Ketersediaan Ruang Perairan Impor-Ekspor

K A B U P A T E N M O R O W AL I Tg . L o t or en de P . P aku P . K a ra ntu P . K a lero an g P . W a ru w ar u P . P ad ab al e P . T a din an g Tg . K a da ng a Tg . K ees a ha P . B ap a Tg . L a bo P. P ad op ad o Bu n g i n ke l a Ja w i ja w i Bu to n Ko b u ru Pa k u Ba k a la Bu a j a n gk a La k o m b u lo W a ru w a ru Bo e ta l is e Po Le m o Pa d o p a d o Ko l o n o D o ng k a l a Ka m p u h b a u Ka l e ro a n g Pa d a b a le L A U T B A N D A Se lat S a lab an gk a 1 - 2 1 - 5 GU GU S P U L A U S A B A L AN GK A K AB U PA T E N M O R O W AL I S U L AW E S I TE N G A H U P E T A K E S E S U A IA N L A H A N B U D ID A Y A R U M P U T L A U T MA SIT A S A R I C 2 5 1 0 5 0 12 1 Pr o g r a m S tu d i Pe n g e lo la a n S u m b er d a y a Pe s is ir d an L a u ta n Se k o la h P as c a s a rja n a In s titu t Pe r ta n ia n B o g or B o g or 20 0 7 Si n g ka t an P : P u la u Tg : T a n ju ng Su m b e r : 1. P e ta R u p a B u m i In d on e s ia , le m b ar 2 2 1 2- 5 4 K a l e ro a n g, B A K O S U R TA N AL , ta h u n 1 9 9 2 2. S u r v ey l a p a n ga n t a h u n 2 0 0 6 Le ge n da P eta S kal a 1 : 80. 000 1 1 2 km P eta I n d e ks PR O V . SU L A WE SI T EN G G A R A PR O V . SU L A WE SI T EN G A H Ke p. Sa l aba ng ka 3 °2 3° 2 3 °0 3° 12 2 °0 0 12 2 °0 0 12 2 °2 0 12 2 °2 0 PR OV. S UL A WE S I T ENGAH P R OV. SUL A WE SI S EL AT AN P ROV. S ULA WES I T E NGGA R A P ROV. SUL A WES I B AR AT P ROV. GO RONT ALO PR OV. S ULA WE S I U T AR A Ke p. S al ab an gk a LA U T BA N D A S EL A T M AK A SS A R LA U T FL O RE S TE LU K B O N E LA U T MAL U K U LA U T SU LA W E SI 11 9 11 9 12 0 12 0 12 1 12 1 12 2 12 2 12 3 12 3 12 4 12 4 12 5 12 5 -7 -7 -6 -6 -5 -5 -4 -4 -3 -3 -2 -2 -1 -1 1 2 2 1 Bel uk ar Dar at S u law e si Hu t an La ut P em u kim an Te ga lL ad an g G aris pa n tai Jala n lain Jala n set ap ak 3 °5 5 3 °3 4 3 °1 3 2 °5 9 2 3 °5 5 3 °3 4 3 °1 3 2 °5 9 2 1 2 2 °1 9 3 0 1 2 2 °2 1 4 0 1 2 2 °2 3 5 0 1 2 2 °2 6 0 0 1 2 2 °1 9 3 0 1 2 2 °2 1 4 0 1 2 2 °2 3 5 0 1 2 2 °2 6 0 0 Se s u a i Sa n g a t Se s u a i Ti d a k S e s u a i K es e s ua i a n L a h a n Gambar 23 Peta Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka 6 8 Tabel 8 Kesesuian Perairan Budidaya Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka No Kesesuaian Perairan Luas Ha 1 Sangat Sesuai 2.854,16 2 Sesuai 8.969,50 3 Tidak Sesuai 11.686,43 Jumlah 23.510,09 Sumber : hasil analisis spasial Tabel 8 menunjukkan bahwa kesesuaian perairan untuk pengembangan budidaya rumput laut meliputi dua kategori yaitu i kelas sangat sesuai 12,14 dan kelas sesuai 38,15 . Total ketersediaan ruang untuk budidaya rumput laut 11.823,66 ha, dengan membandingkan terhadap rata-rata produksi dunia maka luas pemanfaatan budidaya setiap kategori kesesuaian adalah 171,25 ha dan 538,17 ha. Dengan demikian, total ketersediaan ruang budidaya adalah 709,42 ha. Estimasi ketersediaan ruang perairan untuk budidaya rumput laut pada wilayah ini, disajikan pada Gambar 24. 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Biocapacity Kesesuaian Perairan L u a s H a Gambar 24 Estimasi Ketersediaan Ruang Budidaya Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka Gambar 24 menunjukkan areal optimum untuk budidaya rumput laut 709,42 ha atau sesuai dengan biocapacity BC, dengan asumsi pembudidaya tetap, maka ketersediaan ruang budidaya rumput laut per kapita adalah 1,08 ha. Berdasarkan identifikasi kesesuaian ruang perairan Gugus Pulau Salabangka Gambar 25 untuk budidaya rumput laut menunjukkan bahwa secara ekologis ruang perairan wilayah ini mengalami surplus, dengan kata lain bahwa kebutuhan ruang lebih kecil terhadap ketersediaan ruang perairan untuk budidaya rumput laut 161,51 ha 709,42 ha. Sebagaimana disebutkan dalam WWF 2005 bahwa suplus ekologi menunjukkan terdapat sisa ruang ekologi terhadap tingkat permintaan sumberdaya dalam suatu waktu tertentu atau disebut undershoot dimana tingkat konsumsi terhadap sumberdaya dibawah dari kemampuan ruang dalam menghasilkan sumberdaya. 100 200 300 400 500 600 700 800 Ecological Footprint Biocapacity L u a s H a Gambar 25 Perbandingan Ecological Footprint dan Biocapacity Budidaya Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka

5.2 Daya Dukung Ruang Ekologi untuk Pengembangan Rumput Laut

Secara umum, Gugus Pulau Salabangka memiliki potensi sumberdaya khususnya perikanan. Beberapa kegiatan pemanfaatan sumberdaya didaerah ini antara lain budidaya rumput laut, teripang, perikanan tangkap dan keramba jaring apung. Hal ini di dukung dengan kondisi perairan yang cukup baik dan ketersediaan yang cukup besar, namun saat ini pemanfaatan sumberdaya belum optimal. Imlikasinya terlihat dengan tingkat pendapatan yang masih rendah. Berdasarkan hasil analisis ruang ekologis dengan pendekatan EF, diperoleh bahwa daya dukung ruang ekologis untuk pengembangan budidaya rumput laut berdasarkan tingkat kebutuhan ruang ekologi belum optimal dan memiliki tingkat keberlanjutan. Belum optimalnya tingkat pemanfaatan sumberdaya PPK untuk budidaya rumput laut ditunjukkan dengan ketersediaan ruang perairan lebih besar dibandingkan tingkat pemanfaatan saat ini 1,08 ha kapita 0,06 hakapita, sebagaimana disajikan pada Gambar 26. Existing Biocapacity 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 100 200 300 400 500 600 700 800 Luasan Ha H a K a p it a Gambar 26 Daya Dukung Ruang Ekologi terhadap Pemanfaatan Ruang untuk Budidaya Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka Beberapa penyebab belum optimalnya pemanfaatan ruang untuk budidaya rumput laut antara lain kondisi lingkungan perairan yang dipengaruhi oleh musim, keterbatasan modal, dan rendahnya harga rumput laut. Terkait kondisi lingkungan dimana perairan Gugus Pulau Salabangka dipengaruhi oleh musim musim barat dan musim timur dengan bentuk topografi pantai relatif lebih datar sehingga berpengaruh terhadap pola tanam, selain itu pemanfaatan perairan yang tidak ramah lingkungan penangkapan ikan menggunakan racun dan bom; pengambilan karang berakibat menurunnya kualitan peraian yang mempengaruhi pertumbuhan biota rumput laut. Secara sosial, budidaya rumput laut telah dilakukan sejak lama dimana kegiatan ini dilakukan hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan rendahnya dukungan pemerintah terhadap kegiatan tersebut menyebabkan usaha ini dilakukan berdasarkan kemampuan modal pembudidaya. Berdasarkan hasil wawancara menyebutkan sumber modal untuk usaha budidaya rumput laut berasal dari modal sendiri 71,15 persen, pinjaman ke pengumpul 19,16 , koperasi 2,77 dan lainnya 6,32 . Sebagimana disebutkan bahwa budidaya rumput laut, baik dalam bentuk usaha rumah tangga maupun badan usaha, memerlukan modal antara lain untuk pengadaan bahan dan bibit yang jumlahnya ditentukan oleh metode, luas area budidaya dan target produksi serta upah tenaga kerja Anonim 1990.