1.5 3
4.5 6
K o
n se
n tr
a s
i m
g k
g
Gambar 3. Kandungan Cu pada contoh Air Laut
4.2. Kandungan Cu dalam Sedimen
Konsentrasi logam Cu pada sedimen juga menunjukkan nilai yang bervariasi pada setiap stasiun pengambilan contoh. Konsentrasi Cu pada perairan Jelengah
berkisar antara 1,39-5,13 mgkg. konsentrasi terendah ditemukan pada Stasiun 5 dan 6 yang berkisar antara 1,39-2,13 mgkg Gambar 4.
Gambar 4. Kandungan Cu pada Sedimen
0.002 0.004
0.006 0.008
0.01 0.012
K o
n s
e n
tr a
s i
m g
l
Variasi ini dapat disebabkan oleh berbagai macam proses, seperti pengenceran, absorbsi oleh partikel, terakumulasi dalam biota dan mengendap di
sedimen. Sedimen pada umunya merupakan area akumulasi semua senyawa. Berbagai macam proses yang dialami oleh logam berat dalam kolom air pada
akhirnya akan diendapkan dalam sedimen. Oleh karena itu sedimen dapat dijadikan sebagai record kejadian senyawa terlarut logam berat yang terjadi dalam
kolom air dalam kurun waktu lama Libes, 2009. Secara umum konsentrasi Cu relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
kisaran alami yaitu 5-30 mgkg Reseau National d’Observation, 1981 dalam Razak, 1986. Rendahnya konsentrasi diduga karena tekstur sedimen. Tekstur
sedimen liat memiliki kemampuan menahan logam berat lebih besar bila dibandingkan lanau atau pasir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Everaarts
1989.
4.3. Kandungan Cu dalam Kerang Kapak Pinna sp
Walaupun dalam konsentrasi tertentu dapat membahanyakan, logam Cu merupakan salah satu logam berat yang dibutuhkan dalam tubuh makhluk hidup
logam esensial. Hasil analisis rata-rata konsentrasi logam Cu pada kerang kapak di perairan Jelengah menunjukkan nilai konsentrasi rata-rata tertinggi terdapat
pada lokasi lebih dalam 1-2 m yang bernilai 3,713 mgkg dengan kisaran nilai pengamatan
1,98
mgkg sampai
3,713
mgkg Tabel 4. Secara alamiah kandungan Cu pada kerang-kerangan umumnya sangat sedikit
misalnya pada jenis Mylitus edulis konsentrasinya 0.004 mgkg Gosling, 1992. Jika dibandingkan dengan kandungan alami, konsentrasi Cu pada kerang kapak
cukup tinggi kurang lebih 746 kali lipat. Penelitian kandungan logam Cu di dalam kerang telah dilakukan sebelumnya misalnya pada tahun 2001 di Teluk Banten
didapatkan kandungan Cu pada kerang hijau berukuran besar, sedang, dan kecil berkisar antara 1,702-8,636 mgkg dengan rata-rata 4,165 mgkg, 1,116-10,863
mgkg dengan rata-rata 4,954 mgkg dan 0,850-10,207 dengan rata-rata 5,256 mgkg Jumariyah, 2001, pada tahun 2005 di lingkungan wilayah tambang
Sekongkang, Maluk dan Tua Nanga Kabupaten Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat didapatkan kandungan Cu dari enam jenis kerang berbeda yang berkisar
0,76-26,0 mgkg dengan rata-rata 8,588 mgkg Inswiasri et al., 2005 dan pada tahun 2006 di perairan pesisir Dumai, Provinsi Riau didapat kandungan Cu pada
kerang lokan berkisar antara 1,3-25,6 mgkg dengan rata-rata 13,2 mgkg Anggraini, 2006. Beberapa contoh hasil pengamatan Cu ini menunjukkan
konsentrasi Cu umumnya lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi Cu pada kerang kapak di wilayah Jelengah. Bervariasinya nilai Cu diduga karena
kondisi wilayah, ukuran kerang dan aktivitas yang ada di sekitar. Tabel 4. Rata-rata Kandungan Cu pada Kerang kapak
Kedalaman Kisaran nilai Kandungan
Cu
mgkg
Rata-rata Kandungan Cu
mgkg
0-0,5 m 1,52-2,44
1,98 0,5-1 m
2,7-4,02 3,263
1-2 m 0,69-
6,66 3,713
Nilai Baku Mutu 20
: SK. Ditjen POM Depkes RI No.03725BSK1989 Untuk Biota Konsumsi
Keberadaan logam Cu dalam kerang kapak belum melebihi nilai maksimum yang diperbolehkan yaitu 20 mgkg SK. Ditjen POM Depkes RI
No.03725BSK1989 Untuk Biota Konsumsi. Namun, mengkonsumsi kerang yang sudah tercemar oleh logam berat perlu diwaspadai mengingat sifat dari
logam yang dapat terakumulasi dalam organ tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan relatif lama.
Kandungan Cu dalam kerang salah satunya berasal dari rantai makanan. Seperti yang diketahui bahwa kerang bersifat panyaring plankton filter feeder
dan pemakan detritus detrivora. Fitoplanton yang merupakan awal dari rantai makanan mengabsorpsi ion-ion logam Cu yang terlarut dalam air, kemudian
fitoplankton dimakan oleh zooplankton, zooplankton dimakan oleh organisme kecil dan selanjutnya dimakan oleh organisme yang lebih besar Hutagalung,
1991. 4.4. Fraksinasi Ukuran Sedimen
Presentase fraksi sedimen di semua lokasi stasiun penelitian didominasi oleh fraksi pasir dan fraksi pasir sangat kasar. Komponen fraksi batu atau kerikil
memiliki kisaran nilai 4,68-33,17, fraksi pasir sangat kasar 20,06-64,01, fraksi pasir kasar 16,23-44,23, fraksi pasir medium 1,8-14,84, fraksi pasir halus
0,59-16,87, fraksi lanau 0,02-0,11, dan fraksi liat 0,03-0,1 Gambar 5. Kondisi sedimen umumnya berwarna putih dengan bentuk bulat bercampur
dengan pecahan karang. Ukuran butiran sedimen di lokasi penelitian diperkirakan berasal dari materi
yang ada di lingkungan sekitarnya pada saat pembentukan sedimen, seperti
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
Liat Lanau
Pasir halus Pasir m edium
Pasir kasar Pasir sangat kasar
Residu Kerikil, kraka dll
Lithougenus yang merupakan komponen sedimen yang berasal dari daratan seperti proses abrasi atau erosi dan juga dari laut berupa pecahan karang yang
terbawa oleh arus.
Gambar 5. Komposisi fraksi sedimen di lokasi pengamatan perairan Jelengah
Faktor lain yang mempengaruhi ukuran butiran adalah mekanisme transport material sedimen yang akan menentukan variasi pengendapan yang terjadi
Rachman, 2008. Ukuran partikel sedimen yang kasar akan dengan mudah diendapkan, tetapi untuk ukuran yang halus termasuk lanau dan liat lebih lama
terendapkan karena terbawa arus menjauh dari pantai. Penelitian ini didominasi oleh pasir kasar pada Stasiun 1, 2, 4, dan 7 dan pasir sangat kasar pada Stasiun 3,
5, 6, 8 dan 9, yang mengindikasikan kondisi aliran relatif lebih dinamis, sehingga kurang mampu mengendapkan komponen halus.
4.5. Kualitas Air Perairan Jelengah