleh rata-rata 95,02%, dan waktu pembelajaran tidak
berbeda jauh dengan waktu pembelajaran biasa (4) Peningkatan kemampuan
penalaran matematik dilihat dari nilai N-gain yaitu 0,61 dalam kategori “sedang”,
dan (5) Self efficacy matematik siswa setelah pembelajaran menghasilkan nilai
rata-rata sebesar 84,8.
Kata Kunci : Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM), Penalaran Matematik, Self-efficacy siswa.
i
ABSTRACT
CANDRA WIDODO. Development of Study Peripheral Base On The
Problem Based Learning To Increase Ability of Mathematic Reasoning and
Self-Efficacy of Student MTs Nurul Hikmah Tinjowan. Thesis. Medan:
Graduate of the State University of Medan (UNIMED), 2016.
This research aim to : (1) To analyse validity of study peripheral base on the
problem based learning which have been developed to improve the ability of
mathematical reasoning and self efficacy student, (2) To analyse practical of study
peripheral base on the problem based learning which have been developed to
improve the ability of mathematical reasoning and self efficacy students, (3) To
analyse effectiveness of study peripheral base on the problem based learning
which have been developed to improve the ability of mathematical reasoning and
self efficacy student, (4) To analyse the improvement of ability mathematical
reasoning student by using study peripheral base on the problem based learning
which have been developed, and (5) To analyse self efficacy student hereafter
study by using study peripheral base on the problem based learning which have
been developed. Research type used is development research by using
modification of development model 4-D. This Research step is define, design,
develop and disseminate. In this research is compiled by peripheral of study and
instrument that is : lesson plan, sheet of student activity, teacher book, student
book, tes of ability of reasoning and enquette Self-Efficacy. Try out conducted
atstudent of class VII-A as much 22 people and VII-B as much 23 people in MTS.
Nurul Hikmah Tinjowan. Result of this research indicate that : (1) Validity of
study peripheral of according to expert team is valid (2) Study Peripheral reach
the practical criterion that is validator express the study peripheral can be used
revisedly minimize and the teacher in managing study obtained by mean 4,08
categorize the goodness (3) Study Peripheral reach the effective criterion that is
complete of klasikal reach 91,3%, respon student to study obtained mean 95,02%
and study time not differ far with the ordinary study time, (4) Improvement the
ability of mathematical reasoning use the study peripheral base on the problem
which have been developed to be seen from value N-Gain that is 0,61 in category
"medium", and (5) Mathematic Self Efficacy student after study yield the average
value of equal to 84,8
Keyword : Development of Study Peripheral, Proble Based Learning, Mathematic
Reasoning, Self-Efficacy Student.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah
Tinjowan”. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus
dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan
yang terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak
Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed yang telah memberikan
kesempatan melakukan penyusunan tesis ini.
2.
Ibu
Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
3.
Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
4. Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf
Prodi Pendidikan
Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
administrasi perkuliahan di Unimed.
5. Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED
dan para staf pegawai Program Pascasarjana UNIMED yang telah
memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di
iii
Universitas Negeri Medan
6.
Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED.
7.
Teristimewa Ayahanda Sarem dan Ibunda Suyati beserta Sarini, Sarno, Tarno
dan Sri Ningsih Am.Keb. yang dengan sepenuh hati memberikan dorongan
semangat serta dukungan moril maupun materil bagi keberhasilan penulis.
8.
Teman-teman seperjuangan di Dikmat A-2 2014 dan terkhusus buat temanteman yang selalu berdiskusi bersama-sama yaitu: Lilis Syafriani, Fadliyani,
Riskyka dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan
penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan,
Juni 2016
Penulis
Candra Widodo
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2.Identifikasi Masalah ................................................................... 17
1.3.Batasan Masalah ........................................................................ 18
1.4.Rumusan Masalah ...................................................................... 18
1.5.Tujuan Penelitian ....................................................................... 19
1.6.Manfaat Penelitian ..................................................................... 20
1.7.Definisi Operasional .................................................................. 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 22
2.1. Kajian Teoritis .......................................................................... 22
2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika .......................... 22
2.1.2. Pembelajaran Berbasis Masalah .................................... 25
2.1.3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran
Berbasis Masalah ........................................................... 34
2.1.4. Perangkat Pembelajaran ................................................ 38
2.1.5. Kemampuan Penalaran Matematik ............................... 46
2.1.6. Kemampuan Self Efficacy.............................................. 57
2.1.7. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ........... 62
2.1.8. Kualitas Perangkat Pembelajaran ................................. 68
2.1.9. Materi Pembelajaran ..................................................... 74
2.1.10. Penelitian Relevan ........................................................ 81
2.2. Kerangka Konseptual ................................................................ 84
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 91
3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 91
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 91
3.3. Subyek dan Objek Penelitian .................................................. 92
3.4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ................................ 92
3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 103
3.5.1. Lembar validasi Perangkat Pembelajaran .................. 103
3.5.2. Lembar Observasi ........................................................ 110
3.5.3. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematik
dan Self Efficacy Siswa ............................................. 111
3.6. Analisis Data Untuk Mengetahui Kualitas Validitas
Perangkat Pembelajaran ........................................................ 120
v
3.7. Analisis Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ............ 122
3.7.1. Respon Tim Ahli atau Validator.................................. 122
3.7.2. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran ................................................................ 122
3.8. Analisis Data Keefektifan Perangkat Pembelajaran .............. 123
3.8.1. Analisis Data Ketuntasan Belajar Siswa ................... 123
3.8.2. Analisis Data Respon Siswa ..................................... 124
3.8.3. Waktu Pembelajaran ................................................. 125
3.9. Analisis Data Untuk Menganalisis Peningkatan
Kemampuan Penalaran Matematik ....................................... 125
3.8. Analisis Data Untuk Menganalisis Bagaimana Self Efficacy
Siswa Setelah Menggunakan Perangkat Pembelajaran ........ 125
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 127
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 127
4.2. Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... 128
4.2.1. Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define)...................... 128
4.2.1.1. Analisis Awal-akhir (Front-End Analysis) ..... 128
4.2.1.2. Analisis Siswa (Learner Analysis) .................. 130
4.2.1.3. Analisis Konsep/Materi (Concept Anaysis) .... 131
4.2.1.4. Analisis Tugas (Task Analysis) ....................... 132
4.2.1.5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
(Specifying Instructional Objectives) .............. 133
4.2.2. Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ...................... 134
4.2.2.1. Hasil Penyusunan Tes ..................................... 134
4.2.2.2. Hasil Pemilihan Media .................................... 134
4.2.2.3. Hasil Pemilihan Format .................................. 135
4.2.2.4. Hasil Perancangan Awal ................................. 136
4.2.3. Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ................ 139
4.2.3.1. Hasil Validasi Ahli. ......................................... 139
4.2.3.2. Hasil Uji Coba I .............................................. 149
4.2.3.3. Kelemahan-kelemahan Perangkat
Pembelajaran pada Uji Coba I ....................... 164
4.2.3.4. Revisi Perangkat Pembelajaran Uji Coba I ..... 165
4.2.3.5. Uji Coba II ...................................................... 166
4.2.4. Hasil Tahap Penyebaran(Diseminate) ......................... 178
4.3. Pembahasan Hasil penelitian ................................................. 178
4.3.1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ..................... 179
4.3.2. Kemampuan Penalaran Matematik.............................. 181
4.3.3. Self-efficacy Matematik Siswa .................................... 181
4.4. Kelemahan Penelitian ............................................................ 183
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 184
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 184
5.2. Saran ...................................................................................... 186
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 188
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah .................................... 31
Tabel 2.2 Perbedaan Buku dengan Modul ................................................... 42
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Validasi RPP .................................................. 104
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Buku Petunjuk Guru ........................ 105
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Validasi Buku Siswa ...................................... 106
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Lembar Aktivitas Siswa .................. 108
Tabel 3.5 Interprestasi Validitas Tes .......................................................... 112
Tabel 3.6 Interprestasi Reliabilitas Instrumen Tes ..................................... 113
Tabel 3.7 Kisi-kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematik....................... 114
Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik .... 115
Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy................................................ 119
Tabel 3.10 Skor Alternatif Jawaban Angket ................................................ 119
Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Kevalidan ........................................................ 121
Tabel 3.12 Format Perhitungan Validasi ..................................................... 122
Tabel 3.13 Pengelompokkan Self Efficacy Siswa ........................................ 126
Tabel 4.1 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli ............ 140
Tabel 4.2 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli............ 142
Tabel 4.3 Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli . 144
Tabel 4.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik (pretest) 146
Tabel 4.5 Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik
(posttest) .................................................................................... 147
Tabel 4.6 Hasil Validasi Angket Self-efficacy Siswa ...................................... 147
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli 148
Tabel 4.8 Validitas Butir Pre-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa .... 150
Tabel 4.9 Validitas Butir Post-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa 150
Tabel 4.10 Tabel Hasil Analisis Tingkat Kesukaran pre-test ...................... 151
Tabel 4.11 Tabel Hasil Analisis Tingkat Kesukaran post-test ..................... 151
Tabel 4.12 Validitas Angket Self-efficacy Matematik ................................. 151
Tabel 4.13 Rataan Penilaian Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Pada Uji Coba I ......................................................................... 153
Tabel 4.14 Tingkat Ketuntasan Pretest dan Posttest Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba I............................. 155
Tabel 4.15 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematik Setiap Aspek
Pada Uji coba I ........................................................................... 157
Tabel 4.16 Hasil Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Pada
Uji Coba I ................................................................................... 158
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan N-Gain Kemampuan Penalaran
Matematik pada Uji Coba I ....................................................... 160
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil N-Gain Kemampuan Penalaran
Matematik Uji Coba I................................................................ 161
Tabel 4.19 Deskripsi Data Self-efficacy Matematik Siswa Setelah
Menggunakan Perangkat Pembelajaran pada Uji Coba I .......... 163
Tabel 4.20 Hasil Angket Self-efficacy Matematik Setiap Indikator
vii
Pada Uji Coba I .......................................................................... 164
Tabel 4.21 Rataan Penilaian Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Pada Uji Coba II ......................................................................... 167
Tabel 4.22 Tingkat Ketuntasan Pretest dan Posttest Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba II ........................... 169
Tabel 4.23 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematik Setiap Aspek
Pada Uji coba II .......................................................................... 170
Tabel 4.24 Hasil Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Pada
Uji Coba II.................................................................................. 172
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik
Pada Uji Coba II ........................................................................ 174
Tabel 4.26 Rangkuman Hasil N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik
Uji Coba II ................................................................................ 175
Tabel 4.27 Deskripsi Data Self-efficacy Matematik Siswa Setelah
Menggunakan Perangkat Pembelajaran Pada Uji Coba II ......... 177
Tabel 4.28 Hasil Angket self-efficacy Matematik Setiap Indikator
pada Uji Coba II ........................................................................ 178
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Jawaban Siswa......................................................................... 10
Tahap Pendefenisian dalam Model 4-D .................................. 64
Tahap Perancangan dalam Model 4-D .................................... 65
Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ................................ 66
Tahap Penyebaran dalam Model 4-D ...................................... 67
Persegi Panjang ....................................................................... 75
Persegi ..................................................................................... 75
Trapesium Sebarang ................................................................ 76
Trapesium Sama Kaki ............................................................. 76
Trapesium Siku-siku ............................................................... 77
Segitiga dan Jajar genjang ....................................................... 78
Belah Ketupat .......................................................................... 79
Layang-layang ......................................................................... 80
Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 93
Peta Konsep Segi Empat ......................................................... 97
Peta Konsep Segi Empat ....................................................... 132
Hasil Rata-rata Kelas pre-test dan post-test Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba I ........................ 155
Gambar 4.3 Hasil Ketuntasan Klasikal Kemampuan Penalaran
Matematik Pada Uji Coba I .................................................... 156
Gambar 4.4 Grafik Hasil Rata-rata Kelas pre-test dan post-test
Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba II.. 169
Gambar 4.5 Grafik Hasil Ketuntasan Klasikal Kemampuan
Penalaran Matematik Pada Uji Coba II .................................. 170
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini
dibutuhkan oleh manusia yang siap dan tanggap. Tirtaraharja (2005: 163)
menyatakan bahwa manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial manusia secara
efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Manusia sebagai objek
pendidikan diharapkan dapat mengikuti setiap perubahan dengan kehidupan yang
berkualitas. Tirtaraharja (2005:116) menegaskan bahwa lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogiannya hasil perkembangan
iptek mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi, maupun
cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Oleh sebab itu,
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi
keberadaan ilmu pengetahuan anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak
didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi, sistem sosial dan lingkungan
yang kondusif.
Pendidikan erat kaitannya dengan pembelajaran yang diselenggarakan di
sekolah. Pembelajaran merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam
pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, kualitas pendidikan erat hubungannya
dengan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
2
pendidikan adalah melakukan suatu inovasi-inovasi atau terobosan baru dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menyentuh
aspek-aspek tertentu pada diri seseorang sehingga ia mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
Idrus (2009:63) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan belajar yang
diingikan, maka perlu dipersiapkan secara matang, dalam perencanaan
pembelajaran dan penyiapan materi yang sesuai dengan kebutuhan anak dengan
tetap berpijak kepada kurikulum yang menjadi acuan dan standart nasional.
Ketentuan membuat silabus, program semester, program tahunan, perencanaan
pembelajaran, melakukan evaluasi dan menganalisis hasil evaluasi adalah wajib.
Kewajiban administratif tersebut menjadi mutlak ketika mengacu kepada UU
No.14 Tahun 2005 pasal 20. Oleh sebab itu, semua guru sebagai pendidik
diwajibkan membuat perangkat pembelajaran untuk mendukung serta mencapai
tujuan pembelajaran.
Pengertian perangkat pembelajaran sendiri yaitu sebuah media yang
digunakan sebagai pedoman atau petunjuk pada sebuah proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran sendiri memiliki tujuan untuk memenuhi suatu
keberhasilan guru dalam pembelajaran. Masih banyak guru pada saat ini yang
mengalami kebingungan di tengah - tengah proses pembelajaran. Karena itu
perangkat pembelajaran juga dapat membantu memberi panduan, serta teknik
mengajar seorang guru juga dapat berkembang. Selain itu guru juga dapat
mengevaluasi sejauh mana perangkat pembelajaran yang sudah dirancang dapat
teraplikasi dengan baik, dalam pelajaran yang berlangsung didalam kelas.
3
Perangkat pembelajaran juga dapat meningkatkan profesionalisme seorang guru,
karena seorang guru harus mengembangkan serta menggunakan perangkat
pembelajarannya semaksimal mungkin dan memperbaiki segala hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran melalui perangkatnya. Perangkat
pembelajaran juga dapat mempermudah seorang guru didalam proses fasilitasi
pembelajaran, karena dengan perangkat pembelajaran guru juga dapat
menyampaikan materi tanpa harus banyak mengingat namun hanya perlu melihat
perangkat yang dimilikinya.
Sebelum guru mengajar di dalam kelas yaitu sebagai tahap persiapan,
seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan-bahan apa saja yang mau
diajarkan, seperti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan
arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, memahami keadaan siswa,
memahami kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal
siswa, kesemuanya ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat
pembelajaran.
Wijaya
(2011) dalam penelitiannya
menunjukkan
bahwa
kemampuan awal guru dalam menyusun RPP tergolong rendah karena guru
kebingungan dalam merumuskan RPP karena mata pelajaran yang diajarkan
berbeda dengan latar belakang yang dimiliki dan tidak memiliki inisiatif dalam
menyusun RPP karena hanya copy-paste dari MGMP.
Oleh sebab itu, tidak bisa kita pungkiri bahwasanya banyak sekali kita
temukan guru yang mengalami kesulitan dalam membuat atau menyusun
perangkat pembelajaran. sebagaimana hasil diskusi dari beberapa rekan guru
4
dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) mengungkapkan
bahwa: (1) sangat sulit menerapkan model ataupun pendekatan pada RPP,
sehingga RPP yang dibuat belum mencerminkan model atau pendekatan yang
menarik perhatian siswa, (2) RPP yang dibuat tidak dilengkapi LAS dan buku
siswa tidak sesuai dengan pendekatan/model yang mereka gunakan, (3) khususnya
dalam penyajian materi masih terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran
yang dialami oleh siswa. Beberapa masalah tersebut antara lain siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal. Terlebih-lebih dalam menyelesaikan soalsoal dalam mata pelajaran matematika, siswa menganggap bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami. Seperti yang dikemukakan oleh
Sanjaya (2012) “Berdasarkan dari hasil penelitian di Indonesia, ditemukan bahwa
tingkat penguasaan peserta didik dalam matematika pada semua jenjang
pendidikan masih sekitar 34%.
Padahal matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting sehingga matematika dipelajari di semua jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar sampai menengah. Tujuan matematika itu diberikan di sekolah agar
siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur dan efektif.
Secara khusus tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan
menengah tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 bahwa:
Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah untuk jenjang sekolah
dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:
5
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Tujuan mata pelajaran matematika tersebut sesuai dengan apa yang
dinyatakan oleh National Council of Teacher of Mathematics (2000:7) bahwa
tujuan pembelajaran matematika yaitu; (1) belajar untuk pemecahan masalah (2)
belajar untuk penalaran dan pembuktian, (3) belajar untuk kemampuan
mengaitkan ide matematis, (4) belajar untuk komunikasi matematis, (5) belajar
untuk representasi matematis. Tujuan mata pelajaran matematika tersebut
menunjukkan bahwa di jenjang pendidikan dasar dan menengah matematika
mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif.
Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa pelajaran matematika sangat
penting bagi seluruh peserta didik.
Cockroft (1982) menyatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada
siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang
studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana
6
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Cornelius (1982) mengemukakan ada lima alasan pentingnya belajar
matematika, yaitu:
1.
Matematika adalah sarana berpikir yang jelas.
2.
Matematika adalah sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
3.
Matematika adalah sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman.
4.
Matematika adalah sarana untuk mengembangkan kreatifitas.
5.
Matematika adalah sarana untuk
meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengacu pada
pembuktian rasional dan deduksi yang menjadi sarana berpikir. Matematika juga
digunakan untuk membangun teori-teori keilmuan untuk dapat memecahkan
persoalan yang dihadapi, dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil-hasil
keilmuan dengan benar, jelas dan singkat. Pada tahap permulaan, untuk
membantu pemikiran deduktif ini dibutuhkan contoh-contoh dan ilustrasi yang
sifatnya nyata (mengamati) yang sifatnya induktif. Melalui pengamatan maupun
eksperimen (induktif) maka kita dapat memahami sifat atau karakteristik suatu
objek yang selanjutnya digeneralisasi dan dibuktikan dengan deduktif. Selain
7
bersifat deduktif, matematika juga merupakan ilmu yang terstruktur; dimulai dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisi, kemudian kepada unsur yang didefinisikan,
selanjutnya menjadi suatu aksioma/postulat dan pada akhirnya menjadi suatu
teorema.
Namun sangat disayangkan, pada umumnya hasil berlajar matematika di
Indonesia belum mencapai hasil yang menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat
dari perolehan TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study)
tahun 2011 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42 negara. Selain
itu, PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012
menempatkan Indonesia pada peringkat ke-64 untuk bidang matematika dari 65
negara yang ikut ambil bagian. Walaupun peringkat-peringkat tersebut bukan hal
mutlak pengukur tingkat keberhasilan pembelajaran matematika di Indonesia.
Namun dapat dijadikan salah satu evaluasi dari berhasil tidaknya pelaksanaan
pembelajaran matematika di Indonesia, selain sebagai alat kompetisi yang
memotivasi guru dan semua pihak dalam dunia pendidikan untuk lebih
meningkatkan prestasinya.
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika diperlukannya kemampuan
penalaran matematik. Penalaran dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang
ada serta dibutuhkan untuk memberikan suatu keputusan. Sebagaimana yang
dikemukakan Presiden AS Thomas Jefferson (2012) berikut ini : “In a republican
nation, whose citizens are to be led by reason and persuasion and not by force,
the art of reasoning becomes of first imfortance”. Pernyataan itu menunjukkan
pentingnya penalaran dan argumentasi dipelajari dan dikembangkan di suatu
8
negara sehingga setiap warga negara akan dapat dipimpin dengan daya nalar
(otak) dan bukannya dengan kekuatan (otot) saja.
NCTM (2000) menyatakan recognize reasoning and proof as
fundamental aspects of mathematics. “People who reason and think analytically
tend to note patterns, structure, or regularities in both real-world situations and
symbolic objects; they ask if those patterns are accidental or if they occur for a
reason; and they conjecture and prove”. Pernyataan ini menjelaskan bahwa
penalaran sebagai aspek yang fundamental dalam matematika. “bagaimana
seseorang itu bernalar dan berfikir menganalisis untuk mendapatkan pola,
struktur, atau aturan di antara situasi dunia nyata dan simbol objek-objek; mereka
bertanya jika pola itu terjadi secara kebetulan atau terjadi karena
sebuah
penalaran; mengkonjektur dan membangun.
Selanjutnya Lithner (2012) menyatakan bahwa penalaran didefensikan
sebagai garis pemikiran untuk untuk menghasilkan pernyataan dan kesimpulan
ketika memecahkan masalah. Penalaran tidak perlu didasarkan pada pemikiran
formal dan kemudian tidak terbatas dalam pembuktian, tetapi itu mungkin saja
salah sepanjang terdapat beberapa penalaran yang mendukung.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki
siswa dalam belajar matematika. Depdiknas menyatakan bahwa matematika dan
penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi
matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dapat dipahami dan dilatih
melalui belajar matematika (Shadiq : 2009). Selain karena matematika merupakan
ilmu yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena salah satu tujuan dari
9
pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal
tersebut senada dengan penjelasan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.
506/C/PP/2004 (2004) menyatakan tentang indikator-indikator penalaran yang
harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain: (1)
kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, dan gambar, (2)
kemampuan melakukan memanipulasi matematika, (3) kemampuan memeriksa
kesahihan suatu argument, (4) kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti tanggal 05 September 2015 terhadap
siswa MTs. Nurul Hikmah Tinjowan kemampuan penalaran matematik siswa
masih rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang
mengukur kemampuan penalaran matematik, dengan karakteristik soal yaitu
meminta siswa untuk mengubah soal cerita ke dalam bentuk tabel dan menarik
kesimpulan, menyusun bukti, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi.
Soal tersebut sebagai berikut:
“Sebuah taman berbentuk persegi panjang memiliki lebar lebih pendek 4 m dari
panjangnya. Jika keliling taman tersebut sama dengan 72 m2. Maka berapakah
luas taman tersebut ?
10
Adapun jawaban siswa adalah seperti pada gambar 1.1. berikut:
Siswa hanya membuat apa yang
diketahui dan ditanya
tidak
menggambarkan bangun yang
dimaksud dari soal
Siswa
salah
dalam
menyajikan
pernyataan
matematika secara tertullis
Siswa
tidak
bisa
menyimpulkan dari data-data
yang dia dapatkan
Gambar 1.1 Jawaban siswa
Dari Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran
matematika siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat dari jawaban siswa, Siswa
hanya membuat apa yang diketahui dan ditanya tidak menggambarkan bangun
yang dimaksud dari soal untuk lebih memudahkan menyelesaikan soal tersebut.
Siswa kurang mampu untuk menyajikan pernyataan matematika secara tertulis
dengan jawaban siswa yang menganggap bahwa lebar sebuah taman tersebut
adalah 4 m, Sehingga manipulasi matematika kurang tepat. Kemudian siswa
kurang mampu memeriksa kesahihan jawaban mereka. Seharusnya bisa kita
periksa dengan menggunakan keliling taman tersebut yang sudah diketahui yaitu
72 m2. Dan pada jawaban siswa, mereka tidak menyimpulkan hasil jawaban dari
data-data yang mereka peroleh dari soal-soal dan hasil penyelesaian yang mereka
kerjakan.
11
Di samping kemampuan penalaran matematik, kemampuan pada aspek
lain yang bersifat afektif dan tidak kalah pentingnya dengan kemampuan
penalaran matematik adalah kemampuan self efficacy (kepercayaan diri siswa
dalam menyelesaikan masalah). Tuntutan pengembangan kemampuan ini tertulis
dalam kurikulum matematika antara lain menyebutkan bahwa pelajaran
matematika harus menanamkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam pelajaran
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan
kata lain kemampuan self efficacy matematik merupakan salah satu tujuan
mata pelajaran matematika yang harus dicapai.
Individu dengan self efficacy tinggi memiliki komitmen dalam
memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa
strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), self
efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang terhadap kemampuan
mereka untuk menghasilkan tingkatan yang ingin dicapai melalui ujian yang
mempengaruhi hidup mereka. Kemampuan self efficacy menentukan bagaimana
seseorang merasa, berfikir, memotivasi diri mereka dan bertindak. Kemampuan
itu menghasilkan pengaruh yang berbeda melalui 4 tahap yaitu kognitif, motivasi,
afektif dan proses seleksi.
Risnanosanti (2014) mengungkapkan bahwa orang-orang mengatakan
harus mempunyai self efficacy yang tinggi untuk menyelesaikan sebuah tugas,
ketika mereka percaya mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal
tersebut maka dapat terselesaikan dengan baik. Bagaimanapun, jika mereka
12
percaya bahwa mereka tidak memiliki kemampuan itu, maka mereka dikatakan
memiliki self efficacy yang rendah.
Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan suatu
faktor penentu pilihan utama untuk pengembangan individu, ketekunan dalam
menggunakan berbagai kesulitan, dan pemikiran memola dan reaksi-reaksi
emosional yang dialami. Self-efficacy dapat dikembangkan dari diri siswa dalam
pembelajaran matematika, melalui empat sumber, yaitu (1) pengalaman kinerja;
(2) pengalaman orang lain; (3) aspek dukungan langsung/sosial; dan (4) aspek
psikologi dan afektif. Oleh sebab itu, dengan self efficacy yang tinggi, maka pada
umumnya seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil melampaui latihan-latihan
matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran
tersebut yang tercermin dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih
tinggi dibandingkan siswa yang memiliki self efficacy rendah.
Gejala siswa yang memiliki self efficacy rendah, tampak kurang percaya
diri, meragukan kemampuan akademisnya, tidak berusaha mencapai nilai tinggi di
bidang akademik. (1) meragukan kemampuannya (self-doubt), (2) malu dan
menghindari tugas-tugas sulit, (3) kurang memiliki aspirasi, komitmennya rendah
dalam mencapai tujuan, (4) menghindar, dan melihat tugas-tugas sebagai
rintangan dan merasa rugi menyelesaikannya, (5) usaha kurang optimal dan cepat
menganggap sulit, (6) lambat memperbaiki self efficacy apabila mengalami
kegagalan, (7) merasa tidak memiliki cukup kemampuan dan bersikap defensif
serta tidak belajar dari banyak kegagalan yang dialaminya, (8) mudah menyerah,
malas, stres dan depresi, (9) meragukan kemampuan ini mendorong mereka
13
percaya pada hal-hal yang tidak rasional dan yang tidak mendasar pada kenyataan,
(10) cenderung takut, tidak aman dan manipulatif, (11) cepat menyerah, merasa
tidak akan pernah berhasil, (12) meyakini seakan-akan segalanya "telah gagal''.
Pikiran tidak rasional ini berkembang menjadi pikiran negatif (self–scripts) yang
terus dipelihara oleh orang yang rendah diri.
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap siswa MTs. Nurul Hikmah
Tinjowan menyatakan bahwa kemampuan self efficacy mereka rendah. Hal
tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh dari pemberian angket
kemampuan self efficacy berupa skala angket tertutup yang berisikan 7 butir
pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS) kepada siswa kelas VII MTs. Nurul Hikmah
Tinjowan yang berjumlah 42 orang.
Dari beberapa pernyataan yang diajukan kepada siswa, terdapat bahwa
33 orang tidak dapat memahami matematika karena dianggap sulit, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar mereka tidak memiliki rasa kepercayaan diri
untuk mampu memahami matematika, walaupun matematika tersebut pelajaran
yang sulit. Ketidakpercayaan diri tersebut akan menyebabkan siswa akan benarbenar sulit memahami matematika yang berakibat rendahnya prestasi matematika
mereka. Selanjutnya terdapat 28 siswa tidak senang mengerjakan matematika.
Kemudian hanya sebanyak 13 siswa senang mengerjakan soal matematika, hampir
semua siswa merasa bukan siswa terbaik dalam pelajaran matematika, 41 siswa
tidak biasa memecahkan setiap masalah matematika, 32 siswa kurang percaya diri
ketika guru menyuruh ke depan kelas untuk mengerjakan soal, 31 siswa tidak
14
mencoba menyelesaikan tugas yang tampak sangat sulit. Hal ini semua
mengindikasikan kemampuan self efficacy siswa rendah, karena banyak siswa
yang merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya terhadap mata pelajaran
matematika. Sehingga ketika menghadapi persoalan matematika mereka tidak
berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik.
Dari berbagai permasalahan di atas, diduga oleh pembelajaran biasa yang
diterapkan oleh guru di dalam kelas, dimana pembelajaran masih bersifat teacher
centered (berpusat pada guru) sehingga pembelajaran cenderung pasif. Selain itu,
guru belum mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan
salah satu guru matematika di MTs. Nurul Hikmah Tinjowan pada tanggal 05
September 2015 yang mengatakan bahwa guru tersebut belum mempersiapkan
perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Perangkat yang
digunakan oleh guru adalah perangkat hasil mendowload dari internet dan
perangkat yang guru gunakan tidak mengarah kepada kemampuan penalaran dan
self efficacy siswa.
Sebagai alternatif penanggulangan kemampuan penalaran matematik
dan self efficacy siswa maka perlunya pengembangan perangkat pembelajaran
berbasis masalah. Menurut Wena (2011) pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahanpermasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa
belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi.
15
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial
dan
sekitarnya.
Pembelajaran
ini
cocok
untuk
mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks (Trianto, 2009).
Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang
otonom dan mandiri. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis
sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan-permasalahan (Wena, 2011).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang selalu
dimulai dan berpusat pada masalah. Di dalam pembelajaran berbasis masalah
siswa dapat bekerja berkelompok atau individu. Siswa harus mengidentifikasikan
apa yang diketahui dan yang tidak diketahui serta belajar untuk memecahkan
suatu masalah. Program inovatif pembelajaran berbasis masalah pertama kali
diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of Mc Master University di Kanada
pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan pembelajaran berbasis
masalah di mcmaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada
masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu
pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
16
Pembelajaran berbasis masalah juga melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran
yang
aktif,
kolaboratif,
berpusat
kepada
siswa,
yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan
karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
berbasis masalah juga mendukung siswa untuk memperoleh struktur pengetahuan
yang terintegrasi dalam dunia nyata, masalah yang dihadapi siswa dalam dunia
kerja atau profesi, komunitas dan kehidupan pribadi.
Pembelajaran berbasis masalah dapat pula dimulai dengan dengan
melakukan kerja kelompok antar siswa. Vygotsky dalam teorinya menekankan
integrasi antara aspek internal dan aspek eksternal yang penekanannya pada
lingkungan sosial belajar. Kemudian Vygotsky lebih menekankan pada
sosiokultural dalam pembelajaran, yakni interaksi sosial khususnya melalui dialog
dan komunikasi. Pembelajaran berbasis masalah menyarankan kepada siswa
untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.
Pembelajaran berbasis masalah diajak untuk membentuk suatu pengetahuan
dengan sedikit bimbingan atau arahan guru.
Mareesh (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bahwa model
pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning lebih efektif
digunakan untuk mengajar matematika. Dengan mengadopsi model pembelajaran
berbasis masalah dalam pengajaran guru matematika dapat membuat sejumlah
pemikir kreatif, pengambil keputusan kritis, pemecahan masalah yang sangat
dibutuhkan untuk dunia yang kompetitif. Serta soal berbasis masalah memiliki
17
efek pada pengetahuan konten yang memberikan peluang lebih besar bagi peserta
didik untuk belajar konten dengan lebih banyak keterlibatan dan meningkatkan
partisipasi aktif siswa, motivasi dan minat di antara peserta didik. Hal ini
menyebabkan peserta didik untuk memiliki sikap positif terhadap matematika dan
membantu mereka untuk meningkatkan prestasi mereka.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan
judul
Pembelajaran
“Pengembangan
Berbasis
Perangkat
Masalah
Untuk
Pembelajaran
Berdasarkan
Meningkatkan
Kemampuan
Penalaran Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs. Nurul Hikmah Tinjowan
”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru mengalami kesulitan dalam membuat atau menyusun perangkat
pembelajaran.
2. Hasil belajar matematika di Indonesia belum mencapai hasil yang
menggembirakan.
3. Siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk
dipahami
4. Kemampuan penalaran matematik siswa MTs rendah.
5. Kemampuan self efficacy siswa MTs rendah.
6. Pembelajaran masih bersifat teacher centered (berpusat pada guru) sehingga
pembelajaran cenderung pasif.
18
7. Guru belum mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai kebutuhan
siswa.
1.3. Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan
Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjowan Tahun Ajaran
2015/2016 pada Materi Segi Empat”.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa ?
2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa ?
3. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa ?
4. Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis
masalah yang telah dikembangkan ?
19
5. Bagaimana self efficacy siswa setelah menggunakan perangkat pembelajaran
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan ?
1.5. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk
menganalisis
validitas
perangkat
pembelajaran
berdasarkan
pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan
kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa.
2. Untuk
menganalisis
kepraktisan
perangkat
pembelajaran
berdasarkan
pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan
kemampuan penalaran matematik dan self effic
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN SELF EFFICACY
SISWA MTs NURUL HIKMAH TINJOWAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
CANDRA WIDODO
NIM : 8146171013
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
CANDRA WIDODO. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan
Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematik dan Self-efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjowan.
Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED),
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis validitas perangkat pembelajaran
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap
peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa, (2)
Menganalisis kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa, (3) Menganalisis efektivitas
perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang
dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik dan self
efficacy siswa, (4) Menganalisis peningkatan kemampuan penalaran matematik
siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang telah dikembangkan, dan (5) Menganalisis self efficacy
siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan
modifikasi antara model pengembangan 4-D. Tahapan penelitian ini adalah
define, design, developdan disseminate. Dalam penelitian ini disusun perangkat
pembelajaran dan instrumen yaitu : RPP, LAS, buku guru, buku siswa, tes
kemampuan penalaran dan angket Self-efficacy. Uji coba dilakukan pada siswa
kelas VII-A sebanyak 22 orang dan VII-B sebanyak 23 orang di MTs Nurul
Hikmah Tinjowan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Validitas
perangkat pembelajaran menurut tim ahli adalah valid (2) Perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria praktis yaitu validator menyatakan perangkat pembelajaran
dapat digunakan dengan revisi kecil dan Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran diperoleh rata-rata 4,08 berkategori baik (3) Perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria efektif yaitu ketuntasan klasikal mencapai 91,3%, respon siswa
terhadap pembelajaran diperoleh rata-rata 95,02%, dan waktu pembelajaran tidak
berbeda jauh dengan waktu pembelajaran biasa (4) Peningkatan kemampuan
penalaran matematik dilihat dari nilai N-gain yaitu 0,61 dalam kategori “sedang”,
dan (5) Self efficacy matematik siswa setelah pembelajaran menghasilkan nilai
rata-rata sebesar 84,8.
Kata Kunci : Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM), Penalaran Matematik, Self-efficacy siswa.
i
ABSTRACT
CANDRA WIDODO. Development of Study Peripheral Base On The
Problem Based Learning To Increase Ability of Mathematic Reasoning and
Self-Efficacy of Student MTs Nurul Hikmah Tinjowan. Thesis. Medan:
Graduate of the State University of Medan (UNIMED), 2016.
This research aim to : (1) To analyse validity of study peripheral base on the
problem based learning which have been developed to improve the ability of
mathematical reasoning and self efficacy student, (2) To analyse practical of study
peripheral base on the problem based learning which have been developed to
improve the ability of mathematical reasoning and self efficacy students, (3) To
analyse effectiveness of study peripheral base on the problem based learning
which have been developed to improve the ability of mathematical reasoning and
self efficacy student, (4) To analyse the improvement of ability mathematical
reasoning student by using study peripheral base on the problem based learning
which have been developed, and (5) To analyse self efficacy student hereafter
study by using study peripheral base on the problem based learning which have
been developed. Research type used is development research by using
modification of development model 4-D. This Research step is define, design,
develop and disseminate. In this research is compiled by peripheral of study and
instrument that is : lesson plan, sheet of student activity, teacher book, student
book, tes of ability of reasoning and enquette Self-Efficacy. Try out conducted
atstudent of class VII-A as much 22 people and VII-B as much 23 people in MTS.
Nurul Hikmah Tinjowan. Result of this research indicate that : (1) Validity of
study peripheral of according to expert team is valid (2) Study Peripheral reach
the practical criterion that is validator express the study peripheral can be used
revisedly minimize and the teacher in managing study obtained by mean 4,08
categorize the goodness (3) Study Peripheral reach the effective criterion that is
complete of klasikal reach 91,3%, respon student to study obtained mean 95,02%
and study time not differ far with the ordinary study time, (4) Improvement the
ability of mathematical reasoning use the study peripheral base on the problem
which have been developed to be seen from value N-Gain that is 0,61 in category
"medium", and (5) Mathematic Self Efficacy student after study yield the average
value of equal to 84,8
Keyword : Development of Study Peripheral, Proble Based Learning, Mathematic
Reasoning, Self-Efficacy Student.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah
Tinjowan”. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus
dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan
yang terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak
Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Pascasarjana Unimed yang telah memberikan
kesempatan melakukan penyusunan tesis ini.
2.
Ibu
Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
3.
Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
4. Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf
Prodi Pendidikan
Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
administrasi perkuliahan di Unimed.
5. Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED, Asisten Direktur II Program Pascasarjana UNIMED
dan para staf pegawai Program Pascasarjana UNIMED yang telah
memberikan kesempatan serta bantuan administrasi selama pendidikan di
iii
Universitas Negeri Medan
6.
Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED.
7.
Teristimewa Ayahanda Sarem dan Ibunda Suyati beserta Sarini, Sarno, Tarno
dan Sri Ningsih Am.Keb. yang dengan sepenuh hati memberikan dorongan
semangat serta dukungan moril maupun materil bagi keberhasilan penulis.
8.
Teman-teman seperjuangan di Dikmat A-2 2014 dan terkhusus buat temanteman yang selalu berdiskusi bersama-sama yaitu: Lilis Syafriani, Fadliyani,
Riskyka dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan
penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan,
Juni 2016
Penulis
Candra Widodo
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2.Identifikasi Masalah ................................................................... 17
1.3.Batasan Masalah ........................................................................ 18
1.4.Rumusan Masalah ...................................................................... 18
1.5.Tujuan Penelitian ....................................................................... 19
1.6.Manfaat Penelitian ..................................................................... 20
1.7.Definisi Operasional .................................................................. 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 22
2.1. Kajian Teoritis .......................................................................... 22
2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika .......................... 22
2.1.2. Pembelajaran Berbasis Masalah .................................... 25
2.1.3. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran
Berbasis Masalah ........................................................... 34
2.1.4. Perangkat Pembelajaran ................................................ 38
2.1.5. Kemampuan Penalaran Matematik ............................... 46
2.1.6. Kemampuan Self Efficacy.............................................. 57
2.1.7. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ........... 62
2.1.8. Kualitas Perangkat Pembelajaran ................................. 68
2.1.9. Materi Pembelajaran ..................................................... 74
2.1.10. Penelitian Relevan ........................................................ 81
2.2. Kerangka Konseptual ................................................................ 84
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 91
3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 91
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 91
3.3. Subyek dan Objek Penelitian .................................................. 92
3.4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ................................ 92
3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 103
3.5.1. Lembar validasi Perangkat Pembelajaran .................. 103
3.5.2. Lembar Observasi ........................................................ 110
3.5.3. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematik
dan Self Efficacy Siswa ............................................. 111
3.6. Analisis Data Untuk Mengetahui Kualitas Validitas
Perangkat Pembelajaran ........................................................ 120
v
3.7. Analisis Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ............ 122
3.7.1. Respon Tim Ahli atau Validator.................................. 122
3.7.2. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran ................................................................ 122
3.8. Analisis Data Keefektifan Perangkat Pembelajaran .............. 123
3.8.1. Analisis Data Ketuntasan Belajar Siswa ................... 123
3.8.2. Analisis Data Respon Siswa ..................................... 124
3.8.3. Waktu Pembelajaran ................................................. 125
3.9. Analisis Data Untuk Menganalisis Peningkatan
Kemampuan Penalaran Matematik ....................................... 125
3.8. Analisis Data Untuk Menganalisis Bagaimana Self Efficacy
Siswa Setelah Menggunakan Perangkat Pembelajaran ........ 125
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 127
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 127
4.2. Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... 128
4.2.1. Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define)...................... 128
4.2.1.1. Analisis Awal-akhir (Front-End Analysis) ..... 128
4.2.1.2. Analisis Siswa (Learner Analysis) .................. 130
4.2.1.3. Analisis Konsep/Materi (Concept Anaysis) .... 131
4.2.1.4. Analisis Tugas (Task Analysis) ....................... 132
4.2.1.5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
(Specifying Instructional Objectives) .............. 133
4.2.2. Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ...................... 134
4.2.2.1. Hasil Penyusunan Tes ..................................... 134
4.2.2.2. Hasil Pemilihan Media .................................... 134
4.2.2.3. Hasil Pemilihan Format .................................. 135
4.2.2.4. Hasil Perancangan Awal ................................. 136
4.2.3. Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ................ 139
4.2.3.1. Hasil Validasi Ahli. ......................................... 139
4.2.3.2. Hasil Uji Coba I .............................................. 149
4.2.3.3. Kelemahan-kelemahan Perangkat
Pembelajaran pada Uji Coba I ....................... 164
4.2.3.4. Revisi Perangkat Pembelajaran Uji Coba I ..... 165
4.2.3.5. Uji Coba II ...................................................... 166
4.2.4. Hasil Tahap Penyebaran(Diseminate) ......................... 178
4.3. Pembahasan Hasil penelitian ................................................. 178
4.3.1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ..................... 179
4.3.2. Kemampuan Penalaran Matematik.............................. 181
4.3.3. Self-efficacy Matematik Siswa .................................... 181
4.4. Kelemahan Penelitian ............................................................ 183
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 184
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 184
5.2. Saran ...................................................................................... 186
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 188
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah .................................... 31
Tabel 2.2 Perbedaan Buku dengan Modul ................................................... 42
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Validasi RPP .................................................. 104
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Buku Petunjuk Guru ........................ 105
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Validasi Buku Siswa ...................................... 106
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Lembar Aktivitas Siswa .................. 108
Tabel 3.5 Interprestasi Validitas Tes .......................................................... 112
Tabel 3.6 Interprestasi Reliabilitas Instrumen Tes ..................................... 113
Tabel 3.7 Kisi-kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematik....................... 114
Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik .... 115
Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy................................................ 119
Tabel 3.10 Skor Alternatif Jawaban Angket ................................................ 119
Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Kevalidan ........................................................ 121
Tabel 3.12 Format Perhitungan Validasi ..................................................... 122
Tabel 3.13 Pengelompokkan Self Efficacy Siswa ........................................ 126
Tabel 4.1 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli ............ 140
Tabel 4.2 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli............ 142
Tabel 4.3 Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi Oleh Tim Ahli . 144
Tabel 4.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik (pretest) 146
Tabel 4.5 Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik
(posttest) .................................................................................... 147
Tabel 4.6 Hasil Validasi Angket Self-efficacy Siswa ...................................... 147
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli 148
Tabel 4.8 Validitas Butir Pre-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa .... 150
Tabel 4.9 Validitas Butir Post-test Kemampuan Penalaran Matematik Siswa 150
Tabel 4.10 Tabel Hasil Analisis Tingkat Kesukaran pre-test ...................... 151
Tabel 4.11 Tabel Hasil Analisis Tingkat Kesukaran post-test ..................... 151
Tabel 4.12 Validitas Angket Self-efficacy Matematik ................................. 151
Tabel 4.13 Rataan Penilaian Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Pada Uji Coba I ......................................................................... 153
Tabel 4.14 Tingkat Ketuntasan Pretest dan Posttest Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba I............................. 155
Tabel 4.15 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematik Setiap Aspek
Pada Uji coba I ........................................................................... 157
Tabel 4.16 Hasil Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Pada
Uji Coba I ................................................................................... 158
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan N-Gain Kemampuan Penalaran
Matematik pada Uji Coba I ....................................................... 160
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil N-Gain Kemampuan Penalaran
Matematik Uji Coba I................................................................ 161
Tabel 4.19 Deskripsi Data Self-efficacy Matematik Siswa Setelah
Menggunakan Perangkat Pembelajaran pada Uji Coba I .......... 163
Tabel 4.20 Hasil Angket Self-efficacy Matematik Setiap Indikator
vii
Pada Uji Coba I .......................................................................... 164
Tabel 4.21 Rataan Penilaian Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Pada Uji Coba II ......................................................................... 167
Tabel 4.22 Tingkat Ketuntasan Pretest dan Posttest Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba II ........................... 169
Tabel 4.23 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematik Setiap Aspek
Pada Uji coba II .......................................................................... 170
Tabel 4.24 Hasil Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Pada
Uji Coba II.................................................................................. 172
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik
Pada Uji Coba II ........................................................................ 174
Tabel 4.26 Rangkuman Hasil N-Gain Kemampuan Penalaran Matematik
Uji Coba II ................................................................................ 175
Tabel 4.27 Deskripsi Data Self-efficacy Matematik Siswa Setelah
Menggunakan Perangkat Pembelajaran Pada Uji Coba II ......... 177
Tabel 4.28 Hasil Angket self-efficacy Matematik Setiap Indikator
pada Uji Coba II ........................................................................ 178
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Jawaban Siswa......................................................................... 10
Tahap Pendefenisian dalam Model 4-D .................................. 64
Tahap Perancangan dalam Model 4-D .................................... 65
Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ................................ 66
Tahap Penyebaran dalam Model 4-D ...................................... 67
Persegi Panjang ....................................................................... 75
Persegi ..................................................................................... 75
Trapesium Sebarang ................................................................ 76
Trapesium Sama Kaki ............................................................. 76
Trapesium Siku-siku ............................................................... 77
Segitiga dan Jajar genjang ....................................................... 78
Belah Ketupat .......................................................................... 79
Layang-layang ......................................................................... 80
Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 93
Peta Konsep Segi Empat ......................................................... 97
Peta Konsep Segi Empat ....................................................... 132
Hasil Rata-rata Kelas pre-test dan post-test Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba I ........................ 155
Gambar 4.3 Hasil Ketuntasan Klasikal Kemampuan Penalaran
Matematik Pada Uji Coba I .................................................... 156
Gambar 4.4 Grafik Hasil Rata-rata Kelas pre-test dan post-test
Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada Uji Coba II.. 169
Gambar 4.5 Grafik Hasil Ketuntasan Klasikal Kemampuan
Penalaran Matematik Pada Uji Coba II .................................. 170
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini
dibutuhkan oleh manusia yang siap dan tanggap. Tirtaraharja (2005: 163)
menyatakan bahwa manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial manusia secara
efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan. Manusia sebagai objek
pendidikan diharapkan dapat mengikuti setiap perubahan dengan kehidupan yang
berkualitas. Tirtaraharja (2005:116) menegaskan bahwa lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogiannya hasil perkembangan
iptek mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi, maupun
cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Oleh sebab itu,
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi
keberadaan ilmu pengetahuan anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak
didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi, sistem sosial dan lingkungan
yang kondusif.
Pendidikan erat kaitannya dengan pembelajaran yang diselenggarakan di
sekolah. Pembelajaran merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam
pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, kualitas pendidikan erat hubungannya
dengan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
2
pendidikan adalah melakukan suatu inovasi-inovasi atau terobosan baru dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menyentuh
aspek-aspek tertentu pada diri seseorang sehingga ia mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
Idrus (2009:63) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan belajar yang
diingikan, maka perlu dipersiapkan secara matang, dalam perencanaan
pembelajaran dan penyiapan materi yang sesuai dengan kebutuhan anak dengan
tetap berpijak kepada kurikulum yang menjadi acuan dan standart nasional.
Ketentuan membuat silabus, program semester, program tahunan, perencanaan
pembelajaran, melakukan evaluasi dan menganalisis hasil evaluasi adalah wajib.
Kewajiban administratif tersebut menjadi mutlak ketika mengacu kepada UU
No.14 Tahun 2005 pasal 20. Oleh sebab itu, semua guru sebagai pendidik
diwajibkan membuat perangkat pembelajaran untuk mendukung serta mencapai
tujuan pembelajaran.
Pengertian perangkat pembelajaran sendiri yaitu sebuah media yang
digunakan sebagai pedoman atau petunjuk pada sebuah proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran sendiri memiliki tujuan untuk memenuhi suatu
keberhasilan guru dalam pembelajaran. Masih banyak guru pada saat ini yang
mengalami kebingungan di tengah - tengah proses pembelajaran. Karena itu
perangkat pembelajaran juga dapat membantu memberi panduan, serta teknik
mengajar seorang guru juga dapat berkembang. Selain itu guru juga dapat
mengevaluasi sejauh mana perangkat pembelajaran yang sudah dirancang dapat
teraplikasi dengan baik, dalam pelajaran yang berlangsung didalam kelas.
3
Perangkat pembelajaran juga dapat meningkatkan profesionalisme seorang guru,
karena seorang guru harus mengembangkan serta menggunakan perangkat
pembelajarannya semaksimal mungkin dan memperbaiki segala hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran melalui perangkatnya. Perangkat
pembelajaran juga dapat mempermudah seorang guru didalam proses fasilitasi
pembelajaran, karena dengan perangkat pembelajaran guru juga dapat
menyampaikan materi tanpa harus banyak mengingat namun hanya perlu melihat
perangkat yang dimilikinya.
Sebelum guru mengajar di dalam kelas yaitu sebagai tahap persiapan,
seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan-bahan apa saja yang mau
diajarkan, seperti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan
arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, memahami keadaan siswa,
memahami kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal
siswa, kesemuanya ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat
pembelajaran.
Wijaya
(2011) dalam penelitiannya
menunjukkan
bahwa
kemampuan awal guru dalam menyusun RPP tergolong rendah karena guru
kebingungan dalam merumuskan RPP karena mata pelajaran yang diajarkan
berbeda dengan latar belakang yang dimiliki dan tidak memiliki inisiatif dalam
menyusun RPP karena hanya copy-paste dari MGMP.
Oleh sebab itu, tidak bisa kita pungkiri bahwasanya banyak sekali kita
temukan guru yang mengalami kesulitan dalam membuat atau menyusun
perangkat pembelajaran. sebagaimana hasil diskusi dari beberapa rekan guru
4
dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) mengungkapkan
bahwa: (1) sangat sulit menerapkan model ataupun pendekatan pada RPP,
sehingga RPP yang dibuat belum mencerminkan model atau pendekatan yang
menarik perhatian siswa, (2) RPP yang dibuat tidak dilengkapi LAS dan buku
siswa tidak sesuai dengan pendekatan/model yang mereka gunakan, (3) khususnya
dalam penyajian materi masih terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran
yang dialami oleh siswa. Beberapa masalah tersebut antara lain siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal. Terlebih-lebih dalam menyelesaikan soalsoal dalam mata pelajaran matematika, siswa menganggap bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami. Seperti yang dikemukakan oleh
Sanjaya (2012) “Berdasarkan dari hasil penelitian di Indonesia, ditemukan bahwa
tingkat penguasaan peserta didik dalam matematika pada semua jenjang
pendidikan masih sekitar 34%.
Padahal matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting sehingga matematika dipelajari di semua jenjang pendidikan mulai dari
sekolah dasar sampai menengah. Tujuan matematika itu diberikan di sekolah agar
siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur dan efektif.
Secara khusus tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan
menengah tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 bahwa:
Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah untuk jenjang sekolah
dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:
5
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Tujuan mata pelajaran matematika tersebut sesuai dengan apa yang
dinyatakan oleh National Council of Teacher of Mathematics (2000:7) bahwa
tujuan pembelajaran matematika yaitu; (1) belajar untuk pemecahan masalah (2)
belajar untuk penalaran dan pembuktian, (3) belajar untuk kemampuan
mengaitkan ide matematis, (4) belajar untuk komunikasi matematis, (5) belajar
untuk representasi matematis. Tujuan mata pelajaran matematika tersebut
menunjukkan bahwa di jenjang pendidikan dasar dan menengah matematika
mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif.
Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa pelajaran matematika sangat
penting bagi seluruh peserta didik.
Cockroft (1982) menyatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada
siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang
studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana
6
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Cornelius (1982) mengemukakan ada lima alasan pentingnya belajar
matematika, yaitu:
1.
Matematika adalah sarana berpikir yang jelas.
2.
Matematika adalah sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
3.
Matematika adalah sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman.
4.
Matematika adalah sarana untuk mengembangkan kreatifitas.
5.
Matematika adalah sarana untuk
meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengacu pada
pembuktian rasional dan deduksi yang menjadi sarana berpikir. Matematika juga
digunakan untuk membangun teori-teori keilmuan untuk dapat memecahkan
persoalan yang dihadapi, dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil-hasil
keilmuan dengan benar, jelas dan singkat. Pada tahap permulaan, untuk
membantu pemikiran deduktif ini dibutuhkan contoh-contoh dan ilustrasi yang
sifatnya nyata (mengamati) yang sifatnya induktif. Melalui pengamatan maupun
eksperimen (induktif) maka kita dapat memahami sifat atau karakteristik suatu
objek yang selanjutnya digeneralisasi dan dibuktikan dengan deduktif. Selain
7
bersifat deduktif, matematika juga merupakan ilmu yang terstruktur; dimulai dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisi, kemudian kepada unsur yang didefinisikan,
selanjutnya menjadi suatu aksioma/postulat dan pada akhirnya menjadi suatu
teorema.
Namun sangat disayangkan, pada umumnya hasil berlajar matematika di
Indonesia belum mencapai hasil yang menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat
dari perolehan TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study)
tahun 2011 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42 negara. Selain
itu, PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012
menempatkan Indonesia pada peringkat ke-64 untuk bidang matematika dari 65
negara yang ikut ambil bagian. Walaupun peringkat-peringkat tersebut bukan hal
mutlak pengukur tingkat keberhasilan pembelajaran matematika di Indonesia.
Namun dapat dijadikan salah satu evaluasi dari berhasil tidaknya pelaksanaan
pembelajaran matematika di Indonesia, selain sebagai alat kompetisi yang
memotivasi guru dan semua pihak dalam dunia pendidikan untuk lebih
meningkatkan prestasinya.
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika diperlukannya kemampuan
penalaran matematik. Penalaran dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang
ada serta dibutuhkan untuk memberikan suatu keputusan. Sebagaimana yang
dikemukakan Presiden AS Thomas Jefferson (2012) berikut ini : “In a republican
nation, whose citizens are to be led by reason and persuasion and not by force,
the art of reasoning becomes of first imfortance”. Pernyataan itu menunjukkan
pentingnya penalaran dan argumentasi dipelajari dan dikembangkan di suatu
8
negara sehingga setiap warga negara akan dapat dipimpin dengan daya nalar
(otak) dan bukannya dengan kekuatan (otot) saja.
NCTM (2000) menyatakan recognize reasoning and proof as
fundamental aspects of mathematics. “People who reason and think analytically
tend to note patterns, structure, or regularities in both real-world situations and
symbolic objects; they ask if those patterns are accidental or if they occur for a
reason; and they conjecture and prove”. Pernyataan ini menjelaskan bahwa
penalaran sebagai aspek yang fundamental dalam matematika. “bagaimana
seseorang itu bernalar dan berfikir menganalisis untuk mendapatkan pola,
struktur, atau aturan di antara situasi dunia nyata dan simbol objek-objek; mereka
bertanya jika pola itu terjadi secara kebetulan atau terjadi karena
sebuah
penalaran; mengkonjektur dan membangun.
Selanjutnya Lithner (2012) menyatakan bahwa penalaran didefensikan
sebagai garis pemikiran untuk untuk menghasilkan pernyataan dan kesimpulan
ketika memecahkan masalah. Penalaran tidak perlu didasarkan pada pemikiran
formal dan kemudian tidak terbatas dalam pembuktian, tetapi itu mungkin saja
salah sepanjang terdapat beberapa penalaran yang mendukung.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki
siswa dalam belajar matematika. Depdiknas menyatakan bahwa matematika dan
penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi
matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dapat dipahami dan dilatih
melalui belajar matematika (Shadiq : 2009). Selain karena matematika merupakan
ilmu yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena salah satu tujuan dari
9
pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal
tersebut senada dengan penjelasan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.
506/C/PP/2004 (2004) menyatakan tentang indikator-indikator penalaran yang
harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain: (1)
kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, dan gambar, (2)
kemampuan melakukan memanipulasi matematika, (3) kemampuan memeriksa
kesahihan suatu argument, (4) kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti tanggal 05 September 2015 terhadap
siswa MTs. Nurul Hikmah Tinjowan kemampuan penalaran matematik siswa
masih rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang
mengukur kemampuan penalaran matematik, dengan karakteristik soal yaitu
meminta siswa untuk mengubah soal cerita ke dalam bentuk tabel dan menarik
kesimpulan, menyusun bukti, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi.
Soal tersebut sebagai berikut:
“Sebuah taman berbentuk persegi panjang memiliki lebar lebih pendek 4 m dari
panjangnya. Jika keliling taman tersebut sama dengan 72 m2. Maka berapakah
luas taman tersebut ?
10
Adapun jawaban siswa adalah seperti pada gambar 1.1. berikut:
Siswa hanya membuat apa yang
diketahui dan ditanya
tidak
menggambarkan bangun yang
dimaksud dari soal
Siswa
salah
dalam
menyajikan
pernyataan
matematika secara tertullis
Siswa
tidak
bisa
menyimpulkan dari data-data
yang dia dapatkan
Gambar 1.1 Jawaban siswa
Dari Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran
matematika siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat dari jawaban siswa, Siswa
hanya membuat apa yang diketahui dan ditanya tidak menggambarkan bangun
yang dimaksud dari soal untuk lebih memudahkan menyelesaikan soal tersebut.
Siswa kurang mampu untuk menyajikan pernyataan matematika secara tertulis
dengan jawaban siswa yang menganggap bahwa lebar sebuah taman tersebut
adalah 4 m, Sehingga manipulasi matematika kurang tepat. Kemudian siswa
kurang mampu memeriksa kesahihan jawaban mereka. Seharusnya bisa kita
periksa dengan menggunakan keliling taman tersebut yang sudah diketahui yaitu
72 m2. Dan pada jawaban siswa, mereka tidak menyimpulkan hasil jawaban dari
data-data yang mereka peroleh dari soal-soal dan hasil penyelesaian yang mereka
kerjakan.
11
Di samping kemampuan penalaran matematik, kemampuan pada aspek
lain yang bersifat afektif dan tidak kalah pentingnya dengan kemampuan
penalaran matematik adalah kemampuan self efficacy (kepercayaan diri siswa
dalam menyelesaikan masalah). Tuntutan pengembangan kemampuan ini tertulis
dalam kurikulum matematika antara lain menyebutkan bahwa pelajaran
matematika harus menanamkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam pelajaran
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan
kata lain kemampuan self efficacy matematik merupakan salah satu tujuan
mata pelajaran matematika yang harus dicapai.
Individu dengan self efficacy tinggi memiliki komitmen dalam
memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa
strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), self
efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang terhadap kemampuan
mereka untuk menghasilkan tingkatan yang ingin dicapai melalui ujian yang
mempengaruhi hidup mereka. Kemampuan self efficacy menentukan bagaimana
seseorang merasa, berfikir, memotivasi diri mereka dan bertindak. Kemampuan
itu menghasilkan pengaruh yang berbeda melalui 4 tahap yaitu kognitif, motivasi,
afektif dan proses seleksi.
Risnanosanti (2014) mengungkapkan bahwa orang-orang mengatakan
harus mempunyai self efficacy yang tinggi untuk menyelesaikan sebuah tugas,
ketika mereka percaya mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal
tersebut maka dapat terselesaikan dengan baik. Bagaimanapun, jika mereka
12
percaya bahwa mereka tidak memiliki kemampuan itu, maka mereka dikatakan
memiliki self efficacy yang rendah.
Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan suatu
faktor penentu pilihan utama untuk pengembangan individu, ketekunan dalam
menggunakan berbagai kesulitan, dan pemikiran memola dan reaksi-reaksi
emosional yang dialami. Self-efficacy dapat dikembangkan dari diri siswa dalam
pembelajaran matematika, melalui empat sumber, yaitu (1) pengalaman kinerja;
(2) pengalaman orang lain; (3) aspek dukungan langsung/sosial; dan (4) aspek
psikologi dan afektif. Oleh sebab itu, dengan self efficacy yang tinggi, maka pada
umumnya seorang siswa akan lebih mudah dan berhasil melampaui latihan-latihan
matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran
tersebut yang tercermin dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih
tinggi dibandingkan siswa yang memiliki self efficacy rendah.
Gejala siswa yang memiliki self efficacy rendah, tampak kurang percaya
diri, meragukan kemampuan akademisnya, tidak berusaha mencapai nilai tinggi di
bidang akademik. (1) meragukan kemampuannya (self-doubt), (2) malu dan
menghindari tugas-tugas sulit, (3) kurang memiliki aspirasi, komitmennya rendah
dalam mencapai tujuan, (4) menghindar, dan melihat tugas-tugas sebagai
rintangan dan merasa rugi menyelesaikannya, (5) usaha kurang optimal dan cepat
menganggap sulit, (6) lambat memperbaiki self efficacy apabila mengalami
kegagalan, (7) merasa tidak memiliki cukup kemampuan dan bersikap defensif
serta tidak belajar dari banyak kegagalan yang dialaminya, (8) mudah menyerah,
malas, stres dan depresi, (9) meragukan kemampuan ini mendorong mereka
13
percaya pada hal-hal yang tidak rasional dan yang tidak mendasar pada kenyataan,
(10) cenderung takut, tidak aman dan manipulatif, (11) cepat menyerah, merasa
tidak akan pernah berhasil, (12) meyakini seakan-akan segalanya "telah gagal''.
Pikiran tidak rasional ini berkembang menjadi pikiran negatif (self–scripts) yang
terus dipelihara oleh orang yang rendah diri.
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap siswa MTs. Nurul Hikmah
Tinjowan menyatakan bahwa kemampuan self efficacy mereka rendah. Hal
tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh dari pemberian angket
kemampuan self efficacy berupa skala angket tertutup yang berisikan 7 butir
pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS) kepada siswa kelas VII MTs. Nurul Hikmah
Tinjowan yang berjumlah 42 orang.
Dari beberapa pernyataan yang diajukan kepada siswa, terdapat bahwa
33 orang tidak dapat memahami matematika karena dianggap sulit, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar mereka tidak memiliki rasa kepercayaan diri
untuk mampu memahami matematika, walaupun matematika tersebut pelajaran
yang sulit. Ketidakpercayaan diri tersebut akan menyebabkan siswa akan benarbenar sulit memahami matematika yang berakibat rendahnya prestasi matematika
mereka. Selanjutnya terdapat 28 siswa tidak senang mengerjakan matematika.
Kemudian hanya sebanyak 13 siswa senang mengerjakan soal matematika, hampir
semua siswa merasa bukan siswa terbaik dalam pelajaran matematika, 41 siswa
tidak biasa memecahkan setiap masalah matematika, 32 siswa kurang percaya diri
ketika guru menyuruh ke depan kelas untuk mengerjakan soal, 31 siswa tidak
14
mencoba menyelesaikan tugas yang tampak sangat sulit. Hal ini semua
mengindikasikan kemampuan self efficacy siswa rendah, karena banyak siswa
yang merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya terhadap mata pelajaran
matematika. Sehingga ketika menghadapi persoalan matematika mereka tidak
berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik.
Dari berbagai permasalahan di atas, diduga oleh pembelajaran biasa yang
diterapkan oleh guru di dalam kelas, dimana pembelajaran masih bersifat teacher
centered (berpusat pada guru) sehingga pembelajaran cenderung pasif. Selain itu,
guru belum mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan
salah satu guru matematika di MTs. Nurul Hikmah Tinjowan pada tanggal 05
September 2015 yang mengatakan bahwa guru tersebut belum mempersiapkan
perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Perangkat yang
digunakan oleh guru adalah perangkat hasil mendowload dari internet dan
perangkat yang guru gunakan tidak mengarah kepada kemampuan penalaran dan
self efficacy siswa.
Sebagai alternatif penanggulangan kemampuan penalaran matematik
dan self efficacy siswa maka perlunya pengembangan perangkat pembelajaran
berbasis masalah. Menurut Wena (2011) pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahanpermasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa
belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi.
15
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial
dan
sekitarnya.
Pembelajaran
ini
cocok
untuk
mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks (Trianto, 2009).
Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang
otonom dan mandiri. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis
sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan-permasalahan (Wena, 2011).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang selalu
dimulai dan berpusat pada masalah. Di dalam pembelajaran berbasis masalah
siswa dapat bekerja berkelompok atau individu. Siswa harus mengidentifikasikan
apa yang diketahui dan yang tidak diketahui serta belajar untuk memecahkan
suatu masalah. Program inovatif pembelajaran berbasis masalah pertama kali
diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of Mc Master University di Kanada
pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan pembelajaran berbasis
masalah di mcmaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada
masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu
pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
16
Pembelajaran berbasis masalah juga melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran
yang
aktif,
kolaboratif,
berpusat
kepada
siswa,
yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan
karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
berbasis masalah juga mendukung siswa untuk memperoleh struktur pengetahuan
yang terintegrasi dalam dunia nyata, masalah yang dihadapi siswa dalam dunia
kerja atau profesi, komunitas dan kehidupan pribadi.
Pembelajaran berbasis masalah dapat pula dimulai dengan dengan
melakukan kerja kelompok antar siswa. Vygotsky dalam teorinya menekankan
integrasi antara aspek internal dan aspek eksternal yang penekanannya pada
lingkungan sosial belajar. Kemudian Vygotsky lebih menekankan pada
sosiokultural dalam pembelajaran, yakni interaksi sosial khususnya melalui dialog
dan komunikasi. Pembelajaran berbasis masalah menyarankan kepada siswa
untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.
Pembelajaran berbasis masalah diajak untuk membentuk suatu pengetahuan
dengan sedikit bimbingan atau arahan guru.
Mareesh (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bahwa model
pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning lebih efektif
digunakan untuk mengajar matematika. Dengan mengadopsi model pembelajaran
berbasis masalah dalam pengajaran guru matematika dapat membuat sejumlah
pemikir kreatif, pengambil keputusan kritis, pemecahan masalah yang sangat
dibutuhkan untuk dunia yang kompetitif. Serta soal berbasis masalah memiliki
17
efek pada pengetahuan konten yang memberikan peluang lebih besar bagi peserta
didik untuk belajar konten dengan lebih banyak keterlibatan dan meningkatkan
partisipasi aktif siswa, motivasi dan minat di antara peserta didik. Hal ini
menyebabkan peserta didik untuk memiliki sikap positif terhadap matematika dan
membantu mereka untuk meningkatkan prestasi mereka.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan
judul
Pembelajaran
“Pengembangan
Berbasis
Perangkat
Masalah
Untuk
Pembelajaran
Berdasarkan
Meningkatkan
Kemampuan
Penalaran Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs. Nurul Hikmah Tinjowan
”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru mengalami kesulitan dalam membuat atau menyusun perangkat
pembelajaran.
2. Hasil belajar matematika di Indonesia belum mencapai hasil yang
menggembirakan.
3. Siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk
dipahami
4. Kemampuan penalaran matematik siswa MTs rendah.
5. Kemampuan self efficacy siswa MTs rendah.
6. Pembelajaran masih bersifat teacher centered (berpusat pada guru) sehingga
pembelajaran cenderung pasif.
18
7. Guru belum mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai kebutuhan
siswa.
1.3. Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan
Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Matematik dan Self Efficacy Siswa MTs Nurul Hikmah Tinjowan Tahun Ajaran
2015/2016 pada Materi Segi Empat”.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa ?
2. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa ?
3. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan
penalaran matematik dan self efficacy siswa ?
4. Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan pembelajaran berbasis
masalah yang telah dikembangkan ?
19
5. Bagaimana self efficacy siswa setelah menggunakan perangkat pembelajaran
berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan ?
1.5. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk
menganalisis
validitas
perangkat
pembelajaran
berdasarkan
pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan
kemampuan penalaran matematik dan self efficacy siswa.
2. Untuk
menganalisis
kepraktisan
perangkat
pembelajaran
berdasarkan
pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terhadap peningkatan
kemampuan penalaran matematik dan self effic