Industri Pengolahan kayu Tradisional

Hasil pengukuran konsentrasi debu jatuh dan TSP dari industri semen, pengolahan kayu dan pembakaran batu kapur menunjukkan bahwa industri yang memiliki sistem pengelolaan udara contohnya memasang penyaring udara menghasilkan debu jatuh dan TSP yang paling sedikit. Sedangkan industri tradisional yang tidak memiliki sistem pengelolaan udara menghasilkan debu jatuh dan TSP yang lebih besar bahkan melebihi baku mutu. Tinggi rendahnya konsentrasi debu dan TSP juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah arah hembusan angin, kecepatan angin, dan vegetasi di lokasi pengambilan contoh uji.

3.2 Bentuk Debu Jatuh yang Berasal dari Kegiatan Industri

Berdasarkan pengamatan menggunakan gambar yang dihasilkan dari SEM, debu jatuh yang berasal dari semen memiliki bentuk relatif bulat namun permukaannya tidak rata. Selain bulat, sebagian partikel semen berbentuk lonjong dan tidak beraturan. Dalam Gambar 9 terlihat susunan partikel yang saling menumpuk dan menyatu. Hal tersebut menunjukkan partikel semen memiliki ikatan yang kuat antar partikel disebabkan oleh sifat higroskopis semen, yaitu sifat mudah menyerap air. Ikatan antar partikel semen sangat mudah terbentuk karena didukung oleh ukuran partikel yang kecil sehingga memiliki luas permukaan yang besar untuk saling menempel. Untuk melihat satu partikel tunggal pada semen cukup sulit karena hampir seluruh partikel menyatu dengan partikel lainnya dan membentuk susunan yang lebih padat. Thomas et al. 2010, Marotta 2006, serta Xu dan Chen 2012 menyebutkan bahwa pada skala mikroskopis dan mesoskopis, bahan berbasis semen terdiri dari kemasan acak butir anisotropi atau keadaan yang menunjukkan sifat yang berbeda antar butirnya. Gambar 9 Debu jatuh semen dilihat dengan perbesaran 7500 x menggunakan SEM Berbeda dengan debu jatuh yang berasal dari semen, debu jatuh hasil pengolahan kayu memiliki ukuran yang relatif lebih besar Gambar 10. Bentuk partikel dari serbuk kayu lebih jelas dibandingkan dengan debu jatuh yang berasal dari semen karena debu jatuh hasil pengolahan kayu ini tidak saling menempel satu dengan yang lainnya. Debu jatuh yang berasal dari kegiatan pengolahan kayu berbentuk tidak beraturan, secara umun strukturnya berongga dan bentukya memanjang serta memiliki permukaan yang kasar. Gambar 10 Debu jatuh hasil pengolahan kayu dilihat dengan perbesaran 75 x menggunakan SEM Debu jatuh yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran batu kapur memiliki sifat yang sama dengan debu jatuh yang berasal dari industri semen yaitu sifat higroskopisnya. Partikel debu jatuh yang berasal dari pembakaran batu kapur juga saling menempel satu dengan yang lainnya, namun dibandingkan dengan semen partikel dari pembakaran batu kapur ini berukuran lebih besar. Oleh karena itu bentuk partikel tunggal dari debu jatuh hasil pembakaran batu kapur lebih mudah untuk diamati. Bentuk partikel debu jatuh yang dihasilkan dari pembakaran batu kapur adalah bulat dan lonjong. Beberapa bagian menunjukkan adanya bentuk serat pada susunan partikelnya walaupun hanya sebagian kecil saja Gambar 11. a b Gambar 11 Debu jatuh hasil pembakaran batu kapur dilihat dengan perbesaran 2000 x a dan 5000 x b menggunakan SEM Formenti et al. 2011 menyebutkan kecepatan pengendapan partikulat berbanding lurus dengan semakin besarnya bentuk spiral, dengan kata lain partikel yang berbentuk flat akan berpindah lebih jauh dibandingkan partikulat yang berbentuk spiral. Partikel dengan tepi tajam dan permukaan yang kasar akan sangat kompleks karakter deposisi dan efek kesehatannya dibandingkan dengan partikel berbentuk bulat Kruell et al. 2013. Godish 2004 menyebutkan bentuk partikulat biasanya ditentukan oleh komposisi kimia partikulat dan proses yang membentuknya. Partikulat dapat terbentuk satu persatu seperti partikulat yang berasal dari pengolahan kayu atau membentuk agregat yang pada akhirnya muncul sebagai satu partikulat kompak seperti partikel yang berasal dari semen dan kapur.