Simulasi Konsentrasi Emisi dari Cerobong Gaussian Plume Model

Pengamatan bentuk debu jatuh dari industri dilakukan dengan menggunakan scanning electron microscope SEM. Pengamatan ini menggunakan contoh semen, debu jatuh hasil pengolahan kayu, dan debu jatuh hasil pembakaran batu kapur dalam keadaan kering. Pengamatan ini dilakukan untuk mendapatkan citra debu yang spesifik dan jelas dari masing-masing industri. Pengukuran distribusi frekuensi ukuran debu jatuh dari setiap industri dilakukan dengan menggunakan gambar optis yang telah dihasilkan dari SEM. Berdasarkan gambar optis yang diperoleh dari SEM, dapat dihitung ukuran partikel dan dikelompokkan berdasarkan rentang ukuran tertentu. Pengukuran distribusi frekuensi ukuran debu jatuh dilakukan dengan cara mengukur setiap partikel pada bidang pandang mikroskop seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 6 Contoh pengukuran partikel untuk distribusi frekuensi ukuran debu jatuh 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Secara garis besar penelitian ini menunjukkan karakteristik fisik debu jatuh dan partikel tersuspensi dari industri semen, pengolahan kayu, dan pembakaran batu kapur yang meliputi konsentrasi debu jatuh, konsentrasi TSP, bentuk partikel debu jatuh, serta distribusi frekuensi ukuran debu jatuh. Hal-hal tersebut diperlukan untuk menggambarkan kualitas udara dan memperkirakan dampaknya terhadap kesehatan manusia. 3.1 Kondisi Umum Kegiatan Produksi di Industri 3.1.1 Industri semen PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Dalam Laporan Akhir Rencana Pengelolaan Lingkungan 2003, disebutkan bahwa secara umum semen diproduksi melalui pyro-processing selected dengan menggunakan bahan baku yang telah dipersiapkan dan menggiling halus clinker lempung yang terbakar yang dihasilkan. Semen portland memerlukan empat komponen bahan kimia penting untuk mencapai komposisi kimia yang paling tepat. Bahan kimia tersebut adalah batu kapur, pasir kwarsa, alumina tanah lempung, dan oksida besi biji besi, sedangkan untuk memperlambat perkerasan semen maka ditambahkan gyps selama tahap penggilingan halus. Pada tahap pembakaran, bahan baku yang telah disiapkan sebelumnya diubah menjadi cement clinker. Proses tersebut berlangsung dalam tanur-tanur putar melalui pembakaran terkontrol dengan menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak diesel, atau bahan bakar alternatif. Bahan bakar yang paling umum digunakan oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk adalah batu bara. Pabrik Plant-3 milik PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk merupakan pabrik yang memproduksi semen portland dengan kapasitas produksi pabrik sebanyak 1 024 000 ton clinkertahun. Tinggi cerobong tanur pada Plant-3 adalah 37 meter dengan diameter 3.20 meter. Aliran gas yang keluar dari cerobong tanur adalah 224 000 – 282 000 Nm 3 hari dan temperatur dalam tanur adalah 106ºC.

3.1.2 Industri Pengolahan kayu Tradisional

Industri pengolahan kayu yang menjadi objek penelitian ini adalah industri pengolahan kayu tradisional yang memproduksi wadah atau wooden pallette untuk kaca. Kayu yang digunakan dalam industri ini adalah kayu jeunjing atau dalam istilah Jawa adalah sengon laut, sedangkan nama latinnya adalah Paraserianthes falcataria. Kayu jeunjing termasuk dalam kelas awet IVV dan kelas kuat IVV dengan berat jenis 0.33 gramcm 3 . Industri pengolahan kayu ini menggunakan dua gergaji mesin untuk memotong kayu. Mesin gergaji utama digunakan untuk memotong batang kayu yang masih utuh sedangkan mesin gergaji kedua dengan ukuran yang lebih kecil digunakan untuk memotong kayu yang sudah berbentuk persegi. Batang kayu pohon jeunjing utuh yang digunakan sebagai bahan baku memiliki panjang rata- rata 4 meter. Dalam sehari industri pengolahan kayu yang menjadi objek penelitian menghabiskan sekitar 60 m 3 kayu jeunjing utuh dan membuat 70 buah pallette untuk kaca. 3.1.3 Industri Pembakaran Batu Kapur Tradisional Industri pembakaran batu kapur yang menjadi objek penelitian adalah industri non-formal yang berada di Bogor. Pada dasarnya proses pembakaran batu kapur adalah proses dekomposisi CaCO 3 batu kapur dan proses melepas CO 2 ke udara Yulaekah 2007. Proses pembuatan kapur dilakukan dengan cara pembakaran batu kapur di dalam tungku atau disebut juga dengan tobong. Lapisan materi di dalam tobong berturut-turut dari dasar tobong adalah arang, batu kapur, dan yang paling atas diisi dengan garam. Batu kapur dihancurkan sampai ukuran yang lebih kecil, kemudian dibakar di dalam tobong selama. Dalam proses pembakaran kalsinasi pada suhu 900-1000 ºC ini, CaCO 3 diuraikan menjadi CaO dan CO 2 CO 2 lepas ke udara. Tahap selanjutnya adalah tahap penyiraman oleh air, pada tahap ini batu kapur yang semula keras akan berubah menjadi bubuk kapur kapur padam. Pada tahap penyiraman ini dihasilkan banyak kalor ke udara, setelah proses pendinginan kapur siap untuk dikemas. Industri non-formal pembakaran batu kapur yang menjadi objek penelitian menggunakan arang dan ban bekas sebagai bahan bakar untuk proses kalsinasi batu kapur. Dalam satu kali proses pemanenan untuk menghasilkan 100 m 3 kapur diperlukan sekitar 165 m 3 arang dan 300 buah ban bekas. Rata-rata pemanenan