Penentuan stasiun penelitian Analisis fraksi sedimen

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat dan bahan pengambilan sampel di lapang Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel di lapang adalah water quality checker YSI model 63, cool box, meteran, papan berskala, kertas label, kantong plastik, sekop, saringan, botol sampel, Global Positioning System GPS, dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan di lapangan adalah asam nitrat HNO 3 dan es batu.

3.2.2. Alat dan bahan pada laboratorium

Alat yang digunakan di laboratorium meliputi corong pisah teflon, oven, hot plate , labu takar, sendok plastik, pinset, gelas ukur, desikator, kertas saring 0.45 µm, seperangkat Spektroskopi Serapan Atom SSA tipe AA-7000 dengan ketelitian alat 0,005 mgl, dan ayakan bertingkat OSK 9996 ukuran 2 mm, 1 mm, 0.5 mm dan 0.25 mm. Bahan-bahan yang digunakan meliputi: sampel kerang kapak, air laut, sedimen, aquades, asam nitrat HNO 3 , penahan acetis, APDC Ammonium Pyrrolidine Dithiocorbamate 1, MIBK Methyl Isobutyl Keton, HCL dan H 2 O 2 30 .

3.3. Pengambilan Data

3.3.1. Penentuan stasiun penelitian

Penentuan stasiun penelitian dilakukan pada saat di Jelengah dengan melihat keberadaan dominan kerang kapak pada wilayah tersebut. 3.3.2. Pengambilan sampel 3.3.2.1. Pengambilan contoh Sampel diambil dari setiap stasiun yang telah ditentukan. Pengambilan sampel biota dan air laut, dilakukan pada saat air mulai surut. Sampel biota yang dibutuhkan untuk analisis logam berat sebanyak 6 gram berat basah daging kerang kapak 3-6 ekor. Jumlah sampel air yang diambil berjumlah ± 250 ml dan dimasukkan ke dalam botol polietilen yang telah diberi label, selanjutnya sampel disaring dengan menggunakan kertas saring nekleopor 0, 45 µm. Tujuan penyaringan adalah memisahkan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Setelah penyaringan contoh air di awetkan dengan menggunakan HNO 3 pekat hingga nilai pH contoh air laut berada di bawah dua, kemudian disimpan dalam pendingin cool box. Sampel kerang di ambil dengan menggunakan tangan dan sampel dimasukan ke dalam plastik yang telah diberi label, disimpan dalam pendingin cool box. Sampel sedimen diambil langsung dan dimasukkan ke dalam botol sedimen selanjutnya disimpan dalam pendingin cool box. Kemudian sampel air sedimen dan kerang dibawah ke laboratorium untuk dianalisis.

3.3.2.2. Kualitas air

Data kualitas air diukur secara insitu dengan menggunakan water quality checker . Alat tersebut mengukur kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, dan tingkat keasaman pH. Water quality checker terdiri dari probe yang didalamnya terdapat sensor untuk mendeteksi kualitas air, kemudian probe tersebut dimasukan ke dalam air sedangkan untuk kekeruhan menggunakan turbiditi-meter. 3.3.3. Metode analisis logam berat 3.3.3.1. Analisis air laut Contoh air laut yang telah disaring sebanyak 250 ml, ditambahkan 5 ml penahan acetis dan 5 ml Ammonium Pyrrolidine Dithiocorbamate APDC 1 kemudian dikocok selama ± 1 menit. Contoh kemudian ditambahkan 10 ml Methyl Isobutyl Keton MIBK dikocok selama ± 1 menit, kemudian didiamkan sampai terdapat dua fase yaitu fase organik bagian atas dan fase anorganik bagian bawah, selanjutnya fase yang digunakan kembali adalah fase organik. Contoh kemudian ditambahkan air suling 10 ml pada corong pisah yang mengandung fase organik dikocok selama ± 1 menit, kemudian didiamkan sampai terbentuk fase organik dan anorganik kembali dan yang digunakan kembali adalah fase organik. Setelah itu contoh ditambahkan 1 ml HNO 3 pekat lalu dikocok selama ± 1 menit dan didiamkan selama 60 menit, contoh kemudian ditambahkan 19 ml air suling dan dikocok ± 1 menit. Setelah itu terdapat fase organik dan anorganik kembali, selanjutnya fase anorganik disimpan dalam botol polyetilen sebelum dilakukan pengukuran dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry AAS Hutagalung et al., 1997.

3.3.3.2. Analisis sedimen

Analisi logam Cu pada sampel sedimen dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan MSP FPIK IPB. Tahapan awal analisis adalah sampel sedimen dikeringkan pada suhu 105 °C selama 24 jam dan didinginkan pada desikator, setelah itu sampel digerus sampai hancur, kemudian ditimbang seberat 1 gram berat kering. Sedimen kemudian ditambahkan HNO 3 dan HCL masing- masing sebanyak 5 ml. Setelah itu dipanaskan kembali pada hot plate sampai volumenya menurun hingga 1 ml. Sampel sedimen kemudian diencerkan dengan aquades 100 ml dan diaduk. Kemudian sampel disaring dengan kertas saring 0.45 µm. Setelah disaring sampel dimasukkan ke dalam botol berukuran 100 ml untuk dilakukan pengukuran dengan menggunakan AAS Atomic Absorption Spectrophotometry SNI, 2004.

3.3.3.3. Analisis kerang

Tahapan awal analisis adalah sampel kerang dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 24 jam setelah itu didinginkan dalam desikator. Kemudian sampel ditimbang sebanyak 1 gram berat kering. Sampel selanjutnya ditambahkan HNO 3 dan HCL masing-masing sebanyak 5 ml, setelah itu dipanaskan kembali pada hot plate sampai volumenya menurun hingga 1 ml. Sampel kemudian diencerkan dengan menambahkan aquades 100 ml dan diaduk. Kemudian sampel disaring dengan kertas saring 0.45 µm. Setelah disaring, sampel di masukkan ke dalam botol berukuran 100 ml untuk dilakukan pengukuran dengan menggunakan AAS Atomic Absorption Spectrophotometry SNI, 2011.

3.3.4. Analisis fraksi sedimen

Analisi fraksi sedimen dilakukan di Laboratorium Lingkungan BDP FPIK dengan menggunakan ayakan mekanik yang masing-masing memiliki ukuran bukaan 2 mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,25 mm dan saringan yang berukuran 0,05 mm untuk memisahkan tahap akhir dari fraksi pasir, sedangkan untuk lanau dan liat menggunakan metode pipet. Pada metode ini butiran sedimen diklasifikasikan berdasarkan Wentworth Scale Wibisono, 2005. Tahapan awal analisis ukuran butiran sedimen ini adalah sampel sedimen dipindahkan dalam wadah untuk dipanaskan. Sedimen yang telah kering selanjutnya dituangkan ke dalam ayakan dan hasil dari ayakan ini dipisahkan berdasarkan fraksi butiran yang berbeda yaitu kerikil 2 mm, pasir sangat kasar 1-2 mm, pasir kasar 0,5-1 mm, pasir medium 0,25-0,5 mm, pasir halus 0,05-0.,25 mm, lanau 0.,005 mm dan liat 0,004 mm. Sisa dari proses penyaringan ayakan, sedimen dipindahkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan 25 ml H 2 O 2 30 dan dipanaskan pada hot plate sampai mendidih kemudian didinginkan beberapa menit. Setelah itu sampel disaring dengan saringan yang berukuran 0.05 mm. Pasir yang tersisa dalam saringan dimasukkan ke dalam cawan yang sebelumnya cawan ini sudah di oven dan di timbang berat kosongnya. Proses selanjutnya cawan yang telah berisi pasir di oven kembali sampai kering, setelah itu cawan ditimbang kembali. Proses ini merupakan proses tahap akhir dari fraksi pasir. Sampel yang lolos dari saringan yang berukuran 0.05 mm masukkan ke dalam gelas ukur berukuran 500 ml dan ditambahkan air sampai 400 ml. Sampel kemudian dikocok 20 kali dan diamkan ± 20 detik. Setelah itu pipet 25 ml ke dalam cawan yang sebelumnya cawan ini sudah di oven dan ditimbang berat kosongnya. Selanjutnya cawan di oven kembali sampai kering. Setelah itu cawan ditimbang untuk mengetahui berat dari fraksi lanau. Sisa di dalam gelas ukur 500 ml kemudian didiamkan selama 4 jam untuk dianalisis fraksi liat. Setelah itu pipet 25 ml dimasukkan ke dalam cawan yang sebelumnya cawan ini sudah di oven dan ditimbang berat kosongnya. Selanjutnya cawan di oven kembali sampai kering. Setelah itu cawan ditimbang untuk mengetahui berat dari fraksi liat Kurnia et al., 2006.

3.3.5. Analisis data