Produktivitas Analisis Ruang Ekologis Pemanfaatan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Untuk Budidaya Rumput Laut (Studi Kasus Gugus Pulau Salabangka, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah)

gelombang dan arus. Sedangkan tingginya produktivitas di Pulau Waru-waru disebabkan wilayah perairan mendukung untuk pertumbuhan rumput laut, letaknya lebih terlindung dari gelombang dan arus sehingga penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun. Secara umum, produktivitas regional rumput laut di Gugus Pulau Salabangka sangat rendah. Beberapa faktor penyebab rendahnya produktivitas antara lain daerah lokasi budidaya merupakan lokasi daerah penangkapan ikan menggunakan potas, racun dan bom, kondisi perairan dipengaruhi oleh musim yang berpengaruh terhadap pola tanam rumput laut dan topografi pantai yang relatif lebih datar dengan kedalaman 1-5 meter serta kondisi substrat menentukan metode budidaya yang digunakan. Lebih lanjut menurut Hidayat 1994 dalam luasan 1 hektar budidaya rumput laut dengan mengunakan metode apung produksi rumput laut yang dihasilkan 504 ton berat basah atau 67,2 ton berat kering.

c. Impor-Ekspor

Dalam kegiatan ekonomi, PPK memiliki karatersitik tersendiri dimana adanya saling ketergantungan antara satu pulau dengan pulau yang lain dalam memenuhi kebutuhan suatu komiditas dan memiliki ketergantungan terhadap subsidi dari luar. Demikian halnya Gugus Pulau Salabangka, terjadi interaksi baik secara ekologi, sosial maupun ekonomi antara satu pulau dengan pulau yang lain. Diantaranya terdapat kegiatan pemafaatan sumberdaya perikanan berupa pemasaran hasil-hasil perikanan seperti ikan, rumput laut dan teripang. Khusus rumput laut hasil pemanfaatan hanya terbatas pada bahan mentah berupa rumput laut yang telah dikeringkan. Adrianto 2005 menjelaskan bahwa upaya peningkatan ketahanan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan daya dukung antar pulau. Dalam pendekatan EF, yang dimaksud komponen ruang ekologi adalah kegiatan impor – ekspor suatu komoditas. Lebih jelasnya kegiatan impor – ekspor rumput laut di Gugus Pulau Salabangka disajikan pada Gambar 21. Gambar 21 menunjukkan bahwa adanya kegiatan impor – ekspor rumput laut di Gugus Pulau Salabangka sebesar 5,15 tonha. Pada gugus ini, terdapat tiga pulau pengekspor rumput laut antara lain Pulau Padabale 3,51 tonha dengan tujuan Pulau Waru-waru, Pulau Bapa 1,24 tonha dengan tujuan ekspor Pulau Paku dan Pulau Waru-waru 0,40 tonha dengan tujuan Pulau Paku. Sedangkan Pulau paku, Waru-waru dan Pado-pado termasuk pulau pengimpor rumput laut penerima ekspor. 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 Paku Waru-waru Kaleroang Padabale Pado-pado Pulau Bapa Pulau T o n H a Impor Ekspor Gambar 21 Impor-Ekspor Rumput Laut Gugus Pulau Salabangka Kegiatan impor-ekspor menunjukkan bahwa adanya ketergantungan