Kualitas air Hasil .1 Pertumbuhan bobot

setiap penambahan waktu satu menit waktu paparan medan listrik akan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup sebesar 6,5812. Parameter uji yang diamati adalah kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, panjang mutlak, rasio PUPT, dan efisiensi pakan. Parameter uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter uji yang diamati pada setiap perlakuan hingga akhir pemeliharaan ikan gurame Osphronemous gouramy Perlakuan No. Paramater 0 2 4 6 1 Kelangsungan Hidup 81,25± 6,25 a 64,58±7,22 ab 56,25±8,83 b 47,92±3,61 b 2 Laju Pertumbuhan Harian 2,89±1,7 a 3,03±2,04 a 3,03±1,8 a 2,77±1,6 a 3 Panjang Mutlak cm 2,66±1,05 a 2,87±1,19 a 2,80±1,12 a 2,44±0,99 a 4 Rasio PUPT 1,32±0,17 a 1,24±0,08 a 1,25±0,21 a 1,21±0,07 a 5 Efisiensi Pakan 99,03±9,93 a 79,36±5,03 a 80,50±3,04 a 87,16±2,49 a Keterangan: Huruf yang sama menunjukan tidak ada perbedaaan yang nyata antara perlakuan pada P0,05

4.1.6 Kualitas air

Kualitas air merupakan faktor kimia yang dapat mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan selama pemeliharaan dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil dari perlakuan yang diberikan. Kualitas air media pemeliharaan ikan gurame selama 40 hari dapat dilihat pada Tabel 3. nilai laju pertumbuhan dan panjang mutlak sebesar 2,89±1,7 ghari dan nilai panjang mutlak sebesar 2,66±1,05 cm. Penggunaan media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt merupakan keadaan isotoosmotik bagi ikan secara umum, termasuk ikan gurame. Energi yang berasal dari makanan, akan digunakan untuk proses osmeregulasi, setelah itu baru digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada keadaan isoosmotik, energi yang digunakan untuk osomoregulasi akan digunakan untuk pertumbuhan, karena kondisi konsentrasi cairan dalam tubuh ikan sama dengan media. Fathony 2004 diacu dalam Nuryandani 2005 mengatakan bahwa radiasi medan listrik akan lebih banyak diserap oleh bagian tubuh yang konstan dielektriknya tinggi atau bisa disebut juga pada bagian tubuh yang memiliki kandungan air cukup tinggi, yaitu pada bagian otak, otot, dan jaringan lainnya dengan kadar air yang tinggi. Keadaan paparan radiasi akan tergantung dari sumber radiasi dan sifat–sifat elektrik tubuh. Usus halus tersusun dari otot-otot yang dapat teradiasi oleh medan listrik, sehingga diduga dengan adanya paparan medan listrik kinerja usus dapat meningkat. Meningkatkan kerja usus jadi lebih baik, akan menyebabkan penyerapan yang terjadi didalamnya menjadi lebih lancar. Sari-sari makanan yang diserap dari usus selanjutnya akan ditransportasikan keseluruh tubuh oleh darah. Muatan listrik bebas yang ditimbulkan oleh sumber medan listrik akan mempengaruhi muatan lain disekitarnya dalam bentuk gaya elektrostatik. Nair 1989 menyatakan bahwa zona-zona medan listrik menyebabkan muatan-muatan listrik bebas yang berada pada ion kaya cairan di dalam tubuh ikan ikut bergerak. Hal ini menyebabkan pergerakan ion-ion dan darah dalam tubuh ikan semakin lancar. Akibatnya penyerapan sari-sari makanan dalam usus yang selanjutnya akan ditransportasikan oleh darah menjadi lebih lancar. Kinerja usus yang meningkat dan sirkulasi darah yang semakin lancar berakibat pada pertumbuhan yang lebih baik. Namun pengamatan selama pemeliharaan menunjukkan bahwa ikan gurame yang diberi paparan medan listrik meningkat agresivitasnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu karena ikan stress terjadi persaingan dalam memperoleh makanan. Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh total PUPT pada kontrol cenderung lebih tinggi daripada PUPT pada perlakuan 2, 4, dan 6 menit yaitu 1,32±0,17. PUPT pada perlakuan 2 menit sebesar 1,24±0,08, pada perlakuan 4 menit 1,25±0,21, dan pada perlakuan 6 menit yaitu 1,21±0,07 cm. PUPT awal pemeliharaan adalah 1,1 cm. Affandi 1993 menyatakan bahwa usus pada ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna, hal ini disebabkan adanya perubahan karakter ikan gurame yang bersifat karnivora ke karakter ikan yang bersifat ikan omnivora atau herbivora. Rasio PUPT pada ikan gurame yang memiliki panjang tubuh 3,8 – 5,5 cm berkisar antara 0,62 – 1,02, sedangkan pada ikan yang memiliki panjang tubuh antara 8.9 – 11.9 memiliki rasio panjang usus terhadap panjang tubuhnya 1,11 – 1,64. Nuryandani 2005 menyebutkan bahwa rangsangan berupa medan listrik dapat meningkatkan kontraksi otot polos pada usus. Suarga 2006 diacu dalam Aini 2008 menyatakan bahwa salah satu ciri fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang. Pemberian pakan sebelum diberi medan listrik dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja usus. Pada saat ikan makan sebelum di beri medan listrik, ada selang waktu antara makanan yang telah dimakan untuk mencapai usus, sehingga saat ikan selesai diberi perlakuan, usus akan mengolah makanan yang telah ada didalamnya. Meningkatnya kontraksi usus, maka pakan yang telah ada di usus akan dicerna lebih maksimal. Suarga 2006 diacu dalam Aini 2008 menyatakan bahwa salah satu ciri fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang. Kontraksi usus yang meningkat karena diberi paparan medan listrik dan adanya pakan sebagai objek pencernaan dalam usus, mengakibatkan perubahan panjang dan tegangan yang terjadi menjadi lebih besar jika dibandingkan pada kondisi kerja usus normal tanpa paparan medan listrik. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi diberi paparan medan listrik, perubahan panjang yang terjadi lebih kecil daripada pada keadaan normal. Hal ini diduga karena ikan gurame yang bersifat teritori, meningkat sifat agresivitasnya, sehingga ikan lebih cenderung untuk mempertahankan lingkungan kekuasaannya dan menyerang ikan-ikan lain disekitarnya daripada untuk makan. Akibatnya pakan yang dimakan sedikit. Uji statistik ANOVA pada selang kepercayaan 95 data tingkat kelangsungan hidup memberikan hasil yang berbeda nyata. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antara perlakuan kontrol dengan perlakuan 4 dan 6 menit memberikan hasil yang berbeda nyata. Nilai tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol dan 2 menit masing-masing adalah 81,25±6,25 dan 64,58±7,22, sedangkan pada perlakuan 4 dan 6 menit masing-masing memiliki nilai tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,25±8,83 dan 47,92±3,61. Pemberian medan listrik akan meningkatkan agresivitas dari ikan uji. Hal ini terlihat selama pemeliharaan, ikan-ikan dalam satu perlakuan saling menyerang. Banyak ikan yang mati dengan ciri-ciri sirip-siripnya telah habis dan kehilangan organ mata. Ikan gurame merupakan ikan yang bersifat teritori. Meningkatnya tingkat agresivitas pada ikan uji menyebabkan ikan lebih rakus untuk makan. Akibatnya terjadi persaingan untuk mendapatkan makanan. Persaingan yang ditimbulkan akan menyebabkan ikan stress, karena muncul ikan-ikan yang dominan dan yang kalah. Ikan yang dominan akan tumbuh dan dapat bertahan hidup hingga akhir pemeliharaan, sedangkan ikan yang kalah akan mati. Selain mengakibatkan stress dan kematian, persaingan tersebut juga mengakibatkan ketidak seragaman pada ikan uji selama pemeliharaan. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi dan pengamatan selama pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup SR dari perlakuan 2 menit hingga 6 menit mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama media pemeliharaan ikan gurame yang bersalinitas 3 ppt diberi paparan medan listrik, maka tingkat kelangsungan hidup dan keseragaman ikan akan semakin rendah. Nilai efisiensi pemberian pakan menunjukan bobot basah daging yang dihasilkan per satuan bobot kering pakan yang diberikan. Uji statistik ANOVA pada selang kepercayaan 95 data efisiensi pemberian pakan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Efisiensi pemberian pakan berkisar antara 79 - 99. Nilai efisiensi pemebrian pakan pada perlakuan kontrol cenderung lebih tinggi disbanding dengan pada perlakuan lain yaitu sebesar 99,03±9,93. Efisiensi pemberian pakan pada perlakuan 2 menit adalah 79,36±5,03, pada perlakuan 4 menit yaitu 80,50±3,04 dan pada perlakuan 6 menit memiliki nilai EPP sebesar 87,16±2,49. Perbedaan nilai efisiensi pemberian pakan disebabkan adanya stress sehingga menurunkan keagresifan ikan dalam kegiatan makan Bardach et. al. 1972 diacu dalam Rahmadani 2007. Nuryandani 2005 menyebutkan bahwa pemberian perlakuan berupa medan listrik dapat meningkatkan aktivitas kerja dari usus kelinci pada bagian duodenum, jejunum dan ileum. Meningkatnya aktivitas usus pada kelinci dijadikan acuan dasar dilakukannya penelitian yang serupa namun pada ikan gurame yang pertumbuhannya lambat. Peningkatan aktivitas usus dapat meningkatkan proses pencernaan makanan menjadi lebih baik, sehingga sebagian besar energi yang berasal dari pakan akan lebih banyak diubah menjadi daging. Ketika sebagian besar pakan yang diberikan diubah menjadi daging, maka dapat dikatakan bahwa efisiensi pakan lebih baik. Ikan yang diberi paparan medan listrik mengalami stres karena timbul persaingan mendapatkan makanan. Ikan yang dominan akan mendapat makanan lebih dibanding ikan yang tidak dominan. Akibatnya ikan yang kurang dominan makan lebih sedikit dan nilai efisiensinya lebih rendah. Pada parameter PUPT, tingkat kelangsungan hidup, dan efisiensi pemberian pakan terlihat bahwa kontrol memiliki nilai yang tertinggi, walaupun setelah diuji statistik ANOVA pada parameter PUPT dan efisiensi pemberian pakan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Paparan medan listrik meningkatkan agresivitas ikan. Pada kontrol yang tidak diberi paparan medan lsitrik, ikan-ikan cenderung normal. Hal ini dapat terlihat dari tingkat kelangsungan hidupnya yang mencapai 81,25±6,25. Ikan gurame secara alamiah bersifat teritori mempertahankan lingkungan kekuasaannya dan adanya peningkatan agresivitas akibat dari paparan medan listrik menyebabkan terjadinya peningkatan stress pada ikan uji yang diberi paparan medan listrik. Tingginya tingkat kelangsungan hidup disebabkan ikan uji yang dipelihara pada kontrol tidak mengalami stress seperti yang terjadi pada ikan uji yang dipelihara pada media yang diberi paparan medan listrik. Tingkat agresivitas pada kontrol tidak meningkat, sehingga ikan cenderung memiliki tingkat kekuasaan atau dominasi yang sama, sehingga tingkat penyerangan selama pemeliharaan juga sangat kecil. Hal tersebut terlihat selama pengamatan selama pemeliharaan. Rendahnya tingkat stress juga berpengaruh terhadap nilai efisiensi pakan yang diberikan. Efisiensi pakan pada kontrol yaitu sebesar 99,03±9,93. Seperti yang dinyatakan oleh Bardach et. al. 1972 diacu dalam Rahmadani 2007 bahwa nilai efisiensi pakan dipengaruhi oleh tingkat stress ikan yang menyebabkan perbedaan nilai efisiensi pakan tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin rendah tingkat stress ikan pada media bersalinitas maka nilai efisiensi pakan pada ikan uji juga semakin tinggi. Tingginya nilai efisiensi pakan akan berpengaruh kepada kontraksi pada usus selama pencernaan. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan berarti semakin tinggi pakan yang dicerna dan diubah menjadi daging. Semakin tinggi pakan yang dicerna berarti semakin berat kerja usus, sehingga kontraksi pada usus akan semakin tinggi. Akibatnya nilai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh menjadi lebih besar. Pada penelitian ini ikan dipelihara dari ukuran 4,27 cm hingga mencapai 6-7 cm. Berdasarkan ukuran pasar, ikan yang dipanen termasuk dalam satu ukuran yaitu korek 5-7 cm dengan harga Rp. 1300, 00 per ekor. Berdasarkan hasil analisis penerimaan menunjukkan penerimaan pada kontrol lebih banyak yaitu Rp. 50.700, 00, sedangkan penerimaan paling sedikit terdapat pada perlakuan pemaparan medan listrik selama 4 menit yaitu Rp. 26.000, 00. Kualitas air media pemeliharaan yang diamati selama penelitian adalah suhu, oksigen terlarut, pH, daya hantar listrik, kadar ammonia, kadar nitrit, kesadahan, dan alkalinitas. Suhu didefinisikan sebagai derajat panas atau dingin suatu perairan. Suhu beperan sebagai pengontrol faktor di perairan. Meningkat atau menurunnya suhu akan berkibat terhadap proses metabolisme dalam tubuh ikan. Berdasarkaan Standar Nasional Indonesia SNI No. 01-6485.3-2000, suhu yang ideal untuk pemeliharaan berkisar antara 25 - 30 C. Suhu selama pengamatan berkisara antara 26 - 28 C. Hasil pengamatan teersebut sesuai dengan yang ada pada SNI : 01-6485.3-2000, hal ini berarti suhu selama pemeliharaan ideal untuk kehidupan ikan gurame. Oksigen terlarut dissolved oxygen didefinisikan oksigen yang larut dalam air. Oksigen terlarut dissolved oxygen yang ideal untuk ikan adalah lebih dari atau sama dengan 3 mgl Boyd, 1982. Kadar oksigen terlarut selama pemeliharaan 4,8 – 5,6 mgl. Semakin meningkatnya suhu maka kadar oksigen terlarut dalam perairan akan turun. Fluktuasi suhu dan oksigen terlarut dalam media pemeliharaan tidak begitu jauh, sehingga tidak berpengaruh terhadap ikan. Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen. Nilai pH media pemeliharaan ikan selama empat puluh hari waktu pemeliharaan berkisar antara 5,8 – 7,4. Kebanyakan perairan alam memiliki nilai pH 6,5-9. Titik mati asam dan basa untuk ikan masing-masing berkisar antara 4-11. Namun demikian, jika perairan lebih asam dari 6,5 atau lebih basa dari 9 untuk waktu lama reproduksi dan pertumbuhan akan menurun Swingle 1961; Mount 1973 diacu dalam Boyd 1982. Nilai pH media pemeliharaan berada pada kategori pH netral yang masih dapat ditoleransi ikan dengan baik. Total amonia nitrogen TAN di alam berasal dari pupuk, kotoran ikan, dan dari pelapukan mikrobial dari senyawa nitrogen. Di dalam air, amonia yang tidak terionisasi berada dalam keseimbangan dengan ion amonium tergantung dari pH dan suhu. Amonia yang tidak terionisasi sangat toksik terhadap ikan, tetapi ion amonium relatif tidak toksik. Jumlah amonia tidak terionisasi dan ion amonium disebut total amonia nitrogen Boyd, 1982. Kadar total amonia nitrogen TAN pada pemeliharaan berkisara antara 0,07 – 0,88. Konsentrasi subletal menyebabkan perubahan patologis dalam organ dan jaringan ikan. Konsentrasi amonia yang dapat masih dapat ditoleransi oleh ikan berkisar 0,006 – 0,34 mgl Smith dan Piper 1973; Andrews et.al. 1971 diacu dalam Boyd 1982. Nitrit didefinisikan sebagai bentuk intermediate dalam reaksi nitrifikasi yang tidak seimbang, sehingga menimbulkan akumulasi nitrit. Konsentrasi nitrit yang masih dapat ditoleransi ikan adalah kurang dari 0,5 mgl Boyd 1982. Kadar nitrit selama waktu pengamatan perlakuan berkisar antara 0,014 – 0,099 mgl. Kadar nitrit pada media pemeliharaan berada pada kisaran yang masih dapat ditoleransi oleh ikan. Kesadahan total adalah konsentrasi ion logam bervalensi dua dalam air, dinyatakan sebagai milligram perliter ekuivalen kalsium karbonat. Kesadahan total pada umumnya berkaitan dengan alkalinitas total, karena anion dari alkalinitas dan kation biasanya berasal dari larutan mineral karbonat Boyd 1982. Nilai kesadahan total media pemeliharaan selama empat puluh hari berkisar antara 6328 – 9989.2 mgl CaCO 3 . Alkalinitas total adalah konsentrasi basa total dalam air yang dinyatakan dalam milligram per liter ekuivalen kalsium karbonat. Perairan alam yang mengandung 40 mgl atau lebih alkalinitas total dianggap lebih produktif dari pada perairan dengan alkalinitas lebih rendah Moyle 1945; Mairs 1966 diacu dalam Boyd 1982. Konsentrasi alkalinitas pada media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 20 – 96 mgl ekuivalen kalsium karbonat.

4.2 Pembahasan