Perikanan Pemanfaatan Lingkungan dan Sumberdaya Gugus Pulau Salabangka

Pada Gambar 19 menunjukkan bahwa produksi hasil laut lebih didominasi oleh ikan 1527-2675 ton, kemudian rumput laut 27-70 ton dan teripang 11-50 ton, dan lainnya 21-26 ton. Saat ini pengembangan pemeliharaan ikan dalam keramba mulai dikembangkan secara tradisional. Sebelumnya penangkapan ikan menggunakan bom dan racun telah mengakibatkan rusaknya ekosistem terumbu karang, hingga saat ini aktivitas penangkapan ikan dengan cara tidak ramah lingkungan mengalami penurunan dimana masyarakat dengan kegiatan ekonomi utama mencari ikan mulai melakukan aktvitas lain seperti budidaya rumput laut, pemeliharaan ikan dalam keramba dan budidaya teripang

4.4.2 Budidaya Rumput Laut

Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya pada pulau kecil adalah budidaya rumput laut. Pada lokasi studi, kegiatan ini telah berlangsung lama sejak tahun 1980, tetapi sebelum tahun 1995 kegiatan ini hanya dilakukan oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat nelayan yang memiliki modal yang cukup besar. Peran pemerintah yang tidak sepenuhnya memperhatikan kegiatan tersebut, berakibat pada semakin sedikitnya masyarakat yang melakukan kegiatan penanaman rumput laut, selain itu sarana transportasi yang kurang memadai sehingga kegiatan ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat nelayan dan tidak menjadi sumber pendapatan yang utama. Setelah tahun 1995, pihak pemerintah mulai memberikan respon yang cukup baik bagi masyarakat setempat dalam kegiatan penanaman rumput. Meskipun demikian, semakin panjangnya rente ekonomi dalam usaha budidaya rumput laut, berakibat pada semakin sulitnya para petani rumput laut dalam memperoleh harga yang pantas terhadap hasil rumput laut. Dari 253 reponden yang melakukan kegiatan penanaman rumput laut kurang lebih 64 persen menjual hasil panen mereka ke penampungpengumpul, 18 ke pedagang, 8 di koperasi, sedangkan yang menjual hasi panen ke tengkulak dan lainnya masing-masing sebesar 5 persen. Kisaran harga rumput laut kering antara Rp.4.000 – Rp.4.700 per kg pada tingkat lokal, sedangkan pada tingkat pengusaha harga komoditi ini sebesar Rp.5000. Alur penjualan rumput laut dapat dilihat pada Gambar 20. Kegiatan penanaman rumput laut didasarkan pada pengetahuan masyarakat dari generasi sebelumnya. Sebelumnya, penanaman rumput laut menggunakan metode rakit apung dari bambu karana keterbatasan modal dalam penyediaan bahan tersebut, sehingga metode penanaman rumput laut di Gugus Pulau Salabangka mengalami perubahan yaitu menggunakan metode longline, dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan metode rakit apung. Sebagian besar hasil panen di jual dalam bentuk kering, kemungkinan hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya harga rumput dan juga tidak di dukung dengan sarana perhubungan laut. P e n g u m p u l K e c il d e sa P e n g u s a h a d i K e n d a ri P e ta n i R u m p u t L a u t P e n g u m p u l B e s a r a n ta r d e s a K o p e ra s i N e la y a n R p.4 .0 0 0 - R p.4 .2 0 0 R p .4 .7 0 0 R p .4 .5 0 0 R p .5 .0 0 0 Gambar 20 Alur Penjualan Rumput Laut di Gugus Pulau Salabangka Adanya indikasi meningkatnya pemanfaatan perairan untuk budidaya rumput laut dimana tidak adanya penetapan aturan terhadap besarnya luas lahan yang dimanfaatkan, penetapan luas perairan budidaya lebih didasarkan besarnya jumlah modal pembudidaya. Hasil survei menunjukkan bahwa 98 persen luas perairan budidaya yang dimiliki berdasarkan besarnya jumlah modal, dan berdasarkan lainnya 2 .